Anda di halaman 1dari 13

1

HUBUNGAN JENIS KELAMIN DAN UMUR DENGAN


TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS
DI SMAN 3 ATAMBUA NUSA TENGGARA TIMUR
2018

OLEH
PIUS A. L. BEREK 1)
MARIA FLORIDA BE2)
YUSFINA MODESTA RUA3)
CHRISTINA ANUGRAHINI4)
1), 2), 3), 4)
Program Studi Keperawatan Universitas Timor, Jln Wehor Kabuna
Haliwen Atambua, Nusa Tenggara Timur, Post 85711. Phone:
+6281280426042. Email francis_domin2012@yahoo.com.

Masa remaja adalah masa dimana individu berada pada mobilitas sosial yang paling tinggi. Mobilitas sosial
yang tinggi ini akan membuka peluang baginya untuk terpapar terhadap berbagai perubahan sosial, kultural,
budaya, serta fisik maupun psikologis. AKibatnya remaja tersebut mempunyai kerentanan yang tinggi
terhadap penularan berbagai jenis penyakit khususnya HIV/AIDS. Akhir-akhir ini terdapat kecenderungan
peningkatan kasus HIV/AIDS khususnya pada kelompok remaja yang merupakan usia yang masih sangat
produktif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara jenis kelamin dan umur dengan
tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS di SMAN 3 Atambua. Metode analisis dilakukan berdasarkan
jenis data yaitu karakteristik jenis kelamin dan umur sebagai variabel independen dan tingkat pengetahuan
sebagai variable dependen. Selanjutnya uji analisis menggunakan dua tahap yaitu analisis univariat dan
analisis bivariat. Hasil analisis bivariat menggunakan chi square diketahui tidak ada hubungan antara umur
dengan tingkat pengetahuan remaja HIV/AIDS (p = 0,591 pada alfa 0,05) namun terdapat hubungan yang
bermakna antara jenis kelamin dengan tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS dengan p = 0,010 pada
alfa 0,05. Peningkatan penyuluhan pada remaja khususnya remaja laki-laki melalui peer grup yang
melibatkan pihak sekolah menjadi hal penting untuk diprioritaskan mengingat usia remaja merupakan aset
bangsa yang paling berharga.

Kata Kunci: HIV/AIDS, jenis kelamin, umur, tingkat pengetahuan


2

Relationship Between Gender and Age With Adolescent


Levels of Knowledge About HIV / AIDS at SMAN 3
Atambua, East Nusa Tenggara
2018

BY
PIUS A. L. BEREK 1)
MARIA FLORIDA BE2)
YUSFINA MODESTA RUA3)
CHRISTINA ANUGRAHINI4)
1), 2), 3), 4)
Nursing Program at University of Timor, Atambua Campus, Jl. Wehor
Kabuna Haliwen Atambua, East Nusa Tenggara. Post 85711.
Phone: +62812 8042 6042. Email: francis_domin2012@yahoo.com

Adolescence is a time when individuals are at the highest social mobility . This high social mobility will open
up opportunities for him to be exposed to various social, cultural, cultural, as well as physical and
psychological changes . As a result, these adolescents have a high susceptibility to the transmission of various
types of diseases, especially HIV / AIDS. Lately there is a tendency to increase cases of HIV / AIDS,
especially in teenagers who are still very productive age. This study aims to analyze the relationship between
sex and age with the level of adolescent knowledge about HIV / AIDS in SMAN 3 Atambua. The method of
analysis is based on the type of data that is gender characteristics and age as independent variable and level of
knowledge as dependent variable . Furthermore, the analysis test using two stages of univariate analysis and
bivariate analysis. The results of the bivariate analysis using chi square note there is no relationship between
age and level of knowledge of adolescents with HIV / AIDS (p = 0.591 at 0.05 alpha) but there is a significant
relationship between sex with adolescent knowledge level about HIV / AIDS with p = 0.010 at alpha 0.05.
Increasing counseling in adolescents, especially adolescent boys through peer groups involving the school
becomes an important thing to be prioritized considering the age of adolescents is the most valuable asset of
the nation.

Keywords : HIV / AIDS, gender, age, level of knowledge


3

PENDAHULUAN Data menyebutkan bahwa dari


sekitar 40 juta penduduk dunia yang
Pengetahuan merupakan hasil
telah terinfeksi HIV, lebih dari 95%-
tahu dan ini terjadi setelah orang
nya berada di negara berkembang,
melakukan pengindraan terhadap
dan anak-anak muda saat ini telah
suatu objek tertentu. Pengindraan
menjadi bagian dari pandemik
terjadi melalui panca indera manusia,
AIDS dengan adanya data yang
yakni indera penglihatan,
menyebutkan bahwa lebih dari
pendengaran, penciuman, rasa dan
setengah kasus baru yang terinfeksi
raba (Notoatmodjo, 2003). AIDS
HIV adalah remaja dengan usia
(Acquired Immunodeficiency
antara 15-24. Hal ini diperkuat oleh
Syndrome) didefinisikan sebagai
perkiraan WHO, 50% dari seluruh
bentuk paling berat dalam rangkaian
kasus terinfeksi adalah anak muda,
penyakit yang disebabkan oleh
atau dengan kata lain 7000 anak
infeksi virus HIV (Human Immuno-
muda (umur 15-24 tahun) terinfeksi
deficiency Virus). HIV disebabkan
setiap harinya, dan 30% dari 40 juta
oleh sekelompok virus yang dikenal
orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
sebagai retrovirus. Virus ini
yang terinfeksi seluruh dunia berada
membawa materi genetic dalam
dalam kelompok usia 15-24 tahun.
bentuk asam ribonukleat (RNA) dan
Mayoritas anak muda yang
bukan asam deoksiribonukleat
terinfeksi tidak tahu bahwa dia
(DNA) (Brunner & Suddarth, 2013).
sebenarnya telah terinfeksi, dan anak
Remaja merupa-kan kelompok yang
muda yang terlibat hubungan seks,
paling rentan secara fisik dan psikis
hanya sedikit yang tahu apakah
terhadap infeksi HIV, maka remaja
pasangannya telah terinfeksi HIV
menjadi fokus dari semua strategi
atau tidak.
penang-gulangan penyebaran virus
AIDS diperkirakan telah
HIV/ AIDS. Perubahan yang terjadi
menginfeksi 38,6 juta orang
pada remaja mengakibatkan tinggi-
diseluruh dunia. Selanjutnya,
nya keinginan untuk mencoba ter-
fenomena “gunung es” dalam kasus
hadap berbagai hal baru yang belum
HIV/AIDS di Indonesia menjadi
mereka ketahui sebelumnya,
diskursus yang perlu mendapat
(Veronika,dkk, 2012).
4

perhatian. Pada tahun 2007, pendidikan diatas SMP sebesar


perkembangan situasi epidemic HIV 58,6% lebih tinggi dibandingkan
menunjukan peningkatan yang remaja dengan pendidikan dibawah
sangat tajam. Komisi Penang- SMP, yaitu 48,3% (Sudikno, dkk
gulangan AIDS (KPA) mengungkap- 2010 ).
kan bahwa kasus HIV/AIDS tahun Cara untuk menghilangkan
2010 dari semua kelompok umur atau mengurangi perilaku beresiko
sejumlah 21.770 orang termasuk merupakan tindakan yang sangat
remaja. Meningkatnya jumlah remaja penting. Upaya pencegahan primer
penderita HIV/AIDS dimungkinkan melalui program pendidikan yang
karena keterbatasan akses informasi efektif amat penting untuk pengen-
dan layanan kesehatan yang dalian dan pencegahan. Sistem
berdampak pada rendahnya isolasi lainya yaitu Body Substance
pengetahuan HIV/AIDS yang benar. Isolation System (sistem pengisolasi-
Menurut KPA (2011) pemahaman an substansi tubuh) yaitu: mencuci
remaja tentang HIV/AIDS masih tangan, menggunakan sarung tangan,
sangat minim, padahal remaja mengenakan gaun atau apron
termasuk kelompok usia yang rentan plastik, menggunakan masker, mem-
dengan perilaku beresiko. Penge- buang jarum suntik dan benda tajam
tahuan HIV/AIDS di Indonesia bekas pakai kedalam wadah yang
masih rendah. Sudikno, dkk (2010) kaku dan tahan tembus, tempatkan
dalam penelitianya tentang penge- sampah dan kain kotor dalam
tahuan HIV/AIDS pada remaja di kantong yang tertutup ketat,
Indonesia ditemukan bahwa bersihkan barang-barang, peralatan
prosentase pengetahuan HIV/AIDS atau perabotan yang kotor,
dengan kategori baik pada remaja kembangkan program untuk
diperkotaan sebesar 54% dan memastikan bahwa semua petugas
dipedesaan sebesar 46,6%. Dan kesehatan mematuhi system tindakan
disimpulkan lebih lanjut dalam penjagaan infeksi (Brunner &
penelitianya bahwa pengetahuan Suddarth, 2001).
HIV/AIDS dengan kategori baik Melihat fenomena diatas,
pada kelompok remaja dengan peneliti tertarik untuk melakukan
5

penelitian tentang “Hubungan antara Berkaitan dengan etik


karakteristik jenis kelamin dan umur penelitian, peneliti telah menjelaskan
dengan Tingkat Pengetahuan Remaja tujuan dan manfaat penelitian kepada
tentang HIV/AIDS di SMAN 3 responden dan siswa-siswi yang
Atambua, Nusa Tenggara Timur”. bersedia menjadi responden
Penelitian ini dilakukan untuk menandatangani lembar persetujuan
melihat adanya hubungan antara menjadi responden. Selain itu
jenis kelamin dan umur dengan peneliti juga menyadari bahwa
tingkat pengetahuan remaja tentang penelitian ini tidak menimbulkan
HIV/AIDS di SMAN 3 Atambua. resiko cedera pada responden.
Persetujuan ijin penelitian juga telah
METODOLOGI diberikan oleh pihak Prodi
Desain penelitian dalam Keperawatan Unimor, Kesatuan
penelitian ini adalah penelitian Bangsa dan Politik Kabupaten Belu,
analitik korelasi dengan pendekatan serta Kepala Sekolah SMAN 3
cros sectional yang bertujuan untuk Atambua. Peneliti melakukan
menganalisis hubungan antara jenis pengambilan data dengan cara
kelamin dan umur dengan tingkat menyebarkan kuisioner kepada
pengetahuan remaja tentang responden. Kuisioner meliputi data
HIV/AIDS di SMAN 3 Atambua, demografi jenis kelamin dan umur
Nusa Tenggara Timur. Jumlah serta tingkat pengetahuan tentang
sampel dalam penelitian ini adalah HIV/AIDS.
96 orang responden yang dipilih
dengan menggunakan eknik non Analisa data yang digunakan
probability sampling dengan meng- dalam penelitian ini adalah dengan
gunakan teknik purposive sampling menggunakan analisa univariat dan
yaitu dengan cara memilih sampel bivariat. Analisa univariat, yaitu
diantara populasi sesuai dengan yang mengidentifikasi jenis kelamin dan
dikehendaki peneliti. Kriteria inklusi umur responden serta tingkat
adalah siswa-siswi kelas XI yang pengetahuan remaja tentang
bersedia menjadi responden. HIV/AIDS. Sedangkan analisis
bivariat dilakukan dengan tujuan
6

untuk mengetahui ada tidaknya adalah 17.14 tahun (95% CI: 16.93 –
hubungan antara jenis kelamin dan 17.34), dengan standar deviasi 1.022
umur dengan tingkat pengetahuan tahun. Umur termuda 15 tahun dan
remaja tentang HIV/AIDS. Uji tertua adalah 20 tahun. Dari estimasi
hipotesis yang digunakan adalah uji interval dapat disimpulkan bahwa
chi square dengan kemaknaan nilai α 95% diyakini bahwa rata-rata umur
atau p-value < 0,05. Hasil penelitian responden dalam penelitian ini adalah
ditampilkan dalam bentuk tabel dan diantara 16,93 sampai dengan 17,34
diinterpretasikan secara deskriptif. tahun.

HASIL Tabel 2 Distribusi Frekuensi


Responden Berdasarkan Umur
Tabel 1 menunjukkan bahwa
Di SMAN 3 Atambua, Mei 2018
hampir sebagian besar responden
(n=96)
dalam penelitian ini adalah berjenis
Var Mean SD Min-Mak 95% CI
kelamin perempuan yaitu sebesar
15 – 20 16.93 –
60,4% sisanya adalah berjenis Umur 17.14 1.022
17.34
kelamin laki-laki yaitu sebesar
39,6%.
Tabel 3
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Distribusi Frekuensi Tingkat
Responden Berdasarkan Jenis Pengetahuan Remaja Tentang
Kelamin Di SMAN 3 Atambua,
HIV/AIDS Pada Ranah Tahu (Know),
Mei 2018 (n=96)
Mei 2018 (n=96)
Jenis
Frekuensi Persentase (%)
Kelamin Vari
Kategori Frekuensi Persentase (%)
abel
Laki-Laki 38 39,6 Baik 57 59,4
Perempua Tahu Cukup 19 19,8
58 60,4 Kurang 20 20,8
n
Total 96 100
Total 96 100 Berdasarkan tabel 3 diatas
dapat diketahui bahwa tingkat
pengetahuan responden pada ranah
Tahu (C1), hampir sebagian besar
responden memiliki pengetahuan
Tabel 2 diketahui bahwa rata-rata yang baik tentang HIV/AIDS yaitu
umur responden dalam penelitian ini sebesar 59,4%, sedangkan responden
7

yang memiliki pengetahuan pada adalah sebagai berikut: terdapat 56


kategori cukup dan kurang berturut- orang (37,5%) remaja SMAN 3
turut adalah 19,8% dan 20,8%.
Atambua memiliki pengetahuan yang
Tabel. 4 Distribusi Frekuensi Tingkat cukup tentang HIV/AIDS. Dan
Pengetahuan Remaja Tentang terdapat 36 orang (37,5%) responden
HIV/AIDS Pada Ranah Memahami yang memiliki pengetahuan yang
(Comprehension), Mei 2018 baik tentang HIV/AIDS; namun

Variabel Kategori Frekuensi (%)


masih terdapat 4 orang (4,2%)
Baik 47 49,0
Memahami Cukup 40 41,7 responden yang memiliki
Kurang 9 9,3
Total 96 100 pengetahuan kurang tentang
HIV/AIDS.
Berdasarkan pada tabel 4 diatas
dapat diketahui bahwa tingkat
Tabel 6 Hubungan Antara Jenis
pengetahuan remaja tentang
Kelamin dengan Tingkat
HIV/AIDS pada ranah memahami
Pengetahuan Remaja Tentang
(C2) adalah berturut-turut sebagai
HIV/AIDS di SMAN 3 Atambua,
berikut 49% responden memiliki
Mei 2018 (n=96)
pengetahuan baik, 41,7% memiliki
pengetahuan cukup, dan masih
Jenis Tingkat Pengetahuan Tot P
Kelamin al value
terdapat 9,3% responden yang Kurang Cukup Baik N %
n % n % n %
memiliki pengetahuan kurang. Laki-laki 0 0 29 76.3 9 23.7 38 100 0,010
Perempua 4 6,9 27 46,6 27 46,6 58 100
n
Jumlah 4 4,2 56 58,3 36 37,5 96 100
Tabel. 5 Distribusi Frekuensi Tingkat
α = 0,05
Pengetahuan Remaja Tentang
Hasil analisis hubungan antara jenis
HIV/AIDS Pada Ranah Tahu (C1)
dan Memahami (C2), Mei 2018 (n=96) kelamin dengan tingkat pengetahuan
remaja tentang HIV/AIDS diperoleh
Variabel Kategori Frekuensi (%)
Tingkat Baik 36 37,5 bahwa ada sebanyak 9 orang (23,7%)
pengetahuan Cukup 56 58,3
(C1,C2) Kurang 4 4,2 remaja laki-laki memiliki
Total 96 100
pengetahuan yang baik tentang
Berdasarkan pada tabel 5 HIV/AIDS, dan terdapat 27 orang
diatas dapat diketahui bahwa tingkat (46,6%) remaja perempuan yang
pengetahuan remaja tentang memiliki pengetahuan yang baik
HIV/AIDS pada ranah C1 dan C2
8

tentang HIV/AIDS. Hasil uji statistik 41,7%; 36,7%; 31,3% dan 40% serta
diperoleh nilai p = 0,010 maka 0% untuk kelompok umur 20 tahun.
disimpulkan bahwa ada hubungan Hasil uji statistik diperoleh nilai p =
yang signifikan antara jenis kelamin 0,591 maka disimpulkan bahwa tidak
dengan tingkat pengetahuan remaja ada hubungan antara umur dengan
di SMAN 3 Atambua. tingkat pengetahuan remaja tentang
HIV/AIDS di SMAN 3 Atambua.
Tabel 7 Hubungan Antara Umur
Dengan Tingkat Pengetahuan PEMBAHASAN
Remaja Tentang HIV/AIDS di Responden dalam penelitian
SMAN 3 Atambua, Mei 2018 ini, jenis kelamin laki- laki 38 orang
Umur Tingkat Pengetahuan Total P
value
(39,6%) dan perempuan sebanyak 58
Kurang Cukup Baik
n % n % n % n % orang (60,4%). Jenis kelamin
15 Thn 0 0 1 25 3 75 4 100 0,591
16 Thn 0 0 14 58,3 10 41,7 24 100 merupakan unsur biologis manusia
17 Thn 1 3,3 18 60 11 36,7 30 100
18 Thn 2 6,3 20 62,5 10 31,3 32 100
hasil ciptaan sang Khalik. Pertemuan
19 Thn 1 20 2 40 2 40 5 100 antara pria dan wanita dalam konteks
20 Thn 0 0 1 100 0 0 1 100
Jumlah 4 4,2 56 58,3 36 37,5 96 100 hubungan seks akan menghasilkan
α = 0,05 keturunan untuk melangsungkan
kehidupan manusia. Namun
Hasil analisis hubungan antara umur sebaliknya jika persoalan hubungan
dengan tingkat pengetahuan remaja sex dimaksud disalahgunakan maka
tentang HIV/AIDS diketahui bahwa akan mendatangkan malapetaka.
pengetahuan yang baik tentang Hasil penelitian ini ditemukan bahwa
HIV/AIDS di SMAN 3 Atambua 60,4% responden berjenis kelamin
berdasarkan kelompok umur berada perempuan, dan 39,6% berjenis
pada kelompok umur 15 tahun yaitu kelamin laki-laki. Hasil analisis lebih
sebanyak 3 orang dari 4 remaja lanjut menggunakan analisis chi
(75%). Sedangkan remaja yang square diketahui bahwa remaja yang
berpengetahuan baik pada kelompok memiliki pengetahuan yang baik
umur 16 tahun, 17 tahun, 18 tahun, berdasarkan jenis kelamin adalah
19 tahun dan 20 tahun adalah sebagai berikut, laki-laki sebanyak
berturut-turut adalah sebagai berikut: 23,7% dan perempuan sebanyak
9

46,6%. Disimpulkan bahwa remaja AIDS dengan adanya data yang


perempuan cenderung memiliki menyebutkan bahwa lebih dari
tingkat pengetahuan yang baik setengah kasus baru yang terinfeksi
tentang HIV/AIDS jika dibandingkan HIV adalah remaja dengan usia
dengan laki-laki. Hal ini kemung- antara 15-24.1 Hal ini diperkuat oleh
kinan disebabkan karena remaja perkiraan WHO, 50% dari seluruh
wanita memiliki lebih banyak waktu kasus terinfeksi adalah anak muda,
untuk membaca atau berdiskusi atau dengan kata lain 7000 anak
dengan teman sebaya terkait muda (umur 15-24 tahun) terinfeksi
penyakit HIV/AIDS. setiap harinya, dan 30% dari 40 juta
orang dengan HIV/AIDS (ODHA)
Rendahnya tingkat penge- yang terinfeksi seluruh dunia berada
tahuan remaja laki-laki ten-tang dalam kelompok usia 15-24 tahun.
bahaya dan penularan HIV / AIDS Mayoritas anak muda yang
akan mendukung mening-katkan terinfeksi tidak tahu bahwa dia
angka kejadian HIV/AIDS karena sebenarnya telah terinfeksi, dan anak
terbuka peluang bagi kaum remaja muda yang terlibat hubungan seks,
laki-laki untuk terlibat dalam hanya sedikit yang tahu apakah
hubungan sex. Hal ini sejalan dengan pasangannya telah terinfeksi HIV
penelitian yang dilakukan oleh Klau, atau tidak. (Sosodoro, Emilia,
Sukmawati, Berek dkk (2018) yang Wahyuni, 2009).
mengatakan bahwa keterlibatan yang
sering dilakukan laki-laki dalam Peneliti berasumsi bahwa
hubungan seksual dengan pekerja seks remaja laki-laki cenderung tidak
perempuan (WPS) tanpa menggunakan mengembangkan pengetahuannya
kondom menempatkan mereka pada
tentang HIV/AIDS dibandingkan
risiko tinggi untuk infeksi HIV. Data
dengan remaja perempuan. Hal ini
menyebutkan bahwa dari sekitar 40
akan berdampak pada perilaku hidup
juta penduduk dunia yang telah
yang beresiko tertularkan HIV /
terinfeksi HIV, lebih dari 95%-nya
AIDS. Semakin seseorang remaja
berada di negara berkembang, dan
tidak mengetahui tentang sesuatu hal
anak-anak muda saat ini telah
terutama HIV/AIDS, maka ia akan
menjadi bagian dari pandemik
10

hidup dalam ketidaktahuannya, dan HIV/AIDS di Denpasar Bali.


jika dihadapkan pada masa-masa Dijelaskan lebih lanjut bahwa masa
puber yang tidak terkendali, tidak remaja merupakan masa peralihan
menutup kemungkinan remaja baik secara fisik, psikis maupun
tersebut bisa terjerumus dalam sosial dari masa kanak-kanak menuju
pergaulan bebas dan terlibat dalam dewasa. Pada masa ini adalah
praktik seks bebas ataupun perilaku- perpaduan antara perkembangan usia
perilaku lainnya yang beresiko psikologis dan usia biologis sehingga
tertular HIV/AIDS seperti tatto, sangat dipengaruhi multifaktor yang
tindik telinga, minum minuman terjadi di berbagai bidang dalam
keras, dan lain-lain. masyarakat bertambahnya kasus
penyakit menular seksual terutama
Hasil analisis menunjukkan
HIV-AIDS, kematian ibu muda yang
bahwa rata-rata pengetahuan remaja
masih sangat tinggi, merebaknya
tentang HIV/AIDS pada tingkat baik
praktek aborsi karena kehamilan
adalah hanya 37,---%. Dari
yang tidak diinginkan dan kecen-
kelompok umur yang paling tinggi
derungan remaja masa kini untuk
adalah umur 15 tahun dimana 75%
melakukan hubungan seksual sebe-
nya memiliki pengetahuan yang baik.
lum nikah. Masalah ini tidak dapat
Sedang kelompok umur lainnya
didekati hanya dari aspek klinis oleh
dibawah 41%. Hasil analisis lebih
para ahli kedokteran. Inti persoalan
lanjut pada alfa 0,05 diketahui bahwa
sesungguhnya terletak pada konteks
tidak ada hubungan antara umur
sosial yang sangat kompleks karena
dengan tingkat pengetahuan remaja
kesehatan repro-duksi politik, sosial
tentang HIV/AIDS di SMAN 3
dan ekonomi dan berhubungan erat
Atambua.
dengan nilai, etika, agama dan
kebudayaan.
Penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian dari Pratiwi & Masa remaja merupakan masa
Basuki (2011) yang mengatakan pencarian jati diri yang mendorong-
bahwa terdapat hubungan yang nya mempunyai rasa keingintahuan
signifikan antara umur dengan yang tinggi, ingin tampil menonjol,
pengetahuan tentang penularan dan diakui eksistensinya. Namun
11

disisi lain remaja mengalami kan lingkungan adaptif yang men-


ketidakstabilan emosi sehingga ciptakan kondisi yang nyaman untuk
mudah dipengaruhi teman dan bertanya dan membentuk karakter
mengutamakan solidaritas kelompok. bertanggung jawab terhadap dirinya.
Pada usia remaja, akibat pengaruh Ada kesan pada remaja, seks itu
hormonal, juga mengalami peruba- menyenangkan, puncak rasa ke-
han fisik yang cepat dan mendadak. cintaan, yang serba membahagia-kan
Perubahan ini ditunjuk-kan dari sehingga tidak perlu ditakutkan.
perkembangan organ seksual menuju Berkembang pula opini seks adalah
kesempurnaan fungsi serta tumbuh- sesuatu yang menarik dan perlu
nya organ seksual sekunder. Hal ini dicoba (sexpectation). Terlebih lagi
menjadikan remaja sangat dekat ketika remaja tumbuh dalam ling-
dengan permasalahan seputar kungan mal-adaptif, akan mendorong
seksual. Namun terbatasnya bekal terciptanya perilaku amoral yang
informasi yang dimiliki menjadikan merusak masa depan remaja.
remaja memang masih memerlukan Dampak pergaulan bebas meng-
perhatian dan pengarah-an. Ketidak- antarkan pada kegiatan menyimpang
pekaan orang tua dan pendidik seperti seks bebas, tindak kriminal
terhadap kondisi remaja menyebab- termasuk aborsi, narkoba, serta
kan mereka sering terjatuh pada berkembangnya penyakit menular
kegiatan tuna sosial. Ditambah lagi seksual (PMS).
keengganan dan kecanggungan
remaja untuk bertanya pada orang
KESIMPULAN
yang tepat semakin menguatkan
alasan kenapa remaja sering bersikap Hasil penelitian menunjukkan
tidak tepat terhadap organ repro- bahwa tingkat pengetahuan remaja
duksinya. Data menunjukkan dari tentang HIV/ AIDS di SMAN 3
remaja usia 12-18 tahun, 16% Atambua dalam hal tahu (know)
mendapat informasi seputar seks dari adalah 59,4% pada kategori baik;
teman, 35% dari fi lm porno, dan tingkat pengetahuan remaja tentang
hanya 5% dari orang tua. Remaja HIV/ AIDS di SMAN 3 Atambua
dalam perkem-bangannya memerlu- dalam hal memahami (Comprehen-
12

sion) adalah 48,9% kategori cukup; Profesional Jilid II. Jakarta :


tingkat pengetahuan remaja tentang Pustakaraya
HIV/ AIDS di SMAN 3 Atambua Brunner & Suddarth. 2001. Buku
dalam hal tahu dan memahami Ajar Keperawatan Medikal
adalah 58,33% pada kategori cukup; Bedah Edisi 8. Jakarta: EGC
terdapat hubungan yang bermakna Brunner & Suddarth. 2013. Buku
antara jenis kelamin dengan tingkat Ajar Keperawatan Medikal
pengetahuan remaja tentang HIV / Bedah Edisi 12. Jakarta: EGC
AIDS di SMAN 3 Atambua (α= Budiman, dkk. 2014. Kapita Selekta
0,010); dan tidak terdapat hubungan Kuisioner Pengetahuan dan
antara umur dengan tingkat Sikap Dalam Penelitian
pengetahuan remaja tentang HIV / Kesehatan. Jakarta : Salemba
AIDS di SMAN 3 Atambua. Medika
Fauk, N.K., Sukmawati, A.S., Berek,
Disarankan untuk peneliti selanjutnya
P.A.L, et all. (2018). Barriers
agar melakukan penelitian tentang
to HIV Testing Among Male
kurangnya pengetahuan remaja
Clients of Female Sex
tentang HIV/AIDS, dengan mengem-
Workers in Indonesia.
bangkan lagi berbagai variabel dan
International Journal For
kuisioner yang lebih baik agar hasil
Equity In Health. Vol. 17;
peneliti bisa digeneralisasikan pada
2018
semua remaja secara global.
Fernandes Gregorius, et al. 2008.
HIV/ AIDS, PMS Dan
Masyarakat Kita
Nurarif Huda Amin. 2015. Aplikasi
DAFTAR PUSTAKA Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis
Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur NANDA NIC-NOC.
Penelitian Suatu Pendekatan Jogjakarta : Mediaction
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Nursalam. 2013. Asuhan
Bararah & Jauhad. 2013. Asuhan
Keperawatan Pada Pasien
Keperawatan Panduan
Lengkap Menjadi Perawat
13

Terinfeksi HIV/AIDS Edisi 8. Widoyono. 2008. Penyakit Tropis,


Jakarta : Salemba Medika Epidemiologi, Penularan,
Pratiwi, N. L., & Basuki, H. (2011). Pencegahan, dan
Hubungan Karakteristik Pemberantasannya. Jakarta :
Remaja Terkait Resiko Erlangga
Penularan HIV/AIDS dan
Perilaku Seks Tidak Aman di
Indonesia. Buletin Penelitian
Sistem Kesehatan Vol. 14
Nomor 4 Oktober 2011: 346
– 357.

Sosodoro, O., Emilia, O., &


Wahyunu, B. (2009).
Hubungan Pengetahuan
Tentang HIV/AIDS Dengan
Stigma Orang Dengan
HIV/AIDS Di Kalangan
Pelajar SMA. Jurnal Berita
Kedokteran Masyarakat Vol.
25, No 4, Desember 2009.
Hal 210 – 217

Sudikno, et al. 2010. Jurnal


Pengetahuan HIV/AIDS Pada
Remaja Di Indonesia
Suparyanto. 2015. Resep Kebidanan
Metodologi dan Aplikasi.
Jogjakarta
Veronika Rina, dkk. 2012. Jurnal
Gambaran Pengetahuan
Remaja Tentang HIV/ AIDS

Anda mungkin juga menyukai