Anda di halaman 1dari 6

KASUS MALPREKTEK BAYI 6 BULAN KEHILANGAN SATU BOLA MATANYA

AKIBAT OPERASI DI SALAH SATU RUMAH SAKIT DI SUMENEP

Anak pertama pasangan suami isteri Nharushidup tanpa satu bola mata yaitu mata
sebelah kanan. Balita berjenis kelamin laki-laki malang ini kehilangan indera
penglihatannya setelah sebelumnya menjalani operasi disalah satu Rumah Sakit
diSumenep.Karena keluarga merasa putus asa dengan penanganan rumah sakit,ayah korban
membawa pulang anaknya sejak satu bulan yang lalu. Ayah korban Djuharto mengaku lelah
memperjuangkan nasib anaknya di Sumenep, namun sampai saat ini ia belum mendapatkan
keadilan. “Saya hanya bisa menunggu hasil dari penanganan kasus ini oleh pengacara saya,
yang berjanji memberikan bantuan hukum secara gratis,” ungkap ayah korban. Masih kata
ayah korban, melalui pesan singkat dari pengacaranya dijelaskan bahwa kasus tersebut
sudah dilaporkan kepada Dewan Kehormatan Kedokteran. Sebab hingga saat ini pihak
keluarga meyakini jika lepasnya bola mata kiri anaknya saat dirawat di rumah sakit di
Sumenep akibat dugaan malpraktek medis.
Ayah korban menjelaskan, peristiwa memilukan yang menimpa buah hatinya
bermula dari kedatangannya bersama sang istri ke salah satu rumah sakit di Sumenep pada
12 Oktober 2009 lalu. Saat itu istrinya hendak melahirkan. Setelah ditangani secara medis,
bayi lahir secara normal. Namun, karena berat badan bayi di bawah normal, sehingga harus
dirawat dalam inkubator. Sedangkan, ibunya diperbolehkan pulang. Bayi ditunggui secara
bergantian oleh keluarganya, karena ayah korban berprofesi sebagai buruh angkut maka
harus bekerja mencari uang untuk biaya perawatan anaknya.
Pada tanggal 22 Oktober, atau tepatnya hari ke-9 setelah kelahirannya, bayi
ditunggui oleh neneknya. Petaka itu pun datang, saat nenek korban harus beli obat ke apotek
rumah sakit, bayi dijaga oleh tetangganya. “Saat itu tiba-tiba datang salah seorang perawat
menyodorkan surat pernyataan kepada tetangga saya bahwa mata bayi saya harus dioperasi
karena terkena penyakit yang berbahaya, kalau tidak akan menjalar ke otak. Tetangga saya
pun membubuhi tanda tangannya dan bayi saya akhirnya dioperasi,” demikian kata ayah
korban. Keesokan harinya, pada tanggal 23 Oktober 2009, ayah korban mendapat surat dari
rumah sakit, dia diminta datang. “Tiba-tiba saya diberi bola mata anak saya dan disuruh
menguburkan karena mengandung penyakit yang berbahaya. Tentu saja saya shock, karena
saat lahir mata anak saya normal,” masih cerita ayah korban. Apalagi, isteri saya seakan tak
percaya bahwa bola mata bayinya telah dikeluarkan dari kelopaknya. Karena tidak terima,
kemudian keluarga mendatangi rumah sakit, untuk menuntut agar mengembalikan bola mata
bayinya. Namun, orang tua korban malah mendapat bentak-bentakan dari petugas medis.
Tepat pada tanggal 12 November 2009, keluarga memutuskan untuk lapor ke polisi. Namun,
meski sempat diproses, namun akhirnya kasus itu dihentikan oleh pihak kepolisian karena
tidak ditemukanalat bukti baru (novum) dugaan malpraktek.
Cara mengatasinya adalah Pemerintah harus membuat aturan tersendiri tentang
malpraktik yang dilakukan oleh tenaga kesehatan, sehingga ada payung hukum yang secara
khusus mengatur tentang tindakan malpraktik tersebut. Selain itu, peraturan perundangan
dalam bidang kesehatan perlu ditinjau kembali dan disempurnakan, seperti dalam Undang-
undang Kesehatan yang juga tidak mengatur mengenai malpraktik di dalamnya, sehingga
memunculkan ketidakjelasan status hukum pihak-pihak yang berkepentingan dalam upaya
pelayanan kesehatan. Dan Upaya dilakukan sejak mahasiswa kedokteran dengan
membangun moral etis dunia kedokteran guna membangun opini positip didalam kalbu
masyarakat. Pembentukan Majelis Kode Etik Kedokteran yang disentralisasikan di ibu kota
telah mengarah pada tujuan ini, namun guna mencegah perluasan masalah dirasakan
perlunya dibentuk suatu media pembelajaran, pelatihan dan penanggulangan didaerah secara
mandiri, khususnya sejak jenjang pendidikan kedokteran.
KODE ETIK PROFESI TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT

BAB I
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Setiap profesi Kesehatan masyarakat harus menjunjung tinggi, menghayati, dan
mengamalkan etika profesi kesehatan masyarakat.
Pasal 2
Dalam Melaksanakan tugas dan fungsinya profesi kesehatan  masyarakat lebih
mementingkan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.
Pasal 3
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, hendaknya menggunakan pronsip efektifitas-
efisiensi dan mengutamakan penggunaan teknologi tepat guna.
Pasal 4
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, tidak boleh membeda–bedakan masyarakat atas
pertimbangan–pertimbangan agama, suku, golongan, sosial politik, dan sebagainya.
Pasal 5
Hak Anggota Dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya ahanya melaksanakan profesi dan
keahliannya.
BAB II
KEWAJIBAN TERHADAP MASYARAKAT
Pasal 6
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, selalu berorientasi kepada masyarakat sebagai
satu kesatuan yang tidak terlepas dari aspek sosial, ekonomi, politik, psikologis dan  budaya.
Pasal 7
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, harus mengutamakan pembinaan  kesehatan yang
menyangkut orang banyak.
Pasal 8
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, harus mengutamakan pemerataan dan keadilan.
Pasal 9
Dalam pembinaan kesehatan masyarakat harus menggunakan pendekatan menyeluruh,
multidisiplin dan lintas sektoral serta mementingkan usaha–usaha promotif, preventif,
protektif dan pembinaan kesehatan.
Pasal 10
Upaya pembinaan kesehatan masyarakat hendaknya didasarkan kepada fakta–fakta ilmiah
yang diperoleh dari kajian- kajian atau penelitian–penelitian.
Pasal 11
Dalam Pembinaan kesehatan masyarakat, hendaknya mendasarkan kepada prosedur  dan
langkah –langkah yang profesional yang telah diuji melalui kajian–kajian ilmiah.
Pasal 12
Dalam mennjalankan tugas dan fungsinya harus bertanggung jawab dalam melindungi,
memlihara dan meningkatkan kesehatan penduduk.
Pasal 13
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya harus berdasarkan antisipasi ke depan, baik dan
menyangkut  masalah kesehatan maupun masalah lain yang berhubungan atau
mempengaruhi kesehatan penduduk.
BAB III
KEWAJIBAN TERHADAP PROFESI KESEHATAN LAIN DAN PROFESI DI
LUAR BIDANG KESEHATAN
Pasal 14
Dalam melakukan tugas dan fungsinya, harus bekerjasama dalam saling menghormati
dengan anggota profesi lain, tanpa dipengaruhi oleh pertimbangan–pertimbangan keyakinan,
agama, suku, golongan, dan sebagainya.
Pasal 15
Dalam melakukan tugas dan fungsinya bersama–sama dengan profesi lain, hendaknya
berpegang pada prinsip–prinsip : kemitraan, kepemimpinan, pengambilan prakarsa dan
kepeloporan.
BAB IV
KEWAJIBAN TERHADAP PROFESINYA
Pasal 16
Ahli Kesehatan masyarakat hendaknya bersikap proaktif dan tidak menunggu dalam
mengatasi masalah.
Pasal 17 Ahli kesehatan masyarakat hendaknya senantiasa memelihara dan meningkatkan
profesi kesehatan masyarakat.
Pasal 18
Ahli kesehatan masyarakat hendaknya senantiasa berkomunikasi, membagi pengalaman dan
saling membantu di antara anggota profesi kesehatan masyarakat.
BAB V
KEWAJIBAN TERHADAP DIRI SENDIRI
Pasal 19
Profesi Kesehatan masyarakat harus memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan
tugas dan profesinya dengan baik.
Pasal 20
Ahli kesehatan masyarakat senantiasa berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan
Keterampilannya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
BAB VI
PENUTUP
Pasal 21
Setiap anggota profesi kesehatan masyarakat dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari
harus berusaha dengan sungguh-sungguh memegang teguh kode etik kesehatan masyarakat
Indonesia ini.
“TUGAS ETIKA DAN HUKUM KESEHATAN”

DISUSUN OLEH:

NAMA : ERMA SUSANTI

KELAS : B

NIM : P 101 19 014

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
TAHUN
2020

Anda mungkin juga menyukai