TINJAUAN LITERATUR
8
9
b. Indikasi Hemodialisis
Menurut Smeltzer et al (2008, dalam Hutagaol, 2017) indikasi
dilakukannya terapi hemodialisis pada penderita GGK antara lain :
1) Laju filtrasi glomerulus <15 ml/menit/1,73 m²
2) Hiperkalemia
3) Kadar ureum lebih dari 200 mg/dl
4) Kreatinin lebih dari 65 mEq/L
5) Kelebihan cairan
6) Anuria berkepanjangan lebih dari 5 kali
7) Kegagalan terapi konservatif
d. Komplikasi Hemodialisis
Menurut Hirmawati (2014) komplikasi yang dapat diakibatkan oleh
terapi hemodialisis yaitu :
1) Regulasi tekanan darah, dapat terjadi selama dialisis ketika cairan
dari tubuh dikeluarkan.
2) Emboli udara, merupakan komplikasi yang jarang terjadi saat
hemodialisis tetapi dapat saja terjadi jika udara memasuki sistem
vaskuler pasien.
3) Nyeri dada, dapat terjadi saat pCO2 menurun dalam waktu yang
sama dengan sirkulasi darah diluar tubuh.
4) Pruritus, dapat terjadi selama terapi hemodialisis ketika proses
produk akhir metabolisme meninggalkan kulit.
5) Gangguan keseimbangan dialisis, terjadi karena adanya perpindahan
cairan serebral yang muncul sebagai serangan kejang. Komplikasi ini
besar kemungkinan terjadi pada pasien dengan gejala uremia yang
berat.
6) Kram otot, terjadi ketika cairan dan elektrolit dengan cepat
meninggalkan ruang ekstrasel.
7) Mual dan muntah.
11
b. Klasifikasi GGK
Menurut data National Kidney Foundation (NKF) (dalam Hutagaol,
2017), klasifikasi penyakit Chronic Kidney Disease (CKD) dibagi
menjadi lima stadium, yaitu :
c. Penyebab GGK
Menurut Infodatin (2017), kejadian GGK dapat disebabkan oleh :
1) Diabetes Melitus (DM)
Pada pasien DM, tingginya kadar gula darah dapat merusak
membran penyaring ginjal. Hal tersebut mengakibatkan rusaknya
protein sehingga terjadi kebocoran protein atau albuminuria yang
mengakibatkan penurunan fungsi ginjal (Anita, 2016, dalam
Rochmaningsih & Anita, 2018).
2) Hipertensi
13
7) Tidak Diketahui
Selain faktor pencetus diatas, terdapat pula kasus GGK yang
terjadi tanpa diketahui pasti penyebabnya (Infodatin, 2017).
d. Patofisiologi
Beberapa penyakit dan kondisi yang mendasari seperti DM,
hipertensi, cedera ginjal, obesitas dan infeksi dapat mengakibatkan
terjadinya GGK. Saat ginjal telah mengalami kerusakan yang
irreversible, laju filtrasi glomerulus akan mengalami penurunan yang
progresif (Suwitra, 2014, dalam Aisara, Azmi & Yanni, 2018). Hal
tersebut akan menyebabkan berkurangnya area filtrasi yang mengarah
pada glomerulosklerosis (Sudoyo, 2009, dalam Divanda, 2019).
Penurunan laju filtrasi tersebut akan mengganggu keseimbangan
glomerulotubular ginjal, sehingga terjadi peningkatan kadar air dan
natrium dalam tubuh. Hal tersebut akan menyebabkan retensi natrium
dan meningkatkan volume cairan ekstrasel.
Adapun rabsorbsi natrium akan menstimulasi osmosis air dari
lumen tubulus menuju kapiler peritubular dan menyebabkan
peningkatan tekanan darah. Peningkatan tekanan darah ini akan
menyebabkan kerja jantung meningkat dan merusak pembuluh darah
terutama di ginjal sehingga mengakibatkan gangguan filtrasi dan
peningkatan produk sampah metabolisme di tubuh. Sampah
metabolisme tersebut akhirnya akan terus tertimbun dan menjadi racun
sehingga menimbulkan berbagai gejala yang merugikan tubuh (Rahman,
et al, 2013 dalam Divanda, 2019).
g. Komplikasi GGK
Komplikasi yang dapat muncul dari penyakit GGK menurut
Prabowo (2014, dalam Hutagaol, 2017) yaitu :
1) Penyakit Tulang
2) Penyakit Kardiovaskuler
3) Anemia
4) Disfungsi seksual
h. Penatalaksanaan GGK
Penatalaksanaan penyakit GGK difokuskan pada memperlambat
penurunan fungsi ginjal yang mana pada tahap tertentu dibutuhkan
terapi hemodialisis dan transplantasi ginjal (Infodatin, 2017).
21
i. Pencegahan GGK
Menurut World Kidney Day (WKD) (2020), langkah-langkah yang
dapat dilakukan untuk pencegahan GGK adalah sebagai berikut :
1) Meningkatkan pendidikan dan kesadaran akan risiko penyakit ginjal
2) Tetap aktif dan bugar
3) Melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin
4) Konsumsi makanan bernutrisi dan kontrol kadar gula darah
5) Periksa berat badan secara rutin
6) Jaga asupan cairan tubuh
7) Jangan merokok
8) Jangan mengkonsumsi obat tanpa resep dokter secara reguler
4) Psikologis
25
tekanan atas atau sistolik. Sementara itu biarkan air raksa tetap turun
secara perlahan dan perhatikan pula skala air raksa saat bunyi jantung
terakhir atau menghilang. Detakan tersebut ditetapkan sebagai nilai
diastolik.
9) Apabila ragu atau gagal mendengar bunyi detak jantung, ulangi
kembali langkah diatas setelah memastikan skala meter air raksa
sudah berada pada angka nol sebelum kembali mulai memompa
ulang.
b. Tipe Keluarga
Menurut Muklisin (2012, dalam Efendi & Larasati, 2017) tipe
keluarga terdiri dari dua yaitu :
1) Tipe Keluarga Tradisional
a) Nuclear Family (Keluarga Inti)
Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan anak
baik anak kandung atau anak adopsi.
b) Extended Family (Keluarga Besar)
Keluarga inti yang ditambah dengan keluarga lain yang
mempunyai hubungan darah, seperti kakek, nenek, bibi dan
paman.
c) Dyad Family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang tinggal dalam
satu rumah tanpa memiliki atau adanya anak.
d) Single Parent Family
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atu ibu) dan
anak, baik anak kandung atau adopsi. Kondisi ini dapat
disebabkan oleh kematian atau perceraian.
e) Single Adult
Satu rumah tangga yang terdiri dari satu orang dewasa baik
perempuan ataupun laki-laki.
f) Keluarga Usia Lanjut
29
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah lanjut
usia.
c. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (2010, dalam Rahmawati, 2016) menjelaskan
bahwa fungsi keluarga adalah fungsi dasar untuk memenuhi kebutuhan
keluarga itu sendiri. Terdapat lima fungsi keluarga, yaitu :
1) Fungsi Afektif
Fungsi afektif merupakan fungsi internal keluarga dalam
memenuhi kebutuhan psikososial anggota keluarga. Fungsi ini
berhubungan dengan persepsi keluarga dan kepedulian terhadap
kebutuhan sosio-emosional semua anggota keluarganya termasuk
upaya mempertahankan moral (Friedman, 2010, dalam Rahmawati,
2016).
Melalui pemenuhan fungsi ini, keluarga memberikan
kenyamanan emosional, membantu membentuk identitas atau
kepribadian serta memberikan koping saat terjadi stres pada anggota
keluarga (Susanto, 2012, dalam Rahmawati, 2016).
30
2) Fungsi Sosialisasi
Fungsi sosialisasi merupakan sebuah bentuk pengalaman belajar
yang diberikan dalam keluarga untuk mengajarkan dan melatih
anggota keluarga mengemban peran orang dewasa dalam masyarakat.
Keluarga mengajarkan tentang norma sosial, budaya, dan harapan
mengenai apa yang benar dan salah (Friedman, 2010, dalam
Rahmawati, 2016).
Dalam hal ini keluarga juga mengajarkan mekanisme koping,
memberikan feedback dan memberikan petujuk dalam memecahkan
suatu masalah (Susanto, 2012, dalam Rahmawati, 2016).
3) Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga memiliki peran dalam memberikan keamanan dan
kenyamanan lingkungan untuk proses perkembangan, istirahat serta
untuk penyembuhan sakit (Friedman, dalam Susanto, 2012, dalam
Rahmawati, 2016).
Menurut Prat (dalam Rahmawati, 2016) keluarga merupakan
suatu sistem dasar tempat mengatur, menjalankan dan dijalankannya
perawatan serta perilaku kesehatan dengan memberikan promosi
kesehatan, upaya pencegahan serta perawatan bagi anggota keluarga
yang sakit.
2) Faktor Eksternal
a) Praktik dalam Keluarga
Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan biasanya
mempengaruhi individu dalam perilaku kesehatannya. Misalnya,
individu memiliki kemungkinan besar akan melakukan tindakan
pencegahan suatu penyakit jika keluarga melakukan hal yang
sama.
b) Sosio-ekonomi
37
2.1.5 Spiritualitas
a. Definisi Spiritualitas
Spiritualitas adalah keyakinan dalam diri seseorang terhadap
kekuatan yang lebih tinggi yang kemudian menimbulkan kecintaan
terhadap adanya Tuhan serta menyesali atas segala kesalahan yang
pernah dilakukan (Hidayat, 2009, dalam Qurana, 2012, dalam Wilujeng,
2019).
Spiritualitas adalah sesuatu yang berhubungan dengan kejiwaan,
rohani, batin (Ndruru, 2019). Spiritualitas diyakini sebagai sumber
harapan dan kekuatan dari dalam diri seseorang serta merupakan
kebutuhan dasar bagi setiap individu (Sari, 2019).
38
b. Aspek Spiritualitas
Menurut Underwood (2006, dalam Wilujeng, 2019) spiritualitas
memiliki beberapa aspek. antara lain :
1) Hubungan
Meliputi hubungan antara individu dengan Tuhan dan
lingkungannya. Individu yang memiliki hubungan dengan Tuhan
akan merasa lebih kuat dan tidak merasa sendiri. Hubungan individu
dengan lingkungan sekitar memiliki makna bahwa adanya hubungan
yang nyata antara individu dengan lingkungan atau alam sekitarnya
dalam proses kehidupan.
2) Kebahagiaan dan Rasa Transendensi Diri
Menjelaskan tentang kebahagiaan dan rasa transendensi diri.
Rasa transendensi diri adalah perasaan yang berhubungan dengan
sesuatu di luar batas kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman
individu yang bersifat spiritual dan religius.
3) Kekuatan dan Kenyamanan
Menjelaskan tentang pengalaman, kekuatan dan kenyamanan
spiritualitas individu. Kekuatan membuat individu lebih berani dalam
menghadapi segala kondisi dalam kehidupannya. Sedangkan
kenyamanan adalah rasa aman serta terhindar dari kondisi yang
membahayakan.
40
4) Kedamaian
Kedamaian adalah ketenangan batin yang dirasakan individu saat
berada dalam keadaan baik maupun buruk sehingga individu tetap
merasa aman.
5) Bantuan Tuhan
Menjelaskan bahwa individu dengan spiritualitas tinggi akan
meminta pertolongan pada Tuhan sebagai bentuk koping saat
mengalami kondisi atau masalah sulit sehingga kesejahteraan
psikologis tetap tercapai.
6) Bimbingan Tuhan
Menjelaskan bahwa individu dengan spiritualitas tinggi akan
merasa dibimbing oleh Tuhan setelah meminta pertolongan, serta
keyakinan dapat menghadapai segala kondisi diluar batas
kemampuannya.
7) Persepsi dan Merasakan Cinta Tuhan
Menjelaskan bagaimana persepsi kasih sayang akan dirasakan
individu secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung
yaitu saat individu akan merasakan situasi yang berkesan dalam
hidupnya sendiri. Secara tidak langsung saat individu akan
merasakan kasih sayang melalui orang lain disekitarnya.
8) Kekaguman
Menjelaskan bahwa individu yang memiliki spiritualitas tinggi
akan merasakan kekaguman dengan segala keindahan ciptaan Tuhan
baik suatu fenomena, peristiawa maupun keindahan alam semesta.
41
c. Karakteristik Spiritualitas
Menurut Wulan (dalam Wilujeng, 2019) spiritualitas memiliki
beberapa karakteristik khusus, antara lain :
1) Hubungan dengan Tuhan
Hubungan dengan Tuhan dapat dilihat dari keagamisan
seseorang seperti bagaimana melaksanakan perintah agama baik
berupa sembahyang, berdoa, meditasi, melaksanan kewajiban agama
maupun menyatu dengan alam.
2) Hubungan dengan Diri Sendiri
Hubungan dengan diri sendiri dapat dilihat dari sejauh mana
seseorang mengerti akan dirinya sendiri, seperti pengetahuan tentang
dirinya (siapa, apa yang dapat dilakukan) maupun sikap yang dimiliki
(kepercayaan pada diri sendiri, kehidupan atau masa depan, serta
keselarasan dengan diri sendiri).
3) Hubungan dengan Orang Lain
Hubungan dengan orang lain dapat dilihat dari kemampuan
seseorang untuk berinteraksi dan menjalin hubungan dengan orang
lain secara harmonis, serta kesediaan untuk dapat berbagi dengan
orang lain.
4) Hubungan dengan Alam
Hubungan dengan alam yaitu dengan menjaga dan memahami
alam, seperti tanaman, hewan, dan iklim serta cara seseorang
mengabadikan dan menghargai alam sekitarnya.
42
f. Dimensi Spiritualitas
Dimensi spiritualitas menurut Hardt et al (2012, dalam Prasetyawati
& Virlia, 2019) terbagi menjadi empat, yaitu :
1) Belief in God
Dimensi ini menjelaskan tentang rasa percaya individu kepada
Tuhan, dimana rasa percaya tersebut dijadikan sebagai salah satu cara
untuk meminimalisir kecemasan yang muncul akibat masalah yang
terjadi. Permasalahan yang dialami oleh individu seringkali
memunculkan ketidakpastian dan kecemasan akan jalan keluar yang
diharapkan, dan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
meminimalisir hal tersebut adalah dengan berdoa kepada Tuhan.
46
dapat memilih koping stres yang positif. (Brown, Ryan & Weinstein,
2008, dalam Prasetyawati & Virlia, 2019).
4) Feeling of Security
Dimensi ini menjelaskan tentang kebebasan yang dimiliki
individu dari perasaan takut dan cemas. Menurut Demir (2008, dalam
Prasetyawati & Virlia, 2019), feeling of security dapat menjadi
karakteristik kuat untuk menilai kebahagiaan seseorang terutama
pada perasaan aman secara emosional. Selain itu, perasaan aman
dapat menimbulkan suatu ikatan interpersonal yang menyenangkan.
Individu yang memiliki feeling of security tinggi akan bersikap
optimis dan tidak mudah menyerah ketika menghadapi masalah, hal
ini terjadi karena individu merasa bahwa situasi di sekitarnya baik-
baik saja dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan (Iskandar, 2016,
dalam Prasetyawati & Virlia, 2019).
3) Kepuasan Spiritual
Kepuasan spiritual merupakan sebuah konsep yang
menggambarkan hidup dalam cinta Tuhan, menerima kekuatan
tertinggi Tuhan, berpengetahuan bahwa semua adalah makhluk
Tuhan, mengetahui bahwa Tuhan mengendalikan dan memberi
kedamaian dalam kasih serta mengampuni. Ketika seorang individu
melaporkan tidak ada gangguan dalam pemenuhan kebutuhan
spiritualnya, maka individu tersebut dapat dianggap berada dalam
keadaan kepuasan spiritual.
d. Penelitian yang dilakukan oleh Inas Mudrika Almarwah, Sri Utami, dan
Sofia Rhosma Dewi (2016) berjudul “Hubungan Spiritualitas Dengan
Tekanan Darah Pada Lansia Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja
Ambulu Kabupaten Jember”. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan spiritualitas dengan tekanan darah tinggi pada
lansia penderita hipertensi. Desain penelitian yang digunakan adalah
korelasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam
penelitian ini berjumlah 73 responden. Sampel dalam penelitian ini
berjumlah 60 responden dengan menggunakan teknik purposiv
sampling. Hasil analisis uji statistik Pearson terbukti ada hubungan
yang signifikan antara spiritualitas dengan tekanan darah pada lansia
penderita hipertensi degan nilai ρ value 0,000 (α=0,05) serta nilai r yaitu
0,519 yang berarti kekuatan hubungan antar variabel adalah sedang.
Persamaan dengan penelitian ini adalah penggunaan variabel
spiritualitas dan tekanan darah, serta menggunakan desain penelitian
korelasional dengan pendekatan cross sectional. Sedangkan perbedaan
dengan penelitian diatas yaitu terkait tujuan, waktu, tempat dan variabel
(dukungan keluarga), tema penelitian (bukan hemodialisis), dan sampel
penelitian.
52
(GGK) Hemodialisis
Dialisis peritonial
Transplantasi ginjal Komplikasi HD :
Komplikasi GGK : Manajemen konservatif Regulasi tekanan darah
Penyakit tulang Emboli udara
Penyakit kardiovaskuler Nyeri dada
Tekanan Darah
Anemia Pruritus
(TD)
Disfungsi seksual Gangguan keseimbangan dialisis
(kejang)
Kram otot
Dukungan Bentuk dukungan Mual dan muntah
Keluarga keluarga :
Faktor-faktor yang
Dukungan penilaian
Dimensi spiritualitas : mempengaruhi TD :
Dukungan instrumental
Belief in God Nutrisi
Dukungan informasional
Search for Meaning Aktivitas fisik
Dukungan emosional
Mindfulness Kualitas Tidur
Feeling of Security Psikologis
Spiritualitas