dalam melakukan kegiatan pencatatan dan pelaporannya. Karena itu, setiap perusahaan di
berbagai negara harus menaati prinsip akuntansi yang diberlakukan agar dapat memasuki
dan bersaing dalam ekonomi global. Setiap perusahaan juga dituntut untuk membuat laporan
keuangan yang menjadi sumber informasi untuk berbagai pihak terkait. Informasi yang
tercermin dalam laporan keuangan haruslah bersifat umum, mudah dimengerti, dan
memiliki daya komparabilitas.
Dengan adanya keragaman acuan laporan tersebut, maka perlu diperhatikan prinsip-
prinsip akuntansi yang ditetapkan agar laporan tersebut dapat digunakan untuk umum,
terlebih pihak-pihak berkepentingan yang menggunakan laporan keuangan. Di Indonesia sendiri
sudah banyak perusahaan yang berkembang termasuk perusahaans multinasional. Pembuatan
laporan keuangan harus mengacu pada prinsip-prinsip dan aturan yang berlaku. Prinsip
akuntansi yang mengatur mengenai acuan laporan keuangan adalah prinsip keseragaman
(uniformity) dan pengungkapan (disclosure). Standar mengenai keseragaman (uniformity)
penting dalam akuntansi, karena keseragaman digunakan untuk menyamakan standar- standar
laporan keuangan dalam perusahaan. Prinsip uniformity ini yang menjaga dan mengurangi
perbedaan acuan laporan keuangan tiap-tiap perusahaan, walaupun kebebasan
manajemen dalam perusahaan dibatasi dalam menentukan strategi dan metoda yang
dipakai dalam perusahaan.
Transaksi berkaitan dengan peristiwa atau kejadian yang terjadi dalam suatu kegiatan
ekonomi. Menurut Wolk, et. al., (2004), transaksi merupakan peristiwa (events) ekonomi yang
dicatat didalam akun perusahaan. Transaksi itu sendiri terdiri atas dua jenis yaitu (Wolk, et. al.,
2004).
1. Transaksi Eksternal
Transaksi eksternal merupakan transaksi yang terjadi antar entitas, antara perusahaan
dengan karyawan, perusahaan dengan investor dan perusahaan dengan kreditor.
2. Transaksi Internal
Transaksi internal merupakan transaksi yang terjadi dalam suatu entitas. Beberapa
contoh transaksi yang termasuk dalam transaksi internal yakni pengakuan depresiasi dan
penyelesaian produk dalam proses.
Peristiwa (events) dapat diartikan sebagai suatu keadaan terjadinya konsekuensi untuk suatu
entitas. SFAC No.6 mendefinisikan peristiwa (event) sebagai “An event is a happening of
consequence to an entity”. Events (kejadian) berdasarkan kompleksitasnya terdiri atas (Wolk, et.
al., 2004).
1. Complex Events
Complex events menjelaskan adanya variabel yang cukup signifikan dan menjadi
pendorong terjadinya perbedaan pencatatan. Dalam menghasilkan situasi yang kompleks
yang berbeda sangat sulit untuk mencapai tingkat pencatatan yang seragam. Situasi
seperti ini dapat disebut effect of circumstances atau relevant circumstances. Contoh
dalam kasus ini adalah pada sewa guna usaha, akuisisi saham untuk tujuan
pengendalian, membedakan pola manfaat ekonomis aset tetap dan aset tidak
berwujud yang dapat didepresiasi, dan hutang pajak ditangguhkan yang berasal dari
alokasi pajak penghasilan dengan jangka waktu yang tak terbatas atau menurun selama
waktu yang direncanakan.
2. Simple Events
Simple events merupakan kejadian yang tidak memiliki variabel ekonomis yang secara
signifikan akan berdampak pada pencatatan yang berbeda. Contoh simple event adalah
pembayaran jasa dan pembelian barang dagang.
Menurut Cadenhead (1970) dalam Wolk, et al., (2004), pembatasan relevant circumstances
dengan elemen yang melampaui kendali manajemen disebut environmental conditions.
Environmental conditions membedakan perusahaan terhadap metoda akuntansi yang
dikehendaki. Misalnya Contohnya begini, laba saya (manajer) dianggarkan 1 M, sekarang laba
saya sudah 1,1M, berarti saya mencapai target anggaran, berarti kinerja saya dinilai positif,
berarti ada kemungkinan saya diberi bonus. Lalu ini ada biaya R&D 300 juta 1 tahun, ternyata
risetnya gagal, berarti 300 juta harus di expense-kan. Laba saya tidak lagi menjadi 1,1, berarti
tinggal 800jt, sedangkan anggaran 1M. Berarti saya tidak mencapai anggaran, kinerja saya
buruk, bonus saya mungkin tidak diberikan. Lalu saya berpikir, relevant circumstancesnya saya
atur, supaya bisa tidak dicatat sebagai biaya tapi dicatat sebagai aset. Trus saya bilang sekarang
belum berhasil, tapi nanti akan berhasil. Jadi karena ada harapan berhasil maka saya masukkan
ke dalam aset. Laba saya tetap 1 M. Hal tersebut dapat diketahui pada saat kejadian (present
magnitudes) atau setelah kejadian (future contingencies). Institusi perumusan standar seharusnya
mengidentifikasi faktor relevant circumstances secara tepat agar standar yang dirumuskan tidak
kaku (Wolk, et al., 2004).