Anda di halaman 1dari 51

70

BAB DUA
BARISAN BILANGAN REAL

Kompetensi dan Indikator


Pencapaian
Kompetensi dasar konten kuliah yang harus anda capai dalam
mempelajari bab ini adalah memahami dan menggunakan prinsip
keterbatasan dan konvergensi barisan bilangan real.
Pencapaian anda terhadap kompetensi dasar ini dapat diukur melalui
indikator-indikator berikut:

1. Menentukan limit barisan (tanpa pembuktian)


2. Menguji keterbatasan suatu barisan
3. Membuktikan konvergensi barisan
4. Menggunakan teorema – teorema limit
5. Menguji sifat kemonotonan barisan
6. Membuktikan konvergensi barisan monoton
7. Menggunakan prinsip – prinsip subbarisan
8. Menggunakan dan membuktikan sifat Cauchy suatu barisan

Untuk mencapai indikator-indikator ini, pahami dengan mendalam setiap


definisi yang disajikan, buatlah definisi dan turunan-turunan definisi dengan
kalimat anda sendiri, pelajarilah contoh-contoh yang diberikan, buatlah sendiri
contoh-contoh yang lain, buatlah suatu noncontoh yang menyatakan suatu
definisi atau teorema tidak benar.
71

2.1 Barisan dan Limitnya

Barisan bilangan real merupakan sejumlah terhitung bilangan real yang


disusun dalam suatu urutan dengan pola atau tanpa pola tertentu. Jadi Konsep
tentang barisan bilangan real menyangkut, bukan hanya himpunan bilangan
real, tetapi juga urutan – bilangan real pertama, bilangan real kedua, bilangan
real ketiga, dan seterusnya. Ide ini menyatakan bahwa pengurutan bilangan-
bilangan real adalah pengaitan antara himpunan bilangan asli N dengan
himpunan bilangan real R, dengan aturan bahwa setiap bilangan asli 1, 2, 3, …
dikaitkan dengan tepat satu dari bilangan-bilangan real x1, x2, x3,… Ungkapan ini
menunjukkan bahwa barisan bilangan real merupakan fungsi yang domain-nya
(daerah asal) pada himpunan bilangan asli N dan range-nya (daerah hasil) di
dalam himpunan bilangan real R.
Berikut diberikan definisi formal barisan bilangan real.

Definisi 2.1.1: Barisan Bilangan Real


Barisan bilangan real adalah fungsi s: N R.
Dengan kata lain, barisan bilangan real dapat ditulis sebagai
s(1), s(2), s(3), .....
 
Biasanya barisan bilangan real dinotasikan dengan simbol
(sn).

Lebih jauh, kita akan menulis barisan tersebut dengan notasi:


S atau (sn) atau (sn: nN )
Sebagai contoh, barisan (1, 1/2, 1/3, 1/4, 1/5, ..).ditulis sebagai (1/n). Untuk
contoh ini suku pertama barisan adalah 1, suku kedua adalah ½, suku ketiga
adalah 1/3,…, suku ke-n adalah 1/n, dan seterusnya.
Contoh lain, barisan (1, 2, 4, 8, …) merupakan barisan dengan suku ke-n, 2n-
1
. Selanjutnya, barisan (1, 2, 4, 8, …) dapat juga ditulis sebagai (an) dengan
an=2n-1. Kita juga dapat menulis barisan ini dengan (2n-1).
Perhatikan beberapa cara penulisan barisan di atas.

Karena barisan merupakan fungsi, kita perlu mendefinisikan kesamaan


dua barisan.
72

Definisi 2.1.2: Kesamaan dua Barisan


Diberikan barisan X = (xn) dan Y = (yn). Barisan X dan Y
  dikatakan sama, atau (xn) = (yn) jika xn = yn untuk
setiap bilangan asli n.

Dari dua atau lebih barisan, dapat dibentuk barisan baru yang merupakan
jumlah, selisih, hasil kali, dan hasil bagi dari barisan-barisan sebelumnya. Untuk
itu perhatikan definisi 2.1.3 berikut:

Definisi 2.1.3: Aljabar Barisan


Diberikan barisan X = (xn) dan Y = (yn).
Jumlah X+Y didefinisikan sebagai:
X+Y = (xn + yn : n N),
selisih X-Y didefinisikan sebagai:
X-Y = (xn – yn : nN)
  hasil kali XY didefinisikan sebagai:
XY = (xnyn : nN), dan
hasil bagi X/Y didefinisikan sebagai:
X/Y = (xn / yn : nN) asalkan
y n ≠0 untuk
setiap bilangan asli n

Definisi 2.1.3 menyatakan bahwa bahwa suku-suku barisan baru yang


merupakan jumlah dua barisan lainnya dibentuk dengan menjumlahkan suku –
suku yang berpadanan pada kedua barisan lainnya. Untuk barisan-barisan
selisih, hasil kali, dan hasil bagi dua barisan, dikerjakan dengan cara serupa.
Sebagai contoh, Jika X = (1, 1/2, 1/3, ¼, …) dan Y = (0, ½, 2/3, ¾, …)
maka X + Y = (1, 1, 1, 1, …), X – Y = (1, 0, -1/3, -2/4, …), XY = (0, ¼, 2/9,
3/16, …), dan Y/X = (0, 1, 2, 3, …).
Mengapa barisan X/Y tidak dapat didefinisikan ?
Sebagai fungsi, keterbatasan suatu barisan dapat didefinisikan sebagai
berikut:

Definisi 2.1.4: Barisan Terbatas


  Barisan (xn) dikatakan terbatas keatas jika terdapat
bilangan real K sehingga xn  K untuk setiap bilangan asli
n.
Barisan (xn) dikatakan terbatas ke bawah jika terdapat
bilangan real M sehingga xn  M untuk setiap bilangan asli
n.
73
Barisan (xn) dikatakan terbatas jika ia terbatas ke atas
dan terbatas ke bawah.

Definisi 2.1.4 juga menyatakan bahwa barisan (xn) dikatakan terbatas jika
{xn} merupakan himpunan terbatas. Mudah dipahami bahwa barisan bilangan
real (xn) dikatakan terbatas jika terdapat bilangan M sehingga xn ≤ M
untuk setiap bilangan asli n.
Perhatikan perbedaan penulisan (xn) dan {xn}. Meskipun pada buku teks
yang lain, perbedaan keduanya tidak diperhatikan, namun dalam buku ini
penulisan {xn} diartikan sebagai range (daerah hasil) dari fungsi (barisan)
x:NR.
Sebagai contoh barisan ((-1)n) = (-1, 1, -1, 1, …) mempunyai range
(daerah hasil) {-1, 1}. Jadi {(-1)n} = {-1, 1}.

Sekarang perhatikan beberapa contoh berikut:

Contoh 2.1.5
1. Barisan X = (1/n) terbatas sebab 0 < 1/n  1 untuk setiap bilangan
asli n. Selanjutnya, barisan Y = (n) tidak terbatas ke atas sebab
untuk setiap bilangan real K terdapat bilangan asli nK sehingga nK > K
(Ingat kembali, pernyataan ini juga merupakan hukum Archimedean).
2. Jika (an) barisan terbatas, dan didefinisikan barisan (bn) sebagai berikut:
2
bn = n , n≤1000
 
{
a n , n>1000
maka (bn) juga merupakan barisan terbatas.
3. Barisan X = (1, ½, 3, ¼, 5, 1/6, ...) tidak terbatas.
4. Barisan Y = (sin n) terbatas.
1
n
5. Barisan Z = (e ) terbatas.
6. Barisan A = ( √ n+1−√ n ) terbatas.
74

Cek-Up (Dikerjakan Berkelompok)

1. Tulis suku ke-n untuk barisan-barisan berikut:


(i) (1, 0, 1, 0, … ) (ii) (7, 11, 15, 19, 23, …)
(iii) (1, 1/3, 1/5, 1/7, …) (iv) (8, 1/7, 8, 1/7, …)
(v) (2, 5, 10, 17, 26, 37,…) (vi) (5, 14, 29, 50, …)
(vii) (1, -3, 5, -7, 9, -11, …)

2. Tulis kembali barisan yang suku ke-n-nya diberikan berikut:


(i) an = 2n-1(3n – 1 ) (ii) an = 1/(2n + 3)
(iii) an = 1/(7n – 6 ) (iv) an = (12+5n)/(11n+12)
(v) an = (-1)n-1(7n/(3n+1))

3. Periksa apakah barisan berikut terbatas ke atas, terbatas ke bawah atau


tidak terbatas.
(i) (sin(n/2)) (ii) (e n
)
1/n
(iii) (e ) (iv) (- n2 )
(v) ( n ) (vi) ((n+1) - n )
(vii) (n sin(/n)) (viii) (1/(1+n2))

(ix) (an ) dengan an = n, n ganjil


5, n genap
4. Jika X = (1, 1/2, 1/3, ¼, …) dan Y = (0, ½, 2/3, ¾, …), mengapa barisan X/Y
tidak dapat didefinisikan? Berikan alasan.
5. Dalam contoh 2.1.5.(2), mengapa barisan (bn) terbatas ? Berikan alasan.
6. Dalam contoh 2.1.5.(3), mengapa barisan X tidak terbatas ? Berikan alasan.
7. Dalam contoh 2.1.5.(4), mengapa barisan Y terbatas ? Berikan alasan.
8. Dalam contoh 2.1.5.(5), mengapa barisan Z terbatas ? Berikan alasan.
9. Dalam contoh 2.1.5.(6), mengapa barisan A terbatas ? Berikan alasan.
10. Definisi 2.1.4 menjelaskan barisan terbatas ke atas, barisan terbatas ke
bawah, dan barisan terbatas. Tulislah ungkapan yang menyatakan (a n)
barisan tidak terbatas ke atas, (bn) barisan tidak terbatas ke bawah, dan (c n)
barisan tidak terbatas.
75
76

Konvergensi Barisan

Pendekatan Awal
Sekarang kita siap mendefinisikan suatu konsep penting dari barisan.
Kita akan mendefinisikan “kecenderungan“ suatu barisan terhadap suatu titik
tertentu jika indeks n suatu barisan sudah cukup besar. Barisan bilangan real
dalam himpunan bilangan real yang cenderung kesuatu titik tertentu disebut
barisan konvergen.
Pendekatan kita terhadap konsep konvergensi barisan, diawali dengan
mempelajari perilaku ekor barisan, sebelum definisi formal barisan konvergen
diberikan.
Sebagai contoh, barisan X = ( 2, 4, 6, 8, 10, … ) mempunyai ekor –
ekor barisan X2 (ekor kedua), yaitu: X2 = ( 6, 8, 10, … ), X 3 (ekor ketiga), yaitu:
X3 = ( 8, 10, … ), dan seterusnya
Contoh lain, barisan Y = (1/n) = (1, ½, 1/3, ¼, 1/5, ...) mempunyai ekor-ekor
barisan Y1 = (1/2, 1/3, ¼, ...)
Y2 = (1/3, ¼, 1/5,...)
Y10 = (1/11, 1/12, 1/13, ...)
dan seterusnya.
Perhatikan, ekor pertama suatu barisan, dimulai dari suku kedua, ekor
kedua dimulai dengan suku ketiga, dan seterusnya.
Secara persis, definisi ekor barisan diberikan sebagai berikut:

Definisi 2.1.6: Ekor Barisan


Suatu barisan yang suku-suku awalnya dihilangkan disebut
ekor barisan. Dengan kata lain jika untuk sebarang
bilangan asli M, kita hilangkan M suku pertama dari barisan
  (xn) , maka ekor ke M suatu barisan X, dinotasikan dengan
XM didefinisikan dengan:
XM = (xM+p : pN ) = (xM+1 , xM+2 , xM+3 , … )

Sekarang, apakah artinya barisan X = (xn) konvergen? Secara


gamblang kita katakan bahwa barisan X = (xn) konvergen ke bilangan x
77
bilamana kita dapat memperoleh kecuali sejumlah berhingga suku-suku barisan
(xn) yang dekat bilangan x, sedekat yang kita inginkan Perhatikan kalimat
“kecuali sejumlah berhingga” di atas. Ingat kembali bahwa ekor suatu
barisan diperoleh dengan menghilangkan sejumlah berhingga suku-suku awal
suatu barisan. Dengan demikian pernyatan bahwa barisan X = (xn) konvergen ke
bilangan x, dapat diformulasikan sebagai berikut: Barisan X = (xn) konvergen ke
bilangan x bilamana kita dapat menemukan ekor barisan X yang dekat dengan
bilangan x, sedekat yang kita inginkan.
Ingat pula bahwa jarak antara dua bilangan merupakan nilai mutlak

1 1 1
| − |=
selisih kedua bilangan tersebut. Jadi jarak bilangan ½ ke ¼ adalah 2 4 4 .

−1 2 11
| − |=
Jarak bilangan -1/3 ke 2/5 adalah 3 5 15 . Beberapa bilangan yang
berjarak kurang dari 1/10 terhadap bilangan 0 adalah 1/11, -1/11, 0,03, -0,05,
1/21, dan seterusnya.
Untuk memeriksa suatu barisan konvergen, pertama, akan ditinjau
barisan (xn) = (1/n) .Barisan ini mempunyai suku-suku 1, ½, 1/3, ¼,.... Mudah
dipahami bahwa suku-suku barisan ini makin dekat (jaraknya makin kecil)
terhadap bilangan 0 (nol) bilamana indeks suku-sukunya makin besar. Kita
menduga bahwa barisan ini konvergen ke bilangan 0. Perhatikan bahwa ekor
barisan (1/10, 1/11, 1/12, ...) mempunyai suku-suku berjarak kurang dari 1/9
terhadap bilangan 0. Ekor barisan (1/37, 1/38, 1/39, ...) mempunyai suku-suku
yang berjarak kurang dari 0,04 terhadap bilangan 0. Ekor barisan (1/154,
1/155, 1/156, ...) mempunyai suku-suku yang berjarak kurang dari 0,007
terhadap bilangan 0. Nampaknya kita yakin bahwa bagaimanapun kecilnya jarak
yang diinginkan (misalnya jarak ini dinotasikan dengan bilangan ), kita selalu
dapat menemukan ekor dari barisan (xn) yang suku-sukunya berjarak kurang
dari  terhadap bilangan 0. Dengan keyakinan seperti ini kita dapat
menyimpulkan bahwa barisan (xn) = (1/n) = (1, ½, 1/3, ¼,.... ) konvergen ke
bilangan 0.
Perhatikan lagi barisan Y = (yn) = (1, ½, 1, 1/3, ¼, 1/2, 1/5, 1/6, 1/3,
1/7, 1/8, 1/4, 1/9, 1/10, 1/5, 1/11, ...). Kita tidak dapat mengatakan bahwa
bila indeks suku barisan membesar maka suku-sukunya makin dekat dengan 0,
78
sebab jarak suku kelima (1/4) terhadap 0 lebih kecil dari jarak suku keenam
(1/2) terhadap 0. Demikian juga jarak suku kedelapan (1/6) terhadap 0 lebih
kecil dari jarak suku kesembilan (1/3) terhadap 0. Tugas kita sekarang adalah
menguji apakah barisan Y tersebut konvergen ke 0. Isilah daftar berikut dengan
menulis ekor barisan Y (jika ada) yang jaraknya terhadap bilangan 0 (nol)
kurang dari bilangan  (epsilon) yang diberikan.

 (epsilon) Ekor barisan Y yang jarak suku-sukunya terhadap 0, kurang


dari 
1/9 (1/10, 1/21, 1/22, 1/11, 1/23, 1/24, 1/12, ...)
0,01 (1/101, 1/203, 1/204, 1/102, 1/205, 1/206, ...)
0,02 ?
0,0031 ?
? ?
? ?
? ?

Dengan menuliskan sebarang bilangan , apakah kita yakin bahwa kita dapat
menemukan ekor barisan yang jaraknya terhadap bilangan 0, kurang dari  ?
Jika ya, kita telah memutuskan bahwa barisan Y konvergen ke bilangan 0. Jika
tidak, diskusikan hal ini dengan teman anda, atau dengan dosen anda.
Sekarang, lakukanlah hal yang serupa terhadap barisan Z = (1, ½, 1,
2/3, 1, ¾, 1, 4/5, 1, ...). Sebelumnya anda harus menduga apakah barisan ini
konvergen atau tidak? Jika konvergen, ke bilangan mana? Diskusikan masalah
ini dengan teman atau dosen anda.
79

Cek-Up (Dikerjakan Berkelompok)

Dalam bagian ini anda cukup menduga (tidak membuktikan) apakah barisan
berikut konvergen atau tidak. Jika konvergen, ke bilangan mana ? Jika tidak,
berilah alasan mengapa ia tidak konvergen. Tulislah dengan penjelasan yang
mudah dipahami. Jika perlu buatlah tabel atau diagram untuk mendukung
penjelasan anda.
1. S = (2, 3/2, 4/3, 5/4, 6/5, ...)
2. T = (2, 1, 3/2, 1, 4/3, 1, 5/4, ...)
3. U = (2, 0, 3/2, 0, 4/3, 0, 5/4, ...)
4. V = (1, ½, 2, 1/3, 3, ¼, 4, 1/5, ...)
5. W = (1, -1, 1, -1, 1, -1, ...)
6. X = (sin(n/2))
n
7. Y = (e )
1/n
8. Z = (e )
9. A = ((n+1) - n )
10. B = (n sin(/n))
80
Definisi Formal
Sejauh ini kita menggunakan pendekatan ekor barisan untuk
memeriksa apakah suatu barisan, konvergen atau tidak. Pendekatan ini
merupakan jembatan untuk menjelaskan secara formal pengertian suatu barisan
konvergen.
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa suatu barisan X = (x n)
dikatakan konvergen ke bilangan x, jika kita selalu dapat menemukan suatu
ekor barisan X yang suku-sukunya dekat ke x, sedekat yang diinginkan. Ini
berarti bagaimanapun kecilnya jarak yang diinginkan, selalu dapat ditemukan
suatu ekor barisan yang jarak suku-sukunya lebih kecil dari jarak tersebut
terhadap x. Dalam hal ini kita menggunakan konsep jarak dan ekor barisan
dalam menjelaskan konvergensi suatu barisan.
Kita dapat membuktikan bahwa semua suku suatu ekor barisan dari
barisan X = (xn) dapat ditulis sebagai (xn) : n  K untuk suatu bilangan asli K.
Sebagai contoh (1/n) : n  32 merupakan ekor barisan ke-31 dari barisan
(1/n). Jadi pengertian kita mengenai barisan konvergen dapat ditulis sebagai
berikut: Barisan X = (xn) dikatakan konvergen ke x jika selalu dapat ditemukan
suatu bilangan asli K sehingga semua suku ekor barisan (x n) : n  K, dekat
dengan bilangan x sedekat yang diinginkan. Jika kita menginginkan semua suku
ekor barisan X dekat dengan bilangan x sedekat yang diinginkan, tentu pertama
dilakukan adalah mengambil jarak yang diinginkan suku-suku ekor barisan
tersebut terhadap bilangan x. Misalkan jarak tersebut dinotasikan dengan
bilangan positip . Langkah selanjutnya adalah menemukan suatu bilangan asli K
sehingga kita yakin bahwa semua suku ekor barisan x n : n  K berjarak kurang
dari  terhadap bilangan x. Ingat kembali bahwa jarak dua bilangan merupakan
nilai mutlak selisih keduanya. Dengan demikian, secara formal, pengertian
barisan konvergen dapat ditulis dalam definisi berikut:

Definisi 2.1.6: Definisi Barisan Konvergen


  Barisan bilangan real X = (xn). dikatakan konvergen ke
bilangan x jika untuk setiap bilangan  > 0 terdapat
bilangan asli K sehingga untuk semua n  K berlaku
xn – x < .

Barisan bilangan real X = (xn). dikatakan divergen, jika


tidak konvergen
81

Jika barisan X=(xn) konvergen ke x, maka bilangan x disebut limit darii barisan
bilangan real X=(xn).
Jika barisan X = (xn) kovergen ke bilangan x maka barisan tersebut
dikatakan mempunyai limit x, ditulis:x = lim X, atau x = lim (xn), atau
xn  x
Jadi barisan bilangan real yang tidak mempunyai limit barisan merupakan
barisan divergen.

Perhatikan bahwa kalimat dalam definisi yang menyatakan “terdapat bilangan


asli K sehingga untuk semua n  K berlaku xn – x < ”, dapat diganti
dengan pernyataan “terdapat ekor barisan (xn) : n  K sehingga xn – x < ”.
Jadi definisi 2.1.6 ekuivalen dengan pernyataan berikut: Barisan bilangan real
X = (xn). dikatakan konvergen ke bilangan x jika untuk setiap bilangan  > 0
terdapat ekor barisan(xn): n  K sehingga xn – x < 

Masalah yang dihadapi sekarang adalah bagaimana membuktikan suatu barisan


konvergen? Marilah memperhatikan contoh berikut.
Kita perhatikan kembali barisan Y = (yn) = (1, ½, 1, 1/3, ¼, 1/2, 1/5, 1/6, 1/3,
1/7, 1/8, 1/4, 1/9, 1/10, 1/5, 1/11, ...). Dalam bagian sebelumnya telah dibuat
dugaan bahwa barisan tersebut konvergen ke 0. Dugaan kita diperkuat dengan
memperhatikan tabel berikut:

 (epsilon) Ekor barisan Y dengan jarak semua sukunya terhadap 0,


kurang dari 
1/9 (1/10, 1/21, 1/22, 1/11, 1/23, 1/24, 1/12, ...)
atau (yn): n  30
0,1 (1/11, 1/23, 1/24, 1/12, 1/25, 1/26, ...)
atau (yn): n  33
0,26 (1/4, 1/9, 1/10, 1/5, 1/11, ...)
atau (yn): n  12
22/186 (1/9, 1/19, 1/20, 1/10, 1/21, 1/22, ...)
82
atau (yn): n  27
? ?

? ?

Nampaknya kita yakin bahwa dengan menuliskan sembarang bilangan


positip  pada kolom pertama, selalu dapat ditemukan ekor barisan dari barisan
Y pada kolom kedua dengan jarak semua sukunya terhadap bilangan 0, kurang
dari . Namun demikian keyakinan kita harus diperjelas dengan menyatakan
suatu kaitan antara bilangan  tersebut dengan ekor barisan yang berpadanan.
Ini adalah pekerjaan yang sedikit sulit. Kita dapat bekerja secara induktif
dengan memperhatikan angka-angka dalam tabel, atau secara deduktif dengan
bekerja mundur bilamana rumus suku barisan dinyatakan secara eksplisit. Untuk
kasus di atas, Kita dapat memeriksa suku pertama ekor barisan pada kolom
kedua yang berpadanan dengan bilangan  pada kolom pertama, muncul sebagai
suku ke 3([1/]+1).(lambang [x] menyatakan bilangan bulat terbesar yang lebih
kecil atau sama dengan x ). Jadi untuk =1/9, suku pertama ekor barisan dalam
kolom kedua adalah y30 = 1/0. Untuk  = 0,1 , suku pertama ekor barisan dalam
kolom kedua adalah y33 = 1/11. Untuk  = 0,26, suku pertama ekor barisan
dalam kolom kedua adalah y12 = ¼, dan seterusnya. Dengan demikian, kita
telah membuat suatu kaitan eksplisit antara bilangan  dengan ekor barisan,
yaitu suku pertama ekor barisan pada kolom kedua adakah y K: dengan
K=3([1/]+1). Kaitan ini menyatakan bahwa untuk setiap bilangan positip 
dapat ditemukan ekor barisan (yn): n K (K=3([1/]+1)) dengan jarak semua
sukunya terhadap bilangan 0, kurang dari . Dengan kata lain: untuk setiap
bilangan positip  terdapat ekor barisan (yn): n K (K=3([1/]+1)) sehingga yn
– 0 < , atau untuk setiap bilangan positip  terdapat bilangan asli K =3([1/]
+1) sehingga untuk semua n  K berlaku yn – 0 < . Ini menunjukkan
bahwa kita telah membuktikan barisan (yn) konvergen ke bilangan 0.
Bagaimana menulis kembali bukti bahwa barisan (y n) tersebut
konvergen ke bilangan 0?. Harap diketahui bahwa yang dibuktikan adalah suatu
pernyataan matematika: “untuk setiap bilangan  > 0 terdapat bilangan asli
K sehingga untuk semua n  K berlaku yn – 0 < ”. Jadi yang pertama
dilakukan adalah mengambil sebarang bilangan positip . Selanjutnya, karena
83
kita telah menemukan kaitan antara bilangan  dengan bilangan asli K (melalui
penelusuran, coret-coretan), yaitu K = 3([1/]+1), maka langkah selanjutnya
adalah menunjukkan bahwa untuk semua n  K berlaku: yn– 0 < . Untuk
menunjukkan bagian yang terakhir, perhatikan bahwa y n ≤ 3/n. Jadi untuk n  K
= 3([1/]+1), berlaku yn – 0 = yn ≤ 3/n ≤ 3/K = 1/([1/]+1) < 1/(1/) = .
Hasil analisis pendahuluan yang diuraikan di atas menunjukkan kita dapat
membuktikan bahwa barisan (yn ) konvergen ke 0. Detail buktinya dapat ditulis
sebagai berikut:
Diambil sebarang bilangan positip 
Dipilih bilangan asli K = 3([1/]+1)
Karena yn ≤ 3/n, maka untuk semua n  K berlaku:
yn – 0 = yn ≤ 3/n ≤ 3/K < 1/([1/]+1) < 1/(1/) = .

Catatan
1. Definisi 2.1.6 tersebut juga menyatakan bahwa barisan bilangan real X =
(xn) konvergen ke x jika dan hanya jika untuk setiap bilangan positip
, terdapat bilangan asli K sehingga untuk semua n  K berakibat
xn  (x - , x + ). Artinya, setiap mengambil interval terbuka (x - , x +
), selalu dapat ditemukan suatu bilangan asli K sehingga semua xn
dengan n  K berada di dalam interval terbuka (x - , x + ).
2. Bagaimana membuktikan suatu barisan X = (xn) konvergen ke x ?.
Pertama, kita harus mengambil bilangan  > 0 sebarang (mengapa?
karena di dalam definisi dikatakan untuk setiap bilangan >0), kemudian
lanjutkan dengan menentukan suatu bilangan asli K ( bergantung pada
bilangan  sebelumnya) sehingga kalimat matematika berikut:
jika n  K maka xn – x  < . berlaku
atau
jika n  K maka xn  (x -  , x +) berlaku.

Bilangan asli K tersebut harus dicari/ditentukan sehingga berlaku jika


n  K maka xn – x  < ., (sebab di dalam definisi dikatakan terdapat
bilangan asli K sehingga jika n  K maka xn – x  <  )

Untuk jelasnya diambil contoh berikut:


84
Contoh 2.1.7
Tunjukkan lim (1/n) = 0.

Analsis Pendahulan (bukan bukti)


Berbeda dari contoh sebelumnya. Pada contoh ini, formula suku ke-n
barisan telah diketahui, sehingga penelusuran pembuktiannya lebih mudah.
Menunjukkan bahwa lim (1/n) = 0 sama dengan menunjukkan bahwa
barisan (1/n) konvergen ke 0. Pertama diambil bilangan  > 0 sebarang.
Selanjutnya akan dicari suatu bilangan asli K sehingga untuk n  K berlaku
1/n – 0  < . Menurut teorema Archimedean kita dapat memilih bilangan
asli K yang lebih besar dari 1/ yaitu K = [1/ +1] (jadi 1/K <  ) Ini
berakibat, untuk n  K berlaku 1/n – 0  = 1/n  1/K < .
 
Berdasarkan analisis pendahuluan di atas dapat disusun bukti sebagai
berikut:

Bukti:
Diambil bilangan  > 0 sebarang.
Menurut teorema Archimedean, terdapat bilangan asli K dengan K >
1/ (atau 1/K < ).
Jadi untuk n  K berlaku 1/n – 0 = 1/n  1/K < ..
Jadi lim (1/n) = 0 atau barisan (1/n) konvergen ke 0.

Meskipun bukti ditulis cukup singkat, pekerjaan sebenarnya dalam


mengkonstruksi bukti terletak pada analisis pendahluan, meskipun bukan bagian
dari bukti. Dalam analisis pendahuluan kita memilih bilangan K, yaitu K = [1/
+1] dan menunjukkan bahwa dengan nilai K tersebut, setiap bilangan asli n  K
berlaku 1/n – 0 = 1/n  1/K <  yang tentu saja merupakan tujuan
pembuktian kita. Bilangan K yang memenuhi situasi di atas tidaklah tunggal.Kita
dapat memilih bilangan K sebarang bilangan asli yang lebih dari [1/ +1]. Kita
tidak dapat memilih bilangan asli K yang kurang dari [1/ +1] karena tidak
memenuhi situasi yang diberikan. Kita juga tidak dapat meilih bilangan K = 1/
+1 atau K = 1/ , karena tidak ada jaminan bilangan tersebut merupakan
bilangan asli atau bilangan bulat.

Contoh 2.1.9
  2
( )
Buktikan barisan 3+
n2
konvergen ke 3.

Analisis Pendahuluan:
Kita akan menunjukkan bahwa untuk setiap bilangan ε > 0 terdapat
2
|
bilangan asli K sedemikian sehingga jika n ≥ K maka (3+
n2 |
)−3 <ε .

2 2 2
|
n |
Pertidaksamaan (3+ 2 )−3 <ε ekivalen dengan 2 < ε atau n>
n √ε
. Karena
85

itu jika kita mengambil K=


[√ ] 2
ε
+1 maka untuk setiap n ≥ K berlaku

2
|
(3+
n2 |
)−3 <ε . Sekarang kita siap membuktikan pernyataan yang

diberikan sebagai berikut.

Bukti:
Diambil ε > 0 sebarang.

Dipilih bilangan asli K=


[√ ]2
ε
+1 ,

2 2 2 2
maka untuk setiap n ≥ K berlaku (3+ | n2 |||
)−3 = 2 = 2 < 2 <ε
n n K
2
Jadi barisan 3+ ( )n2
konvergen ke 3

Contoh 2.1.10
  n
Buktikan barisan ( 2 n+1 ) konvergen ke 12
Analisis pendahuluan
Kita akan menunjukkan bahwa untuk setiap bilangan ε > 0 terdapat
n 1
bilangan asli K sedemikian sehingga jika n ≥ K maka |2 n+1 − |< ε
2
n 1 2 n−2 n−1 1
− |=|
Perhatikan bahwa |2 n+1 2 2(2 n+1) |=
4 n+2
<ε ekuivalen dengan

1 1
n> − .
4ε 2
1 1 1 1
Jika kita memilih K= [ −
4ε 2 ] atau K= [ ] 4ε
maka K= 0 untuk ε ≥
2
1
atau ε ≥ . (Ingat, K adalah bilangan asli).
4
1
Oleh karena itu kita dapat memilih K=
4ε [ ]
+1 , sehingga untuk n ≥ K

1 1 1 1 n 1
diperoleh n> ¿ − atau
4ε 4ε 2 4 n+ 2
< ε atau − <ε
2 n+1 2 | |
Dengan hasil analisis ini, kita siap membuktikan pernyataan yang
diberikan sebagai berikut:
Bukti:
Diambil ε > 0
1
Dipilih K= [ 4ε
+1 ]
86
1 1 1 1
Maka untuk n ≥ K diperoleh n> ¿ − atau < ε sehingga
4ε 4ε 2 4 n+ 2
n 1 1
|2 n+1 − |=
2 4 n+2

n
Jadi barisan ( 2 n+1 ) konvergen ke 12
.

Sekali lagi dipertegas, bilangan K yang dipilih, bukanlah satu-satunya bilangan


yang memenuhi situasi dalam pembuktian di atas. Setiap bilangan asli yang
1
lebih dari [ 4ε ]
+1 dapat dipilih sebagai bilangan K yang memenuhi situasi dalam
pembuktian di atas.

Kita ingat kembali bahwa barisan ( x n ) dikatakan divergen jika ia tidak konvergen.
Untuk membuktikan barisan ( x n ) divergen, dapat dilakukan pembuktian dengan
kontradiksi. Kita akan mengawali pembuktian dengan pengandaian bahwa
barisan ( x n ) konvergen, katakan ke suatu bilangan l, yaitu untuk setiap bilangan
ε > 0 terdapat bilangan asli K sedemikian sehingga jika n ≥ K maka |( x n)−l|< ε . Jika
kita dapat menunjukkan bahwa untuk suatu bilangan ε > 0 tidak terdapat
bilangan asli K yang memenuhi situasi di atas maka kita telah menunjukkan
adanya kontradiksi dari pengandaian bahwa barisan ( x n ) konvergen. Hal ini
menunjukkan bahwa barisan ( x n ) dikatakan divergen.

Contoh 2.1.10
  Buktikan barisan ¿ divergen

Analisis pendahuluan
Kita akan menunjukkan bahwa untuk setiap bilangan ε > 0 terdapat
n 1
bilangan asli K sedemikian sehingga jika n ≥ K maka |2 n+1 − |< ε
2
n 1 2 n−2 n−1 1
− |=|
|2 n+1 2(2 n+1) | 4 n+2
Perhatikan bahwa = <ε ekuivalen dengan
2
1 1
n> − .
4ε 2
1 1 1 1
Jika kita memilih K= [ −
4ε 2 ] atau K= [ ] 4ε
maka K= 0 untuk ε ≥
2
1
atau ε ≥ . (Ingat, K adalah bilangan asli).
4
1
Oleh karena itu kita dapat memilih K=
4ε [ ]
+1 , sehingga untuk n ≥ K

1 1 1 1 n 1
diperoleh n> ¿ − atau
4ε 4ε 2 4 n+ 2
< ε atau − <ε
2 n+1 2 | |
Dengan hasil analisis ini, kita siap membuktikan pernyataan yang
diberikan sebagai berikut:
87
Bukti:
Diambil ε > 0
1
Dipilih K= [ 4ε
+1 ]
1 1 1 1
Maka untuk n ≥ K diperoleh n> ¿ − atau < ε sehingga
4ε 4ε 2 4 n+ 2
n 1 1
|2 n+1 − |=
2 4 n+2

Jadi barisan
n
( 2 n+1 ) konvergen ke 12
.
88
89

Cek-Up(Dikerjakan Berkelompok)

Dalam bagian ini gunakan pengetahuan Anda untuk membuktikan barisan


konvergen berikut.
1. S = (2, 3/2, 4/3, 5/4, 6/5, ...)
2. T = (2, 1, 3/2, 1, 4/3, 1, 5/4, ...)
1/n
3. Z = (e )
4. A = ((n+1) - n )

Berilah alasan, mengapa barisan-barisan berikut tidak konvergen


5. U = (2, 0, 3/2, 0, 4/3, 0, 5/4, ...)
90
6. V = (1, ½, 2, 1/3, 3, ¼, 4, 1/5, ...)
7. W = (1, -1, 1, -1, 1, -1, ...)
8. X = (sin(n/2))
n
9. Y = (e )
91
Menggunakaan Barisan Konvergen dalamPembuktian

Di atas telah diuraikan cara untuk membuktikan barisan konvergen.


Pada dasarnya yang kita tunjukkan adalah adanya bilangan asli K yang
memenuhi suatu syarat menurut definisi konvergensi barisan. Lain halnya jika
kita telah mengetahui bahwa suatu barisan X=(xn) konvergen ke x. Untuk
sebarang bilangan  > 0 yang diberikan dijamin adanya bilangan asli K dengan
sifat bahwa untuk n  K berlaku
 xn – x  < 
Adanya bilangan asli K tersebut bergantung kepada bilangan >0 yang
diberikan. Misalnya, kita telah mengetahui bahwa barisan (xn) konvergen ke x.
Jika kita menginginkan agar  xn – x  < 1, maka kita yakin bahwa terdapat
bilangan asli K sehingga untuk n  K berlaku  xn – x  < 1. Jika kita
menginginkan agar  xn – x  < 1/5, maka kita yakin bahwa terdapat bilangan
asli K1 sehingga untuk n  K1 berlaku  xn – x  < 1/5. Jika kita menginginkan
agar  xn – x  < /2, maka kita yakin bahwa terdapat bilangan asli K2
sehingga untuk n  K2 berlaku  xn – x  < /2. Demikian seterusnya.. . Ingat
bahwa besarnya bilangan asli K, K1, K2, dan seterusnya bergantung kepada
besarnya bilangan  yang diinginkan.

Untuk jelasnya perhatikan contoh 2.1.8 berikut:

Contoh 2.1.8
  Diberikan barisan A = (an) konvergen ke 0, dan X = (xn) sebarang
barisan bilangan real. Jika terdapat bilangan real x dan C > 0 sehingga 
xn – x   C  an  untuk semua n  N maka lim (xn) = x.

Pertama, kita harus memilah, apa yang diketahui dan apa yang ingin
ditunjukkan dalam contoh ini. Yang diketahui adalah: barisan A = (an)
konvergen ke 0, dan  xn – x   C  an  untuk semua n  N. Yang akan
dibuktikan/ditunjukkan dalam contoh ini adalah: lim (xn) = x, atau barisan
(xn) konvergen ke x.
Karena tujuan kita untuk membuktikan lim (xn) = x, maka kita perlu
mengambil sebarang bilangan  > 0 dan menunjukkan/membuktikan
adanya bilangan asli K yang berpadanan dengan bilangan  tersebut.
Dengan kata lain kita perlu membuktikan adanya bilangan asli K dengan
sifat:
Jika n  K maka  xn – x  < .

Bagaimana memperoleh bilangan asli K tersebut? Ini merupakan bagian


92
yang cukup menarik. Kita perlu kembali kepada apa yang diketahui dalam
contoh ini. Kita telah mengetahui bahwa:

(an) konvergen ke 0 (1)


 xn – x   C  an . (2)

Dari persamaan (1), terdapat bilangan asli K sehingga untuk semua n  K


berlaku  an  <  /C. Dari sini kita telah memperoleh bilangan asli K
yang berpadananan dengan bilangan . Untuk bilangan asli K tersebut,
menurut persamaan (2) berlaku: untuk n  K berakibat  xn – x   C  an 
< C(/C) = .
Jadi untuk setiap bilangan positip  terdapat bilangan asli K sehingga:
Jika n  K maka  xn – x  < .
Dengan kata lain barisan X = (xn) konvergen ke x

Hasil yang diperoleh dari Contoh 2.1.8 di atas, dapat digunakan untuk
menyelesaikan problem dalam contoh berikut:

Contoh 2.1.9
Contoh Jika a > 0 maka lim (1/( 1+na)) = 0.
Karena a > 0, maka 0 < na < 1 + na. Jadi 0 < 1/ (1 + na) < 1/na.
Oleh karena itu berlaku:
  1 1 1
|
1+na ()
−0|<
a n
untuk semua n  N
Karena lim (1/n) = 0, menurut contoh 2.1.8, lim (1/( 1+na)) = 0.

Selanjutnya perhatikan teorema berikut. Teorema ini menyatakan


keserupaan sifat suatu barisan dengan ekor barisannya.

Teorema 2.1.10.:
Diberikan X = (xn) barisan bilangan real dan M sebarang
bilangan asli. Ekor barisan XM = ( xM+p : pN ) konvergen
  jika dan hanya jika barisan X konvergen, dan lim X = lim
XM .

Bukti. Diambil bilangan  > 0 sebarang. Barisan X = (xn) konvergen (katakan


ke-x ) jika dan hanya jika dapat dipilih bilangan asli KM sehingga untuk n  K
berlaku:
 xn – x  < 
jika dan hanya jika  xM+p – x  <  untuk p  K – M.
93
Teorema 2.1.10 menunjukkan bahwa barisan X dan ekor barisan XM
ekuivalen artinya, X konvergen jika dan hanya jika XM konvergen, X
tidak konvergen jika dan hanya jika XM tidak konvergen.
Selanjutnya dapat ditunjukkan bahwa barisan X terbatas jika dan
hanya jika XM terbatas, X tidak terbatas jika dan hanya jika XM tidak
terbatas.

Dengan demikian untuk memeriksa keterbatasan dan kekonvergenan suatu


barisan, cukup memperhatikan keterbatasan dan kekonvergenan ekor
barisannya.

Catatan
1. Bagaimana membuktikan suatu barisan X = (xn) tidak konvergen ke x?
Kita dapat menuliskan negasi dari definisi barisan konvergen sebagai
berikut: Barisan X = (xn) tidak konvergen ke x jika terdapat bilangan
positip  sehingga untuk semua bilangan asli k, terdapat suku barisan x n ,
n  k, dan  xn – x   
2. Bagaimana menunjukkan suatu barisan X = (xn) divergen ?. Berdasarkan
definisi untuk barisan konvergen, dapat diambil negasi dari definisi
tersebut, jadi ditunjukkan bahwa setiap bilangan real x bukan limit dari
barisan X. Oleh karena itu harus dibuktikan:
untuk setiap bilangan real x terdapat bilangan x>0 sehingga untuk
setiap bilangan asli K terdapat suku barisan x n dengan n  K dan xn
- x  x

Diambil contoh barisan X = (xn) = ((-1)n). Barisan ini tidak konvergen


(divergen) sebab untuk setiap bilangan real x ( katakan x  0 ), dapat dipilih
bilangan  = 1, sehingga untuk setiap bilangan asli K dapat dipilih suku barisan
sebagai berikut:
jika K genap , dipilih xK+1 = (-1)K+1 dan berlaku (-1)K+1 – x  1
jika K ganjill , dipilih xK = (-1)K dan berlaku (-1)K – x  1
Untuk bilangan x negatip, dapat dikerjakan dengan cara serupa.
94
Beberapa contoh berikut akan menutup penjelasan dalam bagian ini.

Contoh 2.1.11
Diberikan b  R, 0 < b < 1. Akan ditunjukkan lim(bn)=0. Pertama, tulis b =
1/(1+c) untuk suatu c > 0 dan gunakan pertaksamaan Bernoulli:
( 1 + c )n  1 + nc untuk semua n  N
  Karena itu:
0 < bn = 1/(1+c)n  1/(1+nc)  1/nc
Karena lim(1/nc) = 0 maka berdasarkan contoh 2.1.8, lim(bn) = 0
.

Contoh 2.1.12
Diberikan c > 0. Akan ditunjukkan lim(c1/n ) = 1.
Jika c = 1, maka barisan (c1/n ) merupakan barisan konstan (1, 1, 1, ).
Jadi lim(c1/n) = 1.
Jika c > 1 maka c1/n >1, oleh karena itu dapat ditulis c1/n = 1+ dn dengan
dn > 0.
Menurut pertaksamaan Bernoulli,
c = (1 + dn )  1 + n dn untuk setiap n  N
Diperoleh:
 c1/n – 1  =  dn   (c – 1 )/n
Karena barisan ((c – 1 )/n) konvergen ke 0, menurut contoh 2.1.8 , barisan
 
(c1/n ) konvergen ke 1.
Jika 0 < c < 1, tulis c1/n = 1/(1+hn) dengan hn > 0.
Menurut pertaksamaan Bernoulli,
c = 1/(1 + hn)n  1/(1 + n hn )  1/n hn
Jadi 0 < hn < 1/nc untuk semua n  N
Diperoleh:
0 < 1 – c1/n = 1 – 1/(1 + hn ) = hn /(1 + hn) < hn < 1/nc
Karena barisan (1/nc) konvergen ke 0, menurut contoh 2.1.8, barisan (c1/n)
konvergen ke 1.

Contoh 2.1.13
  Akan ditunjukkan lim(n1/n) = 1.
Karena n1/n > 1 untuk n > 1, maka dapat ditulis n1/n = 1 + hn , n > 1
Menurut teorema Binomial,
n = (1 + hn)n = 1 + nhn + n(n – 1)hn2 /2 + …
> 1 + n(n – 1)hn2 /2
Jadi n – 1 > n(n – 1)hn2 /2 atau
hn2 < 2/n untuk n > 1
Selanjutnya diambil sebarang bilangan  > 0 . Menurut teorema
Archimedean dapat dipilih bilangan asli K > 1 sehingga 2/K < 2.
Jadi untuk n  K berlaku:
 n1/n – 1  =  hn  < (2/K) < 
Jadi barisan ( n1/n ) konvergen ke 1.
95
96

Cek-Up (Dikerjakan Berkelompok)

1. Untuk sebarang b  R, buktikan lim(b/n) = 0

2. Gunakan formula  - K untuk membuktikan limit berikut:


(i) lim (1/(n2+1)) = 0
(ii) lim (2n/(n+1)) = 2
(iii) lim ((3n+1)/(2n+5)) = 3/2
(iv) lim ((n2 – 1)/(2n2+3)) = 1/2

3. Buktikan lim (xn ) = 0 jika dan hanya jika lim (xn) = 0. Berikan contoh
untuk menunjukkan kekonvergenan barisan (xn) tidak menyebabkan
kekonvergenan barisan (xn ).
4. Tunjukkan bahwa jika xn  0 untuk semua n  N dan lim (xn ) = 0 maka
lim (xn ) = 0.

5. Buktikan jika lim (xn ) = x dan x > 0 maka terdapat bilangan asli K
sehingga xn > 0 untuk semua n  K.
97

2.2 Teorema-teorema Limit

Bagian ini akan menguraikan beberapa teorema sederhana


kekonvergenan suatu barisan, yaitu: ketunggalan limit barisan, keterbatasan
barisan konvergen, aljabar barisan konvergen, sifat urutan limit barisan,
teorema Sandwich, dan beberapa teorema sederhana lainnya.

Ketunggalan Limit Barisan

Teorema 2.2.1: Ketunggalan limit


Jika suatu barisan mempunyai limit, maka limitnya tunggal
 

Bukti Diambil barisan (xn ) dan diandaikan (xn ) konvergen ke x dan ke x’


dengan x  x’. Diambil  =1/3x – x’. Karena xn x maka terdapat
bilangan asli K1 sehingga untuk n  K1 berakibat xn - x . Dengan cara
serupa, karena xn  x’ , maka terdapat bilangan asli K2 sehingga untuk n  K2
berakibat xn – x’  ..
Dipilih K = maks {K1 , K2}, maka berlaku
xK - x   dan xK – x’  .
Karena itu diperoleh:
x – x’ = x - xK + xK – x’    2/3 x – x’
Ini merupakan hal yang tidak benar. Dengan kata lain pengandaian bahwa
barisan (xn) konvergen ke setiap dua titik yang berbeda, tidak benar. Jadi limit
suatu barisan adalah tunggal.

Keterbatasan Barisan Konvergen

Teorema 2.2.2: Keterbatasan barisan konvergen


Jika barisan X = (xn) konvergen maka ia terbatas
 

Bukti Dimisalkan lim (xn) = x dan diambil  = 1.


98
Karena lim (xn) = x terdapat bilangan asli K sehingga untuk semua n  K
berlaku
 xn – x  < 1.
Karena xn -x  xn – x< 1.maka xn< 1 +x untuk semua n  K.
Selanjutnya diambil
M = maks { x1,x2,x3,…,xK-1,1+x}.
Ini berarti xn  M untuk semua n  N. Jadi barisan X terbatas.

Catatan Setiap barisan yang tidak terbatas, tentu tidak konvergen

Di dalam bagian 2.1 telah didefinisikan jumlah, selisih, hasil kali dan
hasil bagi dari dua barisan. Sekarang akan ditunjukkan bahwa barisan tersebut
yang diperoleh dari barisan- barisan konvergen, mempunyai limit yang dapat
dihitung dari barisan asalnya.

Aljabar Barisan Konvergen

Teorema 2.2.3: Aljabar barisan konvergen


Diberikan barisan bilangan real X = (xn) dan
Y = (yn) masing-masing konvergen ke x dan ke y.
Dimisalkan pula c  R, maka:
(i) Barisan – barisan X + Y, X – Y, cX, dan XY masing-
 
masing konvergen ke x + y, x – y, cx, dan xy.
(ii) Jika Z = (zn) barisan bilangan real tak nol dan z n  z, z
 0, maka barisan X/Z konvergen ke x/z.

Bukti (i) Pertama, Akan dibuktikan barisan X + Y = (xn + yn) konvergen ke x


+ y. Diambil  > 0 sebarang. Karena X dan Y masing – masing konvergen ke x
dan ke y maka terdapat bilangan – bilangan asli K1 dan K2 sehingga untuk n 
K1 berakibat: xn - x < /2 dan untuk n  K2 berakibat yn - y < /2
Diambil K = maks { K1 , K2 } maka untuk n  K berlaku :
xn - x < /2 dan yn - y < /2
Ini berarti (xn + yn) – (x + y)  <xn - x + yn - y < /2 + /2 = 
Terbukti barisan X + Y konvergen ke (x + y).
Bukti untuk X – Y konvergen ke x – y, dapat dikerjakan dengan cara serupa.
99
Sekarang akan ditunjukkan bahwa barisan cX = (c xn) konvergen ke cx. Untuk
bilangan >0 yang diambil di atas terdapat bilangan asli K3 sehingga bila n  K3
berakibat xn - x < /(1 + c )
Jadi untuk n  K3 berakibat c xn – c x <c xn - x < c /(1 + c ) < .
Terbukti barisan cX konvergen ke cx.
Terakhir akan ditunjukkan barisan XY = (xn yn ) konvergen ke x y. Karena Y =
(yn) konvergen maka Y terbatas. Terdapat bilangan real M sehingga yn  <
M. Untuk  > 0 tersebut di atas terdapat bilangan asli K4 sehingga untuk n  K4
berakibat  yn – y  < /2(1+x)
Selanjutnya karena X = (xn) konvergen ke x maka terdapat bilangan asli K5
sehingga untuk n  K5 berakibat  xn – x  < /2(1+M)
Dipilih K = maks {K4 , K5 } maka untuk n  K berlaku :
xn yn– xy=xn yn– xyn + xyn - xy ynxn – x+
xxn – x
< M /2(1+M) + x/2(1+x) < /2 + /2 = .
Terbukti barisan XY konvergen ke xy.
(ii) Untuk membuktikan barisan X/Z = (xn /zn) konvergen ke x/z , dibuktikan
dulu barisan 1/Z = (1/zn ) konvergen ke 1/z
Karena barisan (zn) konvergen ke z , dengan zn , z  0 maka terdapat bilangan
asli K1 sehingga untuk n  K1 berlaku zn – z< z/2
zn–z<zn – z<zn – z< z/2 untuk n  K1
Diperoleh zn > z - z/2 = z/2 untuk n  K1
jadi 1/zn<2/z untuk n  K1
Selanjutnya karena zn konvergen ke z maka untuk setiap bilangan  > 0
terdapat bilangan asli K2 sehingga untuk n  K2 berlakuzn– z< z2/2
Dipilih K = maks {K1 , K2 } maka untuk n  K berlaku:
1/zn< 2/z dan zn – z < z2/2
Jadi untuk semua n  K berlaku:
1/zn – 1/z = 1/(znz) zn – z < (2/z2 )(  z2/2) = 
Terbukti barisan 1/Z konvergen ke 1/z
Selanjutnya menurut (i) barisan X/Z konvergen x/z

Contoh 2.2.4
  Hitung lim( 2n/(n2 + 1))
Jika ditulis ( 2n/(n2 + 1)) = 2/(n + 1/n) , teorema 2.2.2 tidak dapat
100
digunakan secara langsung sebab barisan (n + 1/n) tidak konvergen.
Ditulis ( 2n/(n2 + 1)) = (2/n) / (1 + 1/n2) maka teorema 2.2.2 dapat
digunakan sebab lim(2/n) = 0 dan lim(1 + 1/n2) = 1  0.
Karena itu lim( 2n/(n2 + 1)) = lim(2/n) / lim(1 + 1/n2) = 0/1 = 0.

Catatan Jumlah dan hasil kali dua barisan divergen mungkin konvergen.
Sebagai contoh , untuk barisan divergen X = ((-1)n), diperoleh jumlah X+X1 =
(0) dan hasil kali X2= X.X = (1) masing – masing merupakan barisan
konvergen.

Sifat Urutan Barisan Konvergen

Teorema 2.2.5:
Jika X = (xn) barisan bilangan real konvergen dengan x n  0
  untuk semua n  N, maka lim(xn)  0

Bukti. Dimisalkan lim(xn) = x dan diandaikan x < 0.


Diambil  = -x > 0 .Karena lim(xn) = x terdapat bilangan asli K sehingga untuk
n  K berlaku
xn – x < -x .
Khususnya berlaku xK – x  < -x
Diperoleh 2x < xK < 0, dan hal ini bertentangan dengan xn  0 untuk setiap
bilangan asli n.

Teorema 2.2.6:
Jika X = (xn) dan Y = (yn) masing-masing barisan bilangan
real konvergen dengan x n  yn untuksetiap n  N,
 
maka lim(xn)  lim(yn).
101

Bukti. Ditulis zn = yn – xn . Jadi zn  0 untuk setiap n  N. Menurut teorema


2.2.4, lim(zn)  0. Karena barisan-barisan (xn) dan (yn) masing-masing
konvergen maka lim(zn) = lim (yn – xn ) = lim(yn) – lim(xn)  0.
Jadi lim(xn)  lim(yn).

Akibat 2.2.7:
Jika X = (xn) barisan bilangan real konvergen dengan a  xn
   b untuk setiap n  N, maka a  lim (xn)  b

Teorema Apit (Sandwich Theorem)

Teorema 2.2.8: Sandwich Theorem


Diberikan barisan-barisan bilangan real X = (xn), Y = (yn)
dan Z = (zn) dengan xn  yn  zn untuk setiap n  N
  Jika lim(xn) = lim(zn), maka Y = (yn) konvergen dan
lim(xn) = lim(yn)= lim(zn)

Bukti. Dimisalkan lim(xn)=lim(zn) = w. Jadi untuk setiap bilangan  > 0 terdapat


bilangan asli K1 dan K2 sehingga:
untuk n  K1 berlaku xn – w  < 
untuk n  K2 berlaku zn – w  < 
Diambil K = maks {K1 , K2 } , maka untuk n  K berlaku:
xn – w  <  dan zn – w  < 
Karena xn  yn  zn maka xn – w  y n – w  z n – w
Jadi untuk n  K berlaku:
yn – w   sup {xn – w  , zn – w } < .
Terbukti barisan (yn) konvergen dan lim(yn) = w.

Contoh 2.2.9
Hitung lim( (sin n)/n)
Karena -1  sin n  1 maka -1/n  (sin n)/n  1/n
  Telah dikerjakan sebelumnya bahwa lim(-1/n) = lim(1/n) = 0.
Jadi menurut teorema 2.2.7, lim((sin n)/n) = 0
102
Contoh 2.2.10
Diberikan bn = 1/(n+1)2 + 1/(n+2)2 + …+ 1/(n+n)2 Diperoleh:
n/(2n)2  bn  n/(n+1)2  n/n2
atau 1/4n  bn  1/n
 
Karena barisan-barisan (1/4n) dan (1/n) konvergen ke 0, maka barisan
(bn) juga konvergen ke 0.
103
Teorema-teorema Sederhana Lainnya

Teorema 2.2.11
Jika X = (xn) barisan bilangan real konvergen ke x maka
  barisan (xn) konvergen ke x

Bukti. Diketahui lim(xn) = x. Jadi untuk setiap bilangan >0 terdapat bilangan
asli K sehingga untuk n  K berlaku xn – x< .
Tetapi xn-x<xn – x< .
Jadi xn - x< . untuk semua n  K
Terbukti barisan (xn) konvergen ke x.

Teorema 2.2.12
Diberikan X = (xn) barisan bilangan real dengan xn>0. Jika
x n+1
  lim <1
xn maka (xn) konvergen ke 0

Bukti Dimisalkan lim ( xn+1 /xn ) = L < 1.


Dipilih bilangan r sehingga L < r < 1, dan diambil  = r – L > 0.
Karena lim ( xn+1 /xn ) = L maka terdapat bilangan asli K sehingga untuk nK
berakibat
xn+1 /xn - L < r – L (mengapa?)
atau
2L – r < xn+1 /xn < r untuk n  K
Khususnya,
xn+1 < r xn untuk n  K
Diperoleh:
0 < xK+1 < r xK
0 < xK+2 < r xK+1 < r2 xK
.
.
.
0 < xK+m < rm xK
Karena 0 < r < 1 maka lim (rm xK ) = 0. Menurut teorema 2.2.8 (Sandwich
Theorem), lim (xK+m ) = 0.
104
Karena barisan (xK+m ) adalah ekor barisan dari barisan (xn ) maka barisan (xn )
juga konvergen ke 0.

Contoh 2.2.13
Jika di dalam teorema 2.2.12, lim ( xn+1 /xn ) = 1, maka kekonvergenan
barisan (xn) tidak dapat ditentukan. Terdapat barisan bilangan real positip
yang konvergen dan juga terdapat barisan bilangan real positip divergen
dengan sifat lim ( xn+1 /xn ) = 1.
  Sebagai contoh, barisan – barisan (1/n) dan (n), keduanya memenuhi sifat
lim ( xn+1 /xn ) = 1, tetapi barisan (1/n) konvergen dan barisan (n)
divergen.

Contoh 2.2.14
Akan diperiksa kekonvergenan barisan (n2an), 0< a <1. Dimisalkan xn = n2
an . Jadi lim ( xn+1 /xn ) = a < 1.
 
Menurut teorema 2.2.12, barisan (xn ) = ( n2 an ) konvergen ke 0.

Contoh 2.2.15
Jika barisan (an ) konvergen ke a, maka barisan (bn ) ,
bn = (a1 + a2 + … +an)/n juga konvergen ke a
Untuk membuktikannya, dimisalkan n = an – a.
Karena an  a maka n  0 (mengapa ?). Jadi untuk setiap bilangan 
> 0 dapat dipilih bilangan asli K1 sehingga untuk n  K1 berlaku:
n < /2.
Selanjutnya diambil:
  M = maks { 1 , 2 ,3 ,…,K-1 }
Dipilih bilangan asli K2 sehingga
K1M/K2 < /2
Diambil K = maks {K1 , K2 }, maka untuk n  K berlaku:
bn – a   1 + 2 + … + K-1 + K + …+n  /n
< ( K1M + n /2 )/n = K1M/n + /2
< K1M/K + /2 < /2 + /2 = 
Jadi lim (bn) = a.

Contoh 2.2.16
  Akan dibuktikan jika lim(an/n) = a  0 maka barisan (an) tidak terbatas.
Dianggap a > 0 (Kasus untuk a < 0 dapat dikerjakan serupa). Diambil  =
a/2 > 0. Karena lim(an/n) = a maka terdapat bilangan asli K sehingga
105
untuk n  K berlaku:
an/n - a  < a/2.
Jadi untuk n  K berlaku a/2 < an/n < 3a/2.
Khususnya an > na/2 untuk n  K.
Karena barisan (na/2) tidak terbatas dan an > na/2 untuk n  K maka
barisan (an) juga tidak terbatas.
106

Cek–Up(Dikerjakan Berkelompok)

1. Berikan contoh barisan-barisan divergen X dan Y sehingga jumlah X+Y


konvergen.

2. Berikan contoh barisan-barisan divergen X dan Y sehingga hasil kali XY


konvergen.

3. Tunjukkan jika X dan Y sehingga X konvergen ke x  0 dan XY konvergen


maka Y juga konvergen.

4. Tunjukkan barisan (2n) tidak konvergen

5. Tunjukkan barisan ((-1)nn2) tidak konvergen

6. Tunjukkan jika zn = (an + bn)1/n dengan 0 < a < b, maka lim (zn ) =
b

7. Gunakan teorema 2.2.12 untuk barisan berikut dengan 0<a<1, b>1


(i) (an) (ii) (bn/2n)
(iii) (n/bn) (iv) (23n/32n)

8. Diberikan X=(xn) barisan bilangan real positip dan lim(xn1/n ) = L < 1.


Tunjukkan terdapat bilangan r dengan 0 < r < 1 sehingga 0<xn<rn untuk
semua n yang cukup besar. Gunakan ini untuk menunjukkan lim(xn) = 0.

9. (i) Berikan contoh barisan konvergen (xn) sehingga lim(xn1/n) = 1


(ii) Berikan contoh barisan divergen (yn) sehingga lim(yn1/n) = 1

10. Anggap barisan (an2) konvergen ke a2. Dapatkah disimpulkan bahwa barisan
(an) konvergen ke a ?

11. Berikan contoh barisan tidak terbatas (xn) sehingga lim(xn/n) = 0


107
12. Tunjukkan jika barisan (an) konvergen ke 0 dan barisan (bn) terbatas maka
barisan (an bn) konvergen ke 0.

13. Diberikan barisan-barisan (an) dan (bn) masing-masing konvergen ke a dan


ke b. Didefinisikan:
xn = maks {an , bn}
yn = min {an , bn }
Buktikan (xn) dan (yn) konvergen.
Petunjuk: maks {an , bn}= ( (an+bn ) + an + bn  )/2
min {an , bn}= ( (an+bn ) - an + bn  )/2

14. Diberikan P(x) = ax3+bx2+cx+d, a0. Jika yn=P(n+1)/P(n), buktikan lim


(yn) = 1.
108

2.3 Barisan Monoton

Dalam bagian ini akan diuraikan pengertian barisan naik monoton, turun
monoton, dan teorema konvergensi monoton. Dalam bagian ini juga, Anda akan
sering menggunakan Induksi Matematika dalam pembuktian, oleh karena itu
bukalah kembali materi kuliah yang menguraikan prinsip-prinsip pembuktian
dalam Bab Nol sebelumnya.

Definisi 2.3.1.:
Barisan bilangan real X = (xn) dikatakan naik monoton
jika memenuhi pertaksamaan:
x1  x2  x3  … xn  xn+1  …
Selanjutnya, barisan X = (xn) dikatakan turun monoton
  jika berlaku pertaksamaan
x1  x2  x3  … xn . xn+1  …
Suatu barisan dikatakan monoton jika ia naik monoton atau
turun monoton..

Sebagai contoh, barisan (n/(n+1)), (n), (2n) naik monoton, dan barisan
(1/n), (1–n2), (2-n ) turun monoton.

Teorema 2.3.2.:Teorema Konvergensi Monoton


Barisan bilangan real monoton konvergen jika dan hanya
jika ia terbatas. Selanjutnya:
(a) jika X = (xn) barisan naik monoton dan terbatas maka
  lim(xn) = sup {xn}
(b) Jika X = (xn) barisan turun monoton dan terbatas maka
lim(xn) = inf {xn}...

Bukti Telah diketahui dari teorema 2.2.1 bahwa barisan konvergen senantiasa
terbatas. Sekarang akan ditunjukkan barisan yang monoton dan terbatas juga
konvergen. Dimisalkan X = (xn) barisan terbatas dan monoton, Pertama ditinjau
untuk X = (xn) barisan naik monoton dan terbatas.
Dimisalkan x* = sup {xn : n  N }, dan ditunjukkan barisan X = (xn ) konvergen
ke x* .
Diambil bilangan  > 0 sebarang. Jadi x* -  bukan batas atas himpunan
{xn : n  N}. Terdapat bilangan asli K sehingga x* -  < xK.
109
Karena barisan (xn ) naik monoton maka x* -  < xK < xn untuk semua n  K
Karena itu diperoleh:
xn – x <  untuk semua n  K
Terbukti X = (xn ) konvergen dan lim X = x* = sup {xn : nN}.

(b) Jika X = (xn ) barisan turun monoton dan terbatas maka barisan Y=
-X = (- xn ) merupakan barisan naik monoton dan terbatas. Menurut (a) lim Y
= sup {- xn : n  N}.
Diperoleh : lim X = lim( – Y) = - lim Y
= - sup {- xn : n  N }
= - ( - inf {xn : n  N }
= inf { xn : n  N }

Contoh 2.3.3
Barisan (n) merupakan barisan turun monoton dan terbatas ke bawah.
  Menurut teorema 2.3.1, barisan (n) konvergen dan lim((n) = inf {n :
n  N }= 0

Contoh 2.3.4
Diberikan barisan Y = (yn ) didefinisikan secara induktif y1 = 1, yn+1 = (2yn
+ 3)/4. Akan ditunjukkan lim Y = 3/2.
Pertama ditunjukkan barisan Y terbatas ke atas oleh 2.
Jelas y1 = 1 < 2. Selanjutnya dianggap yk < 2 untuk suatu bilangan asli k,
maka yk+1 = (2yk + 3)/4 < (2.2 + 3)/4 = 7/4 < 2.
Terbukti bahwa yn < 2 untuk semua nN.
Sekarang ditunjukkan (yn ) naik monoton.
Jelas bahwa y1 = 1 < 5/4 = y2. Selanjutnya dianggap yk < yk+1 untuk suatu
bilangan asli k , maka
yk+1 = (2yk + 3)/4 < (2yk+1 + 3)/4 = yk+2 .
Karena itu yn < yn+1 untuk setiap nN.
Telah ditunjukkan barisan Y = (yn ) naik monoton dan terbatas ke atas.
 
Menurut Teorema Konvergensi Monoton, Y konvergen ke suatu bilangan
(yang lebih kecil dari 2). Dalam hal ini tidak mudah menentukan lim Y
dengan menghitung sup {yn : nN }. Oleh karena itu lim Y akan dihitung
dengan menggunakan cara sebagai berikut:.
Karena yn+1 = (2yn + 3)/4 dan (yn ) konvergen (katakan ke suatu bilangan
y ) maka
lim(yn+1) = lim((2yn + 3)/4)
= (2 lim(yn) + 3)/4
y = (2 y + 3)/4
Persamaan tersebut memberikan y = 3/2.
Jadi lim Y = 3/2.
110

Contoh 2.3.5
Diberikan Z = (zn) barisan bilangan real didefinisikan dengan z1=1,
zn+1=(2zn) untuk semua n  N. Akan ditunjukkan lim(zn)=2. Pertama, akan
ditunjukkan bahwa barisan (zn) terbatas ke atas oleh 2. Jelas bahwa z1 = 1
< 2. Selanjutnya dianggap zk  2. Diperoleh zk+1=(2zk) <4 = 2. Jadi zn <
2 untuk semua nN.
Kedua, ditunjukkan barisan (zn) naik monoton.
Jelas z1 =1<2 = z2. . Selanjutnya dianggap zk < zk+1 untuk suatu bilangan
  asli k. Diperoleh zk+1 = (2zk) < (2zk+1) = zk+2. Ini berarti zn < zn+1 untuk
semua nN.
Telah ditunjukkan barisan (zn) naik monoton dan terbatas ke atas. Menurut
Teorema Konvergensi Monoton, barisan (zn) konvergen.
Dimisalkan lim(zn) = z. Karena lim(zn) = lim (zn+1) dan zn+1=(2zn) maka
z = (2z). Persamaan ini memberikan z = 2.
Jadi lim(zn) = 2.

Contoh 2.3.6
Diberikan barisan (an) dengan:
an = 1/(n+1) + 1/(n+2) + … + 1/(n+n)
Diperoleh: an+1 – an = 1/(2n+1) + 1/(2n+2) – 1/(n+1)
= 1/(2n+1) - 1/(2n+2) > 0
Jadi barisan (an) naik monoton.
 
Selanjutnya:
an = 1/(n+1) + 1/(n+2) + … + 1/(n+n) < 1/n + 1/n + …+1/n = 1.
Dengan demikian barisan (an) terbatas ke atas oleh 1.
Karena barisan (an) naik monoton dan terbatas ke atas maka ia konvergen.

Contoh 2.3.7
Diberikan barisan (an) dengan:
an = 1 + 1/1! +1/2! + 1/3! + …+ 1/n !
Jelas bahwa barisan (an) naik monoton.
Selanjutnya karena n ! > 2n untuk n  4 maka
  an = 1 + 1/1! +1/2! + 1/3! + …+ 1/n !
< 1 + 1/2 + 1/22 + 1/23 +… + 1/2n < 1 + 1 = 2
Jadi barisan (an) terbatas ke atas oleh 2.
Karena (an) naik monoton dan terbatas ke atas maka ia konvergen.
111

Cek-Up (Dikerjakan Berkelompok)

1. Yang mana dari barisan berikut merupakan barisan monoton?


(i) ( sin n ) (ii) ( tan n)
2
(iii) (1/(1+n )) (iv) (2n +(-1)n)

2. Jika barisan (xn) naik monoton dan terbatas ke atas, dan lim(xn) = x.
Buktikan xn  x untuk semua bilangan asli n.

3. Hitung lim (n-n (n+1)n)

4. Diberikan barisan (xn) dengan x1=0, dan untuk setiap bilangan asli n
berlaku:
8xn3+1 = 6xn + 1.
(i) Tulis tiga suku pertama barisan tersebut
(ii) Gunakan induksi matematika untuk membuktikan xn < 1 untuk
setiap n
(iii) Gunakan induksi matematika untuk membuktikan (xn) naik monoton
(iv) Buktikan bahwa (xn) konvergen ke cos /9.
Petunjuk: Karena 0  xn 1, dapat diambil lim(xn) = cos . Selanjutnya
tunjukkan berlaku cos 3 = ½.

5. Diberikan
sn = (1+2+… +n)/n2 untuk setiap nN
Tunjukkan barisan (sn) monoton dan terbatas, dan lim(sn) = 1/2

6. Diberikan barisan bilangan real (sn) dan didefinisikan:


tn = (s1 + s2 + … + sn)/n untuk setiap nN
Jika (sn) monoton dan terbatas, tunjukkan (tn) monoton dan terbatas.
7. Tunjukkan barisan – barisan berikut konvergen
(i) a1=1, an+1=(2+an) n1
(ii) a1>0, an+1=(an +1/an )/2 (n1)

(iii) a1=3/2, an+1=2 – 1/an (n1)


112
(iv) a1=a, an+1=((ab2 + an2 )/(a + 1))1/2 b>a, (n1)

(v) a1=1, an+1 = (3an) (n1)

(vi) a1 , a2 > 0, an+1=(an-1.an-2 ) (n > 2)

8. Diberikan 0 < p < 1, dan untuk setiap bilangan asli n, didefinisikan


xn = 1 + p + p2 + p3 + …+ pn-1
Buktikan barisan (xn) naik monoton dan terbatas. Tentukan limitnya.
113

2.4 Barisan Bagian

Bagian ini akan memberi informasi tentang konvergensi barisan yang


termuat dalam suatu barisan lainnya.

Definisi 2.4.1:Barisan Bagian (Subbarisan)


Diberikan X = (xn) barisan bilangan real, dan n1 < n2 < n3 <
… < nr < … barisan bilangan asli naik monoton. Barisan
( x n1 xn2 , .. . , x nr ,. .. )
  bilangan real X’ yang diberikan oleh
disebut barisan bagian (subbarisan) dari X. Dalam hal ini
( x nr )
biasa ditulis X’ =

Sebagai contoh, barisan (1, 2, 4, 8, 16, 32, 64, 128, 256, …) mempunyai
subbarisan-subbarisan (1, 4, 8, 64, 128,…), (2, 4, 128, 256, …), (16, 32, 64,
128, 256, …), dan banyak lagi. Sekarang perhatikan bahwa (2, 4, 128, 32, 256,
…) dan (32, 2, 64, 256, …) bukan subbarisan dari (1, 2, 4, 8, 16, 32, 64, 128,
256, …)
Contoh lain, suatu subbarisan dari (1, 0, 1, 0, …) adalah (1, 1, 1, …) dan suatu
subbarisan dari (1, 2, 3, 4, …) adalah (1, 2, 3, 4, …).

Definisi 2.4.2: Limit Parsial


Bilangan x disebut limit parsial (partial limit) dari barisan X
  jika terdapat subbarisan dari X yang konvergen ke x.

Sebagai contoh, 1 dan –1 merupakan limit-limit parsial dari barisan


((-1)n), 0 dan 2 adalah limit-limit parsial dari barisan (1+(-1)n).

Teorema 2.4.3
Jika barisan bilangan real X = (xn) konvergen ke x, maka
  sebarang barisan bagian dari X juga konvergen ke x.
114
Bukti Barisan X=(xn) konvergen ke x berarti untuk setiap bilangan >0 terdapat
bilangan asli K sehingga untuk semua n  K berlaku xn–x<. Selanjutnya

X '=( x r n )
dimisalkan sebarang subbarisan dari X. Jelas bahwa
|x r −x|<¿ ¿
rn  n. Ini berarti untuk rn  K juga berakibat n . Jadi subbarisan X’ juga
konvergen ke x.

Akibat 2.4.4
Jika barisan bilangan real X = (xn) konvergen ke x, dan jika
m sebarang bilangan asli, maka barisan X’ = (xm , xm+1 , … )
 
juga konvergen ke x.

Teorema 2.4.5: Kriteria Divergen


Diberikan X = (xn) barisan bilangan real. Pernyataan-
pernyataan berikut ini ekuivalen:
(i) Barisan X = (xn) tidak konvergen ke x
(ii) Terdapat 0 > 0 sehingga untuk setiap k  N,
|x r −x|≥¿ ¿
terdapat rk   sehingga dengan rk  k dan k
 
0
X '=( x r )
(iii) Terdapat 0 > 0 dan barisan bagian n sehingga
|x r −x|≥
n 0

Bukti. (i)  (ii) jelas sebab (ii) merupakan negasi dari definisi barisan X
konvergen ke x.

|x r −x|≥¿ ¿
(ii) (iii) Menurut (ii) untuk setiap k terdapat rk sehingga k 0 .Jadi

( x rk ) |x r −x|≥¿ ¿
terdapat barisan sehingga k 0
(iii)  (i) Diandaikan barisan X konvergen ke x maka untuk bilangan 0 > 0
dalam (iii) tersebut, terdapat bilangan asli K sehingga untuk n  K berlaku
xn – x < 0
|x r −x|<¿ ¿
Khususnya untuk rK > K juga berlaku K 0 , dan hal ini bertentangan
dengan (ii).
Jadi seharusnya barisan X tidak konvergen ke x.
115

Cek-Up (Dikerjakan Berkelompok)

1. Dapatkah Anda menemukan barisan divergen yang setiap subbarisannya


konvergen?
2. Jika (an) mempunyai subbarisan – subbarisan (a2n) dan (a2n-1) konvergen ke
titik yang sama, buktikan barisan (an) juga konvergen ke titik tersebut
3. Dapatkah anda menemukan barisan (an) yang tidak mempunyai subbarisan
konvergen sehingga barisan ( an) konvergen. Jika tidak, mengapa?
4. Berikan contoh barisan tak terbatas yang mempunyai subbarisan konvergen.
5. Berikan contoh barisan yang mempunyai tepat lima limit parsial.
6. Berikan contoh barisan yang mempunyai himpunan limit parsial
{- , 0,  }
7. Diberikan barisan X=(xn) dan barisan Y=(yn). Didefinisikan barisan Z=(zn)
dengan z1=x1, z2=y1, z3=x2, z4=y2, …, z2n-1=xn, z2n=yn.. Buktikan Z
konvergen jika dan hanya jika X dan Y konvergen dan lim X = lim Y.
8. Diberikan xn = n1/n untuk semua n  N.
(a) Buktikan bahwa pertaksamaan xn+1<xn ekuivalen dengan pertaksamaan
(1+ 1/n)n < n, dan buktikan bahwa pertaksamaan berlaku untuk n  3.
Buktikan pula bahwa x = lim(xn) ada.
(b) Gunakan fakta bahwa subbarisan (x2n) juga konvergen ke x untuk
menunjukkan x = x. Buktikan bahwa x = 1.
9. Anggap bahwa setiap subbarisan dari X=(xn) mempunyai subbarisan
konvergen ke 0. Buktikan lim X = 0.
10. Buktikan konvergensi barisan-barisan berikut. Tentukan limitnya.
(a). ((1 + 1/2n)2) (b) ((1 + 1/2n)n)
(c) ((1 + 1/n2)n) (d) ((1 + 2/n)n)
11. Diberikan X=(xn) barisan terbatas dan untuk setiap n didefinisikan
sn = sup {xk : kn } dan S = inf {sn }. Tunjukkan bahwa terdapat subbarisan
dari X yang konvergen ke x.
12. Diberikan xn  0 untuk semua n  N. Jika lim ((-1)nxn) ada, buktikan (xn)
konvergen
116
13. Diberikan X barisan bilangan real dan x  R. Jika terdapat subbarisan dari X
konvergen ke x dan jika y < x, buktikan terdapat sejumlah tak hingga n
sehingga y < xn
117

2.5Barisan Cauchy

Dalam bagian sebelumnya, telah diuraikan metode utama menunjukkan


suatu barisan konvergen dengan mengidentifikasi barisan tersebut sebagai
subbarisan dari barisan konvergen, sebagai kombinasi dari barisan-barisan
konvergen, atau mengidentifikasinya sebagai barisan yang monoton dan
terbatas. Jika hal ini tidak dapat dilakukan maka kita kembali kepada definisi
awal konvergensi barisan untuk membuktikan eksistensi limit barisan.
Uraian kali ini membahas metode untuk menunjukkan eksistensi
konvergensi barisan dengan memperhatikan jarak suku-suku barisan jika indeks
suku-suku barisan cukup besar. Barisan yang setiap ekor barisannya memiliki
suku-suku barisan sangat dekat satu sama lain, disebut barisan Cauchy. Secara
formal, diberikan pengertian barisan Cauchy sebagai berikut:

Definisi 2.5.1: Barisan Cauchy


Barisan bilagan real X = (xn) disebut barisan Cauchy jika
  untuk setiap 0 > 0 terdapat bilangan asli K sehingga untuk

semua bilangan asli n, m  K berlaku


|x n−x m|<¿ ¿ .

Kaitan antara barisan Cauchy dan barisan konvergen ditunjukkan dalam


beberapa teorema berikut:

Lema 2.5.2:
Jika X = (xn) barisan bilangan real konvergen maka X
  merupakan barisan Cauchy

Bukti. Dianggap lim(xn) = x. Jadi untuk setiap bilangan  > 0 terdapat bilangan
asli K sehingga untuk n  K berlaku xn – x  < /2. Jelas bahwa untuk semua
bilangan asli n, m  K juga berlaku
xn – xm   xn – x  + x – xm  < /2 + /2 = 
Jadi barisan (xm) merupakan barisan Cauchy.

Lema 2.5.3
  Jika X = (xn) barisan Cauchy maka ia terbatas
118

Bukti. X = (xn) merupakan barisan Cauchy maka untuk  = 1 terdapat bilangan


asli K sehingga untuk semua bilangan asli n, m  K berlaku:
xn – xm  < 1
Khususnya xn – xK  < 1. Menurut pertaksamaan segitiga berlaku pula
xn  – xK   xn – xK  < 1, untuk semua n  K
Jadi xn  < xK  + 1 untuk semua n  K
Selanjutnya diambil
M = maks {x1  , x2 , x3  , …xK-1  , xK  +1}
maka xn   M untuk semua bilangan asli n

Teorema 2.5.4: Kriteria Cauchy


Barisan bilangan real konvergen jika dan hanya jika ia
 
merupakan barisan Cauchy

Bukti. Telah ditunjukkan di dalam lema 2.5.2 setiap barisan bilangan real
konvergen merupakan barisan Cauchy. Sekarang akan ditunjukkan sebaliknya,
yaitu setiap barisan Cauchy juga konvergen di dalam R
Diambil X = (xn) barisan Cauchy. Menurut lema 2.5.3, barisan X = (xn) terbatas
dan karena itu menurut Teorema Bolzano-Weierstrass terdapat subbarisan
X’=(xnk) dari X yang konvergen ke suatu bilangan real x. Akan ditunjukkan
bahwa barisan X juga konvergen ke x.
Pertama, diambil bilangan >0. Karena X=(xn) barisan Cauchy maka terdapat
bilangan asli K sehingga untuk semua n,m  K berlaku:
xn – xm  < /2
Selanjutnya karena subbarisan X’=(xnk) konvergen ke x maka dapat dipilih
bilangan asli H  K sehingga untuk semua nk  H berlaku:
xnk – x </2
Khususnya xH – x </2
Oleh karena itu untuk n  H berlaku:
xn – x xn – xH +xH – x < /2 + /2 = 
Terbukti barisan X = (xn) konvergen ke x

Contoh 2.5.5
  Barisan (1/n) merupakan barisan Cauchy sebab untuk setiap bilangan >0
119
dapat dipilih bilangan asli K > 2/ sehingga untuk semua n,m  K berlaku:
1/n – 1/m  1/n + 1/m  2/H  .
120

Cek-Up (Dikerjakan Berkelompok)

1. Berikan contoh barisan terbatas yang bukan barisan Cauchy.


2. Tunjukkan secara langsung barisan berikut merupakan barisan Cauchy.
(a) ((n+1)/n) (b) (1+ 1/2! + 1/3! + …+ 1/n! )
3. Tunjukkan secara langsung barisan berikut bukan barisan Cauchy
(a) ((-1)n) (b) (n + (-1)n/n)
4. Tunjukkan secara langsung jika (xn) dan (yn) barisan Cauchy maka (xn+yn)
dan (xn yn) juga merupakan barisan Cauchy.
5. Jika (xn) merupakan barisan Cauchy dan xn bilangan bulat untuk setiap n,
tunjukkan (xn) merupakan barisan konstan.
6. Tunjukkan secara langsung bahwa barisan naik monoton dan terbatas
merupakan barisan Cauchy.
7. Jika x1 < x2 sebarang bilangan real dan xn = (xn – 2 + xn + 1 )/2 untuk n>2,
tunjukkan (xn) konvergen. Tentukan limitnya.

8. Diberikan y1 < y2 sebarang bilangan real dan yn = (yn – 1 )/3 + (2yn – 2 )/3
untuk n > 2 , tunjukkan (yn) konvergen. Tentukan limitnya.

– 1
9. Jika x1 > 0 dan xn + 1 = (2 + xn) untuk semua n. Tunjukkan (xn)
konvergen. Tentukan limitnya.

Anda mungkin juga menyukai