Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

TENTANG
PSIKOSIS POST PARTUM

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3 KELAS - A.2 / SEMESTER 6
NAMA :
M.REZA RAHMANA (STYC 15
RAHMAN HADI PUTRA ( STYC 15
SUCIATI ( 073 STYC 15 )
MURANTI NURPITASARI (STCY 15
SAHRIL RAMDANI (STYC 15
RANI KOMALSARI (STYC 15

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan
nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga sampai sekarang kita bisa beraktivitas
dalam rangka beribadah kepada-Nya dengan salah satu cara menuntut ilmu.
Shalawat serta salam tidak lupa penulis senandungkan kepada tauladan semua
umat Nabi Muhammad SAW, yang telah menyampaikan ilmu pengetahuan
melalui Al-Qur’an dan Sunnah, serta semoga kesejahteraan tetap tercurahkan
kepada keluarga beliau, para sahabat-sahabatnya dan kaum muslimin yang tetap
berpegang teguh kepada agama Islam.
Penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada Ibu Winda, S.Kep., Ners.,
M.Kep. selaku Dosen Pengampu system reproduksi yang telah memberikan
bimbingan dan masukan sehingga Makalah “psikosis post partum” ini dapat
tersusun sesuai dengan waktu yang telah di tentukan. Semoga amal baik yang
beliau berikan akan mendapat balasan yang setimpal dari Allah S.W.T.
Akhir kata semoga Makalah ini senantiasa bermanfaat pada semua pihak
untuk masa sekarang dan masa yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Mataram, 6 july 2018

Penulis,
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................2
1.4 Manfaat..................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi...................................................................................................4
2.2 Etiologi...................................................................................................4
2.3 Gambaran klinis.....................................................................................7
2.4 Tanda tanda dan gejala...........................................................................8
2.5 patway..................................................................................................15
2.6 pelaksanaan..........................................................................................16
2.7 terapi obat.............................................................................................18
2.8 evaluasi pencegahan.............................................................................19
BAB III ASUHAN KEPERWATAN
3.1 pengkajian………………………………………………………………
3.2 diagnosa………………………………………………………………..
3.3 intervensi……………………………………………………………….
3.4 implementasi……………………………………………………………
3.5 evaluasi…………………………………………………………………
BAB IV PENUTUP
3.1 Simpulan..............................................................................................23
3.2 Saran....................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
a. definisi psikosis
Psikosis post partum adalah : masalah kejiwaan serius yang
dialami ibu selesai bersalin dan ditandai dengan agitasi yang hebat,
pergantian perasaan yang cepat, depresi dan delusi (Hera wati Mansur
2010). psikosis postpartum adalah suatu kondisi mental yang sangat serius
yang memerlukan perhatian medis segera. Menariknya, studi tentang
tingkat gangguan telah menunjukkan bahwa jumlah perempuan yang
mengalami psikosis postpartum tidak berubah sejak pertengahan 1800-an
Sementara itu adalah bentuk paling ekstrim dari gangguan mood
pascamelahirkan, psikosis pascapersalinan juga merupakan salah satu yang
paling langka. Biasanya digambarkan sebagai periode ketika seorang
wanita kehilangan sentuhan dengan realitas, gangguan tersebut terjadi
pada wanita yang baru melahirkan. Ini mempengaruhi antara satu dan dua
perempuan per 1000 wanita yang telah melahirkan. Sayangnya, meskipun
banyak wanita dengan gangguan tersebut menyadari sesuatu yang salah
dengan mereka, kurang dari 20% benar-benar berbicara kepada penyedia
pelayanan kesehatan mereka. Masih sedih adalah kenyataan bahwa
psikosis postpartum sering salah didiagnosis atau dianggap depresi
postpartum , sehingga mencegah seorang wanita menerima perhatian
medis yang tepat yang dibutuhkan Wanita yang tidak menerima
pengobatan yang tepat seringkali merespon dengan baik tapi biasanya
mengalami depresi pascamelahirkan sebelum benar-benar pulih. Namun,
tanpa pengobatan, psikosis dapat menyebabkan konsekuensi yang tragis.
Psikosis postpartum memiliki tingakt bunuh diri 5% dan tingkat
pembunuhan bayi 4%, Meskipun timbulnya gejala dapat terjadi kapan saja
dalam tiga bulan pertama setelah melahirkan, wanita yang memiliki
postpartum psikosis biasanya mengalami gejala dalam 2-3 minggu
pertama setelah melahirkan. Gejala psikosis postpartum biasanya muncul
tiba-tiba, dalam 80% kasus, psikosis terjadi tiga sampai 14 hari setelah
periode bebas gejala. Patologi kebidanan adalah salah satu masalah dalam
pelayanan kesehatan dan harus dikenali gejalanya sejak dini. Pada bab ini
kita sebagai bidan harus bisa mengidentifikasi gangguan psikologi post
partum diantaranya depresi post parum, post partum blues, dan post
partum. Patologi kebidanan adalah salah satu masalah dalam pelayanan
kesehatan dan harus dikenali gejalanya sejak dini. Pada bab ini kita
sebagai bidan harus bisa mengidentifikasi gangguan psikologi post partum
diantaranya depresi post parum, post partum blues, dan post partum
psikosa.
b. Tujuan
 Tujuan umum
Untuk mengetahui dan mendalami tentang psikosis post partum
 Tujuan khusus
a. Untuk Mengentahui apa itu gangguan psikosis post partum
b. Untuk mengetahuai apa saja penyebab terjadinya psikosis post
partum
c. Untuk mengetahuai apa saja gangguan terjadinya psikosis
post partum
d. Untuk mengetahuai apa saja gejala terjadinya psikosis post
partum
e. Untuk mengetahuai apa saja penanganan untuk penyakit
psikosis post partum
BAB II
PEMBAHASAN
A. Psikosis Post Partum
a) Pengertian Psikosis Post Partum
Pertama kali dikenal sebagai gangguan psikologis pada tahun
1850, psikosis postpartum adalah suatu kondisi mental yang sangat serius
yang memerlukan perhatian medis segera. Menariknya, studi tentang
tingkat gangguan tersebut telah menunjukkan bahwa jumlah perempuan
yang mengalami psikosis postpartum tidak berubah sejak pertengahan
1800-an.
Psikosis Post partum adalah penyakit langka, dibandingkan dengan
tingkat depresi postpartum atau kecemasan. Hal ini terjadi pada sekitar 1
sampai 2 dari setiap 1.000 kelahiran, atau sekitar 0,1% dari kelahiran.
Biasanya yang paling sering dalam postpartum 4 minggu pertama.
Merupakan suatu episode psikotik akut pada wanita yag timbul tidak lama
setelah persalinan (Harold,1998).
Psikosis terjadi kurang lebih 2-3 per 1000 kelahiran (Kendell, et all dalam
Milles, 2005). Memerlukan perawatan psikiatrik, meskipun psikosis post
partum merupakan sindrom yang sangat jarang terjadi tetapi sebagai
gangguan paling berat dan dramatis yang terjadi pada periode post partum.
Postpartum Psikosis adalah gangguan mood yang dapat
menghancurkan perkembangan ibu pada postpartum, terjadi dua sampai
empat minggu atau segera setelah wanita melahirkan. Psikosis post partum
menyebabkan paranoia, halusinasi (mendengar suara-suara mendesak ibu
baru untuk bunuh diri atau anaknya), insomnia parah, kehilangan nafsu
makan, kecemasan dan depresi. Merupakan suatu episode psikotik akut
pada wanita yag timbul tidak lama setelah persalinan.

b) Etiologi
Disebabkan karena wanita menderita bipolar disorder atau masalah
psikiatrik lainnya yang disebut schizoaffektif disorder. Wanita tersebut
mempunyai resiko tinggi untuk terkena post partum psikosa.
c) Gambaran klinis
Psikosis pasca-bersalin (postpartum) dapat terjadi dalam jangka
waktu setahun setelah melahirkan anak. Sering dimulai dalam  minggu
pertama setelah bersalin. Kebanyakan pasien tidak pernah mengalaminya
atau tidak pernah mengidap psikiatrik sebelumnya.
Namun demikian, insidennya amat besar pada pasien dengan
riwayat gangguan bipolar, gangguan psikiatrik pasca persalinan dan
riwayat keluarga tentang gangguan psikiatrik pasca-bersalin sering pada 
Ganguan ini terjadi pada 0,1 – 0,2 % dari semua kehamilan dan lebih
jarang dari depresi pasca persalinan (Harold,1998).
Gambaran klinis:
1. Keresahan dan agitasi,
2. Kebingungan dan konfusi
3. Rasa curiga, ketakutan, dan insomnia
4. Episode mania (hipnaktif), misalnya berbicara dengan cepat terus
menerus,
5. Pengabaian kebutuhan nutrisi,
6. Halusinasi, gangguan perilaku mayor,
7. Suasana hati depresi mendalam. (Kendell, at all dalam Milles, 2005).
d) Gejala paling sering dijumpai
psikotik juga sering, gejala khas: agitasi, gelisah, menangis,
bingung, dan akhirnya timbul episoda psikotik yang gawat dengan
gambaran mania dan delerium. Peristiwa bunuh diri dan
membunuh bayi mencapai 10 % dari kasus yang tidak diobati.
Obsesi juga sering pada suatu impuls untuk mencederai atau
membunuh bayinya.
Gejala meliputi:
1. Perubahan suasana hati,
2. Perilaku tidak rasional dan gangguan agitasi
3. Ketakutan, kebingungan sebab ibu kehilangan kontak realitas secara
cepat,
Biasanya terjadi pada minggu pertama post partum dan jarang terjadi pada
3 hari sebelum post partum dengan mayoritas kejadian sebelum 16 hari
dari post partum (Kendell, at all dalam Milles, 2005).
Menurut Bobak ( 2004 ) pengkajian dapat dilakukan pada pasien
dalam beradaptasi menjadi orang tua baru yaitu:

1. Dampak pengalaman melahirkan


Banyak ibu memperlihatkan suatu kebutuhan untuk memeriksa proses
kelahiran itu sendiri dan melihat kembali perilaku mereka saat hamil
dalam upaya retrospeksi diri ( Konrad, 1987 ). Selama hamil, ibu dan
pasangannya mungkin telah membuat suatu rencana tertentu tentang
kelahiran anak mereka, hal – hal yang mencakup kelahiran pervagina dan
beberapa intervensi medis. Apabila pengalaman mereka dalam persalinan
sangat berbeda dari yang diharapkan ( misalnya ; induksi, anestesi
epidural, kelahiran sesar ), orang tua bisa merasa kecewa karena tidak bisa
mencapai yang telah direncanakan sebelumnya. Apa yang dirasakan orang
tua tentang pengalaman melahirkan sudah pasti akan mempengaruhi
adaptasi mereka untuk menjadi orang tua.
2.  Citra diri ibu
Suatu pengkajian penting mengenai konsep diri, citra tubuh, dan
seksualitas ibu. Bagaimana perasaan ibu baru tentang diri dan tubuhnya
selama masa nifas dapat mempengaruhi perilaku dan adaptasinya dalam
menjadi orang tua. Konsep diri dan citra tubuh ibu juga dapat
mempengaruhi seksualitasnya.
Perasaan – perasaan yang berkaitan dengan penyesuaian perilaku
seksual setelah melahirkan seringkali menimbulkan kekhawatiran pada
orang tua baru. Ibu yang baru melahirkan bisa merasa enggan untuk
memulai hubungan seksual karena takut merasa nyeri atau takut bahwa
hubungan seksual akan mengganggu penyembuhan jaringan perineum.
3. Interaksi Orang tua – Bayi
Suatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh meliputi evaluasi
interaksi orang tua dengan bayi baru. Respon orang tua terhadap kelahiran
anak meliputi perilaku adaptif dan perilaku maladatif. Baik ibu maupun
ayah menunjukkan kedua jenis perilaku maupun saat ini kebanyakan riset
hanya berfokus pada ibu. Banyak orang tua baru mengalami kesulitan
untuk menjadi orang tua sampai akhirnya keterampilan mereka membaik.
Kualitas keibuan atau kebapaan pada perilaku orang tua membantu
perawatan dan perlindungan anak. Tanda – tanda yang menunjukkan ada
atau tidaknya kualitas ini, terlihat segera setelah ibu melahirkan, saat orang
tua bereaksi terhadap bayi baru lahir dan melanjutkan proses untuk
menegakkan hubungan mereka.
4. Perilaku Adaptif dan Perilaku Maladaptif
Perilaku adaptif berasal dari penerimaan dan persepsi realistis orang
tua terhadap kebutuhan bayinya yang baru lahir dan keterbatasan
kemampuan mereka, respon social yang tidak matur, dan
ketidakberdayaannya. Orang tua menunjukkan perilaku yang adaptif
ketika mereka merasakan suka cita karena kehadiran bayinya.
Perilaku maladaptif terlihat ketika respon orang tua tidak sesuai
dengan kebutuhan bayinya. Mereka tidak dapat merasakan kesenangan
dari kontak fisik dengan anak mereka. Bayi – bayi ini cenderung akan
dapat diperlakukan kasar.
5. Struktur dan fungsi keluarga
Komponen penting lain dalam pengkajian pada pasien post partum blues
ialah melihat komposisi dan fungsi keluarga. Penyesuaian seorang wanita
terhadap perannya sebagai ibu sangat dipengaruhi oleh hubungannya
dengan pasangannya, ibunya dengan keluarga lain, dan anak – anak lain.
Perawat dapat membantu meringankan tugas ibu baru yang akan
pulang dengan mengkaji kemungkinan konflik yang bisa terjadi diantara
anggota keluarga dan membantu ibu merencanakan strategi untuk
mengatasi masalah tersebut sebelum keluar dari rumah sakit.
e) Phatway
     

      

f) Penatalaksanaan
Pada wanita yang menderita penyakit ini dapat terkena perubahan
mood secara drastis, dari depresi ke kegusaran dan berganti menjadi
euforia dalam waktu singkat. Penderita kehilangan semangat dan
kenyamanan dalam beraktifitas,sering menjauhkan diri dari teman atau
keluarga, sering mengeluh sakit kepala dan nyeri dada, jantung
berdebar-berdebar serta nafas terasa cepat.
Untuk mengurangi jumlah penderita ini sebagai anggota keluarga
hendaknya harus lebih memperhatikan kondisi dan keadaan ibu serta
memberikan dukungan psikis agar tidak merasa kehilangan perhatian.
Saran kepada penderita untuk:
1. beristirahat cukup
2. mengkonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang
3. bergabung dengan orang-orang yang baru
4. bersikap fleksible
5. berbagi cerita dengan orang terdekat
6.sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis
g) Terapi obat
Pasien mungkin membuntuhkan terapi obat untuk jangka
waktu tertentu, seperti; haloperidol (haldol) atau flufenazin
(prolixin, anatensol), keduanya diberikan dosis 2-5 mg per os 3x
sehari.
h) Evaluasi dan pengelolahan
1. Pertimbangankan risiko yang besar terjadi pembunuhan dan
membunuh bayinya tersebut, siapkan rawat inap untuk merawat
pasien.
2. Konseling berikutnya sangat di perlukan dan harus termasuk
pertolongan bayinya dan observasi pasien untuk terjadinya mania,
depresi, atau sindrom psikiatrik lainnya.
3. Terapi keluarga dapat membantu meninjau dan memproses dampak
episode ini pada keluarga, dan membantu mereka dalam mengatasi
dan mungkin terjadinya episode berikutnya.
4. Antipsikotika mungkin dibutuhkan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Sedangkan Pengkajian Dasar data klien menurut Marilynn E. Doenges
( 2001 ) Adalah:

1. Aktivitas / istirahat
 Insomnia mungkin teramati.
2. Sirkulasi
Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.
3. Integritas Ego
 Peka rangsang, takut / menangis ( ” Post partum psikosis ” sering
terlihat
kira – kira 3 hari setelah kelahiran ).
4. Eliminasi
 Diuresis diantara hari ke-2 dan ke-5.

5. Makanan / cairan
 Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan mungkin hari
– hari ke-3.
6. Nyeri / ketidaknyamanan
 Nyeri tekan payudara / pembesaran dapat terjadi diantara
hari ke-3 sampai ke-5 pascapartum.
7. Seksualitas
 Uterus 1 cm diatas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran,
menurun kira-kira 1 lebar jari setiap harinya. Lokhia rubra berlanjut
sampai hari ke-2- 3, berlanjut menjadi lokhia serosa dengan aliran
tergantung pada posisi (misalnya ; rekumben versus ambulasi berdiri
) dan aktivitas ( misalnya ; menyusui ). Payudara : Produksi
kolostrum 48 jam pertama, berlanjut pada susu matur, biasanya pada
hari ke-3; mungkin lebih dini, tergantung kapan menyusui dimulai.
8. Tanda-tanda Vital
1. Biasanya nadi meningkat, pernafasan meningkat, TD meningkat.
 Kebiasaan sehari-hari.
 Kebersihan perorangan
2. Biasanya kebersihan perorangan tidak terjaga (kebersihan kurang).
3. Tidur
Biasanya klien mengalami gangguan tidur, gelisah .
4. Data sosek .
Biasanya gangguan psikologis ini banyak ditemukan pada ekonomi
rendah .
5. Data psikologis.
Biasanya klien murung, gelisah, rasa tidak percaya kepada orang lain,
cemas, menari diri.
B. Diagnosa Keperawatan
a. Koping individu tidak efektif b/d stress kelahiran, konsep diri negative,
system pendukung, yang tidak adekuat.
b. Gangguan interaksi social b/d depresi berat.
c. Resiko mencederai diri sendiri dan bayi b/d Kurang rasa percaya :
kecurigaan terhadap orang lain, Panik, Reaksi kemarahan/amok.
d. Perubahan persepsi sensori : Pendengaran/penglihatan b/d panik,
menarik diri, stress berat, mengancam ego yang lemah
C. Intervensi Keperawatan
a. Koping individu tidak efektif b/d stress kelahiran, konsep diri
negative, system pendukung, yang tidak adekuat
Tujuan : Koping individu kembali efektif
Kriteria : 
 Klien menunjukkan kemampuan menyelesaikan masalah
 Klien menunjukkan kemampuan untuk mengekspresikan
perasaannya serta menunjukkan kemampuan memenuhi kebutuhan
fisiolgis dan psikologis
Intervensi:
a.   Terapkan hubungan terapeutik perawat- klien
Ras : Pasien mungkin merasa lebih bebas dalam konteks hubungan ini
b.  Kaji munculnya kemampuan koping positif, misalnya penggunaan teknik
ralaksasi, keinginan untuk mengekspresikan perasaan
Ras : Jika individu memiliki kemampuan koping yang berhasil dilakukan
pada masa lampau, mungkin dapat digunakan sekarang untuk mengatasi
ketegangan dan kontrol individu
c.   Dorong klien untuk berbicara mengenai apa yang terjadi saat ini dan apa
yang telah dilakukan untuk mengatasi perasaan ansietas
Ras : Menyatakan petunjuk untuk membantu klien dalam mengembangkan
kemampuan koping
d.  Sediakan lingkungan yang tenang dan tidak memanipulasi serta
menentukan apa yang dibutuhkan klien
Ras : Menurunkan ansietas dan menyediakan kontrol bagi klien selama
situasi krisis.
e.   Diskusikan perasaan menyalahkan diri sendiri/ orang lain
Ras : Ketika mekanisme ini dilindungi pada waktu kritis terdapat perasaan
kounter-produktif dan interfiksasi dari perasaan tidak tertolong dan tanpa
harapan
f.   Identifikasi tingkah laku penanggulangan yang baru bahwa klien
menunjukkan dan memperkuat adaptasi positif
Ras : Selama krisis, klien mengembangkan cara baru dalam menghadapi
masalah yang dapat membantu revolusi situasi sekarang dan krisis masa
depan
b. Koping keluarga yang tidak efektif, ketidak nyamanan b/d depresi
mental dan efek pada keluarga
Tujuan : Koping keluarga kembali efektif
Kriteria :
 Klien menunjukkan kemampuan untuk menunjukkan
identifikasi sumber-sumber dalam diri sendiri untuk
berhadapan dengan situasi
 Klien menunjukkan kemampuan untuk menghadapi situasi
dengan caranya sendiri
Intervensi :
a.   Kaji tingkat ansietas yang muncul pada keluarga atau orang terdekat
Ras : Tingkat ansietas harus dihadapi sebelum pemecahan masalah dapat
dimulai
b.   Kaji masalah sebelum sakit/ tingkah laku saat ini yang mengganggu
perawatan/ proses penyembuhan klien
Ras : Informasikan mengenai masalah keluarga akan membantu dalam
mengembangkan rencana keperawatan yang sesuai
c.  Kaji tindakan orang terdekat sekarang ini dan bagaimana mereka diterima
oleh klien
Ras : Orang terdekat mungkin berusaha untuk membantu namun tidak
dipersepsikan sebagai sebagai bantuan oleh klien
d.  Ikut sertakan orang terdekat dalam pemberian informasi, pemecahan
masalah dan perawatan klien sesuai kemungkinan
Ras : informasi dapat mengurangi perasaab tanpa harapan dan tidak
berguna, keikut sertaan dalam perawatan akan meningkatkan perasaan
kontrol dan harga diri
e.   Dorong pencarian bantuan situasi kebutuhan memberikan informasi
mengenai orang dan institusi yang tersedia bagi mereka
Ras : Izin untuk mencari bantuan sesuai kebutuhan akan membuat mereka
memilih untuk mengambil keuntungan dari apa yang tersedia.
c. Resiko mencederai diri sendiri dan bayi b/d Kurang rasa percaya :
kecurigaan terhadap orang lain, Panik, Reaksi kemarahan/amok.
Tujuan : Pasien tidak akan membahayakan dirinya dan
orang lain (bayi).
Kriteria :
 Klien menunjukkan keadaan tentang dan tidak mengancam
 Klien menunjukkan kemampuan mengontrol diri
Intervensi :
a.     Pertahankan agar lingkungan pasien pada tingkat stimulus yang rendah
(penyinaran rendah, sedikit orang, dekorasi yang sederhana,tingkat
kebisingan rendah ).
Ras :Tingkat ansietas akan meningkat dalam lingkungan yang penuh
stimulus. Individu-individu yang ada mungkin dirasakan sebagai suatu
ancaman karena mencurigakan, sehingga akhirnya membuat pasien
agitasi
b.   Observasi secara ketat perilaku pasien (setiap 15 menit).
Ras : Obserfasi ketat merupakan hal yang penting, karena dengan
demikian intervensi yang tepat dapat diberikan segera dan untuik selalu
memastikan bahwa pasien  berada dalam keadaan aman.
c.    Singkirkan semua benda-benda yang dapat membahayakan dari
lingkungan  sekitar pasien,
Ras : Jika pasien berada dalam keadaan gelisah, bingung, pasien tidak
akan menggunakan  benda-benda tersebut untuk membahayakan diri
sendiri maupun  orang lain.
d.    Coba salurkan perilaku merusak diri ke kegiatn fisik untuk menurunkan
ansietas pasien (mis,memukuli karung pasir).
Ras : Latihan fisik adalah suatu cara yang aman dan efektf untuk
menghilaangkan ketegangan yang terpendam.
e.    Staf harus mempertahankan daan menampilkan perilaku yang tenang
terhadap     pasien.
Ras : Ansietas menular dan dapat ditransfer dari perawat kepada pasien.

d. Perubahan persepsi sensori : Pendengaran/penglihatan b/d panik,


menarik diri, stress berat, mengancam ego yang lemah
Tujuan : Pasien dapat mendefinisikan dan memeriksa
realitas, mengurangi terjadinya halusinasi.
Kriteria :
 Klien menyebutkan tempat
 Klien menunjukkan kemampuan mengungkapkan keadaan
sekitar
Intervensi :
a.   Observasi pasien dari tanda-tanda halusinasi ( sikap seperti mendengarkan
sesuatu, bicara atau tertawa sendiri, terdiam ditengah-tengah
pembicaraan ).
Ras : Intervensi awal akan mencegaah respons agresif yang diperintah dari
halusinasinya.
b.  Hindari menyentuh pasien sebelum mengisyaratkan kepadanya bahwa kita
juga tidak apa-apa diperlakukan seperti itu
Ras : Pasien dapat saja mengartikan sentuhan sebagaai suatu ancaman dan
berespons dengan cara yang agresif.
c.    Sikap menerima akan mendorong pasien untuk menceritakan isi
halusinaasinya dengan perawat.
Ras : Penting untuk mencegah kemungkinan terjadinya cedera terhadap
pasien atau orang lain karena adanya perintah dari halusinasi.
d.   Jangan dukung halusinasi. Gunakan kata-kata “suara tersebut” daripada
kata-kata “mereka” yang secara tidak langsung akan memvalidasi hal
tersebut. Biarkan pasien tahu bahwa perawat tidak sedang membagikaan
persepsi. Kaaaatakan “meskipun saya menyadari bahwa suara-suara
tersebut nyata untuk anda, saya sendiri tidak mendengarkan suara-suara
yang berbicara apapun.”
Ras : Perawat harus jujur kepada pasien sehingga pasien menyadari bahwa
halusinasi    tersebut adalah tidak nyata.
e.   Coba untuk menghubungkan waktu terjadinya halusinaasi dengan waktu
meningkatnmya ansietas. Bantu pasien untuk mengerti hubungaan ini.
Ras : Jika pasien dapat belajar untuk menghentikan peningkatan ansietas,
halusinasi dapat dicegah.
f.   Coba untuk mengalihkan pasien dari halusinasinya.
Ras : Keterlibatan pasien dalam kegiatan-kegiataan interpersonal dan
jelaskan tentang situasi kegiatan tersebut, hal ini akan menolong pasien
untuk kembaliu kepada realita
D. Implementasi
Setelah rencana tindakan keperawatan disusun secara sistemik.
Selanjutnya rencana tindakan tersebut diterapkan dalam bentuk kegiatan
yang nyata dan terpadu guna memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan
yang diharapkan.

F. Evaluasi
Akhir dari proses keperawatan adalah ketentuan hasil yang
diharapkan terhadap perilaku dan sejauh mana masalah klien dapat
teratasi. Disamping itu perawat juga melakukan umpan balik atau
pengkajian ulang jika tujuan ditetapkan belum berhasil/ teratasi.
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Psikosis postpartum ialah suatu sindrom yang ditandai oleh depresi berat
dan waham. Gejala yang khas pada psikosis postpartum terdiri dari agitasi,
gelisah, emosi yang labil, termasuk kegembiraan berlebih, insomnia,
menangis,bingung dan akhirnya timbal episode psikotik yang gawat dengan
gambaran mania dan delirium. Psikosis postpartum merupakan suatu kondisi
emergensi dan memerlukan perhatian dan penganan segera. Pasien mungkin
akan membutuhkan terapi obat untuk jangka waktu tertentu, seperti
haloperidol atau flufenazin, keduanya diberikan dalam dosis 2-5 mg per os 3
kali perhari. Bila agitasi maka pasien membutuhkan anti psikotika berpotensi
tinggi dan diberikan IM. Mood stabilizer seperti lithium, valproid acid,
carbamazepine digunakan sebagai terapi akut yang dikombinasi dengan obat
anti psikotik dan benzodiapezine.
4.2 SARAN
Bagi masyarakat Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan anda
dan bisa sebagai bekal untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya
kenyamanan atau perasaan senang terhadap kehamlilan dan kelahiran bayinya
sehingga tidak akan terjadi gangguan jiwa atau sejenisnya.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC


Chamberlain,Geoffrey, Sir John Dewhurst. 1994. Obstetri dan
Ginekologi.Edisi 2.Penerbit Widya Medika

Doenges, Marilynn E.2001.Rencana perawatan maternal/Bayi:pedoman


perencanaan & dokumentasi perawatan klien;alih bahasa, monica
ester,Ed.2.Jakarta:EGC

Cunningham,F. Gery, Norma.F Gant. 2006. Obstetri William. Edisi 2. Vol.


I. Penerbit Buku Kedokteran : EGC

Idris, Amril.2010.Gangguan Psikologis Diambil pada 07 Juni 2011 dari 


http://amrilaril.blogspot.com/

Kaplan, Harold I.1998.Ilmu kedokteran jiwa; alih bahasa, W.M.


Roan.Jakarta:Widya Medika

Manuaba, Ida bagus Gde.1998.Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan, &


Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan.Jakarta : EGC

    Milles.2009.Buku ajar Bidan,editor,Diane M. Fraser; alih bahasa


Pamilih eko.Edisi 14.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai