Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

NURUL NIKMAH
19.04.022

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
PROGRAM STUDI NERS
T.A 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

A. Defenisi TAK
Terapi aktivitas kelompok adalah terapi modalitas yang
dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah
keperawatan yang sama.
Terapi aktivitas kelompok adalah kumpulan individu yang
mempunyai relasi hubungan satu sama lain, saling terkait dan mengikuti
norma yang sama. Terapi aktivitas kelompok (TAK) merupakan terapi yang
dilakukan atas kelompok penderita bersarna-sarna dengan berdiskusi satu
sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seseorang terapis.
Aktivitas digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai
target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling
bergantung, saling membutuhkan, dan menjadi laboratorium tempat klien
berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang
maladaptif.
Terapi aktivitas kelompok adalah suatu upaya untuk memfasilitasi
psikoterapis terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama untuk
memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota.
B. Jenis – Jenis TAK
Terapi aktivitas kelompok berdasarkan masalah keperawatan
jiwa yang paling banyak ditemukan dikelompokkan sebagai berikut :
1. TAK sosialisasi (untuk klien dengan menarik diri yang sudahsampai
pada tahap mampu berinteraksi dalam kelompok kecil dan sehatsecara
fisik.
2. TAK stimulasi sensori (untuk klien yang mengalami gangguan sensori)
3. TAK orientasi realita (untuk klien halusinasi yang telah dapat
mengontrol halusinasinya, klien paham yang telah dapat berorientasi
kepada realita dan sehat secara fisik).
4. TAK stimulasi persepsi: halusinasi (untuk klien dengan halusinasi)
5. TAK peningkatan harga diri (untuk klien dengan harga diri rendah).
6. TAK penyaluran energy (untuk klien perilaku kekerasan yang telah
dapat mengekspresikan marahnya secara konstruktif, klien
menarik diri yang telah dapat berhubungan dengan orang lain secara
bertahap dan sehat secara fisik)
C. Manfaat TAK
Menurut Purwaningsih dan Karlina (2009), TAK mempunyai manfaat
terapeutik, yaitu manfaat umum, khusus dan rehabilitasi. Selengkapnya
seperti pada uraian berikut:
1. Manfaat umum
a. Meningkatkan kemampuan uji realitas (reality testing) melalui
komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain.
b. Melakukan sosialisasi.
c. Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan
afektif.
2. Manfaat khusus
a. Meningkatkan identitas diri.
b. Menyalurkan emosi secara konstruktif.
c. Meningkatkan keterampilan hubungan interpersonal atau sosial.
3. Manfaat rehabilitasi
a. Meningkatkan keterampilan ekspresi diri.
b. Meningkatkan keterampilan sosial.
c. Meningkatkan kemampuan empati.
d. Meningkatkan kemampuan atau pengetahuan pemecahan masalah.

D. Tahap – tahap dalam terapi aktivitas kelompok.


Menurut Yalom yang dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1995, fase – fase
dalam terapi aktivitas kelompok adalah sebagai berikut :
1. Pre kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang menjadi
leader, anggota, dimana, kapan kegiatan kelompok tersebut
dilaksanakan, proses evaluasi pada anggota dan kelompok, menjelaskan
sumber – sumber yang diperlukan kelompok seperti proyektor dan jika
memungkian biaya dan keuangan.
a. Fase awal
Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi yaitu
orientasi, konflik atau kebersamaan.
1) Orientasi.
Anggota mulai mengembangkan system social masing – masing,
dan leader mulai menunjukkan rencana terapi dan mengambil
kontrak dengan anggota.
2) Konfli
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai
memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana
peran anggota, tugasnya dan saling ketergantungan yang akan
terjadi.
3) Kebersamaan
Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi masalah, anggota
mulai menemukan siapa dirinya.
b. Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif dan
engatif dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang telah dibina,
bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati,
kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan realistic,
mengeksplorasikan lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugas
kelompok, dan penyelesaian masalah yang kreatif.
c. Fase terminasi
Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota kelompok
mungkin mengalami terminasi premature, tidak sukses atau sukses.
E. Macam- macam terapi aktivitas kelompok
1. Terapi aktifitas kelompok stimulasi kognitif atau persepsi
Dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang
pernah dialami.
Terapi aktifitas kelompok stimulus kognitif/persepsi adalah terapi yang
bertujuan untuk membantu klien yang mengalami kemunduran
orientasi, menstimuli persepsi dalam upaya memotivasi proses berfikir
dan afektif serta mengurangi perilaku maladaptif.
Tujuan :
a. Meningkatkan kemampuan orientasi realita
b. Meningkatkan kemampuan memusatkan perhatian
c. Meningkatkan kemampuan intelektual
d. Mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain
e. Mengemukakan perasaanya
Karakteristik :
a. Penderita dengan gangguan persepsi yang berhubungan dengan nilai-
nilai
b. Menarik diri dari realitas
c. Inisiasi atau ide-ide negative
Kondisi fisik sehat, dapat berkomunikasi verbal, kooperatif dan mau
mengikuti kegiatan
2. Terapi aktifitas kelompok stimulasi sensori
Aktifitas digunakan untuk memberikan untuk memberikan stimulasi
pada sensasi klien, kemudian diobservasi reaksi sensori klien berupa
ekspresi emosi atau perasaan melalui gerakan tubuh, ekspresi muka,
ucapan. Terapi aktifitas kelompok untuk menstimulasi sensori pada
penderita yang mengalami kemunduran fungsi sensoris. Teknik yang
digunakan meliputi fasilitasi penggunaan panca indera dan kemampuan
mengekpresikan stimulus baik dari internal maupun eksternal.
Tujuan :
a. Meningkatkan kemampuan sensor
b. Meningkatkan upaya memusatkan perhatian
c. Meningkatkan kesegaran jasmani
d. Mengekspresikan perasaan
3. Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas
Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitr klien yaitu diri
sendiri, orang lain yang ada disekeliling klien atau orang yang dekat
dengan klien, lingkungan yang pernah mempunyai hubungan dengan
klien dan waktu saat ini dan yang lalu.terapi aktifitas kelompok
orientasi realitas adalah pendekatan untuk mengorientasikan klien
terhadap situasi nyata (realitas). Umumnya dilaksanakan pada
kelompok yang menghalami gangguan orientasi terhadap orang, waktu
dan tempat. Teknik yang digunakan meliputi inspirasi represif, interaksi
bebas maupun secara didaktik.
Tujuan :
a. Penderita mampu mengidentifikasi stimulus internal (fikiran,
perasaan, sensasi somatik) dan stimulus eksternal (iklim, bunyi,
situasi alam sekitar)
b. Penderita dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan
c. Pembicaraan penderita sesuai realita
d. Penderita mampu mengenali diri sendiri
e. Penderita mampu mengenal orang lain, waktu dan tempat
Karakteristik :
a. Penderita dengan gangguan orientasi realita (GOR); (halusinasi,
ilusi, waham, dan depresonalisasi ) yang sudah dapat berinteraksi
dengan orang lain
b. Penderita dengan GOR terhadap orang, waktu dan tempat yang
sudah dapat berinteraksi dengan orang lain
c. Penderita kooperatif
d. Dapat berkomunikasi verbal dengan baik
e. Kondisi fisik dalam keadaan sehat
4. Terapi aktifitas kelompok sosialisasi
Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada
disekitar klien. Kegiatan sosialisasi adalah terapi untuk meningkatkan
kemampuan klien dalam melakukan interaksi sosial maupun berperan
dalam lingkungan social. Sosialisasi dimaksudkan memfasilitasi
psikoterapis untuk :
a. Memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal
b. Memberi tanggapan terhadap orang lain
c. Mengekspresikan ide dan tukar perseps
d. Menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan
Tujuan umum :
Mampu meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota kelompok,
berkomunikasi, saling memperhatikan, memberi tanggapan terhadap
orang lain, mengekpresikan ide serta menerima stimulus eksternal.
Tujuan khusus :
a. Penderita mampu menyebutkan identitasnya
b. Menyebutkan identitas penderita lain
c. Berespon terhadap penderita lain
d. Mengikuti aturan main
e. Mengemukakan pendapat dan perasaannya
Karakteristik :
a. Penderita kurang berminat atau tidak ada inisiatif untuk mengikuti
kegiatan ruangan
b. Penderita sering berada ditempat tidur
c. Penderita menarik diri, kontak sosial kurang
d. Penderita dengan harga diri rendah
e. Penderita gelisah, curiga, takut dan cemas
f. Tidak ada inisiatif memulai pembicaraan, menjawab seperlunya,
jawaban sesuai pertanyaan
g. Sudah dapat menerima trust, mau berinteraksi, sehat fisik
5. Penyaluran energy
Penyaluran energi merupakan teknik untuk menyalurkan energi secara
kontruktif dimana memungkinkan penembanghan pola-pola penyaluran
energi seperti katarsis, peluapan marah dan rasa batin secara konstruktif
dengan tanpa menimbulkan kerugian pada diri sendiri maupun
lingkungan.
Tujuan :
a. Menyalurkan energi; destruktif ke konstrukstif.
b. Mengekspresikan perasaan
c. Meningkatkan hubungan interpersonal
F. Kerangka teori terapi aktivitas kelompok
1. Model fokal konflik
Menurut Whiteaker dan Liebermen’s, terapi kelompok berfokus pada
kelompok dari pada individu.
Prinsipnya :
Terapi kelompok dikembangkan berdasarkan konflik yang tidak
disadari. Pengalaman kelompok secara berkesinambungan muncul
kemudian konfrontir konflik untuk penyelesaian masalah, tugas terapis
membantu anggota kelompok memahami konflik dan mencapai
penyelesaian konflik.
Menurut model ini pimpinan kelompok (Leader) harus memfasilitasi
dan memberikan kesempatan kepada anggota untuk mengekpresikan
perasaan dan mendiskusikan perasaan dan mendiskusikannya untuk
penyelesaian masalah.
2. Model komunikasi
Model komunikasi menggunakan prinsip-prinsip teori komunikasi dan
komunikasi terapeutik. Diasumsikan bahwa disfungsi atau komunikasi
tak efektif dalam kelompok akan menyebabkan ketidakpuasan anggota
kelompok, umpan balik tidak sekuat dari kohesi atau keterpaduan
kelompok menurun.
Dengan menggunakan model ini leader memfasilitasi komunikasi
efektif, masalah individu atau kelompok dapat diidentifikasi dan
diselesaikan.
Leader mengajarkan pada kelompok bahwa :
a. Perlu berkomunikasi
b. Anggota harus bertanggung jawab pada semua level, misalnya
komunikasi verbal, nonverbal, terbuka dan tertutup
c. Pesan yang disampaikan dapat dipahami orang lain
d. Anggota dapat menggunakan teori komunikasi dalam membantu satu
dan yang lain untuk melakukan komunikasi efektif
Model ini bertujuan membantu meningkatkan ketrampilan interpersonal
dan sosial anggota kelompok.Selain itu teori komunikasi membantu
anggota merealisasi bagaimana mereka berkomunikasi lebih efektif.
Selanjutnya leader juga perlu menjelaskan secara singkat prinsip-
prinsip komunikasi dan bagaimana menggunakan didalam kelompok
serta menganalisa proses komunikasi tersebut.
3. Model interpersonal
Sullivan mengemukakan bahwa tingkah laku (pikiran, perasaan,
tindakan) digambarkan melalui hubungan interpersonal.
Contoh : Interaksi dalam kelompok dipandang sebagai proses sebab
akibat dari tingkah laku anggota lain.
Pada teori ini terapis bekerja dengan individu dan kelompok. Anggota
kelompok ini belajar dari interaksi antar anggota dan terapis. Melalui ini
kesalahan persepsi dapat dikoreksi dan perilaku sosial yang efektif
dipelajari.
Perasaan cemas dan kesepian merupakan sasaran untuk
mengidentifikasi dan merubah tingkah laku/perilaku.
Contoh : Tujuan salah satu aktifitas kelompok untuk meningkatkan
hubungan interpersonal. Pada saat konflik interpersonal muncul, leader
menggunakan situasi tersebut untuk mendorong anggota untuk
mendiskusikan perasaan mereka dan mempelajari konflik apa yang
membuat anggota merasa cemas dan menentukan perilaku apa yang
digunakan untuk menghindari atau menurunkan cemas pada saat terjadi
konflik.
4. Model psikodrama
Dengan model ini memotivasi anggota kelompok untuk berakting
sesuai dengan peristiwa yang baru terjadi atau peristiwa yang pernah
lalu. Anggota memainkan peran sesuai dengan yang pernah dialami.
Contoh : Klien memerankan ayahnya yang dominan atau keras.
G. Peran Perawat dalam terapi aktivitas kelompok.
Peran perawat jiwa professional dalam pelaksanaan terapi aktivitas
kelompok pada penderita skizofrenia adalah
1. Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok
Sebelum melaksanakan terapi aktivitas kelompok, perawat harus
terlebih dahulu, membuat proposal.
Proposal tersebut akan dijadikan panduan dalam pelaksanaan terapi
aktivitas kelompok, komponen yang dapat disusun meliputi : deskripsi,
karakteristik klien, masalah keperawatan, tujuan dan landasan teori,
persiapan alat, jumlah perawat, waktu pelaksanaan, kondisi ruangan serta
uraian tugas terapis.
2. Tugas sebagai leader dan coleader
Meliputi tugas menganalisa dan mengobservasi pola-pola
komunikasi yang terjadi dalam kelompok, membantu anggota kelompok
untuk menyadari dinamisnya kelompok, menjadi motivator, membantu
kelompok menetapkan tujuan dan membuat peraturan serta mengarahkan
dan memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok.
3. Tugas sebagai fasilitator
Sebagai fasilitator, perawat ikut serta dalam kegiatan kelompok
sebagai anggota kelompok dengan tujuan memberi stimulus pada
anggota kelompok lain agar dapat mengikuti jalannya kegiatan.
4. Tugas sebagai observer
Tugas seorang observer meliputi : mencatat serta mengamati respon
penderita, mengamati jalannya proses terapi aktivitas dan menangani
peserta/anggota kelompok yang drop out.
5. Tugas dalam mengatasi masalah yang timbul saat pelaksanaan terapi
Masalah yang mungkin timbul adalah kemungkinan timbulnya sub
kelompok, kurangnya keterbukaan, resistensi baik individu atau
kelompok dan adanya anggota kelompok yang drop out.
Cara mengatasi masalah tersebut tergantung pada jenis kelompok
terapis, kontrak dan kerangka teori yang mendasari terapi aktivitas
tersebut.
6. Program antisipasi masalah
Merupakan intervensi keperawatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi keadaan yang bersifat darurat (emergensi dalam terapi)
yang dapat mempengaruhi proses pelaksanaan terapi aktivitas kelompok.
Dari rangkaian tugas diatas, peranan ahli terapi utamanya adalah
sebagai fasilitator. Idealnya anggota kelompok sendiri adalah sumber
primer penyembuhan dan perubahan
Iklim yang ditimbulkan oleh kepribadian ahli terapi adalah agen
perubahan yang kuat. Ahli terapi lebih dari sekedar ahli yang
menerapkan tehnik; ahli terapi memberikan pengaruh pribadi yang
menarik variable tertentu seperti empati, kehangatan dan rasa hormat
(Kaplan & Sadock, 1997).
Sedangkan menurut Depkes RFI 1998, di dalam suatu kelompok,
baik itu kelompok terapeutik atau non terapeutik tokoh pemimpin
merupakan pribadi yang paling penting dalam kelompok. Pemimpin
kelompok lebih mempengaruhi tingkat kecemasan dan pola tingkah laku
anggota kelompok jika dibandingkan dengan anggota kelompok itu
sendiri. Karena peranan penting terapis ini, maka diperlukan latihan dan
keahlian yang betul-betul professional.
Stuart & Sundeen (1995) mengemukakan bahwa peran perawat
psikiatri dalam terapi aktivits kelompok adalah sebagai leader/co leader,
sebagai observer dan fasilitator serta mengevaluasi hasil yang dicapai
dalam kelompok.
Untuk memperoleh kemampuan sebagai leader/co leader, observer
dan fasilitator dalam kegiatan terapi aktivitas kelompok, perawat juga
perlu mendapat latihan dan keahlian yang professional.

H. Pengorganisasian
Waktu : 35 menit
Tempat : RS Dadi
Hari dan tanggal : Senin, 27 April 2020
Jam : 10.00 WIB
Tim Terapis
1. Leader
Tugasnya:
a. Menyusun rencana pembuatan proposal
b. Memimpin jalannya therapi aktifitas kelompok
c. Merencanakan dan mengontrol therapi aktifitas kelompok
d. Membuka aktifitas kelompok
e. Memimpin diskusi dan therapi aktifitas kelompok
f. Leader memperkenalkan diri dan mempersilahkan anggota diskusi
lainnya untuk memperkenalkan diri
g. Membacakan tujuan therapi aktivitas kelompok
h. Membacakan tata tertib
2. Co-leader
Tugasnya:
a. Membantu leader mengorganisasi anggota
b. Apabila therapi aktivitas pasif diambil oleh Co-leader
c. Menggerakkan anggota kelompok
d. Membacakan aturan main
3. Fasilitator
Tugasnya :
a. Ikut serta dalam kegiatan kelompok untuk aktif jalannya permainan
b. Memfasilitasi anggota dalam diskusi kelompok
4. Observer
Tugasnya :
a. Mengobservasi jalannya therapi aktifitas kelompok mulai dari
persiapan, proses dan penutup.
b. Mencari serta mengarahkan respon klien
c. Mencatat semua proses yang terjadi
d. Memberi umpan balik pada kelompok
e. Melakukan evaluasi pada therapi aktifitas kelompok
f. Membuat laporan jalannya aktivitas kelompok
g. Membacakan kontrak waktu
I. Klien
1. Karakteristik pasien
a. Klien sehat secara fisik
b. Klien dalam keadaan tenang, kooperatif, dan dapat berinteraksi
c. Klien yang mengalami halusinasi namun halusinasinya sudah
terkontrol
2. Proses Seleksi
a. Proses Seleksi dilakukan dengan cara mengobservasi klien selama
beberapa hari
J. Metode dan Media
1. Metode
Dinamika Kelompok
2. Media
a. Hp dan Speaker Musik
b. Meja dan kursi
c. Kertas Minyak
d. Bambu
e. Tali atau benan
f. Gunting dan Lem kertas
g. Spidol
h. Papan nama
K. Setting Tempat
Terapis dan klien berkumpul dalam satu ruangan. Ruangan nyaman dan
tenang
Keterangan:
L : Leader
Co L : Co Leader
Obs : Observer
F : Fasilitator
K : Klien
L. Pembagian Tugas
Leader :
Co Leader :
Observer :
Fasilitator 1 :
Fasilitator 2 :
Fasilitator 3 :
M. Tata Tertib TAK
1. Peserta bersedia mengikuti Terapi Aktifitas Kelompok
2. Peserta hadir 5 menit sebelum acara dimulai
3. Peserta tidak boleh makan, minum, atau merokok
4. Peserta tidak meninggalkan tempat sampai acara selesai
5. Meminta izin dengan mengacungkan tangan ketika ingin ke toilet
6. Seluruh peserta harus bermain secara sportif
7. Peserta harus menerima keputusan dan hasil akhir.
8. Jika ada anggota melakukan hal-hal yang sangat mengganggu jalannya
TAK, maka anggota tersebut dikeluarkan dari kegiatan terapi.
9. Apabila waktu TAK telah habis sesuai dengan kontrak yang telah
disepakati, tapi TAK belum selesai akan diminta persetujuan anggota
untuk memperpanjang waktu sampai TAK selesai.
N. Proses Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam perkenalan/salam terapeutik
b. Validasi dan menanyakan perasaan klien
c. Kontrak waktu
d. Penjelasan tujuan diadakan TAK dan aturan mainnya
2. Kerja
Langkah-langkah kegiatan sebagai berikut:
a. Fasilitator mempersiapkan peralatan
b. Klien ada 6 dibagi menjadi 3 kelompok masing-masing berpasangan
c. Memainkan musik dan membuat satu buah layang-layang dengan
bahan yang sudah disediakan oleh fasilitator.
d. Beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok dengan
memberi tepuk tangan
Kriteria Penilaian:
a. Keindahan dan kerapian
b. Kekompakkan dalam melakukan permainan.
3. Terminasi
a. Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
b. Evaluasi respons objektif (observasi perilaku klien selama kegiatan
dikaitkan dengan tujuan)
c. Tindak lanjut (apa yang dapat dilaksanakan setelah TAK)
d. Kontrak yang akan datang (dilakukan oleh perawat ataupun
mahasiswa lain)
O. Program Antisipasi
1. Bila anggota menghindar setiap pertemuan, maka leader harus
memberitahukan anggota tersebut dan mengatur mereka berbicara
langsung kepada kelompok
2. Bila dalam kegiatan tersebut ada anggota yang membicarakan hal lain
dalam diskusi, leader harus memfokuskan pembicaraan
3. Bila ada anggota yang menggunakan kekerasan fisik, maka leader
menegaskan bahwa hal tersebut tidak dikehendaki
4. Bila ada anggota kelompok keluar dari kegiatan therapi kelompok,
maka anggota kelompok yang bersangkutan harus membicarakan
dengan anggota kelompok lain
5. Bila ada anggota diskusi diam, maka fasilitator harus berberan aktif
6. Bila ada hal-hal di luar perencanaan, maka melibatkan perawat ruangan

P. Kriteria Evaluasi
1. Persiapan:
a. Therapis
1) Identifikasi masalah klien 1-2 hari sebelum therapi dimulai
2) Mempersiapkan sarana dan prasarana
3) Kontrak waktu waktu dengan klien 1 hari sebelum pelaksanaan
b. Peserta
1) Klien siap mengikuti terapi 1 hari sebelum pelaksanaan
2) Peserta hadir 5 menit sebelumnya
3) Peserta mematuhi tata tertib yang telah ditentukan
2. Proses
a. Tepat waktu
b. Terapis berfungsi sesuai dengan tugas dan peranan masing-masing
c. Terapis mengantisipasi hal yang tidak dikehendaki selama therapi
berlangsung
d. Terapi dilaksanakan sesuai dengan susunan acara yang telah di
tentukan
e. Klien dapat melaksanakan atau mengikuti therapi dengan baik
3. Hasil:
Formulir Evaluasi sebagai berikut:
Stimulasi Persepsi Sensori : Halusinasi

No Kelompok Nama Keindahan Kekompakan Waktu


Klien dan mengerjakan
kerapian (menit)
1. A

2. B
3. C

Petunjuk:
1. Tulis nama klien yang ikut TAK pada kolom nama
2. Untuk tiap kelompok, beri penilaian tentang keindahan dan kerapian
kelompok dalam membuat layang-layang dan catat waktu
mengerjakan sampai berapa menit.
3. Beri nilai untuk setiap kolom penilaian (50 – 100).
4. Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada
catatan proses keperawatan tiap klien. Contoh: Klien mampu
mengikuti TAK stimulasi persepsi : halusinasi pendengaran. Klien
mampu mengikuti permainan sampai selesai dan mampu bersaing
antar kelompok secara sehat dan tingkatkan reinforcement (pujian).
DAFTAR PUSTAKA

SUMBER :
http://kumpulanaskepteukuyans.blogspot.com/2020/04/27/terapi-aktivitas-
kelompok-stimulasi.html

SUMBER : http://ikhwanul-khair.blogspot.com/2020/04/27terapi-aktifitas-
kelompok-tak.html

SUMBER : http://wir-nursing.blogspot.com/2020/04/2020terapi-aktivitas-
kelompok-stimulasi.html

Anda mungkin juga menyukai