LP Anak Diare
LP Anak Diare
DISUSUN OLEH :
KHUSNUL KHOTIMAH, S. Kep
P1601026
1. Definisi
Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak
seperti biasanya ditandai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih
dari 3 kali sehari dan pada neonates lebih dari 4 kali sehari dengan tanpa lender darah.
(Aziz, 2006).Diare dapat juga didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana terjadi
perubahan dalam kepadatan dan karakter tinja, atau tinja cair dikeluarkan tiga kali atau
lebih perhari. (Ramaiah,2002).
2. Klasifikasi diare
Klasifikasi diare berdasarkan lama waktu diare terdiri dari :
a. Diare Akut
Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan
konsistensi tinja yang lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya dan
berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu. Menurut Depkes (2002), diare
akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari tanpa diselang-seling
berhenti lebih dari 2 hari. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dari tubuh
penderita, gradasi penyakit diare akut dapat dibedakan dalam empat kategori, yaitu:
(1) Diare tanpa dehidrasi, (2) Diare dengan dehidrasi ringan, apabila cairan yang
hilang 2-5% dari berat badan, (3) Diare dengan dehidrasi sedang, apabila cairan
yang hilang berkisar 5-8% dari berat badan, (4) Diare dengan dehidrasi berat,
apabila cairan yang hilang lebih dari 8-10%.
b. Diare persisten
Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan
kelanjutan dari diare akut atau peralihan antara diare akut dan kronik.
c. Diare kronik
Diare kronis adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung lama dengan
penyebab non-infeksi, seperti penyakit sensitif terhadap gluten atau gangguan
metabolisme yang menurun. Lama diare kronik lebih dari 30 hari. (Suharyono,
2008)
3. Etiologi
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :
a. Faktor Infeksi
1) Infeksi enteral
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Infeksi parenteral ini meliputi: (a) Infeksi
bakteri: Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
Aeromonas dan sebagainya. (b) Infeksi virus: Enteroovirus (Virus ECHO,
Coxsackie, Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain. (c)
Infestasi parasite : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides),
protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis),
jamur (candida albicans).
2) Infeksi Parenteral
Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat
pencernaan, seperti Otitis Media akut (OMA), Tonsilofaringitis,
Bronkopneumonia, Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat
pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
b. Faktor Malabsobsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak
yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktrosa.
1) Malabsorbsi karbohidrat
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein
d. Faktor psikologis: rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare
terutama pada anak yang lebih besar.
e. Pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap morbiditas anak balita.
Semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, semakin baik tingkat kesehatan yang
diperoleh si anak.
f. Faktor pekerjaan
Ibu yang bekerja harus membiarkan anaknya diasuh oleh orang lain, sehingga
mempunyai risiko lebih besar untuk terpapar dengan penyakit.
h. Faktor lingkungan
Penyakit diare merupakan merupakan salah satu penyakit yang berbasisi
lingkungan. Dua faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja.
i. Faktor Gizi
Diare menyebabkan gizi kurang dan memperberat diarenya. Oleh karena itu,
pengobatan dengan makanan baik merupakan komponen utama penyembuhan diare
tersebut. Faktor gizi dilihat berdasarkan status gizi yaitu baik = 100-90, kurang =
<90-70, buruk = <70 dengan BB per TB.
5. Manifestasi klinis
Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair
dan mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama berubah menjadi
kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet
karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin
banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus
selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan dapat
disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan
asam-basa dan elektrolit.
Tabel penentuan derajar dehidrasi WHO :
No Tanda dan Gejala Dehidrasi Dehidrasi Dehidrasi
Ringan Sedang Berat
1 Keadaan Umum Sadar, Gelisah, Mengantuk
gelisah, mengantuk , lemas,
haus anggota
gerak
dingin,
berkeringat
, kebiruan,
mungkin
koma, tidak
sadar.
2 Denyut nadi Normal Cepat dan Cepat,
kurang dari lemah 120- haus,
120/menit 140/menit kadang-
kadang tak
teraba,
kurang dari
140/menit
Berdasarkan derajat dehidrasi maka terapi pada penderita diare dibagi menjadi tiga
yaitu rencana pengobatan A, B, dan C yang diuraikan sebagai berikut:
a. Rencana pengobatan A
Rencana pengobatan A digunakan untuk mengatasi diare tanpa dehidrasi,
meneruskan terapi diare dirumah, memberikan terapi awal bila anak terkena diare
lagi. Cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti oralit, makanan cair, air matang.
Kebutuhan oralit per kelompok umur :
b. Rencana pengobatan B
Digunakan untuk mengatasi diare dengan derajat dehidrasi ringan dan sedang
dengan cara 3 jam pertama diberikan 75ml/kg BB, berat badan anak tidak diketahui,
berikan oralit paling sedikit sesuai tabel berikut:
Jumlah oralit yang diberikan 3 jam pertama :
Berikan anak yang menginginkan lebih banyak oralit, dorong juga ibu untuk
meneruskan ASI. Bayi kurang dari 6 bulan yang tidak mendapatkan ASI, berikan
juga 100-200ml air masak
c. Rencana pengobatan C
Rencana pengobatan C digunakan untuk mengatasi diare dengan derajat berat.
Pertama-tama berikan cairan intravena, nilai setelah 3 jam. Jika keadaan anak sudah
cukup baik maka berikan oralit. Setelah 1-3 jam berikutnya nilai ulang anak dan
pilihlah rencana pengobatan yang sesuai.
8. Komplikasi
a. Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi
berbagai macam komplikasi seperti:
b. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic atau hipertonik).
c. Renjatan hipovolemik
d. Hypokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia,
perubahan pada elektrokardiogram).
e. Hipoglikemia.
f. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim lactase karena
kerusakan vili mukosa usus halus.
g. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.
h. Malnutrisi energy protein, karena selain diare dan muntah penderita juga mengalami
kelaparan.
9. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan tinja
b. Makroskopis dan mikroskopis
c. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila diduga
terdapat intoleransi gula.
d. Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
e. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam-basa dalam darah, dengan menentukan
pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah
menurut ASTRUP (bila memungkinkan).
f. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
g. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam
serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang).
h. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasite
secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
b. Diagnosa Keperawatan
a) Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan
muntah serta intake terbatas (mual).
b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi
nutrien dan peningkatan peristaltik usus.
c) Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
c. Intervensi keperawatan
1) Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah
serta intake terbatas (mual)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x24 jam diharapkan
kekurangan volume cairan teratasi dengan kriteria hasil :
- Diare berkurang
- Muntah berkurang
- Turgor kulit normal
Intervensi dan Rasional:
a) Berikan cairan parenteral sesuai dengan program rehidrasi
R : Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan yang keluar bersama
feses.
b) Pantau intake dan output
R : Memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan
kebutuhan cairan pengganti.
c) Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium
R : Menilai status hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa.
d) Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif.
R : Pemberian obat-obatan secara kausal penting setelah penyebab diare
diketahui.
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien
dan peningkatan peristaltik usus.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...x 24 jam diharapkan
nutrisi kurang dari kebutuhan teratasi dengan kriteria hasil :
a) BB pasien stabil
b) Diare berkurang
c) Pasien mau makan
Intervesi dan rasional :
a) Pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut.
R : Menurunkan kebutuhan metabolik.
b) Pertahankan status NPO (puasa) selama fase akut/ketetapan medis dan
segera mulaI pemberian makanan per oral setelah kondisi klien
mengizinkan
R : Pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan selama fase akut untuk
menurunkan peristaltik sehingga terjadi kekurangan nutrisi. Pemberian
makanan sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis klien
memungkinkan.
c) Kolaborasi pemberian roborantia seperti vitamin B 12 dan asam folat.
R : Diare menyebabkan gangguan fungsi ileus yang berakibat terjadinya
malabsorbsi, vitamin B 12; penggantian diperlukan untuk mengatasi
depresi, sum sum tulang, meningkatkan produksi SDM. Defisiensi
asam folat dapat terjadi bila diare berlanjut akibat malabsorbsi.
d) Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi.
R : Mengistirahatkan kerja gastrointestinal dan mengatasi/mencegah
kekurangan nutrisi lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Alimul. H. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi, konsep dan Proses.
Jakarta : Salemba Medika
Depkes RI. 2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta. Ditjen PPM dan PPI
Nanda.2017. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi ed : 10. Jakarta. EGC
Mansjoer. 2009. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 ed: 3. Jakarta.UI Press
Ramaiah. 2006. All You Wanted To Know Abour Diarhea. Jakarta. EGC
Suradi, Rita Yuliani. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak. CV Sagung
Swanson, dkk. 2016. Nursing Outcome Classification. Jakarta. Elsevier
Wagner, dkk. 2016. Nursing Intervention Classification. Jakarta. Elsevier