Anda di halaman 1dari 7

Perusahaan di setiap negara pasti memiliki cara, strategi, dan metoda yang berbeda-beda

dalam melakukan kegiatan pencatatan dan pelaporannya. Karena itu, setiap perusahaan di
berbagai negara harus menaati prinsip akuntansi yang diberlakukan agar dapat memasuki
dan bersaing dalam ekonomi global. Setiap perusahaan juga dituntut untuk membuat laporan
keuangan yang menjadi sumber informasi untuk berbagai pihak terkait. Informasi yang
tercermin dalam laporan keuangan haruslah bersifat umum, mudah dimengerti, dan
memiliki daya komparabilitas.

Dengan adanya keragaman acuan laporan tersebut, maka perlu diperhatikan prinsip-
prinsip akuntansi yang ditetapkan agar laporan tersebut dapat digunakan untuk umum,
terlebih pihak-pihak berkepentingan yang menggunakan laporan keuangan. Di Indonesia sendiri
sudah banyak perusahaan yang berkembang termasuk perusahaans multinasional. Pembuatan
laporan keuangan harus mengacu pada prinsip-prinsip dan aturan yang berlaku. Prinsip
akuntansi yang mengatur mengenai acuan laporan keuangan adalah prinsip keseragaman
(uniformity) dan pengungkapan (disclosure). Standar mengenai keseragaman (uniformity)
penting dalam akuntansi, karena keseragaman digunakan untuk menyamakan standar- standar
laporan keuangan dalam perusahaan. Prinsip uniformity ini yang menjaga dan mengurangi
perbedaan acuan laporan keuangan tiap-tiap perusahaan, walaupun kebebasan
manajemen dalam perusahaan dibatasi dalam menentukan strategi dan metoda yang
dipakai dalam perusahaan.

Pada prinsipnya, uniformity memengaruhi tingkat perbandingan antar laporan keuangan


yang disajikan oleh setiap perusahaan. Komparabilitas ini sangat bergantung pada tingkat
keseragaman yang ada pada laporan keuangan. Konsep uniformity dan komparabilitas saling
berhubungan dan memiliki peranan penting terhadap pengguna laporan yang ada karena
laporan-laporan tersebut akan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk pihak-
pihak yang berkepentingan seperti investor dan kreditor. Selain informasi mengenai laporan
perusahaan, pihak-pihak berkepentingan juga memerlukan informasi non-keuangan seperti profil
perusahaan, perkembangan kinerja perusahaan atau sejarah perusahaan, dan peningkatan kinerja
dari tahun ke tahun.
Menurut Fields, Lys, dan Vincents, terdapat tiga alasan yang mendasari pemilihan
metodeakuntansi. Alasan-alasan tersebut antara lain:

1. Meminimalkan agency cost


Agency cost misalnya diminimalkan dengan metode off balance sheet
financing. Off balance sheet financing adalah kewajiban keuangan yang tidak
dicatatkan ke dalam laporan keuangan. Transaksi-transaksi yang seringkali
dilakukan off balance sheet financing misalnya adalah leases. Tujuan dari off
balance sheet ini adalah untuk membuat laporan keuangan perusahaan menjadi
sangat perform Hal ini dilakukan dengan tidak mencantumkan capital lease
pada neraca,tetapi mencatatkannya sebagai biaya pada laporan laba rugi.
Dengan demikian,rasio debt to equity dan debt covenant akan terlihat baik.
2. Signaling information
Pemilihan metode akuntansi dapat dipengaruhi oleh keinginan
manajemenuntuk menyampaikan informasi tertentu kepada pihak luar,
misalnya kas di masamendatang. Informasi tersebut diharapkan dapat memuaskan
pemegang sahamdan menarik calon pemegang sehingga meningkatkan gaji dan
bonus dari manajer.
3. Melibatkan eksternalitas
Merupakan usaha untuk mempengaruhi pihak eksternal. Misalnya
pemilihanmetode LIFO daripada FIFO untuk meminimalkan pajak pendapatan

2.1 Keseragaman (Uniformity)

Keseragaman (uniformity) merupakan prinsip yang dapat memengaruhi prinsip


konsistensi dalam akuntansi. Menurut Belkaoui (2006), prinsip konsistensi adalah salah satu
prinsip yang berkaitan dengan prinsip keseragaman dan komparabilitas. Belkaoui (2006)
menyatakan bahwa prinsip konsistensi mengacu pada penggunaan prosedur yang sama
untuk transaksi-transaksi yang berhubungan oleh perusahaan selama waktu tertentu. Oleh
karena itu, prinsip konsistensi merupakan prinsip yang menyatakan bahwa setiap pencatatan atas
transaksi dalam laporan keuangan harus menggunakan aturan serta prosedur yang sama.
Pernyataan mengenai hubungan keseragaman dengan daya banding (komparabilitas)
terkait dalam SFAC No. 2. Komparabilitas dalam SFAC No. 2 dijelaskan bahwa
komparabilitas bukan kualitas pada angka-angka akuntansi dalam arti relevansi dan
reliabilitas, tetapi merupakan hubungan antar angka-angka tersebut. Komparabilitas
bertujuan untuk menjelaskan persamaan dan perbedaan. SFAC No. 2 menyatakan juga
bahwa komparabilitas tidak boleh dicampuradukkan dengan identitas, dan terkadang lebih dapat
dipelajari perbedaannya daripada persamaan. Hal ini berlaku apabila perbedaan tersebut dapat
dijelaskan.

2.1.1 Sifat dan Kompleksitas dari Suatu Peristiwa

Transaksi berkaitan dengan peristiwa atau kejadian yang terjadi dalam suatu kegiatan
ekonomi. Menurut Wolk, et. al., (2004), transaksi merupakan peristiwa (events) ekonomi yang
dicatat didalam akun perusahaan. Transaksi itu sendiri terdiri atas dua jenis yaitu (Wolk, et. al.,
2004).

1. Transaksi Eksternal
Transaksi eksternal merupakan transaksi yang terjadi antar entitas, antara perusahaan
dengan karyawan, perusahaan dengan investor dan perusahaan dengan kreditor.
2. Transaksi Internal
Transaksi internal merupakan transaksi yang terjadi dalam suatu entitas. Beberapa
contoh transaksi yang termasuk dalam transaksi internal yakni pengakuan depresiasi dan
penyelesaian produk dalam proses.

Peristiwa (events) dapat diartikan sebagai suatu keadaan terjadinya konsekuensi untuk suatu
entitas. SFAC No.6 mendefinisikan peristiwa (event) sebagai “An event is a happening of
consequence to an entity”. Events (kejadian) berdasarkan kompleksitasnya terdiri atas (Wolk, et.
al., 2004).

1. Complex Events
Complex events menjelaskan adanya variabel yang cukup signifikan dan menjadi
pendorong terjadinya perbedaan pencatatan. Dalam menghasilkan situasi yang kompleks
yang berbeda sangat sulit untuk mencapai tingkat pencatatan yang seragam. Situasi
seperti ini dapat disebut effect of circumstances atau relevant circumstances. Contoh
dalam kasus ini adalah pada sewa guna usaha, akuisisi saham untuk tujuan
pengendalian, membedakan pola manfaat ekonomis aset tetap dan aset tidak
berwujud yang dapat didepresiasi, dan hutang pajak ditangguhkan yang berasal dari
alokasi pajak penghasilan dengan jangka waktu yang tak terbatas atau menurun selama
waktu yang direncanakan.
2. Simple Events
Simple events merupakan kejadian yang tidak memiliki variabel ekonomis yang secara
signifikan akan berdampak pada pencatatan yang berbeda. Contoh simple event adalah
pembayaran jasa dan pembelian barang dagang.

2.1.2 Keadaan yang Relevan


Keadaan yang relevan (relevant circumstances) merupakan suatu keadaan yang
ekonomis dan memiliki kemungkinan memengaruhi kejadian-kejadian yang sama
secara luas secara signifikan (Wolk, e al., 2004). Pemilihan metoda akuntansi
kemungkinan valid, tetapi masalah pemilihan metoda akuntansi dipengaruhi oleh
motivasi manajemen yang berbeda dengan arah relevant circumstances.
Motivasi manajemen tersebut seperti hal-hal berikut.
a. Memaksimalkan laba jangka pendek dalam pelaporan jika kompensasi manajerial
berdasarkan laba tersebut.
b. Meminimalkan laba jangka pendek jika terdapat kekhawatiran adanya intervensi
pemerintah terkait dengan antitrust.
c. Meratakan laba (income smoothing) untuk menunjukkan kepada pemegang saham
bahwa perusahaan memiliki risiko yang cukup rendah.

Menurut Cadenhead (1970) dalam Wolk, et al., (2004), pembatasan relevant circumstances
dengan elemen yang melampaui kendali manajemen disebut environmental conditions.
Environmental conditions membedakan perusahaan terhadap metoda akuntansi yang
dikehendaki. Misalnya Contohnya begini, laba saya (manajer) dianggarkan 1 M, sekarang laba
saya sudah 1,1M, berarti saya mencapai target anggaran, berarti kinerja saya dinilai positif,
berarti ada kemungkinan saya diberi bonus. Lalu ini ada biaya R&D 300 juta 1 tahun, ternyata
risetnya gagal, berarti 300 juta harus di expense-kan. Laba saya tidak lagi menjadi 1,1, berarti
tinggal 800jt, sedangkan anggaran 1M. Berarti saya tidak mencapai anggaran, kinerja saya
buruk, bonus saya mungkin tidak diberikan. Lalu saya berpikir, relevant circumstancesnya saya
atur, supaya bisa tidak dicatat sebagai biaya tapi dicatat sebagai aset. Trus saya bilang sekarang
belum berhasil, tapi nanti akan berhasil. Jadi karena ada harapan berhasil maka saya masukkan
ke dalam aset. Laba saya tetap 1 M. Hal tersebut dapat diketahui pada saat kejadian (present
magnitudes) atau setelah kejadian (future contingencies). Institusi perumusan standar seharusnya
mengidentifikasi faktor relevant circumstances secara tepat agar standar yang dirumuskan tidak
kaku (Wolk, et al., 2004).

2.1.3 Keseragaman secara Finite dan Rigid serta Konsep Fleksibilitas


Konsep finite uniformity berusaha menyamakan metoda akuntansi yang ditentukan
dengan keadaan yang relevan atau terkait dalam situasi serupa secara umum.
Konsep rigid uniformity berusaha menentukan satu metoda untuk transaksi yang
serupa meskipun terdapat relevant circumstances.
Sementara fleksibilitas diterapkan pada situasi tidak ada relevant circumstances
tetapi terdapat lebih dari satu kemungkinan metoda akuntansi yang bisa dipilih
(Wolk, et al., 2004).

Finite uniformity adalah usaha yang digunakan untuk menyamakan metoda


akuntansi yang ditentukan dengan relevant circumstance dalam situasi yang sama
secara umum (Wolk, et al., 2004). Contoh finite uniformity adalah
SFAS No.13 tentang leasing jangka Panjang menyatakan bahwa leasing harus
dikapitalisasi apabila jangka waktu leasing sama dengan atau lebih dari
75%umur ekonomis aset
Rigid uniformity adalah formulasi keseragaman alternatif. Rigid uniformity berarti
menentukan metoda akuntansi untuk transaksi yang secara umum sama walaupun
terdapat relevant circumstances (Wolk, et al., 2004). Contoh rigid uniformity dalam
SFAS No.2 yakni yang meminta pembebanan biaya penelitian dan
pengembangan pada perioda terjadinya walaupun manfaatnya ada di masa
yang akan datang.
Penerapan situasi fleksibilitas tidak dilihat pada relevant circumstances, tetapi lebih
pada penggunaan metoda akuntansi yang ada. Sebab pada dasarnya perusahaan
memiliki keleluasaan untuk memilih metoda akuntansi tersebut. Misalnya, pemilihan
metoda dalam menentukan persediaan dan harga pokok penjualan (cost of
goods sold) perusahaan bisa memilih di antara metoda FIFO, LIFO, dan rata-
rata tertimbang. Misalnya, perusahaan merasa lebih cocok menggunakan LIFO
ketika pada situasi income tax. Begitu juga dengan penggunaan metoda FIFO
atau rata-rata tertimbang, LOCOM (lower of cost or market) modification
diperlukan.
2.1.4 Pendekatan Keseragaman Akuntansi
Secara teoritis terdapat tiga model yang diberikan untuk menyeragamkan pemahaman
mengenai akuntansi internasional. Model tersebut adalah sebagai berikut (Wolk, et
al., 1992).
1. Absolute Uniformity
Absolute uniformity merupakan satu set standar akuntansi yang baik dalam satu
format pelaporan keuangan akan berlaku di seluruh komunitas ekonomi internasional
tanpa membeda-bedakan keadaan ekonomi dan kebutuhan pemakai.
2. Circumstantial Uniformity
Circumstantial uniformity merupakan konsep keseragaman berdasarkan basis
transnasional. Konsep ini mengijinkan perbedaan metoda akuntansi yang digunakan
untuk keberadaan akuntansi yang ditunjukkan.
3. Purposive Uniformity
Purposive uniformity mempertimbangkan kedua perbedaan yang mendasarinya
seperti halnya kebutuhan pemakai yang berbeda dan manfaatnya.
Jadi, masalah uniformity ini sebetulnya sederhana. Kita punya event, lalu kita
putuskan event ini simple atau complex. Kalau simple langsung rigid, standar akuntansinya
tidak boleh yang lain. Kalau complex, ada relevant circumstances, misalnya leasing,
misalnya R&D. Kalau begitu yang bener kalau bisa diukur relevant circumstancesnya dan
tidak mahal maka kita harus membuat standar akuntansi yang finite. Bisa capital lease,
bisa operating lease sepanjang syaratnya dipenuhi. Syarat apa? Syarat relevant
circumstances.

Anda mungkin juga menyukai