Anda di halaman 1dari 8

MEMAHAMI SEARAH PERKEMBAGA PISIKLGI DAKWAH DA HUBUGA YA DEGA

ILMU ILMU LAIYA


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakag

Terciptanya psikologi dakwah tentunya tidak lepas dari sejarah perkembangan psikologi
dan dakwah, serta psikologi islam sampai pada psikologi dakwah itu sendiri, yang kemudian
berdiri secara otonom.Psikologi dakwah mempunyai teori serta prinsip-prinsip dan sudut
pandang khusus yang berbeda dengan ilmu-ilmu lainnya. Psikologi dakwah, sebagai gabungan
dari psikologi dan dakwah, mempunyai objek pembahasannya tersendiri yang membedakannya
dengan ilmu yang lain, baik objek materialnya maupun formalnya

Pembahasan ilmu dakwah ini sering dikaitkan dengan berbagai disiplin ilmu lainnya.
Bisa dilihat dalam pembahasan keagamaan terdapat beberapa ilmu yaitu tafsir, hadits, fiqh,
filsafah, nahu dan saraf. Dakwah secara praktis senantiasa melibatkan keilmuan lain seperti
sosiologi, psikologi, antropologi, hukum, pendidikan dan sejarah.

Sementara dalam ilmu dakwah, individu atau masyarakat adalah berfungsi sebagai subjek
dan objek dakwah. Oleh karena itu ilmu dakwah senantiasa bersentuhan dan bergelut dengan
realitas yang mengitarinya. Konsekwensi dari pengamulan dakwah itulah yang menyebabkan
ilmu-ilmu lain diperlukan dukungannya bagi pengembangan dakwah sebagai suatu disiplin ilmu.

Oleh karena objek kajian yang sangat luas, maka pada kesempatan ini kita akan berusaha
menelaah tentang perkembangan psikologi, dakwah, dan psikologi dakwah beserta kedudukan
psikologi dakwah dalam ilmu psikologi, dan juga yang tak kalah penting disini kita akan
membahas tentang hubungan psikologi dakwah dengan ilmu yang lain, karena diakui atau tidak,
kajian yang sangat luas ini berhubungan dengan ilmu-ilmu yang lain.

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimaa searah perkembaga pisiklgi dakwah

2. Bagaimaa Hubungan ilmu dakwah dega ilmu yag laiya

3.
BAB II

PEMBAHASAN

Sejarah perkembaga pisklgi dakwah

1. Searah perkembaga pisiklgi

Beberapa abad sebelum Masehi, para ahli pikir Yunani dan Romawi telah berusaha
mengetahui hidup kejiwaan manusia dengan cara-cara yang bersifat spekulatif. Pada zaman ini
psikologi masih dalam ruang lingkup filsafat, Para ahli menyebutnya filsafat rohaniah, karena
mereka berusaha memahami jiwa melalui pemikiran pilosofi dan merupakan bagian dari filsafat.
Salah satu filsuf pada saat ini plato dan aristoteles.

Sejalan dengan dinamika hidup masyarakat untuk senantiasa mencari pemuasan dalam segala
aspek kehidupannya maka pikiran manusia pun mengalami perkembangan yang bertendensi ke
arah pemuasan hidup ilmiahnya yang semakin sempurna. Mulai zaman humanisme
(aufklarung), sistem dan metode berpikir manusia tidak lagi bersifat spekulatif , melainkan
menuntut sistem dan metode yang bersifat rasionalistis. Di antara ahli pikir pada masa ini adalah
Thomas Aquinas dan Jhon Locke.

Sejak permulaan Abad XX, psikologi makin berkembang ke arah pengkhususan studi tentang
aspek-aspek kehidupan jiwa manusia yang masing-masing memiiiki ciri khas yang membedakan
satu dengan yang lainnya. Adapun pengkhususan tersebut dapat dikemukakan dalam beberapa
aliran sebagai berikut: a. Psiko-analisis, b. Psikologi Individual (ilmu jiwa Pribadi), c. Psikologi
analitis.[1]

2. Searah perkembaga dakwah

a. Priode Nabi Muhammad dan Khulafa al-Rasyddun

Sejarah dakwah Nabi Muhammad dapat dibagi dalam dua fase, fase Mekkah dan Fase Madinah.
Fase mekkah dimulai semenjak Rasullulah menerima wahyu pertama di gua Hira, sedangkan
pada fase Madinah dimulai ketika Nabi Muhammad menerima wahyu untuk berhijrah ke
Madinah pada saat orang-orang Quraisy merencanakan pembunuhan terhadap Nabi Muhannad
dan para pengikutnya.
b. Priode umayyah, ‘Abasiyyah, dan utmani

Priode ini adalah masa dinasti Umayyah, ‘Abasiyyah, dan utsmani. Priode ini dimulai dengan
berdirinya Dinasti Bani Umayyah oleh Mu’awiyah bin abi Shafyan pada tahun keempat puluh
Hijriyah hingga runtuhnya Dinasti Bani Utsmani pada tahun 1343 H/1924 M.

c. Priode Zaman Modern

Pada priode ini ada yang mengambil bentuk dakwah yang bermacam-macam, ada yang
berdakwah secara personal, ada juga yang bergerak secara berklompok.

Hubungan Ilmu Dakwah dengan Ilmu-Ilmu yang Lainnya

[2]Ilmu bantu dalam ilmu dakwah adalah ilmu yang dapat diminta bantuan atau dipinjam
teorinya untuk mengembangkan teori-teori dakwah atau memahami hakikat dakwah, termasuk
dalam komponen ini diantaranya adalah ulumul qur’an, ulumul hadist, ushul fiqih, tafsir, hadist,
sejarah peradapan islam, ilmu komunikasi, psikologi, dan filsafat. Ilmu dakwah selalu
membutuhkan bantuan ilmu-ilmu lainnya. Bentuk kerjasama atau keterkaitan antara ilmu
dakwah dengan ilmu lainnya antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Hubungan ilmu dakwah dengan ilmu agama islam

Ilmu dakwah sendiri membahas tentang bentuk penyampaian ajaran Islam. Dan inti ajaran Islam
adalah aqidah, syariah dan akhlaq, yang kemudian membentuk sebuah ilmu tersendiri yaitu ilmu
tauhid, Syariah (ilmu fiqh) dan ilmu akhlaq yang disebut dengan ilmu agama Islam. Dan itu
semua merupakan bentuk materi dakwah. Kemudian materi tersebut digunakan oleh seorang da’i
untuk berdakwah. Jadi ilmu agama membutuhkan bantuan ilmu dakwah untuk disampaikan
kepada umat manusia agar dapat diterima dengan baik dan diamalkan. Kalau ilmu agama tidak
disampaikan maka ilmu itu merupakan suatu ide belaka yang tidak bisa terwujud dalam
kenyataan serta tidak diketahui orang lain.

2. Hubungan llmu Dakwah dengan Ilmu-ilmu Sosial Politik

Ilmu-ilmu Sosial menerangkan berbagai macam segi kehidupan individu dan sosial secara
detail dan terperinci. Ilmu ini dapat membantu ilmu dakwah dalam memahami masyarakat
tersebut.

Sebab penyampain ajaran Islam yang menjadi sarana ilmu dakwah sangat komplek yang
menyangkut segi struktur sosial, proses sosial, interaksi sosial, dan perubahan sosial seperti yang
dibahas dalam sosiologi; maupun tingkah laku manusia sebagai pribadi sosial dan masalah-
masalah kejiwaan lainnya seperti yang dikaji dalm ilmu psikologi.
Untuk pelaksanaan dakwah itu sendiri, pengetahuan seorang da’i yang luas tentang segi-segi
kehidupan individu dan sosial tersebut sangat dominan implikasinya dalam menentukan
pendekatan dan cara-cara dakwah yang tepat. Tanpa pengetahuan yang demikian ini dakwah
tidak akan mengenal bahkan tidak akan memiliki pengaruh keagamaan yang berati bagi individu
dan masyarakat yang menerimanya.

3. Ilmu Dakwah dan ilmu Normatif

Yang dimaksud dengan ilmu-ilmu normatif ialah ilmu-ilmu yang membicarakan bagaimana
seharusnya sesuatu itu, sebagai kebalikan dari ilmu-ilmu positif yang membicarakan suatu
menurut apa adanya. Yang termasuk ilmu-ilmu normatif ialah antara lain:

4. Ilmu dakwah dan ilmu penelitian ( riset)

Ilmu dakwah sangat memerlukan bantuan ilmu penelitian atau metode riset, baik untuk
merumuskan dakwah sebagai ilmu maupun mengembangkannya lebih lanjut.

5. Ilmu dakwah dan ilmu logika

Logika adalah ilmu yang mempelajari cara-cara berpikir dengan benar. Ilmu logika ini dipakai
untuk memahami secara benar objek kajian serta untuk menguji kebenaran ilmiahnya.
Sedangkan untuk dakwah atau penyampaian ajaran islam itu sendiri ilmu logika ini sangat
membantu seorang da’i sehingga ia dapat menuturkan dakwahnya secara logis.

6. Ilmu Dakwah dan komunikasi

Dakwah adalah proses komunikasi yang dilakukan oleh Da’i kepada Mad’u, tentu saja
hubungannya sangat erat, namun ilmu dakwah adalah bagian dari sekian banyak bentuk
komunikasi dalam islam.

Ilmu komunikasi tidak banyak memberikan kontribusi kepada ilmu dakwah, sebab ilmu dakwah
sendiri membahas proses komunikasi antara manusia dengan sang pencipta, dan sesama mahluk
lainnya

7. Ilmu dakwah dan ilmu Bimbingan konseling

Kegiatan dakwah adalah kegiatan yang membimbing umat manusia untuk melaksanakan
kebaikan dan menjauhi kemungkaran, tentu ilmu BK mempunyai andil yang besar bagi ilmu
dakwah. Metode metode yang dapat dipakai dalam ilmu dakwah adalah ilmu-ilmu yang
digunakan dalam metode BK.
Ketika masyarakat mengalami goncangan batin maka persoalannya dapat diselesaikan melalui
metode BK dan pendekataan keagamaan salah satu metode ilmu dakwah.

8. Ilmu dakwah dan ilmu psikologi

[3]Ilmu yang berkaitan dengan proses mental, dan pengaruhnya pada perilaku ilmu pengetahuan
tentang kegiatan jiwa. Sehingga seorang da’i perlu memotivasi tetang psikologi untuk
mengetahui keadaan seorang pendengar sehingga nyaman dalam menyampaikan materi.

Sehubungan dengan kenyataan yang berkembang dalam masyarakat, bila dari aspek kehidupan
psikologis, maka dalam pelaksanaan program kegiatan dakwah berbagai permasalahan yang
menyangkut sasaran bimbingan atau dakwah perlu mendapatkan Sasaran yang menyangkut
kelompok masyarakat.

9. Ilmu dakwah dan ilmu Sosial

Ilmu sosial ini menerangkan berbagai macam segi kehidupan manusia secara detail dan terinci.
Oleh karena itu ilmu ini dapat membantu ilmu dakwah dalam memahami masyarakat tersebut
karena ilmu dakwah menyangkut segi struktur sosial, proses sosial, interkasi sosial dan
perubahan sosial maupun tingkah laku sosial

10. Ilmu dakwah dan ilmu tafsir

Tafsir ialah menjelaskan Al-Qur’an, menerangkan maknanya, Tafsir pada asalnya ialah membuka
dan melahirkan. Pada istilah ialah menjelaskan makna ayat, urusannya, kisah-kisahnya, dan
sebab karenanya diturunkan ayat, dengan lafadh yang menunjuk kepadanya secara terang.

Hubungan tafsir dengan ilmu dakwah adalah Dengan adanya mempelajari ilmu Tafsir dapatlah
mengetahui isi yang terkandung dalam Al-Qur’an,

dan lebih mudah untuk disampaikan kepada orang-orang. Bagi seorang da’i sangat
membutuhkan ilmu tafsir yang mana pada ilmu tersebut banyak terkandung beberapa percikan
ilmu pengetahuan penting untuk menjadi bahan bicara seorang da’i.

11. Ilmu dakwah dan ilmu hadits

Hadits adalah segala perkataan, perbuatan dan ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad
SAW yang dijadikan ketetapan ataupun hukum dalam agama Islam. Hadits dijadikan sumber
hukum dalam agama Islam selain Al-Qur’an dimana dalam hal ini, kedudukan hadits merupakan
sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an. Hubungan hadits dengan ilmu dakwah adalah didalam
kandungan hadits juga banyak mendapat dalil-dalil tentang materi pembahasan yang
disampaikan oleh seorang da’i, karena seorang da’i harus mampu menguasai beberapa hadits
untuk dijadikan sebagai pedoman dalam penyampainya.

12. Ilmu dakwah dan ilmu fiqih


[4]Fiqih menurut bahasa berarti paham. Diantara keistimewaan fiqih Islam “yang kita katakan
sebagai hukum-hukum syari’at yang mengatur perbuatan dan perkataan mukallaf” memiliki
keterikatan yang kuat dengan keimanan terhadap Allah.

Demikianlah kita dapati bahwa fiqih Islam dengan hukum-hukumnya meliputi semua kebutuhan
manusia. Maka disanalah terdapat hubungan antara fiqh dengan ilmu dakwah, kerena dalam
dakwah harus memecahkan satu persatu, tentang hukum-hukum fiqh yang merupakan kebutuhan
manusia dalam beramal kepada Allah.

BAB III
KESIMPULAN

Ilmu bantu dalam ilmu dakwah adalah ilmu yang dapat diminta bantuan atau dipinjam teorinya
untuk mengembangkan teori-teori dakwah atau memahami hakikat dakwah, termasuk dalam
komponen ini diantaranya adalah ulumul qur’an, ulumul hadist, ushul fiqih, tafsir, hadist, sejarah
peradapan islam, ilmu komunikasi, psikologi, dan filsafat.

Ilmu dakwah selalu membutuhkan bantuan ilmu-ilmu lainnya antara lain ilmu dakwah dengan
ilmu ajaran islam, ilmu dakwah dengan ilmu sosial, ilmu dakwah dengan ilmu logika, ilmu
dakwah dengan ilmu komunikasi, ilmu dakwah dengan ilmu bimbingan konseling dan
sebagainya.

PENUTUP

Demikianlah makalah sederhana ini kami susun. Terimakasih atas antusiasme dari pembaca yang
sudi menelaah dan mengimplementasikan isi makalah ini. Saran kritik konstruktif tetap kami
harapkan sebagai bahan perbaikan. Sekian.

DAFTAR PUSTAKA

Amrulloh Ahmad.: 2008.Kontruksi Keilmuan Dakwah dan Pengembangan. Jurusan-Kosentrasi


Studi,Banjarnegara 5 Oktober 1954,Idola Alam Sejahtera Group.

Machasin.: 2015.Psikologi Dakwah: Suatu Pengantar Studi,Semarang,CV. Karya Abadi Jaya.

Kustadi Suhandang.: 2013.ilmu dakwah, Bandung,Remaja Rosdakarya.

Sulthon Muhammad:.2003.desain ilmu dakwah. Semarang,Pustaka belajar offset.

[1] Aziz, Moh.Ali. 2012. Ilmu Dakwah. Jakarta:Kencana

[2] Sulthon Muhammad, semarang: pustaka belajar offset, 2003,hal 124

[3] Jalaluddin Rakhmat: (1989), Psikologi Komunikasi, Bandung, Remaja Karya, halaman 9.

[4] Sayyid Qutb, Fiqih ad Da’wah, Muassasah ar Risalah, 1970, pp.90-95

https://choirulsholehblog.wordpress.com/2017/05/09/hubungan-ilmu-dakwah-denagn-ilmu-
lainnya/

Anda mungkin juga menyukai