Anda di halaman 1dari 13

Arti Penting Analisis Laporan Keuangan

Analisis terhdap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya karena


ingin mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat resiko atau
tingkat kesehatan suatu perusahaan. Analisis keuangan yang mencakup
analisis rasio keuangan, analisis kelemahan dan kekuatan di bidang financial
akan sangat membantu dalam menilai prestasi manjemen masa lalu dan
proyeksinya di masa datang.

Laporan keuangan yang disusun secara baik dan akurat dapat memberikan
gambaran keadaan yang nyata mengenai hasil atau prestasi yang telah
dicapai oleh suatu perusahaan selama kurun waktu tertentu. Apalagi
informasi mengenai kinerja keuangan suatu perusahaan sangat bermanfaat
untuk berbagai pihak, seperti investor, kreditur, pemerintah, bankers, pihak
manajemen sendiri dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Arti penting analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut :


1. Bagi pihak manajemen: untuk mengevaluasi kinerja perusahaan,
kompensasi, pengembagan karier.
2. Bagi pemegang saham: untuk mengetahui kinerja perusahaan,
pendapatan, keamanan investasi.
3. Bagi kreditur; untuk mengetahui kemampuan perusahaaan melunasi
utang beserta bunganya.
4. Bagi pemerintah; pajak, persetujuan untuk go public.
5. Bagi karyawan; penghasilan yang memadai, kualitas hidup, keamanan
kerja.

Macam-macam Laporan Keuangan

Laporan Keuangan juga melaporkan prestasi historis dari suatu perusahaan


dan memberikan dasar, bersama dengan analisis bisnis dan ekonomi, untuk
membuat proyeksi dan peramalan untuk masa depan (J. Fred Weston &
Thomas E. Copeland, 1994: 24). Laporan keuangan adalah laporan yang
memuat hasil-hasil perhitungan dari proses akuntansi yang menunjukkan
kinerja keuangan suatu perusahaan pada suatu saat tertentu.

Jenis Laporan Keuangan


Laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan biasanya terdiri: 
a) Neraca: laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang, modal dari
suatu perusahaan pada suatu saat tertentu menunjukkan posisi
keuangan (aktiva, utang dan modal) pada saat tertentu. Tujuan neraca
adalah menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu
tanggal tertentu, biasanya pada waktu di mana buku-buku ditutup dan
ditentukan sisanya pada suatu akhir tahun fiskal atau tahun kalender
(misalnya pada tanggal 31 Desember 200x)
b) Laporan laba rugi: suatu laporan yang menunjukkan pendapatan dari
penjualan, berbagai biaya, dan laba yang diperoleh oleh perusahaan
selama periode tertentu
c) Laporan saldo laba: menunjukkan perubahan laba ditahan selama
periode tertentu.
d) Laporan arus kas: Menujukkan arus kas selama periode tertentu.
e) Catatan atas laporan keuangan: berisi rincian neraca dan laporan laba
rugi, kebijakan akuntansi, dan lain sebagainya.

1. Rasio likuiditas

Rasio Menurut Fred Weston dikutip dari kasmir (2008 :129): Menjelaskan
bahwa rasio likuiditas (likuidity ratio) adalah rasio yang memperlihatkan
kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka
pendeknya.

Sedangkan yang termasuk dalam hutang lancar yakni hutang wesel, hutang
bank, hutang gaji, hutang dagang dan hutang lainya. Dalam rasio-rasio
likuiditas, analisa yang dilakukan ialah menggunakan rasio sebagai berikut.

Rasio Lancar (Current Ratio)


Rasio lancar memilik fungsi utama yaitu sebagai alat ukur kemampuan
perusahaan pada saat membayar kewajiban jangka pendek atau utang
negarayang sudah jatuh tempo, dengan menggunakan aktiva lancar yang
tersedia.

Rasio lancar juga sebagai pembanding antara hutang lancar dengan aktiva
lancar. Rasio lancar juga memberikan sebuah informasi terhadap
kemampuan aktiva lancar untuk menutupi hutang lancar.

Dimana yang masuk kedalam hutang lancar antara lain seperti piutang
dagang, kas, persediaan dan juga aktiva lainya. Dibawah ini terrdapat rumus
dari Rasio Lancar :
Rumus Rasio Lancar = Aktiva Lancar / Hutang Lancar x 100%

Contoh Ilustrasi Rasio Lancar :


Apabila rasio lancar 1 : 1 atau 100% itu menunjukan kalau aktiva lancar bisa
menutupi seluruh hutang lancar. Maka suatu persusahaan akan dikatakan
sehat jika rasionya berada di atas angka 1 atau di atas 100%.

Tidak hanya itu saja aktiva lancar juga harus jauh di atas jumlah hutang
lancar.

Rasio Cepat (Quick Ratio atau Acid Test  Ratio


Rasio cepat ini  memiliki fungsi yakni dapat menunjukan  kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban atau utang alua menggunakan
aktiva alua tanpa memperhitungkan nilai persediaan.

Quick ratio ini sering dikenal juga dengan acid ratio, yaitu pertimbangan
antara jumlah aktiva alua yang dikurangi dengan persediaan, dengan
jumlah hutang alua .
Dalam hal ini persediaan tidak akan dimasukkan kedalam perhitungan quick
ratio, sebab persediaan adalah salah satu komponen dari aktiva alua dan
yang paling kecil juga tingkan likuiditasnya,
Quick Ratio dalam hal ini lebih berfokus pada komponen-komponen aktiva
alua yang sudah pasti likuid seperti kas, surat-surat berharga, piutang yang
dihubungan dengan hutang alua atau biasa disebut dengan hutang
jangkan pendek.
Berikut ini adalah rumus Quick Ratio :

Quick Ratio = Aktiva Lancar – Persediaan / Hutang Lancar x 100%


Apabila muncul perbedaan yang begitu signifikan antara current ratio
dengan quick ratio, dimana posisi dari quick ratio menurun sedangkan
current rationya justru meningkat, hal tersebut memperlihatkan alua terjadi
sebuah investasi yang besar pada persediaan.

Tidak hanya itu saja rasio ini juga akan memperlihatkan kemampuan dari
aktiva alua yang paling likuid serta bisa menutupi hutang alua . Dimana
semakin besar dari Quick Ratio maka akan semakin baik pula.

Akan tetapi untuk angka rasio ini tidaklah harus mencapai angka 100% atau
1 : 1 artinya meskipun rasionya tidak mencapai angka 100% dan hanya bisa
mendekati angka 100% saja maka perusahaan juga sudah dapat dikatakan
sehat.

Cash Ratio
Cash Rasio ini memiliki fungsi yakni untuk membandingkan antara kas dan
juga aktiva alua yang dapat dengan segera mungkin menjadi uang kas
dengan hutang lanca. Kas yang dimaksud dalam hal ini adalah uang
perusahaan yang disimpan di kantor dan ada juga yang berada di bank yang
berupa rekening koran.
Berbeda lagi dengan harta setara dengan kas atau near cah yang
merupakan harta alua yang bisa dengan mudah serta cepat untuk bisa
diuangkan kembali, hal tersebut terjadi karena bisa dipengaruhi oleh kondisi
perekonomian Negara yang menjadi domisili dari perusahaan yang
berkaitan.
Dibawah ini terdapat rumus dari Cah Ratio :

Cash Ratio = Kas + Setara Kas / Hutang Lancar x 100%


Rasio ini akan memperlihatkan porsi jumlah kas di tambah dengan setara
kas selanjutnya dibandingkan dengan total aktiva lancar. Dan apabila kondisi
semakin besar maka akan semakin baik juga, rasio ini juga mirip dengan
Quick Ratio, dimana angkanya tidak harus mencapai angka 100%.

 2. Rasio Aktivitas 


Yaitu rasio yang dipakai untuk mengukur efesiensi perusahaan dalam
menggunakan aktiva (asset) yang dimilikinya. Kinerja dari rasio ini juga akan
melihat pada beberapa asset yang perusahaan miliki, dan selanjutnya rasio
ini akan menentukan berapa tingkat aktivitas-aktivitas asset tersebut pada
tingkatan tertentu.

Jika terjadi aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu hal
tersebut menyebabkan semakin besarnya dana kelebihan aktiva lain yang
lebih produktif.

Disini terdapat beberapa rasio yang dipakai untuk pengalokasian dana


kelebihan tersebut. Dalam analisis aktiva rasio yang digunakan ialah :

Rasio Perputaran Persediaan (inventory turnover ratio)


Rasio perputaran persediaan ini mempunyai sebuah fungsi yakni untuk
mengukur aktivitas atau likuiditas dari persediaan sebuah perusahaan.

Tidak jauh berbeda dengan perputaran piutang, rasio ini juga menunjukkan
angka likuiditas dari perusahaan, dengan cara mengukur efesiensi dari
sebuah perusahaan saat mengelola dan menjual persediaan yang
perusahaan miliki saat ini.

Menurut (Hanafi dan Halim, 2000:80) menjelaskan bahwa adanya peputaran


persediaan yang tinggi itu menunjukkan kalau semakin tingginya persediaan
berputar dana satu tahun, sehingga hal ini menunjukkan adanya efektivitas
menajemen persediaan.

Akan tetapi sebaliknya jika perputaran persediaan yang perusahaan miliki


ternyata rendah maka hal itu memperlihatkan kalau kurang adanya
keefektifan dalam pengelolaan persediaan pada perusahaan tersebut.

Berikut ini terdapat rumus perhitunganya:

Perputaran Persediaan = HPP / Rata-rata Persediaan x 1 Kali


Perputaran Piutang
Rasio perputaran piutang dipakai untuk mengukur rata-rata piutang yang
sudah dikumpulkan dalam satu tahun. Dan kegunaan dari rasio ini juga
sebagai alat ukur kualitas piutang dan juga efesiensi perusahaan dalam
mengumpulkan piutang ataupun kebijakan kredit yang dikeluarkanya.

Rasio ini juga sangat erat sekali kaitanya dengan hubungan analisis terhadap
modal kerja, sebab analisis ini akan memperlihatkan seberapa cepat piutang
dalam perusahaan berputar dan selanjutnya berubah menjadi kas.

Untuk mengetahui jangka waktu pelunasan bisa dilihat dari angka jumlah
hari piutang, dimana hal ini menunjukan lamanya waktu piutang dapat
ditagih.

Untuk menghitung rasio perputaran bisa menggunakan rumus berikut ini:

Perputaran Piutang = Penjualan Bersih / Rata-rata Piutang Dagang


Sutrisno, 2001:251 berpendapat bahwa rasio ini berfungsi guna mengukur
efektivitas pengelolaan persediaan, dimana semakin tinggi tingkat
perputaranya maka akan semakin efektif juga pengelolaan persediaanya.
Rasio Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turn Over Ratio
Pada rasio perputaran total aktiva akan memperlihatkan efesiensi
perusahaan dalam menggunakan seluruh aktivanya untuk menghasilkan
penjualan.

Didalam bukunya Hanafi dan Halim 2000:81 memaparkan kalau rasio ini
tidak ada bedanya dengan rasio perputaran aktiva tetap, dan pada rasio ini
yang dihitung hanyalah efektivitas penggunaan total aktiva saja.

Manajemen yang baik bisa ditunjukkan dari rasio yang tinggi dari perputaran
total aktiva, akan tertapi sebaliknya bila rasionya rendah maka manajemen
haruslah melakukan evaluasi kembali mengenai strategi pemasaran serta
pengeluaran investasi atau modalnya.

Didalam rasio perputaran total aktiva rumus yang bisa digunakan yakni :

Perputaran Total Aktiva = Penjualan / Total Aktiva


Dalam hal ini Sutrisno di dalam bukunya memaparkan kalau rasio ini adalah
ukuran efektif pemanfaatan aktiva dalam menghasilkan penjualan, sebab
semakin tingginya perputaran maka akan semakin efektif juga perusahaan
memanfaatkan aktivitasnya.

3. Rasio Solvabilitas
Rasio Solvabilitas merupakan Rasio yang digunakan dalam menetapkan
seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan utang.

Rasio ini juga mengukur kemampuan perusahaan pada saat membayar


seluruh kewajibanya baik jangka pendek maupun jangka panjang jika
perusahaan dilikuidasi (dibubarkan).

Perusahaan yang mempunyai kekayaan atau aktiva yang cukup untuk


membayar seluruh hutang-hutangya disebut juga sebagai perusahaan yang
solvable, sedangkan jika tidak disebutkan dikenal sebagai perusahaan yang
insovable.

Berhubungan dengan perhitungan rasio solvabilitas yang dapat digunakan


yakni seperti berikut :

Rasio total hutang terhadap total aktiva


Rasio ini memiliki sebuah fungsi untuk mengukur seberapa besar aktiva
perusahaan yang dibiayai oleh utang atau seberapa besar hutang
perusahaan dapat berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.

Rasio hutang atau yang biasanya dikenal dengan Debet ratio ini bisa
digunakan untuk mengukur presentase besarnya dana yang bersumber dari
hutang yang perusahaan miliki baik yang berjangka pendek ataupun yang
berjangka panjang.

Nah berikut ini rumus yang bisa digunakan dalam mengukur besarnya
hutang pada suatu perusahaan.

Debt Ratio = Total Hutang / Total Aktiva x 100%


Rasio Hutang dengan modal sendiri
Dengan dibuatnya rasio hutang terhadap ekuitas agar melihat sebuah
hubungan antara jumlah utang jangka panjang dengan jumlah modal sendiri
yang diberikan oleh pemilik perusahaan.

Tidak hanya itu saja maksud dari rario hutang dengan modal sendiri ialah
keseimbangan antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal
sendiri, atau bisa dilihat dengan semakin tinggi rasio ini maka itu
menandakan kalau modal sendiri lebih kecil bila dibandingkan dengan
hutangnya.

Apabila anda mempunyai sebuah perusahaan kami disini menyarankan


sebaiknya besaran hutang tidakmelebihi modal sendiri. Hal tersebut
ditujukan supaya beban tetapnya tidak terlalu tinggi.

Maka bisa disimpulkan apabila semakin kecil rasio ini semakin baik. Artinya
apabila semakin kecil hutang terhadap moda maka akan semakin aman.
Berikut ini terdapat rumus yang bisa anda gunakan:

Debt to Equity Ratio = Total Hutang / Modal x 100%

4. Rasio Profitabilitas
Suatu kemampuan perusahaan dalam mendapatkan keuntungan melalui
seluruh  kemampuan dan sumber yang dimiliki seperti kegiatan penjualan,
kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan lain sebagainya
merupakan pengertian dari Rasio Profitabilitas.

Rasio yang satu ini sangat diperhatikan sekali  sebab rasio ini berhubungan
dekat dengan lekangsungan hidup sebuah perusahaan dan dibawah ini
beberapa rasio yang termasuk dalam rasio rentabilitas:

Margin laba kotor (Gross profit margin)


Margin laba kotor  merupakan sebuah ukuran persentase dari  setiap hasil
sisa penjualan sesudah perusahaan membayar  harga pokok penjualan.

Rasio Margin laba kotor juga memeliki kelebihan untuk mencerminkan atau
menggambarkan laba kotor pada setiap penjualan.
Rasio Laba Kotor itu sendiri merupakan sebuah perbandingan yang dilakukan
antara laba kotor yang didapat suatu perusahaan dengan tingkat penjualan
yang dicapai perusahaan dalam satu periode yang sama.

Dimana semakin tinggi rasionya maka akan semakin baik juga kondisi
keuangan dari perusahaan tersebut.

Gross Profit Margin = Laba Kotor / Penjualan Bersih x 100%


Dengan memakai rasio ini akan terlihat kemampuan dari suatu perusahaan
dalam menghasilkan laba yang akan menutupi seluruh biaya-biaya atau
biaya operasional lainya.

Dengan mengetahui hasil perhitungan dari rasio ini maka perusahaan bisa
mengontrol pengeluaran untuk biaya operasional serta biaya tetap
perusahaan. Dengan begitu perusahaan bisa menikmati laba. Karena
semakin tinggi rasio ini maka semakin baik juga perusahaan.

Margin Laba Operasi (Operation Profit Margin)


Margin laba operasi adalah sebuah bentuk ukuran presentase dari  setiap
hasil sisa  penjualan setelah semua beban dan pengeluaran lain  dikurangi
kecuali bunga  dan pajak, atau laba bersih  yang diperoleh  dari  setiap
rupiah penjualan.

Rumus Margin Laba Operasi sebagi berikut :

Margin Laba Operasi = Laba setelah Pajak / Penjualan x 100%


Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)
Merupakan ukuran presentase dari setiap hasil sisa penjualan sesudah
dikurangi semua biaya dan pengeluaran, termasuk bunga, dan  pajak.

Menurut Prastowo dan Juliati, 2003:91 berpendapat kalau margin laba bersih
atau Net Profit Margin, sangat berguna untuk mengukur rupiah laba bersih
yang didapat dari setiap satu rupiah penjualan dan selanjutnya untuk
mengukur efesiensi, biaya produksi, pemasaran, adminsitrasi, pendanaan,
pengelolaan pajak maupun penentuan harga.

Dengan semakin tingginya rasio ini justru memperlihatkan kemampuan


suatu perusahaan dalam menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat
penjualan tertentu.
Akan tetapi jika rasionya malah lebih rendah, hal tersebut akan
memperlihatkan penjualan yang begitu rendah untuk tingkat biaya tertentu,
atau biaya yang begitu tinggi untuk penjualan tertentu, ataupun dua
gabungan dari kedua hal tersebut.

Margin Laba Bersih = Laba setelah Pajak / Penjualan Bersih x 100%


Rasio ini memiliki fungsi utama yakni untuk mengukur jumlah setiap laba
bersih yang didapat dari setiap satu rupiah penjualan.

Jika kita simpulkan kalau semakin tinggi rasionya maka hal tersebut
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang tinggi
pada tingkat penjualan tertentu.

ROI (Return On Investment)


Didalam buku Sutrisno, 2001:225 memaparkan kalau ROI adalah
kemampuan suatu perusahaan dalam memperoleh keuntungan yang akan
dipakai untuk investasi yang dikeluarkan.

Pemanfaatan laba pada rasio ini ialah laba bersih sesudah pajak atau EAT.
Dibawah ini adalah rumus untuk mencari ROI:

Return On Investment = EAT / Investasi x 100%


Jika nilai ROI nya semakin tinggi maka akan semakin baik, rasio ini
digunakan untuk mengukur jumlah rupiah dari laba bersih sesudah pajak
yang diperoleh dari setiap rupiah investasi yang dikeluarkan.

5. Market Value Ratios


Market Value Ratios adalah rasio yang berhubungan dengan harga saham perusahaan dengan
laba, ARUS KAS, dan nilai buku per saham (EPS).
Rasio ini memberikan indikasi bagi manajemen perusahaan tentang bagaimana pandangan
investor terhadap risiko investasi dan prospek perusahaan di masa depan.

Ada tiga rasio pasar, yaitu:

 Rasio harga/laba
 Rasio harga/arus kas
 Rasio nilai pasar/nilai buku.
a. Rasio Nilai Pasar – Harga Laba (Price Earning)
Rasio harga per saham terhadap laba per saham menunjukkan jumlah dana
yang dibayarkan oleh investor untuk setiap laba yang dilaporkan.
Bila dinyatakan dalam sebuah rumus adalah seperti berikut ini :
Rasio Harga/Laba = Harga per Saham : Laba per
Saham
Untuk contoh perhitungan dari ketiga rasio nilai pasar, masih menggunakan
contoh laporan keuangan perusahaan tbk berikut ini:
Contoh Laporan Keuangan Neraca Perusahaan:

 
Contoh Laporan Laba Rugi:

Dengan menggunakan contoh laporan keuangan perusahaan tbk di atas,


maka nilai rasio harga/laba perusahaan tersebut adalah :

= 23 :  2,35 = 9,8x

Rata-rata industri = 11,3x


Saham perusahaan djual pada harga  23 dengan EPS sebesar 2,35, rasio P/E
nya adalah 9,8 kali.
Rasio P/E perusahaan berada di bawah rata-rata perusahaan dalam industri
sejenis.
Hal ini menunjukkan perusahaan yang dinilai lebih berisiko daripada
perusahaan pada umumnya, memiliki prosepek pertumbuhan yang kurang
baik, atau keduanya.

b. Rasio Nilai Pasar – Harga Arus Kas (Price Cash Flow Ratio)
Rasio Harga/Arus Kas (Price/Cash Flow Ratio) adalah rasio harga per saham
dibagi dengan arus kas per saham. Hal itu menunjukkan jumlah dana yang
akan dibayarkan investor untuk setiap dana arus kas. Di beberapa industri,
harga saham memiliki hubungan yang lebih erat dengan arus kas daripada
laba bersih. Karena itu, investor sering melihat Rasio Harga/Arus Kas
(Price/Cash Flow Ratio) ini.

Bila dituliskan dalam sebuah rumus :


Rasio Harga/Arus Kas = Harga per Saham : Arus Kas
per Saham
Arus kas per saham dihitung dari laba bersih ditambah penyusutan dan
amortisasi dibagi dengan jumlah saham beredar. Masih menggunakan data
contoh laporan keuangan perusahaan tbk di atas, maka diperoleh nilai Rasio
Harga/Arus Kas (Price/Cash Flow Ratio) :
= 23 : 4,35 = 5,3x
Rata-rata idustri = 5,4x
Nilai Rasio Harga/Arus Kas (Price/Cash Flow Ratio) perusahaan berada sedikit
di bawah rata-rata dan risikonya berada di atas rata-rata atau keduanya.
Perlu dicatat bahwa karena alasan tertentu, para analis juga melihat rasio-
rasio lain selain rasio ini.
Misalnya, tergantung pada industrinya, analis juga melihat harga/penjualan,
harga/pelanggan, atau harga/(EBITDA per saham).
Namun pada akhirnya, nilai perusahaan akan tergantung pada laba dan arus
kas.
Jadi jika rasio-rasio yang digunakan tidak memproyeksikan tingkat EPS dan
arus kas di masa depan, maka tidak usah digunakan.
 
c. Rasio Nilai Pasar – Nilai Buku (Market Book)

Rasio pasarharga saham terhadap nilai bukunya memberikan indikasi


pandangan investor atas perusahaan. Perusahaan yang dipandang baik oleh
investor, yang artinya perusahaan dengan laba dan arus kas yang aman.
Serta terus mengalami pertumbuhan dijual dengan rasio nilaibuku yang lebih
tinggi  dibandingkn perusahaan dengan pengembalian yang rendah.
Rasio ini bila dinyatakan dalam sebuah rumus adalah:
Rasio Nilai Pasar/Nilai Buku = Harga Pasar per Saham : Nilai Buku per Saham
Nilai Buku per Saham = Ekuitas Biasa : Jumlah Saham Beredar
Langsung saja contoh perhitungan rasio ini dengan menggunakan data dari
contoh laporan keuangan perusahaan tbk di atas.
Maka pertama kita hitung nila buku per saham :
= 940 : 50 = 18,8
Selanjutnya, kita membagi harga pasar per saham dengan nilai buku per
saham untuk mendapatkan rasio nilai pasar/nilai buku :
=23 : 18,8 = 1,2x
Rata-rata industri = 1,7x
Dari hasil perhitungan di atas kita  mengetahui bahwa nilai rasio nilai
pasar/nilai buku perusahaan adalah sebesar 1,2 kali. Hal ini berarti investor
bersedia membayar lebih rendah dari nilai buku perusahaan dibandingkan
dengan rata-rata perusahaan dalam industri yang sejenis.
Pada umumnya Rasio Nilai Pasar/Nilai Buku besarnya lebih dari satu. Ini
artinya investor bersedia membayar saham lebih besar dari pada nilai buku
akuntansinya. Hal ini terjadi karena nilai aset yang dilaporkan dalam neraca
perusahaan kurang mencerminkan inflasi dan goodwill.
Jadi, aset yang dibeli beberapa tahun lalu pada harga sebelum inflasi dicatat
berdasarkan harga perolehan awalnya. Meskipun inflasi telah menyebabkan
nilai aset yang sebenarnya naik secara signifikan. Kelangsungan usaha yang
berhasil juga memiliki nilai yang lebih besar daripada biaya perolehan
historisnya. Jika suatu perusahaan menerima tingkat pengembalian atas aset
yang rendah. Maka Rasio Nilai Pasar/Nilai Buku akan relatif lebih rendah
dibandingkan rata-rata perusahaan lain. Sebaliknya perusahaan yang sangat
berhasil, seperti Mocrosoft, Google, Facebook, Gojek mencapai tingkat
pengembalian atas aset yang tinggi.
Sehingga mengakibatkan nilai pasarnya jauh melebihi nilai bukunya.

Anda mungkin juga menyukai