SKRIPSI
OLEH
INDAH ROSIDAWANA
NIM :08C10104121
SKRIPSI
OLEH
INDAH ROSIDAWANA
NIM :08C10104121
Diajukian Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meperoleh Gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Formalin adalah salah satu bahan tambahan makanan untuk pengawet yang dilarang
secara resmi melalui Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1169/MenKes/Per/X/1999.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kadar formalin pada ikan asin
yang dipasok dari luar Aceh yang dijual di Pasar Bina Usaha Meulaboh Kabupaten
Aceh Barat.
Jenis penelitian ini bersifat Eksperimen dengan menggunakan pendekatan analisis
kualitatif, sampel adalah seluruh pedagang ikan asin dengan jumlah 4 tempat.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, menunjukan dari 4 tempat
pedagang ikan asin masing – masing tempat diambil 2 sampel yang diuji semua
positif formalin.
Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap ikan asin yang dipasok dari luar Aceh,
disimpulkan bahwa pengawasan dan distribusi formalin yang dilakukan oleh pihak
terkait masih belum optimal, terbukti masih adanya kandungan formalin pada ikan
asin dengan tujuan agar ikan asin yang dijual dapat bertahan lama, hal ini sangat
bertentangan dengan peraturan yang sudah ada dan sangat berbahaya bagi kesehatan
manusia.
Perlu adanya penyuluhan kepada masayakat tentang bahaya formalin bagi kesehatn
apabila salah dalam penggunaanya.
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Mengetahui :
Telah Dipertahankan Di Depan Dewan Penguji Pada Tanggal 01 Oktober 2013 dan
Dinyatakan Memenuhi Syarat Untuk Diterima
SUSUNAN DEWAN PENGUJI
1. Kiswanto, S.Pd,M.Si
( Dosen Pembimbing Ketua ) ........................................................
2. Arham, SKM
(Dosen Pembimbing Anggota ) ........................................................
4. M. Husin, SKM
(Dosen Penguji II) ........................................................
Pendidikan Formal
1996 – 2002 : SD N 5 Lewak
2002 - 2005 : SMP N 3 Sinabang
2005 – 2008 : SMK N 1 Sinabang
2008 – 2013 : FKM – UTU
Sembah sujud penulis haturkan kepada Allah, atas raga, atas jiwa, atas indra
atas segalah karunia. Tidaklah penulis bisa menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “
Analisis Kandungan Formalin Pada Ikan Asin Yang Dipasok Dari Luar Aceh Di
Pasar Bina Usaha Di Kota Meulaboh Kabupaten Aceh Barat “ melainkan atas
izin Mu ya Allah. Karena itu, jagalah selalu keikhklasan hati hamba, taburilah karya
kecil ini dengan kebenaran dan cahaya Mu, agar bisa memberi manfaat bagi siapapun
Rasulullah Shallallahu ’ Alai Wasalam. Terimakasih ya Nabi, atas risalah yang kau
wariskan pada kami. Terimakasih ya Rasul, atas segalah jerimu yang menyinari
kegelapan dunia ini, atas segalah darah mu yang tertumpah demi menyalamatkan
kami. Tidak ada yang bisa kami lakukan untuk membalas semua jerihmu, piluh, air
mata dan darah Mu, selain hanya senandung Syahdu dari lisan dan hati kami :
Kepada kedua orang tua yang mendidik dengan segalah keterbatasan. Semaga
Allah memberkahi setiap sisi kehidupan mereka. Maaf jika anak bandel ini sering
membuat kalian susah dan menagis. Tidak ada yang bisa penulis lakukan untuk Umy
dan Aby tercinta, kecuali senandung do’a kepada Allah, Rabbigfirly waliwalidayyah
warhamhuma kama rabbayani shakhira, Ya Allah ampunilah dosaku dan dosa kedua
orang tua ku, dan peliharalah mereka berdua sebagaimana mereka memelihara ku di
waktu kecil. Selama penyusunan skripsi ini, penulis tidak luput dari kendala -.
kendala tersebut dapat diatasi penulis berkat adanya bantuan, bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa
1. Orang tua penulis Ibunda Arwaini dan Ayahanda M. Darwis yang telah
2. Bapak Drs. Alfian Ibrahim, MS, selaku Rektor Universitas Teuku Umar
Meulaboh.
6. Bapak T.Abdullah, SKM. M.P.H dan Bapak M. Husin, SKM selaku dosen
penguji.
7. Seluruh dosen dan Staf pengajar serta Civitas Akademika Fakultas Kesehatan
8. Terimakasih juga buat semua teman – teman yang ada di Mahtab Idologis
skripsi ini.
9. Terima kasih juga untuk teman-teman seangkatan yang telah banyak
kekurangan dan kejanggalan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran
dan kritikan yang bersifat membangun demi perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini
dimasa mendatang.
Penulis
Indah Rosidawana
DAFTAR ISI
BAB V. PENUTUP……………………………………………………….... 27
5.1. Kesimpulan ............... ................................................................... 27
5.2. Saran ......................... ................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Table 4.1 Hasil pemeriksaan Kandungan Formalin pada Ikan Asin di Pasar Bina
Table 4.2 Distribusi Ikan Asin berdasarkan Kandungan Formalin pada Ikan Asin
3. Hasil Penelitian
PENDAHULUAN
Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi
masyarakat, mudah didapat, dan harganya murah. Namun ikan cepat mengalami
proses pembusukan. Oleh sebab itu pengawetan ikan perlu diketahui semua
mengurangi kadar air dalam tubuh ikan, salah satu caranya adalah dengan
bahwa zat ini berbahaya jika digunakan sebagai pengawet, namun penggunaannya
yang relatif murah dibanding pengawet yang tidak dilarang dan dengan kelebihan.
merupakan zat yang tidak boleh ditambahkan pada makanan. Memang orang yang
mengkonsumsi bahan pangan (makanan) seperti tahu, mie, bakso, ayam, ikan dan
bahkan permen, yang berformalin dalam beberapa kali saja belum merasakan
akibatnya. Tapi efek dari bahan pangan (makanan) berformalin baru bisa terasa
beberapa tahun kemudian. Formalin dapat bereaksi cepat dengan lapisan lendir
membentuk asam format terutama di hati dan sel darah merah. Pemakaian pada
makanan dapat mengakibatkan keracunan pada tubuh manusia, yaitu rasa sakit
1
perut yang akut disertai muntah-muntah, timbulnya depresi susunan syaraf atau
Pengolahan ikan asin adalah cara pengawetan ikan yang telah kuno, tetapi
saat kini masih banyak dilakukan orang di berbagai negara. Di Indonesia, bahkan
ikan asin masih menempati posisi penting sebagai salah satu bahan pokok
ternyata pengetahuan masyarakat mengenai ikan asin yang aman dan baik untuk
dikonsumsi masih kurang. Buktinya ikan asin yang mengandung formalin masih
larutan Formaldehid dalam air dengan kadar 30-40 %. Di pasaran formalin dapat
diperoleh dalam bentuk sudah diencerkan, yaitu dengan kadar formaldehidnya 40,
30, 20 dan 10 %, serta dalam bentuk tablet yang beratnya masing-masing sekitar 5
gram. Formalin ini biasanya digunakan sebagai bahan baku industri lem,
playwood dan resin, disinfektan untuk pembersih lantai, kapal, gudang dan
pakaian, germisida dan fungisida pada tanaman sayuran, serta pembasmi lalat dan
Obat dan Makanan (BPOM) RI dalam beberapa tahun terakhir, ada empat jenis
2
bahan berbahaya yang sering disalahgunakan dalam makanan, yakni formalin,
makanan segar maupun olahan karena tidak tercantum dalam daftar Bahan
seperti yang telah banyak diberitakan oleh berbagai media massa pada tahun
2006.
Ketidak tahuan konsumen dan juga kurangnya kontrol oleh lembaga terkait,
akan bahaya formalin, Formaldehid yang lebih dikenal dengan nama formalin ini
Walaupun dua per tiga wilayah Indonesia berupa lautan, konsumsi ikan
ASEAN lain. Buruknya sistem distribusi membuat ikan segar dengan kualitas
baik hanya bisa dikonsumsi sebagian kecil masyarakat Daya beli sebagian besar
masyarakat sangat rendah. Mereka hanya mampu membeli ikan yang diawetkan,
terutama ikan asin, meski kualitas gizinya rendah. Konsumsi ikan di Indonesia
pada 2010 baru 30,47 kilogram per kapita. Di Malaysia dan Singapura masing-
masing mencapai 55,4 kilogram per kapita per tahun dan 37,9 kilogram per kapita
3
Konsumsi ikan di Indonesia mengalami ketimpangan. Di luar Jawa,
konsumsi ikan mencapai lebih dari 30 kilogram per kapita per tahun. Yang
tertinggi di Maluku, sebesar 52 kilogram per kapita per tahun. Di Jawa, konsumsi
ikan kurang dari 20 kilogram pe kapita per tahun. Konsumsi terendah di Daerah
Istimewa Yogyakarta sebanyak 16 kilogram per kapita per tahun (Kompas, 2011).
tingkat nasional yang hanya sebesar 19 kg/jiwa/tahun. Hal ini merupakan faktor
produksi perikanan tahun 2007 sebesar 155.042 ton dan jumlah penduduk pada
tahun 2007 sebesar 4.084.586 jiwa,maka masih terdapat surplus produksi ikan
sebesar 12.082 ton. Sehingga peluang untuk melakukan ekspor dan menjual
masih sangat rendah di bandingkan dengan negara ASEAN, dan melihat saat ini
banyak makanan yang di olah menggunakan bahan pengawet baik pada makan
bakso, mie dan makanan yang lain yang menggunakan bahan pengawet. Hasil
wawancara penulis dengan pedagang ikan asin di pasar Bina Usaha, ikan asin
yang di pasarkan di datangkan dari kota Medan. Dari hasil observasi awal yang
penulis lakukan, pada ikan asin yang ada di pasar Bina Usaha ada di antaranya
memiliki ciri-ciri ikan asin yang berformalin, ikan asin tersebut tidak di hinggapi
lalat, tidak ada jamur, tidak mudah membusuk dll. Dari hasil observasi awal ini
penulis tertarik untuk mengetahui ada atau tidaknya bahan pengawet yang
4
digunakan untuk mengolah ikan asin yang ada di Kota Meulaboh. Mengingat
penjualan ikan asin begitu marak, dan banyak pedagang yang berupaya
mengawetkan ikan dengan bahan pengawet supaya ikan asin dapat bertahan lama
berikut: Bagaimanakah kadar formalin pada ikan asin yang dipasok dari luar aceh
Untuk mengetahui ada tidaknya kandungan formalin pada ikan asin yang
dipasok dari luar Aceh yang dijual di Pasar Bina Usaha Meulaboh Aceh Barat.
1. Untuk mengetahui ada tidaknya kandungan formalin pada ikan asin yang
2. Untuk mengetahui persentase formalin pada ikan asin yang dipasok dari luar
Aceh.
a. Hasil penelitian ini digunakan untuk bahan acuan dalam proses pengembangan
keilmuan.
5
b. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk masukan dalam rangka menambah
formalin.
2. Masukan kepada Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten
Aceh Barat, BPOM Aceh dan berbagai pihak terkait dalam penelitian ini,
khususnya kadar formalin pada ikan asin di Pasar Bina Usaha Melaboh Aceh
Barat.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Formalin
Formalin adalah larutan yang tidak berwarna dan baunya sangat menusuk.
bahan pembunuh hama (desinfektan) dan banyak digunakan dalam industri. Nama
Karena kecilnya molekul ini memudahkan absorpsi dan distribusinya ke dalam sel
tubuh. Gugus karbonil yang dimilikinya sangat aktif, dapat bereaksi dengan gugus
–NH2 dari protein yang ada pada tubuh membentuk senyawa yang mengendap
(Harmita, 2006).
digunakan sebagai pembersih lantai, gudang, pakaian dan kapal, pembasmi lalat
dan serangga lainnya, bahan pembuat sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan
bahan peledak. Dalam dunia fotografi biasanya digunakan untuk pengeras lapisan
gelatin dan kertas, bahan pembentuk pupuk berupa urea, bahan pembuatan produk
parfum, bahan pengawet produk kosmetik dan pengeras kuku, pencegah korosi
untuk sumur minyak, bahan untuk isolasi busa, bahan perekat untuk produk kayu
7
lapis (playwood), dalam konsentrasi yang sangat kecil ( < 1 % ) digunakan
Formalin dalam keadaan murni sering digunakan pada industri kayu lapis,
industri cat, pengawet mayat, dan lain sebagainya. Untuk itu perlu diwaspadai
bahaya formalin dalam jangka pendek. Uap formalin rentan untuk terhirup antara
lain. Iritasi, terasa terbakar pada tenggorokan dan hidung, batuk-batuk, gangguan
saraf, kerusakan jaringandan luka pada saluran pernafasan seperti, radang paru
dada yang berlebihan, jantung berdebar, mual muntah, pada konsentrasi yang
Formalin murni atau larutan formalin, berupa cairan yang sangat mudah
terpercik, minsalnya saat menuangkan foralin jika mengenai kulit, maka pada
kuluit akan mengalami perubahan warna kulit, kulit terasa terbakar, menjadi
merah, mengeras dan mati rasa. Jika farmalin terkena mata maka dapat
menimbulkan iritasi mata, mata menjadi merah, sakit gatal, penglihatan kabur dan
mengeluarkan air mata. Pada konsentrasi tinggi dapat merusak lensa mata.
tertelan maka akan menyebabkan mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar,
sakit menelan, mual, muntah, dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit
perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, tidak
8
sadar hingga koma. Selain itu juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak,
Bahaya yang kemungkinan akan terjadi pada jangka panjang jika terjadi
pemaparan formalin terus menerus adalah, radang selapur lendir hidung, batuk-
batuk serta gangguan pernafasan, sensitasi paru, kanke pada hidung, tenggorokan,
mulut, paru dan otok, luka pada ginjal, gangguan haid dan keman dulan pada
berkurang.
Hal ini terjadi pada saat uap formalin terghirup secara teruz meneruz dalam
1. Hindari makan, minum dan merokok selama berkerja, serta cuci tangan
sebelum makan.
2. Tempat penyimpanan harus terbuat dari baja tahan karat, alumunium murni,
3. Tempat penyimpanan tidak boleh terbuat dari baja besi, tembaga, nikel atau
9
4. Jangan menggunakan bahan alumunium bila temperatur lingkungan berada di
yaitu:
1. Asam Borat
2. Asam Silisilat
3. Deitil Pirokarbonat
4. Dulsin
5. Kalium Krolat
6. Kloramfenikol
8. Nitrofurazon
9. Formalin
mengandung asam amino essensial yang diperlukan oleh tubuh, disamping itu
dibandingkan produk daging, buah dan sayuran. Pembusukan pada ikan terjadi
10
karena beberapa kelemahan dari ikan yaitu tubuh ikan mengandung kadar air
bakteri pembusuk, daging ikan mengandung asam lemak tak jenuh berkadar tinggi
menimbulkan bau tengik, jaringan ikat pada daging ikan sangat sedikit sehingga
ikan asin. Ikan asin diproduksi dari bahan ikan segar atau ikan setengah basah
yang ditambahkan garam 15-20%. Walaupun kadar air didalam tubuh ikan masih
tinggi 30-35 persen, namun ikan asin dapat disimpan agak lama karena
penambahan garam yang relatif tinggi tersebut. Untuk mendapatkan ikan asin
berkualitas bahan baku yang digunakan harus bermutu baik, garam yang
digunakan biasanya garam murni berwarna putih bersih. Garam ini mengandung
kadar natrium chlorida (NaCl) cukup tinggi, yaitu sekitar 95 %. Komponen yang
biasa tercampur dalam garam murni adalah MgCl2 (magnesium chlorida), CaCl2
berwarna putih, keras, rapuh dan rasanya pahit. Jika garam yang digunakan
11
mengandung Fe (besi) dan Cu (tembaga) dapat mengakibatkan ikan asin berwarna
Secara umum proses penggaraman ini dapat dilakukan dengan tiga cara
menaburkan garam diatas lapisan ikan yang telah tersusun rapi, penggaraman
basah dilakukan dengan merendam ikan dalam larutan garam pekat dan
pelumuran garam dilakukan dengan melumuri ikan dengan garam dalam wadah
atau keranjang yang nantinya air dalam tubuh ikan akan mengalir dari wadahnya.
penggaraman serta telah dicuci dan ditiriskan bisa langsung dijemur diatas para –
para dan diletakkan diluar rumah agar terkena sinar matahari. Penjemuran harus
disertai pembalikan ikan 2-3 kali setiap hari, bila hari telah sore ikan dimasukkan
kedalam rumah agar tidak terkena embun atau hujan. Didaerah intentitas cahaya
matahari 8 jam per hari atau lebih, diperlukan waktu pengeringan selama 3 hari
berturut turut.
b. Ikan yang telah disiangi disusun di dalam wadah / bak kedap air, kemudian
12
c. Lama perendaman 1 – 3 hari, tergantung dari ukuran / tebal ikan dan derajat
d. Setelah penggaraman, bongkar ikan dan cuci dengan air bersih. Susun ikan di
Ciri-ciri visual produk ikan asin tanpa formalin yaitu: tekstur lemas, empuk
dan aroma khas, warna buram/merah/alami, lama kering dan digoreng renyah,
empuk, lalat mau hinggap, cepat terkena jamur/belatung, hanya tahan 1 minggu,
susut kurang dari 60% dari berat awal, harga lebih murah.
Ciri-ciri visual produk ikan asin berformalin yaitu : tekstur keras seperti
karet & tidak beraroma, warna bagus cerah bening, cepat kering dan bila digoreng
keras, lalat tidak mau hinggap, tidak ada jamur/belatung, tahan hingga berbulan-
bulan, susut 60% lebih dari berat awal, harga lebih mahal (Pipit,2005).
digoreng, dan direndam dalam air. Kadar formalin yang direndam dalam air dapat
mengurangi kandungan formalin dalam ikan asin sehingga ikan asin lebih aman
untuk dikonsumsi namun tidak dapat menghilangkan formalin 100 %. Air yang
digunakan pada perendaman ikan asin ini bermacam macam misalnya air panas,
air leri, dan air garam. Ikan asin yang direndam air selama 60 menit mampu
mendegradasi kadar formalin sampai 61,25%, direndam dalam air leri mampu
13
mendegradasi kadar formalin sampai 66,03 %, dan direndam dalam air garam
Air leri merupakan suatu limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah
tangga yaitu dari pencucian beras. Pada umumnya para ibu rumah tangga mencuci
beras dengan tujuan membersihkan beras dari kotoran. Namun pencucian tersebut
cucian beras berwarna putih susu, hal itu berarti bahwa protein dan vitamin B1
yang banyak terdapat dalam beras juga ikut terkikis. Secara tidak langsung protein
dan vitamin B1 banyak terkandung didalam air leri atau air cucian beras. Selain
itu air leri juga mengandung glukosa dan karbohidrat, pada air cucian beras
19,70 % dan pada air cucian beras bilasan II mengandung glukosa sebesar 19,71
Unsur-unsur yang ada didalam air leri antara lain adalah C (carbon), H
unsur yang terdapat pada karbohidrat dan protein yang larut dari beras ke dalam
air. Biasanya air leri atau air cucian beras ini dibuang begitu saja, padahal air leri
ini memberikan banyak manfaat bagi kehidupan anatara lain air leri mampu
air leri pun ternyata juga mampu mendegradasi kadar formalin dalam ikan asin
sampai 66,03 %.
14
2.6 Metode-metode analisis formalin
1. Dengan Hidrokolirada
diaduk. Tabung reaksi dimasukkan dalam penagas air yang mendidih selam 15
menit dan amati perubahan warna yang terjadi. Adanya HCHO ditunjukkan
dengan adanya warna ungu terang sampai ungu tua (Cahyadi, 2008).
15
destilasi ditampung labu ukur 50 ml. Diambil 1 ml hasil destilat dalam tabung
formalin.
berhenti, dan dititrasi dengan asam klorida 0,1 N menggunakan indikator larutan
ditambah 2-3 tetes indikator fenolftalein, dititrasi dengan HCl 0,1 N. Dimana 1 ml
Dibuat larutan baku induk dari konsentrasi 1000 ppm dari formalin 37 %,
kemudian diencerkan dalam labu takar 100 ml dengan aquadest sampai tanda
batas, kemudian larutan tersebut dibuat larutan baku standar. Larutan pereaksi
menit dalam penangas air yang mendidih, angkat dan didinginkan. Penetapan
16
kromatofat. Kemudian diukur absorbansi sampel dan standar dengan panjang
H2SO4 1:1 (H2SO4 pekat) lewat dinding, kemudian ditambahkan 1,0 ml larutan
schift. Dibaca dengan spektrofotometri. Dibuat juga blanko serta baku seri.
Tidak
Mengandung
Formalin
FFormalin
17
BAB III
METODE PENELITIAN
laboratorium untuk mengetahui ada tidaknya kadar formalin pada ikan asin yang
Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 08 Juli s/d 09 juli 2013. penelitian
ini dilakukan di pasar Bina Usaha Meulaboh Kabupaten Aceh Barat. Pemilihan
induk dan banyak pedagang yang menjual ikan asin pada suatu tempat tertentu
Banda Aceh.
3.3.1 populasi
Seluruh Pedagang Ikan Asin yang ada yang di jual di Pasar Bina Usaha
18
3.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini total populasi yaitu semua pedagang ikan asin di
Pasar Bina Usaha Meulaboh Aceh Barat. Teknik pengambilan sampel dilakukan
dengan cara mengambil contoh ikan asin di setiap pedagang ikan asin masing-
kromatropat.
a. Alat
timbangan, water bath, gelas ukur, tabung reaksi, Erlenmeyer, tanggi pengaduk,
kondessor, healting mantel, labu alas bulat, corong, batang statif, batuh didih,
b. Reagensi
Reagen yang digukan adalah asam phospat( H3PO4) 10% larutan asam
kromatopat ( C6H8S2 – 4 H2O) 0,5% dalam asam sulfat ( H2SO4) 60% dalam
aquadest.
Sebagai sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan asin yang
19
3.4.4 Cara Kerja
b. Kemudian ditimbang 10 gram ikan asin lalu masukan kedalam labu alas
bulat yang berisi 250 ml aquadest dan di asamkan dengan asam fosfat (
H3PO4) 10%.
ml asam kromathopat 0,5% dalam asam sulfat 60% yang baru di buat.
e. Larutan dimasukan kedalam air medidih selama 15 menit, bila ada larutan
penjualan ikan asin yang ada di pasar Bina Usaha Meulaboh Kabupaten Aceh
Aceh.
20
3.6 Alur Penelitian
Adapun alur penelitian yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut pada
gambar 3.1.
Persiapan Bahan :
Setelah pemeriksaan selesai dilakukan maka hasil uji akan diolah secara
21
BAB IV
Penelitian kandungan formalin pada ikan asin yang diposok dari luar Aceh
ini diambil sampel di pasar Bina Usaha Meulaboh, yang terdiri dari 4 tempat
Hasil penelitian menunjukan bahwa pada sampel yang diambil dari pasar
uji kualitatif menggunakan uji Asam Kromatropat yaitu jika terbentuk larutan
b. Kemudian ditimbang 10 gram ikan asin lalu masukan kedalam labu alas bulat
yang berisi 250 ml aquadest dan di asamkan dengan asam fosfat ( H3PO4) 10%.
asam kromathopat 0,5% dalam asam sulfat 60% yang baru di buat.
e. Larutan dimasukan kedalam air medidih selama 15 menit, bila ada larutan
22
4.2 Hasil Penelitian
yaitu tentang Analisis Kandungan Formalin pada Ikan Asin yang dipasok dari luar
aceh di Pasar Bina Usaha Kota Meulaboh Kabupaten Aceh Barat, maka hasil
Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan Kandungan Formalin pada Ikan Asin di Pasar
Bina Usaha Kota Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.
No Kode sampel Hasil
1 IA 1 Positif
2 IA 2 Positif
3 IA 3 Positif
4 IA 4 Positif
5 IA 5 Positif
6 IA 6 Positif
7 IA 7 Positif
8 IA 8 Posotif
Berdasarkan tabel 4.1 dari 4 tempat pedagang ikan asin diambil sampel masing -
masing tempat 2 sampel yang diuji, positif formalin sebanyak 8 sampel sedangkan
Tabel 4.2 Distribusi Ikan Asin berdasarkan Kandungan Formalin pada Ikan
Asin di Pasar Bina Usaha Kota Meulaboh Kabupaten Aceh Barat.
NO Kandungan formalin Jumlah (n) Persen %
1 Positif 8 100
2 Negative 0 0
Total 8 100
Berdasarkan tabel 4.2 dari 4 tempat pedagang ikan asin diambil sampel masing –
sampel ikan asin (100%) dan sampel yang negatif berjumlah 0 sampel ikan asin (0
%). Adapun besarnya kadar formalin yang terkandung pada masing – masing
sampel tidak dapat diketahui dikarenakan, kurangnya alat dan bahan untuk
23
menguji besarnya kadar frekuensi formalin di laboratorium Akedemi Analis
4.2 Pembahasan
1168/Menkes/Per/X/1999.
Berdasarkan informasi yang penulis peroleh bahwa ikan asin yang menjadi
sampel dalam penelitian ini umumnya berasal dari kota Medan dan kota
Meulaboh. Ikan yang di periksa di laboraturium merupakan ikan bolo dan ikan
tamban.
tambahan makanan (pengawet) meningkat, anatara lain harganya yang jauh lebih
jumlah yang digunakn tidak perlu sebesar pengawet lainnya, mudah digunakan
untuk proses pengawetan karena bentuknya larutan, mudah didapat di took bahan
kualitatif terhadap msampel ikan asin yang di amabil dari pasar Bina Usaha Kota
Meulaboh Kabupaten Aceh Barat diperoleh hasil bahwa seluruh sampel positif
24
Reaksi Asam Kromathopat yang positif mengandung formalin akan berubah
berwarna ungu.
tubuh yang ringan adalah apabila tertelan formalin atau larutan tertelan maka akan
menyebabkan mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit menelan, mual,
muntah, dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut yang hebat, sakit
kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar hingga koma. Selain
itu juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pancreas, sistem
Menurut Agus Triwidodo (2008), untuk mengurangi kadar formalin pada ikan
asin dapat menggukan air leri atau air cucian beras yang mampu medegradasi
Penggunaan formalin yang salah adalah hal yang sangat disesalkan. Melalui
Jadi diharapkan kepada masyarakat di sekitar Kota Meulaboh harus lebih hati
– hati terhadap penjual ikan asin di daerah Pasar Bina Usaha Meuloboh karena
dilihat dari kegunaan formalin itu sendiri sudah tidak cocok untuk bahan
tambahan pangan dan juga formalin dapat berdampak negatif bagi kesehatan.
Praktek yang salah dilakukan produsen atau pengolah pangan yang kurang
formalin, minsalnya ikan segar, ikan asin, mie basah, ayam potong yang beredar
di pasar. Dan yang perlu diingat, tidak semua produk pangan mengandung
formalin.
25
Untuk para konsumen yang mengkonsumsi ikan asin sebelum membelih
ikan asin, harusnya kita memelih mana ikan asin yang menggandung formalin
mana yang tidak mengndung formalin, cirri ikan asin yang mengandung formalin
yaitu : tekstur keras seperti karet & tidak beraroma, warna bagus cerah bening,
cepat kering dan bila digoreng keras, lalat tidak mau hinggap, tidak ada
jamur/belatung, tahan hingga berbulan-bulan, susut 60% lebih dari berat awal,
padahal penyebran formalin sudah meluas dan sudah menjadi umum, tapi dalam
hal ini pemerintah belum mengambil langkah yang tegas dalam menangani hal ini.
Buktinya bisa kita lihat penggunaan formalin sebagai bahan pengawet masih
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Beberapa langkah sudah diambil
oleh BPOM seperti melaramg pangan permen merk white rabbit cream, classc
cream black currant dan manisan plum, mengeluarkan PerMenKes No. 1168/1999
produksi makanan dan minuman sesuai UU No. 23/1992 untuk aspek keamanan
pangan UU No. 71/1996. Tetapi upaya yang dilakukian Badan POM hanya
dan aturanh dan tidak member sanksi yang tegas bagi yang menggunakan bahan
tambahan pangan yang dilarang, karena ini adalah masalah yang serius, dan dapat
26
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
dari 4 tempat pedagang ikan asin yang di pasok dari luar Aceh dan dari masing
tempat diambil 2 sampel ikan asin yang di periksa secara kualitatif ternyata semua
5.2 Saran
Melihat penggunaan formalin pada pengawetan ikan asin sampai saat ini masih
1. Koordinasi Pemerintah Daerah dan Instansi terkait dalam hal ini Dinas
kepada masyarakat tenteng bahaya bagi kesehatan bila formalin salah dalam
penggunaannya.
2. Kepada kunsumen diharapkan lebih selektif dalam memilih ikan asin yang
3. BPOM Aceh dan berbagai pihak terkait, melaporkan kepada yang berwajib
bila ada penjual yang sengaja menggunakan formalin pada makanan yang
dijual, dan juga tidak menjual formalin tampa mengetahui latar belakang
pembelinya.
27
DAFTAR PUSTAKA
Astawan, M., 2006. Membuat Mie dan Bihun. Penebar Swadaya, Jakarta.
Djarijah, Abbas Siregar, (1995), "Teknologi Tepat Guna lkan Asin", Kanisius,
Yogyakarta.
Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi NAD.2007. Profil Sub Sektor Perikanan.
Diunduh dari http://www.Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi
NAD.com. (diakses 23 April 2013).
Suhartini S dan N Hidayat. 2005. Olahan Ikan Segar. Surabaya: Penerbit Trubus
Agrisarana.
Widyaningsih TD, Erni SM, 2006. Alternatif Pengganti Foramalin Pada Produk
Pangan. Trubus Agrasarana, Surabaya.