(Kelompok 5) Emosional Lansia
(Kelompok 5) Emosional Lansia
“EMOSIONAL LANSIA”
DOSEN PEMBIMBING :
Nofrans Eka Saputra, S.Psi., M.A
Agung Iranda, S.Psi., M.A
DISUSUN OLEH :
Nabila Putri Tianda (G1C116011)
Dwi Lestari (G1C116020)
Erna Yulianti (G1C116021)
Lydia Pransiska (G1C116025)
Diki Ramadani (G1C116028)
Ezzatiy Haslin Almalizy (G1C116031)
Nanda Kurnia Afifah M. (G1C116043)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga tugas
makalah Psikologi Gerontik yang berjudul “Emosional Lansia” ini dapat tersusun hingga selesai
dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah......................................................................................... 2
1.3. Tujuan........................................................................................................... 2
1.4. Manfaat......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................... 4
2.1. Lansia............................................................................................................ 5
2.2. Tugas Perkembangan Lansia........................................................................ 5
2.3. Spiritual dan Manajemen Stres Pada Lansia................................................. 7
2.4. Penyesuaian Diri Pada Lansia Dalam Menghadapi Proses Penuaan............ 11
2.5. Perasaan Kesepian Pada Lansia.................................................................... 14
2.6. Motivasi Pada Lansia Yang Mengalami Sakit Fisik..................................... 17
2.7. Persiapan Kematian Pada Lansia.................................................................. 21
2.8. Sense of humor Pada Lansia......................................................................... 26
2.9. Dukungan Keluarga Terhadap Lansia.......................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 35
1.3. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami spiritual dan manajemen stress pada lansia.
2. Mengetahui dan memahami penyesuaian diri pada lansia dalam menghadapi proses
penuaan.
3. Mengetahui dan memahami perasaan kesepian pada lansia.
4. Mengetahui dan memahami motivasi pada lansia yang mengalami sakit fisik.
5. Mengetahui dan memahami persiapan kematian pada lansia.
6. Mengetahui dan memahami sense of humor pada lansia.
7. Mengetahui dan memahami dukungan keluarga terhadap lansia.
1.4. Manfaat
Adapun manfaat dalam memahami berbagai topik atau permasalahan kondisi emosional
lansia adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Sebagai mahasiswa psikologi, akan paham bagaimana kondisi emosional pada lansia.
Kemudian, akan mampu memahami berbagai macam permasalahan emosional yang
mungkin dihadapi oleh lansia saat ini.
2.1. Lansia
Manusia adalah makhluk yang paling dinamis dalam proses perkembangan di setiap
tahapan kehidupannya. Manusia tumbuh dan berkembang sejak awal berada didalam rahim
seorang perempuan dan terus mengalami berbagai perubahan maupun tantangan didalam
kehidupannya. Pertumbuhan dan perkembangan manusia tidak hanya melingkupi dimensi
fisik semata, namun juga menyentuh dimensi psikologis yang terdapat didalamnya aspek
kognitif, afektif dan konatif.
Sepanjang rentang perkembangan manusia, individu menghadapi berbagai tekanan dan
tantangan didalam kehidupannya, yang mana setiap fase tersebut menjadi pengalaman dan
pembelajaran untuk memahami perjalanan hidupnya. Sejak dilahirkan, individu telah
dihadapkan pada mekanisme adaptasi dan pertahanan diri seperti ketika masih bayi belajar
untuk memberitahu orang dewasa disekitar ketika lapar, kemudian ketika memasuki masa
kanak-kanank belajar untuk mengenal dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dengan
lebih kompleks dan luas. Hingga individu dihadapkan pada masa remaja, dewasa dan
menuju lanjut usia yang mana pada setiap tahapan perkembangan kehidupan individu
memiliki tugas perkembangan dan tantangan yang berbeda-beda. Termasuk didalamnya
masa adaptasi dengan berbagai perubahan ketika bertambah usia, tanggung jawab dan
berbagai perubahan lainnya.
Ketika membahas dunia usia dewasa madya, individu telah memasuki hampir sebagian
besar kesempatan dalam kehidupannya. Individu yang berusia dewasa madya atau berusia
sekitar 50 tahun telah mengalami berbagai fase dan memperoleh pengalaman. Sehingga
pengalaman-pengalaman tersebut dapat menghantarkan individu menuju kesiapannya untuk
memasuki usia lanjut. Dimana usia lanjut ini akan membutuhkan sistem adaptasi yang
cukup ‘meresahkan’ bagi sebagian individu dewasa madya, karena pada masa lanjut usia ini
akan dihadapkan pada perubahan yang cukup signifikan secara fisik, emosional hingga
psikologis.
Masa lanjut usia dimulai ketika seseorang mulai memasuki usia 60 tahun (Saputri &
Indarwati, 2011). Menua atau aging merupakan hal yang normal dan terjadi pada setiap
individu serta dapat diprediksikan terjadinya perubahan secara fisik dan perilaku (Stanley,
Psikologi Gerontik |Emosional Lansia 4
Blair & Beare, dalam Ningrum 2016). Fase penuaan umumnya dapat dikenali dengan
mudah melalui perubahan fisik, yaitu mulai terdapat banyak kerutan pada kulit, kondisi fisik
yang tidak lagi kuat dan enerjik seperti sebelumnya, adanya perubahan stigma di masyarakat
mengenai usia lanjut, persiapan atau adaptasi kehilangan pasangan hingga beradaptasi
dengan kondisi atau jumlah keluarga yang bertambah dan berubah misalnya anak-anak
mulai memilih untuk hidup terpisah dengan orangtuanya yang berusia lanjut.
Pada periode usia ini, akan dialami oleh semua orang dan tidak mungkin bisa dihindari,
namun kondisi fisik dan psikologis lansia akan berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini
tergantung dari bagaimana individu lanjut usia menghabiskan masa mudanya dahulu.
Namun pada umumnya, setiap individu yang berusia lanjut akan mengalami kekuatan tubuh
yang mulai berkurang, daya penyesuaian diri, respon terhadap lingkungan daya inisiatif dan
kreatif akan menurun pada lansia yang dapat menimbulkan masalah psikologis.
Seperti yang diungkapkan oleh Hurlock (2011) ada tujuh tugas perkembangan selama
hidup yang harus dilaksanakan oleh lansia, yaitu:
1. Penyesuaian terhadap penurunan kemampuan fisik dan psikis
2. Penyesuaian terhadap pensiun dan penurunan pendapatan
3. Menemukan makna kehidupan
4. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
5. Menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga
6. Penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia
7. Menerima dirinya sebagai seorang lansia.
8. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya
9. Mempersiapkan kehidupan baru
10. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara santai
11. Mempersiapkan diri untu kematiannya dan kematian pasangannya.
Pada waktu seseorang memasuki masa usia lanjut (lansia), terjadi berbagai perubahan,
baik perubahan yang bersifat fisik, mental, maupun sosial. Memasuki usia lanjut tidak lain
adalah upaya penyesuaian terhadap perubahan-perubahan tersebut. Sebagai proses alamiah
perkembangan mannusia sejak periode awal hingga masa usia lanjut merupakan kenyataan
yang tidak dapat dihindari. Perubahan-perubahan tersebut menyertai proses perkembangan
termasuk memasuki masa usia lanjut. Ketidak pastian dan upaya melawan perubahan-
perubahan yang dialami pada masa usia lanjut justru menempatkan individu di usia ini
Psikologi Gerontik |Emosional Lansia 7
mengalami posisi yang serba kalah yang akhirnya hanya menjadi sumber akumulasi stress
dan frustasi (Indriana, dalam Ningrum 2016).
Stres atau trauma yang terjadi selama proses perkembangan dapat mengakibatkan tiga
kondisi, yaitu perubahan persepsi diri, perubahan hubungan dengan orang lain, serta
perubahan filosofis mengenai prioritas, apresiasi, dan spiritualitas. Penurunan produktivitas
dan stres merupakan proses resiprokal (timbal balik yang berkelanjutan) sehingga ketika
lansia merasa sangat bergantung pada orang lain, maka lansia akan mengalami stres karena
merasa tidak lagi mampu mengerjakan sesuatu secara mandiri. Oleh karena itu, stres yang
dialami lansia terutama pada lansia yang mengalami penyakit penyerta dapat memperburuk
kondisi stres yang sudah atau sedang dialaminya.
Lansia pada masa tuanya ketika kesibukan sehari-harinya berkurang, sudah mulai
melakukan pendekatan spiritual seperti beribadah lebih sering, mempelajari konsep dan kitab
suci agama yang diyakininya, dan mengikuti kegiatan di lingkungannya. Manusia cenderung
kembali kepada apa yang diyakininya ketika muncul pertanyaan pada dirinya sebagai hasil
dari penderitaan yang dialaminya.Begitu juga ketika manusia semakin menua dan menjadi
lansia. Lansia cenderung mempertanyakan apa makna dari apa yang sedang dialaminya atau
apa yang akan dialaminya setelah kematian.
Beberapa asumsi menyebutkan bahwa orang akan menjadi lebih tertarik dan kembali
pada agama setelah usia lanjut, dan mereka menjadi lebih religius. Beberapa penelitian
mendukung asumsi tersebut tetapi beberapa penelitian menunjukkan bahwa religiositas
cenderung stabil sepanjang kehidupan seseorang.
Religiusitas dan spiritualitas merupakan sebuah aspek multidimensional yang
melibatkan kognisi, perasaan, dan perilaku termasuk aspek positif dan negatif dari relasi
antara individu dengan Sang Pencipta (Werdel et al., dalam Koerniawan 2018). Komitmen
yang jelas dan kuat dapat membuat individu mampu memperkuat kemampuan dan
kecerdasan spiritualnya dengan memaknai apa arti dirinya dilahirkan, ditempatkan, dan
tujuan dirinya berada di dunia ini.
Spiritualitas membuat individu memiliki kemampuan transenden dalam berespon
terhadap peristiwa yang terjadi sepanjang hidupnya. Proses transendensi tersebut terjadi
karena individu memiliki keyakinan diri (self-compassion) yang baik sehingga dapat
memiliki mekanisme koping yang lebih baik (Perez-Blasco et al., dalam Ningrum 2016).
3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan para pembaca sekalian mengerti akan topik
yang dibahas dan dapat berguna dikemudian hari. Kami sebagai penulis juga berharap
dengan selesainya tugas ini, maka selanjutnya kami lebih paham dan mengerti tentang topik
yang telah dibahas.
Aleydrus. (2014). Perbedaan Penyesuaian Diri Pada Lansia Yang Tinggal di Panti Werdha
“Pangesti” Lawang Dengan Lansia yang Tinggal Bersama Keluarga di Kecamatan
Lawang Kabupaten Malang. Jurnal Psikovidya. Vol. 18 No. 02.
Ermawati, Sudarji Shanty. 2013. Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lanjut Usia.
Psibernetika. Vol. 6. No 1.
Fitriani., Hidayat. (2012). Kepekaan Humor Dengan Depresi Pada Remaja Ditinjau Dari Jenis
Kelamin. Jurnal Humanitas Volume IX No.1. Fakultas Psikologi. Universitas Ahmad
Dahlan Yogyakarta.
Harapan Puspita, Sabria Febriana, Utomo Wasisto. 2014. Studi Fenomenologi Persepsi Lansia
Dalam Mempersiapkan Diri Menghadapi Kematian. Jompsik. Vol. 1. No. 2.
Japarudin (2017) Humor dalam Aktivitas Tabligh. (Syi’ar : Bengkulu) Vol. 17, No. 02.
Kinasih, dkk. 2012. Peran Pendampingan Spiritual Terhadap Motivasi Kesembuhan pada
Pasien Lanjut Usia. Volume 5 Nomor 1. Kediri. Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri.
Koerniawan, Dheni. Uci Candrawulan. 2018. Hubungan Spiritualitas Dengan Stres Lansia Di
Puskesmas Pakjo Palembang. Elizabeth Health Journal. Vol. 03 No. 02
Ningrum, Diah Puspita. Priyo. Enik Suhariyanti. 2016. Hubungan Tingkat Spiritualitas Dengan
Tingkat Stres Pada Lansia Di Desa Ngargomulyo Magelang. The 4 th Univesity
Research Coloquium. Vol. 01, No 01 ISSN 2407-9189.
Nuraini, dkk (2018) Hubungan Interaksi Sosial Dengan Kesepian Pada Lansia Di Kelurahan
Tlogomas Kota Malang. Nursing News 3, (1), 603-611.
Romas, Muslimah Zahro. (2010). Hubungan Antara Kecemasan Dengan Penyesuaian Diri Pada
Orang - Orang Lanjut Usia. Universitas Proklamasi 45 : Fakultas Psikologi. Jurnal
Psikologi. Vol. 6 No. 01.
Puspita A. & Rangkuti R.P. (2015) Hubungan Sense of Humor dengan Kebahagiaan pada
Lansia. (Psikologia Jurnal Pemikiran & Penelitian Psikologi : Medan) Vol. 10, No. 01,
Hal 25-30, ISSN : 185-0327
Suyanta, Ekowarni Endang. 2012. Pengalaman Emosi Dan Mekanisme Koping Lansia Yang
Mengalami Penyakit Kronis. JURNAL PSIKOLOGI. Volume 39. No 2. Hal : 208 – 221.
Wulandhani, dkk. 2014. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Motivasi Lansia Hipertensi
dalam Memeriksakan Tekanan Darahnya.Volume 1 Nomor 2. Riau. JOM PSIK
Universitas Riau.