Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan
yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan
untuk mengisi lambung yang telah kosong selama 8-10 jam dan bermanfaat dalam
meningkatkan kemampuan konsentrasi belajar dan kemampuan fisik (Martianto, 2013).

Sarapan penting bagi setiap anak untuk mengawali aktivitas sepanjang hari. Sarapan
adalah kegiatan makan dan minum yang dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9
(Hardinsyah, 2012). Menurut Hardinsyah dalam Imam Firmansyah (Sindonews.com, 2015)
mengatakan bahwa sarapan yang sehat harus mencakup 4 hal. Pertama adalah jenisnya,
terutama untuk makanan dan minuman. Kedua, tercukupinya kebutuhan gizi 15-30% dari
kebutuhan harian. Ketiga makanan harus aman dan terbebas dari berbagai pencemaran dan
yang terakhir adalah waktu.

Sarapan hanya memenuhi kebutuhan zat-zat gizi pada pagi hari saja dengan
pemenuhan asupan zat gizi 25% dari kebutuhan sehari-hari. Anak usia sekolah mengalami
peningkatan kebutuhan zat gizi. Disamping untuk pertumbuhan, zat gizi juga diperlukan
untuk menjalankan aktivitas yang umumnya meningkat. Pertumbuhan anak usia sekolah
dasar berlangsung secara terus menerus, bersamaan dengan peningkatan asupan makanan
secara konstan (Mahan & Escott-Stump, 2010). Agar stamina anak akan tetap terjaga selama
mengikuti kegiatan disekolah maupun kegiatan ekstrakurikuler, maka anak perlu ditunjang
dengan pangan yang bergizi dan berkualitas.

Konsentrasi belajar adalah memusatkan pikiran pada suatu hal yang sedang dipelajari
dengan menyampingkan hal-hal lain yang tidak berhubungan. Siswa yang berkonsentrasi
dapat dilihat dari tingkah lakunya ketika proses belajar mengajar (Slameto 2010).
Konsentrasi belajar dapat mempengaruhi daya serap pada siswa, dalam hal ini konsentrasi
belajar erat kaitannya dengan ingatan atau memori pada siswa dan memegang peranan
penting bagi siswa untuk mengingat, merekam, melanjutkan, dan mengembangkan materi
pelajaran yang disampaikan saat proses pembelajaran di kelas (Syah 2014).
Badan kesehatan dunia (WHO) menyatakan, sarapan yang baik dan memenuhi kriteria
gizi adalah sarapan yang menyuplai karbohidrat (55-65%), protein (12-15%), lemak (24-
30%). Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2010 terdapat 104 juta anak-
anak seluruh dunia yang mengalami gizi kurang. Di India, dari 4450 siswa sebanyak 27,9%
mengalami gizi kurang. Riskesdas 2018 menunjukkan adanya perbaikan status gizi pada
balita di Indonesia. Proporsi status gizi sangat pendek dan pendek turun dari 37,2%
(Riskesdas 2013) menjadi 30,8%. Demikian juga proporsi status gizi buruk dan gizi kurang
turun dari 19,6% (Riskesdas 2013) menjadi 17,7%. Namun yang perlu menjadi perhatian
adalah adanya tren peningkatan proporsi obesitas pada orang dewasa sejak tahun 2007
sebagai berikut 10,5% (Riskesdas 2007), 14,8% (Riskesdas 2013) dan 21,8% (Riskesdas
2018). Berdasarkan hasil penelitian Jawa Timur tahun 2018 prevalensi gizi kurang adalah
12,6% terdiri dari 4,2% gizi kurang dan 7,4% gizi cukup. Pada Wilayah tempat penelitian
terdapat 6 dari 10 anak melakukan sarapan pagi setiap hari yakni 60% dengan menu standar
sarapan. Menurut WHO, prevalensi gizi kurang pada suatu Negara dikatakan tinggi apabila
prevalensinya lebih dari 5%.

Pada hasil riset Nestle Indonesia (2012), 4 dari 10 anak Indonesia mengonsumsi
sarapan tidak bergizi dan menurut Hardinsyah (2015), 7 dari 10 anak Indonesia kekurangan
gizi sarapan. Hal ini terjadi karena pemilihan makanan dan minuman untuk sarapan tidak
memenuhi standart gizi yang baik (Sari, Ratna Juwita:2015). Menurut hasil penelitian yang
dilakukan oleh Soepardi(2009) yaitu 77,6% anak melakukan kebiasaan sarapan pagi dan
22,4% anak tidak memiliki kebiasaan sarapan pagi. Menurut hasil penelitian yang dilakukan
oleh Soepardi(2009) yaitu 77,6% anak melakukan kebiasaan sarapan pagi dan 22,4% anak
tidak memiliki kebiasaan sarapan pagi. Hardinsyah (2013), menyatakan bahwa 10,6% .

Menurut Soepardi (2009) alasan orang tua yang melatar belakangi kebiasaan anak
untuk sarapan pagi adalah keinginan untuk membantu kecerdasan anak (77,2%) sedangkan
yang tidak sarapan pagi sebesar (52,4%) adalah faktor selera makan anak. Dari sarapan anak
yang mencukupi asupan energi kurang. Sarapan berpengaruh terhadap kecerdasan otak,
terutama daya ingat peserta didik.
Dari data penelitian sebelumnya tahun 2015 tentang hubungan kebiasaan sarapan pagi
dengan prestasi belajar siswa disekolah didapatkan bahwa anak yang selalu melakukan
sarapan pagi adalah 40 anak (50%) dimana 36 anak mendapatkan nilai raport baik 36 anak
(45%) dan anak yang mendapatkan nilai raport kurang sebanyak 4 anak (5%). Anak yang
tidak selalu melakukan kebiasaan sarapan pagi sebanyak 40 anak (50%) dimana 29 anak
(36,5%) mendapatkan nilai raport baik sedangkan anak yang mendapat nilai raport kurang
sebanyak 11 anak (13,75%).

Kebiasaan sarapan ini sangat perlu untuk dilakukan. Tidak adanya rasa lapar yang
siswa miliki ini akan membuat siswa lebih fokus terhadap materi yang diberikan oleh guru,
dapat memeiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang pelajaran. Lebih lanjut lagi
siswa juga memiliki nilai yang baik ketika ujian karena melakukan aktifitas sarapan pagi
setiap hari. Kekurangan energi yang berasal dari makanan menyebabkan seseorang
kekerangan energi untuk bergerak, bekerja dan melakukan aktivitas, orang menjadi malas,
merasa lemah, produktifitas kerja dan prestasi belajar menurun. Kurang gizi pada usia muda
dapat berpengaruh terhadap perkembangan mental, dengan demikian kemampuan berfikir
akan menurun (Almatsier, 2010).

Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan pada dewasa muda di Australia
menunjukkan bahwa orang yang tidak melakukan sarapan pada masa kecil dan dewasa
mempunyai kadar insulin puasa, kolesterol total, dan kolesterol LDL lebih tinggi
dibandingkan dengan mereka yang sarapan. Kondisi ini tentunya dapat membahayakan bagi
kesehatan tubuh karena dapat menimbulkan penyakit seperti jantung koroner, hipoglikemi
dan lain-lain. Oleh karena itu, kebiasaan sarapan perlu diterapkan pada usia sekolah karena,
selain mempunyai berbagai manfaat di atas, pada umur ini anak mulai menyadari pentingnya
makanan bergizi untuk pertumbuhan dan kesehatan serta meyakini pentingnya waktu makan
sehingga akan lebih mudah untuk membiasakan sarapan pada anak. Sarapan pagi
memberikan kontribusi yang penting terhadap total asupan gizi sehari.

Sarapan pagi akan menyumbangkan sekitar 25% dari total asupan gizi sehari. Ini
jumlah yang cukup signifikan. Jika kecukupan energi dan protein dalam sehari adalah 2000
Kkal dan 50 g, maka sarapan pagi menyumbangkan 500 Kkal energi dan 12,5 g protein.
Anak yang tidak makan pagi, kurang dapat mengerjakan tugas di kelas yang memerlukan
konsentrasi, sering mempunyai nilai hasil ujian yang rendah, mempunyai daya ingat yang
terbatas, dan sering absen (Muchtar, Julia and Gamayanti, 2011).

Sarapan akan berpengaruh pada kadar gula dalam darah yang semakin meningkat.
Keadaan ini ada hubungannya dengan kerja otak terutama konsentrasi belajar pada pagi hari.
Seorang ilmuwan mengatakan sarapan pagi merupakan makanan khusus untuk otak, hal ini
didukung dari sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa sarapan berhubungan erat dengan
kecerdasan mental,dalam artian, sarapan memberikan nilai positif terhadap aktivitas otak,
otak menjadi lebih cerdas, peka dan lebih mudah untuk menerima pelajaran. Bila terjadi
keterlambatan masukan zat gizi (asupan gula ke dalam sel darah) maka dapat menurunkan
daya konsentrasi anak sewaktu belajar yang timbul karena rasa malas, lemas, lesu dan pusing
juga mengantuk yang nantinya berujung penurunan prestasi anak. Sarapan terbukti dapat
meningkatkan kemampuan belajar dan stamina anak (Gibson & Gunn, 2011).

Kebiasaan tidak sarapan pagi yang tidak teratur juga akan mengakibatkaan
pemasukan gizi menjadi berkurang dan tidak seimbang sehingga pertumbuhan anak menjadi
terganggu. Dengan demikian anak yang biasa tidak sarapan pagi dalam jangka waktu lama
akan berakibat buruk pada penampilan intelektualnya, prestasi disekolah menurun dan
penampilan sosial menjadi terganggu (Khomsan,2010 dalam Silalahi 2011). Melewatkan
waktu sarapan berarti terjadi keterlambatan asupan zat gizi (asupan gula ke dalam sel darah)
sehingga dapat menurunkan daya konsentrasi anak sewaktu belajar yang timbul karena rasa
malas, lemas, lesu, pusing, serta mengantuk yang nantinya dapat menimbulkan anemia pada
anak-anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan sarapan dan status anemia
berpengaruh terhadap daya konsentrasi anak sehingga akan memengaruhi prestasi belajarnya
(Jalal & Sumali 2000 dalam Sofianita 2012).

Menurut Elizabeth Somer, 9 dari 10 anak yang tidak sarapan akan merasa lelah dan
sulit untuk berkonsentrasi pada sore harinya, penelitian Welsh bahwa anak yang tidak
sarapan pagi akan mudah terkena flu, sedangkan New York University menemukan bahwa
anak yang mempunyai kebiasaan sarapan pagi secara umum akan lebih sehat (WHO, 2009).
Berbagai penelitian membuktikan bahwa makan pagi berpengaruh pada prestasi belajar anak.
Anak yang tidak makan pagi, kurang dapat mengerjakan tugas di kelas yang memerlukan
konsentrasi. Mereka umumnya mempunyai nilai hasil ujian yang lebih rendah, mempunyai
daya ingat yang terbatas dan sering absen.

Sehubungan dengan itu, untuk mengatasi kebiasaan sarapan yang kurang, maka
seharusnya anak usia sekolah tidak melewatkan sarapan dengan membangunkan anak lebih
pagi, orang tua yang cakap untuk mempersiapkan sarapan untuk anak sebelum ke sekolah,
tanyakan menu sarapan yang ingin anak makan, jadikan sarapan sebagai permainan dan
kebiasaan serta variasikan menu sarapan agar anak semangat untuk sarapan. Dari fenomena
diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti Hubungan Sarapan Dangan Konsentrasi belajar
Siswa Kelas 4-5 MI Negeri 2 Banyuwangi Tahun 2019.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:


Adakah Hubungan Sarapan Dengan Konsentrasi Belajar Siswa Kelas 4-5 MI Negeri 2
Banyuwangi Kecamatan Songgon Kabupaten Banyuwangi Tahun 2019 ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya Hubungan Sarapan Dengan


Konsentrasi Belajar Siswa Kelas 4-5 MI Negeri 2 Banyuwangi Kecamatan Songgon
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2019.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi Sarapan Siswa kelas 4-5 MI Negeri 2 Banyuwangi Kecamatan


Songgon Kabupaten Banyuwangi Tahun 2019.

2. Mengidentifikasi Tingkat Konsentras Belajari Siswa kelas 4-5 MI Negeri 2


Banyuwangi Kecamatan Songgon Kabupaten Banyuwangi Tahun 2019.

3. Menganalisis Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Konsentrasi Belajar


Siswa kelas 4-5 MI Negeri 2. Banyuwangi Kecamatan Songgon Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2019.
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk membuka wawasan
baru tentang Hubungan Sarapan Dengan Konsentrasi Belajar Siswa Kelas 4-5 MI
Negeri 2 Banyuwangi dan menambah pengetahuan tentang upaya meningkatkan
kebiasaan sarapan pagi pada siswa sekolah dasar.

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Bagi Responden

Diharapkan agar penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagj


anak sekolah untuk lebih memperhatikan kebiasaan sarapan pagi.

1.4.2.5 Bagi Orang tua

Sebagai bahan informasi kepada orang tua tentang program perbaikan


gizi di sekolah dan diharapkan orang tua siswa dapat berpartisipasi misal dalam
penyediaan makanan untuk sarapan pagi anak.

1.4.2.4 Bagi Tempat Penelitian

Sebagai bahan masukan bagi para pendidik (guru) untuk


memperhatikan para siswa supaya lebih memperhatikan mengenai pentingnya
sarapan.

1.4.2.3 Bagi Profesi Kesehatan

Diharapkan penelitian ini sebagai salah satu masukan bagi profesi


keperawatan dan dapat dijadikan acuan bagi perawat dalam memberikan
penyuluhan pada kelompok anak usia sekolah tentang pentingnya sarapan.

1.4.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat dijadikan referensi bagi penelitian selanjutnya dalam meneliti


masalah kebiasaan sarapan anak sekolah dan konsentrasi belajar.

Anda mungkin juga menyukai