Sem Tem
Sem Tem
ngene tapi saiki individu, berhubung iki teko awakmu aku gak gae iki soale engkok podo.
Dadi iki gaween ae, wes tak toto, aku mek contoh analisa toh kok. Jare pak samik, gapopo
nek contoh analisis.e podo. Soale teko jurnale kan podo. Minggu depan dikumpulno.
a. Biologi
Mengambil bagian yang ingin diamati dan diletakkan pada lapisan tipis karbon
atau formvar film. Untuk partikel seperti virus harus dibekukan pada lapisan es yang
tipis.
b. Material
Melakukan preparasi sampel untuk metalografi klasik, seperti grinding, polishing
danetching untuk memperoleh sampel yang tipis dan tembus atau dapat dilewati electron.
Namun, untuk pada masa sekarang teknik FIB mulai digunakan sebagai pengganti teknik
metalografi klasik tersebut.
1.2. Manfaat
Gambar 3.3.1. (a) TEM dengan ukuran partikel relatif besar (b) TEM dengan ukuran partikel
relatif kecil (c) area difraksi (d) gambar HRTEM (e) jarak kisi pada
nanopartikel perak
b. Contoh analisis dari jurnal Usage of AFM, SEM, and TEM for the research of carbon
nanotubes
Gambar 3.3.2. Gambar TEM dari berkas SWCNT dengan katalis logam dan karbon amorf
(a) marker 20 nm (b) marker 50 nm
Gambar 3.3.3. Gambar TEM dari single-walled nanotube karbon (a) marker 20 nm (b) marker
10 nm
b. Contoh analisis dari jurnal Usage of AFM, SEM, and TEM for the research of carbon
nanotubes
Kadangkala beberapa nanotube dalam sampel tidak dalam berkas, jadi mereka
berdiri sendiri seperti gambar 3.3.3. Dalam hal ini dapat ditentukan panjang nanotube
dan diameter secara langsung.
Differential Thermal Analysis (DTA) adalah suatu teknik di mana suhu dari suatu
sampel dibandingkan dengan material inert. Suhu dari sampel dan pembanding pada
awalnya sama sampai ada kejadian yang mengakibatkan perubahan suhu seperti
pelelehan, penguraian, atau perubahan struktur kristal sehingga suhu pada sampel
berbeda dengan pembanding. Bila suhu sampel lebih tinggi daripada suhu pembanding
maka perubahan yang terjadi adalah eksotermal, dan endotermal bila sebaliknya.
Prinsip analisa DTA adalah pengukuran perbedaan temperatur yang terjadi antara
material sampel dan pembanding dampel sebagai hasil dari reaksi dekomposisi. Sampel
adalah material yang akan dianalisis, sedangkan material referensi adalah material
dengan substansi yang diketahui dan tidak aktif secara termal. Dengan menggunakan
DTA, material akan dipanaskan pada suhu tinggi dan mengalami reaksi dekomposisi.
Dekomposisi material ini diamati dalam bentuk kurva DTA sebagai fungsi temperatur
yang diplot terhadap waktu. Reaksi dekomposisi dipengaruhi oleh efek spesi lain, rasio
ukuran dan volume, serta komposisi materi.
Umumnya, DTA digunakan pada range suhu 190-1600°C. Sampel yang
digunakan sedikit, hanya beberapa miligram. Hal ini dilakukan untuk mengurangi
masalah gradien termal akibat sampel terlalu banyak yang menyebabkan berkurangnya
sensitivitas dan akurasi instrumen.
2.2. Manfaat
- Untuk mengetahui termodinamika dari sebuah reaksi
- Untuk mengukur variasi entropi
- Untuk mengetahui transisi fasa.
- Pada banyak kasus, pengukuran metode DTA digunakan untuk mengetahui secara
kualitatif sifat termodinamika suatu material di atas temperatur.
Gambar 5.3.1. Kurva DTA reaksi oksidasi CO dengan menggunakan : (a) Al2O3 (blank), (b)
Fe2O3, (c) Co3O4, (d) NiO, dan (e) CuO dengan kondisi laju kanaikan suhu
25°C per menit dan laju alir campuran gas 40% CO, 40% N 2, dan 20% O2
dengan laju alir 50 mL/menit.
Sampel Eucalyptus
dalam asam asetat
Sampel Eucalyptus
dalam air destilasi
Gambar (a) sampel yang di treatment ultrasound dalam larutan soda dalam
berbagai variasi waktu, puncak lebar dari dekomposisi ditunjukkan pada 341 oC.
Sebaliknya, sampel yang tidak di treatment menunjukkan kurva pada 361oC dan
300oC. Puncak yang terpisah dapat menunjukkan deomposisi hemiselulosa dan
selulosa.
Gambar 1 (b) dan (c) menunjukkan sampel pretreatment dengan ultrasound
dalam asam asetat dan air destilasi, yang menunjukkan hasil yang berbeda, dimana
lebih kompleks dibandingkan dengan sampel yang ada di larutan soda. Pada puncak
pertama, menunjukkan dekomposisi hemiselulosa, pada 308oC sementara puncak
selulosa muncul pada 366oC. Tidak ada perbedaan yang banyak antara sampel
ultrasound dengan kontrol. Fenomena ini dapat berhubungan dengan hilangnya logam
alkali seperti kalsium dan magnesium, yang tidak berarti berhubungan dengan
pirolisis selulosa dan hemiselulosa.