Anda di halaman 1dari 6

A.

Definisi
Invaginasi adalah suatu keadaan dimana segmen usus proksimal
(intususeptum) berinvaginasi kedalam segmen distal (intususipien) serta
kemudian di dorong ke distal oleh peristaltik usus (Mensah, 2011).

Gambar 1. Invaginasi
B. Anatomi
Usus halus (intestinum tenue) terdiri dari 3 bagian yaitu duodenum,
yejunum dan ileum. Panjang duodenum 26 cm, sedangkan jejunum + ileum:
6 m, dimana 2/5 bagian adalah jejunum. Batas antara duodenum dan
jejunum adalah ligamentum treits.
Jejunum dan ileum dapat dibedakan dari:
1. Lekukan–lekukan jejunum terletak pada bagian atas rongga atas
peritoneum di bawah sisi kiri mesocolon transversum; ileum terletak
pada bagian bawah rongga peritoneum dan dalam pelvis.
2. Jejunum lebih besar, berdinding lebih tebal dan lebih merah daripada
ileum. Dinding jejunum terasa lebih tebal karena lipatan mukosa yang
lebih permanen yaitu plica circularis, lebih besar, lebih banyak dan
pada yejunum lebih berdekatan; sedangkan pada bagian atas ileum
lebar, dan pada bagian bawah lipatan ini tidak ada.
3. Mesenterium jejunum melekat pada dinding posterior abdomen diatas
dan kiri aorta, sedangkan mesenterium ileum melekat dibawah dan
kanan aorta.
4. Pembuluh darah mesenterium jejunum hanya membentuk satu atau dua
arkade dengan cabang-cabang yang panjang dan jarang yang berjalan
ke dinding usus halus. Ileum menerima banyak pembuluh darah yang
pendek, yang beraal dari 3 atau 4 atau malahan lebih arkade.
5. Pada ujung mesenterium jejunum, lemak disimpan dekat pangkalan dan
lemak jarang ditemukan didekat dinding usus halus. Pada ujung
mesenterium ileum lemak disimpan di seluruh bagian, sehingga lemak
ditemukan dari pangkal sampai dinding usus halus.
6. Kelompokan jaringan limfoid (Agmen Feyer) terdapat pada mukosa
ileum bagian bawah sepanjang pinggir anti mesentrik.
Perbedaan usus halus dan usus besar pada anatomi:
Perbedaan eksterna
1. Usus halus (kecuali duodenum) bersifat mobile, sedangkan colon
asenden dan colon desenden terfiksasi tidak mudah bergerak.
2. Ukuran usus halus umumnya lebih kecil dibandingkan dengan usus
besar yang terisi.
3. Usus halus (kecuali duodenum) mempunyai mesenterium yang
berjalan ke bawah menyilang garis tengah, menuju fosa iliaka kanan.
4. Otot longitudinal usus halus membentuk lapisan kontinyu sekitar usus.
Pada usus besar (kecuali appendix) otot longitudinal tergabung dalam
tiga pita yaitu taenia coli.
5. Usus halus tidak mempunyai kantong lemak yang melekat pada
dindingnya. Usus besar mempunyai kantong lemak yang dinamakan
appendices epiploideae.
6. Dinding usus halus adalah halus, sedangkan dinding usus besar
sakular.

Perbedaan interna
1. Mucosa usus halus mempunyai lipatan yang permanen yang
dinamakan plica cilcularis, sedangkan pada usus besar tidak ada.

2
2. Mukosa usus halus mempunyai fili, sedangkan mukosa usus besar
tidak mempunyai.
3. Kelompokan jaringan limfoid (Agmen Feyer) ditemukan pada mukosa
usus halus, jaringan limfoid ini tidak ditemukan pada usus besar.
Colon dimulai dari ileum terminale sampai rectum dengan panjang sekitar
150 cm. Bagian kanan Colon terdiri dari caecum, colon ascendens, dan bagian
proximal colon transversum, sedangkan bagian kirinya terdiri dari distal colon
transversum, colon descendens, sigmoid dan rectum. Dinding colon mempunyai 4
lapisan yaitu mucosa, submucosa, muscularis dan serosa.

Gambar 2. Colon (Intestinum crassum)

C. Klasifikasi
Invaginasi dibedakan dalam 4 tipe:
1. Enterik : usus halus ke usus halus
2. Ileosekal : valvula ileosekalis mengalami invaginasi prolaps ke
sekum dan menarik ileum di belakangnya. Valvula tersebut
merupakan apex dari invaginasi.
3. Kolokolika : colon ke colon.
4. Ileokoloika : ileum prolaps melalui valvula ileosekalis ke colon.

3
Umumnya para penulis menyetujui bahwa invaginasi paling sering
mengenai valvula ileosekalis. Namun masih belum jelas perbandingan insidensi
untuk masing-masing jenis invaginasi.  Perrin dan Linsay memberikan gambaran:
39% ileosekal, 31,5 % ileokolika, 6,7% enterik, 4,7 % kolokolika, dan sisanya
adalah bentuk-bentuk yang jarang dan tidak khas.

D. Etiologi
Sampai saat ini etiologi idak jelas/tidak diketahui. 90%-95% invaginasi
pada anak dibawah umur kurang 1 tahun tidak dijumpai kelainan, diduga karena
adanya penebalan dindng usus, khususnya dinding ileum terminale berupa
hiperplasia jaringan folikel submukosa yang diduga sebagai akibat infeksi virus.
Penebalan ini merupakan titik awal (lead point) terjadinya invaginasi. Pada
penderita invaginasi yang lebih besar (lebih 2 tahun) adanya kelainan usus
sebagai penyebab invaginasi seperti: inverted meckel’s diveticum, polip usus,
leiomioma, leiosarkoma, blue rubber bleb nevi, duplikasi usus. Terjadi specific
leading points yaitu berupa eosinophilik, granuloma dari ileum, papillary
lymphoid hyperplasia dari ileum hemangioma dan perdarahan submukosa karena
hemophilia atau henoch’s purpura. Lympasarcoma sering dijumpai sebagai
penyebab invaginassi pada anak yang berusia diatas 6 tahun. Invaginasi dapat
juga terjadi setelah laparotomi, yang biasa timbul setelah dua minggu pasca
bedah, hal ini terjadi akibat gangguan peristaltic usus, disebabkan manipulasi
usus yang kasar dan lama, diseksi retroperitoneal yang luas dan hipoksia lokal.

E. Patofisiologi
Invaginasi akan menimbulkan gangguan pasase usus (obstruksi) baik
parsial maupun total dan strangulasi. Adanya ketidakseimbangan kekuatan
sepanjang dinding usus dipercaya menjadi penyebab invaginasi.
Ketidakseimbangan ini dapat disebabkan oleh adanya massa yang berperan
sebagai lead point atau pola peristaltis yang tidak teratur (misalnya ileus pada
periode post operasi). Proses terjadinya invaginasi dimulai dengan hiperperistaltik
usus bagian proksimal yang lebih mobil menyebabakan  usus masuk ke dalam

4
lumen usus distal  kemudian berkontraksi  terjadi edema  mengakibatkan
terjadinya perlekatan yang tidak dapat kembali normal sehingga terjadi invaginasi.
Beberapa contoh lead points:
 Divertikulum Meckel
 Pembesaran kelenjar limfe mesenterik
 Tumor benigna atau maligna
 Kista
 Hematoma submukosa
 Pankreas ektopik
 Benda asing

Invaginasi merupakan komplikasi pasca operasi yang jarang terjadi, sekitar


0,08-0,5% dari tindakan laparotomi. Kemungkinan mekanisme ini disebabkan
perbedaan aktivitas antara segmen usus yang sedang pulih dari ileus, yang
menghasilkan invaginasi. Invaginasi diperkirakan terjadi pada setiap pasien pasca
operasi, biasanya dalam 2 minggu pertama setelah operasi. Obstruksi usus karena
perlengketan biasanya terjadi lebih dari 2 minggu setelah operasi (Bai, 2009).
Gangguan elektrolit yang terkait dengan berbagai kondisi medis dapat
menghasilkan penyimpangan motilitas usus yang akhirnya dapat menimbulkan
invaginasi enteroenteral. Studi eksperimental pada hewan menunjukkan bahwa
produksi abnormal dari nitrat oksida menyebabkan relaksasi dari valvula ileocecal
sehingga berpotensi menjadi invaginasi ileocecal. Penelitian lain telah
menunjukkan bahwa antibiotik tertentu menyebabkan hiperplasia limfoid ileum
dan dismotilitas usus (Turkyilmaz, 2004).
Sekarang virus disebut juga terlibat dalam kejadian invaginasi. Sebuah
variasi kejadian invaginasi musiman yang sesuai dengan puncak frekuensi
kejadian gastroenteritis (musim semi dan musim panas) dan penyakit pernafasan
(pertengahan musim dingin) telah dijelaskan. Lappalainen et al telah mempelajari
prospektif peran infeksi virus dalam patogenesis invaginasi. Mereka
menyimpulkan bahwa kehadiran simultan infeksi virus herpes-6 dan adenovirus
manusia tampaknya berkorelasi dengan risiko invaginasi (Lappalainen, 2012)

5
DAFTAR PUSTAKA

Bai YZ, Chen H, Wang WL (2009). A special type of postoperative


intussusception: ileoileal intussusception after surgical reduction of
ileocolic intussusception in infants and children. J Pediatr Surg. 44(4):755-
8.

Lappalainen S, Ylitalo S, Arola A, Halkosalo A, Räsänen S, Vesikari T (2012).


Simultaneous presence of human herpesvirus 6 and adenovirus infections in
intestinal intussusception of young children. Acta Paediatr. 101(6):663-70.

Mensah Y, Addy-Glover H, Twum M (2011). Ultrasound guided hydrostatic


reduction of intussusception in children at Korle Bu teaching hospital: an
initial experience. Ghana Med J: 45(3): 128-131

Turkyilmaz Z, Karabulut R, Gulen S, et al (2004). Role of nitric oxide and


cyclooxygenase pathway in lipopolysaccharide-induced intussusception.
Pediatr Surg Int. 20(8):598-601.

Anda mungkin juga menyukai