Anda di halaman 1dari 27

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Anak Usia Sekolah

2.1.1 Pengertian

Masa usia sekolah dasar sering disebut sebagai masa intelektual.

Pada tahap perkembangan usia anak sekolah dasar 6-12 tahun. Pada masa

anak ini secara relatif lebih mudah dididik dari pada masa sebelum dan

sesudahnya (Yusuf, 2008).

Anak sekolah adalah anak yang berusia 6-12 tahun (middle

childhood). Kesehatan bagi anak sekolah tidak terlepas dari pengertian

kesehatan pada umumnya. Kesehatan disini meliputi kesehatan badan,

rohani dan sosial, bukan hanya sekedar bebas dari penyakit, cacat dan

kelemahan (UU No.9 Tahun 1980 tentang pokok-pokok kesehatan). Anak

pada usia ini telah memilih fisik yang lebih kuat sehingga kebutuhan

untuk melakukan aktivitas tampak menonjol. Penampilannya dan

pertumbuhan menjadi mantap pada diri anak tersebut (Adriani, 2012).

Anak sekolah menurut definisi WHO (World Health

Organization) yaitugolongan anak yang berusia antara 7-15 tahun,

sedangkan di Indonesia lazimnya anak yang berusia 7-12 tahun. Menurut

Wong (2009), usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang

artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika anak-anak

dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam

9
10

hubungan dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan orang lainnya.

Usia sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan

untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan

memperoleh keterampilan tertentu.

Anak diartikan sebagai seseorang yang usianya kurang dari

delapan belas tahun dan sedang berada dalam masa tumbuh kembang

dengan kebutuhankhusus, baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan

spiritual. Sedangkan anakusia sekolah dapat diartikan sebagai anak yang

berada dalam rentang usia 6-12 tahun, dimana anak mulai memiliki

lingkungan lain selain keluarga (Supraptini, 2004). Anak usia sekolah

biasa disebut anak usia pertengahan. Periode usia tengah merupakan

periode usia 6-12 tahun (Santrock, 2008). Periode usia sekolahdibagi

menjadi tiga tahapan umur yaitu tahap awal 6-7tahun, tahap pertengahan

7-9 tahun dan pra remaja 10-12 tahun (Potter & Perry, 2008).

2.1.2 Pertumbuhan Anak Usia Sekolah

Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau

dimensi tingkat sel, organ, maupun individu yang bisa diukur dengan

ukuran berat (gram, pon dan kilogram), ukuran panjang (sentimeter dan

meter), umur tulang dan keseimbangan metabolisme (retensi kalsium dan

nitrogen tubuh). Sedangkan perkembangan adalah bertambahnya

kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam

pola yang teratur dan dapat diramaikan, sebagai hasil dari proses
11

pematangan. Dalam perkembangan ini adanya proses diferensiasi sel-sel

tubuh, jaringan tubuh, organ-organ tubuh serta sistem organ yang

berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi

fungsinya.

Pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik, sedangkan

perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi organ atau individu

(Nirwana, 2012).

1. Parameter Umum Pertumbuhan (WHO, 2007)

a. Selama periode ini anak perempuan biasanya tumbuh lebih cepat

dan umumnya tinggi dan berat badan anak perempuan melebihi

anak laki-laki.

1) Tinggi Badan Tinggi badan merupakan indikator umum ukuran

tubuh dan panjang tulang. Tinggi badan diukur dalam keadaan

berdiri tegak lurus, tanpa alas kaki, kedua tangan merapat ke

badan, punggung dan bokong menempel pada dinding,

pandangan diarahkan kedepan.

a. Rata-rata anak usia sekolah bertambah tinggi 5 cm per tahun.

b. Rata-rata tinggi anak usia 6 tahun adalah 112,5 cm.

c. Rata-rata tinggi anak usia 12 tahun adalah 147,5 cm.

Antara usia 6-12 tahun, tinggi badan bisa ditentukan

dengan menggunakan rumus:

Tinggi badan= Usia(tahun) x 6 + 77


12

2) Berat Badan Berat badan adalah ukuran antropometri yang

paling banyak digunakan. Alat yang digunakan haruslah kuat,

tidak mahal, mudah dijinjing, dan akurat hingga 100 gr.

a. Rata-rata berat badan anak usia sekolah bertambah 2-3 kg per

tahun.

b. Rata-rata berat badan anak usia 6 tahun adalah 21 kg.

c. Rata-rata berat badan anak usia 12 tahun adalah 36 kg.

Perkiraan berat badan untuk anak usia 6-12 tahun adalah

sebagai berikut:

Berat badan= [usia(tahun) x 7 – 5] : 2

3) Selama masa pra remaja, yaitu 10-13 tahun, anak umumnya

mengalami pertumbuhan yang cepat.

2.1.2 Perkembangan Anak Usia Sekolah

Anak usia sekolah memiliki perubahan dari periode sebelumnya.

Harapan dan tuntutan baru dengan adanya lingkungan yang baru dengan

masuk sekolahdasar saat usia 6 atau 7 tahun (Hurlock, 2015). Anak usia

sekolah mengalami beberapa perubahan sampai akhir dari periode masa

kanak-kanak dimana anak mulai matang secara seksual pada usia 12

tahun (Hurlock, 2015). Dalam tahap perkembangan anak di usia sekolah,

anak lebih banyak mengembangkan kemampuannya dalam interaksi

soisal, belajar tentang nilai moral dan budaya dari keluarga serta mulai

mencoba untuk mengambil bagian peran dalam kelompoknya.


13

Perkembangan yang lebih khusus juga mulai muncul dalam tahap ini

seperti perkembangan konsep diri, keterampilan serta belajar untuk

menghargai lingkungan sekitarnya (Hidayat, 2005).

Terdapat tiga tahapan perkembangan anak usia sekolah menurut

teoritumbuh kembang, yaitu:

1. Perkembangan Kognitif (Piaget)

Dilihat dari sisi kognitif, perkembangan anak usia sekolah

berada pada tahap konkret dengan perkembangan kemampuan anak

yang sudah mulai memandang secara realistis terhadap dunianya dan

mempunyai anggapan yang sama dengan orang lain. Sifat ego sentrik

sudah mulai hilang, sebab anak mulai memiliki pengertian tentang

keterbatasan diri sendiri. Anak usia sekolah mulai dapat mengetahui

tujuan rasional tentang kejadian dan mengelompokkan objek dalam

situasi dan tempat yang berbeda. Pada periode ini, anak mulai mampu

mengelompokkan, menghitung, mengurutkan, dan mengatur bukti-

bukti dalam penyelesaian masalah. Anak menyelesaikan masalah

secara nyata dan urut dari apa yang dirasakan. Sifat pikiran anak usia

sekolah berada dalam tahap reversibilitas, yaitu anak mulai

memandang sesutau dari arah sebaliknya atau dapat disebut anak

memiliki dua pandangan terhadap sesuatu. Perkembangan kognitif

anak usia sekolah memperlihatkan anak lebih bersifat logis dan dapat

menyelesaikan masalah secara konkret. Kemampuan kognitif pada

anak terus berkembang sampai remaja (Hurlock, 2015).


14

2. Perkembangan Psikoseksual (Freud)

Pada perkembangan ini, anak usia sekolah berada pada fase

laten dimana perkembangannya ditunjukkan melalui kepuasan anak

terhadap diri sendiri yang mulai terintegrasi dan anak sudah masuk

pada masa pubertas. Anak juga mulai berhadapan dengan tuntutan

sosial seperti memulai sebuah hubungan dalam kelompok. Pada tahap

ini anak biasanya membangun kelompok dengan teman sebaya. Anak

usia sekolah mulai tertarik untuk membina hubungan dengan jenis

kelamin yang sama. Anak mulai menggunakan energi untuk

melakukan aktifitas fisik dan intelektual bersama kelompok sosial dan

dengan teman sebayanya, terutama dengan yang berjenis kelamin

sama (Wong, 2009)

3. Perkembangan Psikososial

Pada perkembangan ini, anak berada dalam tahapan rajin dan

akan selalu berusaha mencapai sesuatu yang diinginkan terutama

apabila hal tersebut bernilai sosial atau bermanfaat bagi kelompoknya.

Pada tahap ini anak akan sangat tertarik dalam menyelasaikan sebuah

masalah atau tantangan dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan oleh

adanya keinginan anak untuk mengambil setiap peran yang ada di

lingkungan sosial terutama dalam kelompok sebayanya. Pada tahap

ini, anak menginginkan adanya pencapaian yang nyata. Keberhasilan

anak dalam pencapaian setiap hal yang mereka lakukan akan

meningkatkan rasa kemandirian dan kepercayaan diri anak. Anak-


15

anak yang tidak dapat memenuhi standar yang ada dapat mengalami

rasa inferiority (Muscari, 2005; Wong, 2009).

Anak yang mengalami inferiority harus diberikan dukungan

dalam menjalankan aktivitasnya(Sarafino, 2006). Pengakuan teman

sebaya terhadap keterlibatan anak di kelompoknya akan memberikan

dukungan positif pada anak usia sekolah. Perkembangan moral anak

usia sekolah menurut Kohlberg berada di tahap konvensional

(Muscari, 2005). Perkembangan moral sejalan dengan cara pikiran

anak usia sekolah yang lebih logis (Hockenberry & Wilson, 2007).

Anak pada usia sekolah dapat lebih memahami standar perilaku yang

seharusnya mereka terapkan pada kehidupan sehari-hari. Anak dalam

tahap konvensional, mulai memahami bagaimana harus

memperlakukan orang lain sesuai dengan apa yang ingin diterima oleh

mereka dari orang lain (Muscari, 2005; Wong, 2009). Anak mulai

melihat berbagai cara pandang untuk menilai suatu tindakan benar atau

salah (Hockenberry & Wilson, 2007).

2.2 Konsep Sarapan Pagi

2.2.1 Definisi Sarapan Pagi

Sarapan adalah kebutuhan manusia yang seharusnya dilakukan

secara teratur setiap pagi, akan kebutuhan nutrisi dan perkembangan otak

bagi seorang anak dimulai sejak dini. (Waryono, 2010). Manusia

membutuhkan sarapan karena dalam sarapan diharapkan terjadinya


16

ketersediaan energi yang digunakan untuk jam pertama melakukan

aktivitas. Akibat tidak sarapan akan menyebabkan tubuh tidak

mempunyai energi yang cukup untuk melakukan aktivitas terutama pada

proses belajar karena pada malam hari di tubuh tetap berlangsung proses

oksidasi guna menghasilkan tenaga untuk menggerakkan jantung,

paruparu dan otot-otot tubuh lainnya.

Sarapan atau makan pagi adalah makanan yang disantap pada pagi

hari, waktu sarapan dimulai dari pukul 06.00 pagi sampai dengan pukul

10.00 pagi. Sarapan dianjurkan menyantap makanan yang ringan bagi

kerja pencernaan, sehingga dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan

yang memiliki kadar serat tinggi dengan protein yang cukup namun

dengan kadar lemak rendah. Selain itu, mengkonsumsi protein dan kadar

serat yang tinggi juga dapat membuat seseorang tetap merasa kenyang

hingga waktu makan siang (Jetvig, 2010).

Konsumsi sarapan dimulai antara bangun pagi sampai jam 9 untuk

memenuhi sebagian kebutuhkan gizi harian atau sekitar 15-30%

darikebutuhan gizi harian dalam rangka mewujudkan hidup sehat, aktif

dan cerdas dengan kadar tidak lebih dari 300-400 kkal atau 25% dari

kebutuhan kalori harian sebesar 1.400-1.500 kkal (Hardinsyah, 2012).

Barton et al (2005) dan Affenito et al (2005) di Amerika menetapkan

sarapan dari jam 5-10 pagi pada hari sekolah dan jam 5-11 pagi pada hari

libur. Batasan ini tidak tepat karena jam 10 adalah saatnya morning tea

atau snack pagi. Sarapan yang baik adalah bila selalu dilakukan pada pagi
17

hari bukan menjelang makan siang dan tidak perlu dibedakan antara saat

hari kerja/sekolah dan hari libur (Hardinsyah, 2012).

Sarapan pagi adalah kebiasaan sehari-hari sebelum memulai

aktivitas. Melalui sarapan pagi tubuh mengisi energi untuk melakukan

aktivitas baik tatanan pekerjaan, maupun pendidikan (sekolah). Tanpa

sarapan pagi, terkadang tubuh akan merasa lemah sehingga timbul rasa

malas dalah beraktivitas. Oleh karena itu, sarapan pagi menjadi mutlak

dilakukan agar kita dapat melakukan aktivitas dengan optimal

(Ramadhan, 2010).

Sarapan pagi merupakan ritual makan paling penting, dengan

sarapan pagi kita menghimpun tenaga untuk kegiatan keseharian. Gaya

sarapan pagi untuk setiap orang atau keluarga pastilah berbeda. Dipilih

berdasarkan selera, budaya, kebutuhan gizi, dan waktu yang tersedia

(Erwin, 2010).

Sarapan pagi merupan suatu hal yang penting untuk memulai hari.

Setelah tidur di malam hari, tentu saja tubuh membutuhkan energi untuk

dapat beraktivitas kembali (Gondowijoyo, 2010). Sarapan pagi sangat

bermanfaat bagi kesehatan. Bagi orang dewasa sarapan pagi dapat

memelihara ketahanan fisik, menjaga daya tahan saat bekerja, serta

meningkatkan produktivitas kerja. Kebiasaan sarapan pagi juga

membantu seseorang untuk memenuhi kebutuhan gizinya sehari-hari.

Jenis hidangan untuk sarapan pagi dapat dipilih dan disususn sesuai
18

dengan keadaan dan akan lebih baik bila terdiri dari sumber zat tenaga,

zat pembangun, dan zat pengatur.

Sarapan pagi yang sehat sebaiknya mengandung unsur empat

sehat lima sempurna. Ini berarti benar-benar telah mempersiapkan diri

untuk menghadapi segala aktivitas dengan amunisi yang lengkap. Hanya

masalahnya seringkali sayur tidak bisa tersedia secara instan, sehingga

sarapan pagi yang disediakan umumnya tanpa sayur. Namum hal ini tidak

menjadi masalah karena fungsi sayuran sebagai penyumbang vitamin dan

mineral bisa digantikan oleh buah. Agar seimbang dan lengkap nilai

gizinya, sarapan pagi hendaknya tersusun dari jenis pangan sebagai

berikut : nasi, lauk-pauk, susu atau jus dari buah lainnya.

Meningat bahwa sarapan pagi akan selalu berpacu oleh waktu,

maka perlu disiapkan sarapan pagi yang praktis tanpa mengabaikan nilai

gizi. Menurut Suartini 2013, sapan pagi hendaknya dimulai pukul 07.00-

08.00 wib, makan selingan pada pukul 10.00 wib, makan siang pukul

13.00-14.00 wib, makan selingan pukul 17.00 wib, dan makan malam

pukul 19.00-20.00 wib.

Secara umum, pola makan di masyarakat kurang baik. Umumnya

masyarakat tidak terlalu mementingkan sarapan pagi, padahal sarapan

pagi mutlak diperlukan untuk bekal tenaga di awal kegiatan yang

biasanya sangat penting. Apabila kita tidak sarapan pagi maka energi

akan diambil dari dalam tubuh, dan dengan kondisi seperti itu, maka

tubuh akan menjadi tidak bugar dan tidak bergairah dalam melakukan
19

aktivitas. Oleh sebab itu, seharusnya kesadaran dalam melakukan sarapa

pagi pada keluarga khususnya pada anak harus benar-benar kita terpkan

demi kesehatan untuk proses berfikir dan kemampuan konsentrasi belajar

yang baik pada anak (Yudha, 2008).

Menurut Widjaja (2009), sarapan pagi hendaknya memenuhi

standar gizi, yakni hidrat arang, protein dan lemak. Lambung

membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencerna bahan makanan

dari hidrat arang. Dalam kondisi yang kurang gizi, anak dapat mengalami

kejang perut, pusing bahkan pingsan. Lambung yang dibiarkan kosong

cukup lama juga akan berbahaya karena produksi asam lambung akan

meningkat. Maka hal ini tentunya akan mengganggu proses berfikir dan

belajar pada anak.

Untuk mencapai kecukupan gizi, porsi sarapan pagi dapat

ditekankan pada makan siang dan malam, tetapi biasanya anak sulit

mengikuti porsi makan yang cukup besar. Karenanya, lebih baik

mengatur porsi makan yang merata setiap hari dari pada sekaligur

menumpuk porsi makan besar pada siang dan malam hari. Energi sarapan

pagi di anjurkan mencukupi 25% dari kebutuhan energi tubuh perhari.

Untuk anak-anak, kalorinya berkisar antara 200-300 kalori. Karena itu,

sarapan pagi harus lengkap dan tidak boleh asal-asalan, tetap berpegang

pada pola gizi seimbang dengan hidrat arang sekitar 60-70%, protein 10-

15%, serta lemak 20-30%.


20

Maka dari itu, sarapan pagi adalah suatu kegiatan yang penting

sebelum memulai aktivitas. Dengan sarapan pagi dapat meningkatkan

produktivitas dan berfungsinya proses fisiologis dalam tubuh. Sehingga

meningkatkan gairah dan konsentrasi anak dalam belajar. Konsentrasi

dalam belajar juga sangat penting kaitannya terhadap prestasi belajar

anak, sehingga dengan meningkatkan pengetahuan keluarga terhadap

pentingnya sarapan pagi, tentunya akan baik terhadapa pertumbuhan dan

perkembangan anak.

Sarapan yang baik harus banyak mengandung karbohidrat karena

akan merangsang glukosa dan mikronutrisi dalam otak yang dapat

menghasilkan energi, selain itu dapat berlangsung memacu otak agar

membantu memusatkan pikiran untuk belajar dan memudahkan

penyerapan pelajaran (Moehji, 2009).

Manusia membutuhkan saeapan pagi karena dalam sarapan pagi

diharapkan terjadinya ketersediaan energi yang digunakan untuk jam

pertama melakukan aktivitas. Akibat tidak sarapan pagi akan

menyebabkan tubuh tidak mempunyai energi yang cukup untuk

melakukan aktivitas terutama pada proses belajar karena di malam hari di

dalam tubuh tetap berlangsung proses oksidasi guna menghasilkan tenaga

untuk menggerakkan jantung dan otot-otot tubuh lainnya (Moehji, 2009).

Menu sarapan sehat untuk anak sekolah usia 6-12 tahun antara lain :

1. Satangkup roti (160 gr = 360 kkal + telur mata sapi (1 telur = 162 kkal,

1 sdm minyak kelapa = 87 kkal ) + sayur bayam ( 1000 gr = 36 kkal).


21

2. Nasi goreng (150 gr beras = 240 kkal, 3 sdm minyak kelapa = 261

kka ) + telur dadar (1 telur ayam = 162 kkal , 1 sdm minyak kelapa =

87 kkal ) + sayuran ( 27 kkal )

3. Bubur ayam (100gr beras = 160 kkal, ayam 50 gr = 150 kkal ) + telur

rebus ( 162 kkal) + pisang (88 kkal).

4. Lontong sayur (389 kkal) + telur rebus (162 kkal) + buah

5. Nasi uduk (232 kkal) + ayam goreng 50 gr ayam = 150 kkal, 3 sdm

minyak kelapa = 261 kkal ).

6. Mie goreng (460 kkal) + telur mata sapi (1 telur ayam = 162 kkal, 1

sdm minyak kelapa = 87 kkal )

2.2.2 Manfaat Sarapan Pagi

Menurut Depkes (2011) sarapan sangat penting diberikan kepada

pelajar karena bukan sekedar pengganjal perut, tapi juga memberikan

energi agar kita bisa beraktivitas dengan baik, otak bekerja lebih optimal

dan tidak cepat mengantuk. Sarapan juga dapat mengembalikan fungsi

metabolisme tubuh dan membiasakan sarapan akan membantu fokus

dalam mengerjakan tugas. Penelitian menunjukkan bahwa sarapan

berhubungan erat dengan kecerdasan mental, dalam artian, sarapan

memberikan nilai positif terhadap aktivitas otak, otak menjadi lebih

cerdas, peka dan lebih mudah untuk berkonsentrasi. Hal ini secara

tidaklangsung akan mendatangkan pengaruh positif terhadap pelajar

(Depkes, 2011).
22

Menurut Sunarti (2006), kebiasaan makan pagi sangat penting

bagi tubuh karena lambung akan terisi kembali setelah 8-10 jam kosong

serta kadar gula akan menurun sehingga pasokan energi ke otak kurang

ketika meninggalkan makan pagi. Membuat lebih sehat.

Rajin sarapan membuat asupan vitamin yang dikonsumsi lebih banyak

daripada orang yang tidak rajin sarapan. Seperti yang kita ketahui,

makanan yang kita makan selama sarapan mengandung berbagai vitamin,

seperti vitamin A, D, E serta zat besi dan kalsium.

Sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang dewasa,

sarapan dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan

tubuh saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerja. Bagi anak

sekolah, sarapan dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan

memudahkan penyerapan pelajaran sehingga prestasi belajar lebih baik

(Khomsan, 2010).

Menurut Khomsan, (2010) ada 2 manfaat yang diperoleh kalau

seseorang melakukan sarapan, antara lain :

1. Sarapan dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk

meningkatkan kadar gula darah. Dengan kadar gula darah yang

terjamin normal, maka gairah dan konsentrasi kerja bisa lebih baik

sehingga berdampak positif untuk meningkatkan produktifitas.

2. Pada dasarnya sarapan akan memberikan kontribusi penting akan

beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh seperti protein, lemak, vitamin

dan mineral. Ketersediaan zat gizi ini bermanfaat untuk berfungsinya


23

proses fisiologis dalam tubuh. Seseorang yang tidak sarapan, pastilah

tubuh tidak berada dalam keadaan yang cocok untuk melakukan

pekerjaan dengan baik. Sarapan membantu meningkatkan konsentrasi

selama beraktivitas.

Untuk sarapan, seringkali kita memilih nasi ataupun roti. Baik

nasi maupun roti sama-sama mengandung glukosa yang akan diserap oleh

sel untuk dijadikan energi. Selain itu, sarapan juga bisa membuat mood

kita agar lebih bagus. Hal ini dikarenakan tubuh akan berusaha

menaikkan kadar gula darah dengan mengambil cadangan glikogen, dan

jika ini habis, maka cadangan lemaklah yang diambil (Moehji, 2009).

Sarapan termasuk dalam Pedoman Umum Gizi Seimbang dalam

pesan kedelapan. Makan pagi dengan makanan yang beraneka ragam

akan memenuhi kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesegaran tubuh

dan meningkatkan produktifitas dalam bekerja. Pada anak-anak, makan

pagi akan memudahkan konsentrasi belajar sehingga prestasi belajar bisa

lebih ditingkatkan (Soekirman, 2000).

2.2.3 Kerugian Tidak Sarapan Pagi

Seseorang tidak sarapan berarti perutnya dalam keadaan kosong

sejak makan malam sebelumnya sampai makan siang nantinya. Bila anak

sekolah yang tidak sarapan maka kadar gulanya akan menurun. Jika

kondisi ini terjadi, maka tubuh akan berusaha menaikkan kadar gula

darah dengan mengambil cadangan glikogen. Dalam keadaan seperti ini,


24

tubuh pasti tidak berada dalam kondisi yang baik untuk melakukan

pekerjaan yang baik(Khomsan, 2010).

Selain itu, bila tidak sarapan dapat menyebabkan konsentrasi

belajar berkurang, kecepatan bereaksi menurun tajam, sehingga

kemampuan memecahkan suatu masalah juga menjadi sangat menurun.

Dengan demikian prestasi belajar juga ikut menurun (Khomsan, 2010).

Kebiasaan tidak sarapan yang berlama-lama juga akan

mengakibatkan pemasukan gizi menjadi berkurang dan tidak seimbang

sehingga pertumbuhan anak menjadi terganggu. Dengan demikian

seorang anak yang biasa tidak sarapan dalam jangka waktu lama akan

berakibat buruk pada penampilan intelektualnya, prestasi di sekolah

menurun dan penampilan sosial menjadi terganggu (Khomsan, 2010).

2.3 Konsep Konsentrasi Belajar

2.3.1 Pengertian Konsentrasi Belajar

Hendrata (2008) berpendapat konsentrasi adalah sumber kekuatan

pikiran dan bekerja berdasarkan daya ingat dan lupa dimana pikiran tidak

dapat bekerja untuk lupa dan ingat dalam waktu bersamaan. Apabila

konsentrasi seseorang mulai lemah maka akan cenderung mudah

melupakan suatu hal dan sebaliknya apabila konsentrasi masih cukup kuat

maka akan dapat mengingat dalam waktu yang lama.

Konsentrasi belajar adalah pemusatan daya pikiran dan perbuatan

pada suatu objek yang dipelajari dengan menghalau atau menyisihkan


25

segala hal yang tidak ada hubungannya dengan objek yang dipelajari

(Surya, 2010). Proses pemusatan daya pikiran dan perbuatan tersebut

maksudnya adalah aktivitas berfikir dan tindakan untuk memberi

tanggapan-tanggapan yang lebih intensif terhadap pokus atau objek

tertentu. Fokus atau objek tertentu itu tentunya telah melalui tahapan

penyeleksian kualitas yang direncanakan. Prosedur tahapan penyeleksian

akan kualitas objek yang direncanakan tak lain adalah pengembangan

minat, motivasi dan perhatian pada objek belajar.

Menurut Surya (2010), penyebab- penyebab timbulnya kesulitan

konsentrasi belajar, antara lain :

1. Lemahnya minat dan motivasi pada pelajaran.

2. Perasaan gelisah, tertekan, marah, khawatir, takut, benci, dan dendam.

3. Suasana lingkungan belajar yang berisik dan berantakan.

4. Kondisi kesehatan jasmani.

5. Bersifat pasif dalam belajar.

6. Tidak memiliki kecakapan dalam cara-cara belajar yang baik.

Djamarah (2008) mengungkapkan bahwa konsentrasi adalah

pemusatan fungsi jiwa terhadap suatu objek seperti konsentrasi pikiran,

perhatian dan sebagainya. Dalam belajar dibutuhkan konsentrasi dalam

bentuk perhatian yang terpusat pada suatu pelajaran. Maka dari itu

konsentrasi merupakan salah satu aspek yang mendukung siswa untuk

mencapai prestasi yang baik dan apabila konsentrasi ini berkurang maka

dalam mengikuti pelajaran dikelas maupun belajar secara pribadi akan


26

terganggu. Berdasarkan beberapa pengertian konsentrasi belajar diatas

dapat disimpulkan bahwa konsentrasi belajar adalah pemusatan fungsi

jiwa dan pemikiran seseorang terhadap objek yang berkaitan dengan

belajar (penerimaan informasi tentang pelajaran) dimana konsentrasi

belajar ini sangat penting dalam proses pembelajaran karena merupakan

usaha dasar untuk dapat mencapai prestasi belajar yang lebih baik.

2.3.2 Cara Mengembangkan Kemampuan Konsentrasi Belajar

Menurut Slameto (2010) seseorang sering mengalami kesulitan

berkonsentrasi, yang disebabkan karena: kurang berminat terhadap mata

pelajaran yang dipelajari, terganggu oleh keadaan lingkungan (bising,

keadaan yang semrawut dan lain-lain), pikiran kacau/masalah-masalah

kesehatan yang terganggu (badan lemah), bosan terhadap

pelajaran/sekolah dan lain-lain.Aspek-aspek konsentrasi belajar menurut

Nugroho (2007) mengungkapkan aspek-aspek konsentrasi belajar sebagai

berikut :

a. Pemusatan pikiran : Suatu keadaan belajar yang membutuhkan

ketenangan, nyaman, perhatian seseorang dalam memahami isi

pelajaran yang dihadapi.

b. Motivasi : Keinginan atau dorongan yang terdapat dalam diri individu

untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik

dalam memenuhi kebutuhannya.


27

c. Rasa kuatir : Perasaan yang tidak tenang karena seseorang merasa

tidak optimal dalam melakukan pekerjaannya.

d. Perasaan tertekan : Perasaan seseorang yang bkan dari individu

melainkan dorongan / tuntutan dari orang lain maupun lingkungan.

e. Gangguan pemikiran : Hambatan seseorang yang berasal dari dalam

individu maupun orang sekitar. Misalnya : masalah ekonomi, keluarga,

masalah pribadi individu.

f. Gangguan kepanikan : Hambatan untuk berkonsentrasi dalam bentuk

rasa waswas menunggu hasil yang akan dilakuakan maupun yang

sudah dilakukan oleh orang tersebut.

g. Kesiapan belajar : Keadaan seseorang yang sudah siap akan menerima

pelajaran, sehingga individu dapat mengembangkan potensi yang

dimilikinya.

2.4 Faktor-Faktor Yang Mendukung Terjadinya Konsentrasi Belajar

Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya konsentrasi belajar,

yaitu faktor internal dan faktor eksternal meliputi :

Faktor internal antara lain :

1. Motivasi untuk belajar

Dimana motivasi adalah fase pertama dalam proses belajar.


28

2. Nutrisi

Nutrisi memegang peranan paking penting untuk meningkatkan

kemampuan konsentrasi belajar karena dalam proses berpikir otak

memerlukan energi untuk mengolah suatu masalah.

3. Keadaan Psikologi

Dimana dalam keadaan psikologi anak dapat dipengaruhi oleh

beberapa hal misalnya gangguan mental tertentu, masalah internal baik

dengan teman maupun dengan guru, adanya kecendrungan mudah gugup atau

grogi, dan penyakit gangguan konsentrasi atau Attention Deficite Hyperactive

Disorder (ADHD).

4. Keadaan Fisiologis

Terjadinya gangguan pada keadaan fisiologis anak seperti kualitas

tidur anak yang tidak baik, aktivitas fisik yang cukup padat, tidak dalam

pengaruh obat-obatan, tidak sakit.

Faktor eksternal menurut (Hakim, 2008) meliputi :

1. Suara

Keadaan lingkungan kelas yang bising atau sunyi akan

memepengaruhi konsentrasi anak dalam belajar.

2. Pencahayaan

Lingkungan ruang kelas yang gelap ataupun yang terlalu terang karena

sinar matahari.
29

3. Suhu

Dimana kondisi ruang kelas atau tempat belajar yang terlalu panas

akan memnyebabkan ketidaknyamanan.

4. Desain belajar

Kurang adanya variasi dalam metode pembelajaran seperti suasana

belajar yang monoton .

2.5 Langkah-Langkah Memiliki Konsentrasi Belajar Yang baik

Menurut Surya (2010), langkah-langkah agar anak dapat memiliki

konsentrasi belajar yang baik ialah :

a. Lingkungan belajar yang kondusif

Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal belajar haruslah

memerlukan lingkungan yang kondusif. Harus menyesuaikan dengan tempat

dan ruangan, bersih, teratur serta dalam suasana yang nyaman.

b. Menanamkan minat dan motivasi belajar

Dengan cara mengembangkan “imajinasi berfikir” serta “aktif bertanya”

untuk membangkitkan minat dan motivasi belajar maka ada beberapa yang

harus diketahui, diantaranya :

1. Apa yang akan dipelajari

2. Untuk apa mempelajari materi yang hendak dipelajari

3. Apa hubungan antara materi yang akan dipelajarai dengan kehidupan

sehari-hari
30

4. Bagaimana cara mempelajarinya

Dengan mengetahui keempat hal tersebut anak akan mudah dan

terarah untuk belajar dan lebih fokus pada mata pelajaran. Selanjutnya,

untuk membangkitkan intelektual dan emosional belajar anak, makan

perlu mengembangkan dan menbiasakan “berimajinasi dan berfikir”,

maksudnya adalah membiasakan berimajinasi dalam berfikir menjelajah

dengan berusaha membayangkan bentuk pelajaran yang dipelajari.

c. Cara belajar yang baik

Untuk memudahkan konsentrasi belajar, dibutuhkan panduan untuk

mengaktifkan cara berfikir, penyeleksian fokus masalah dan pengarahan rasa

ingin tahu. Cara belajar yang baik tetntu harus mengarah pada tujuan yang

hendak dicapai dan cara-cara menghidupkan serta mengembangkan rasa ingin

tahu anakm, hingga tuntas terhadap apa yang dipelajari.

d. Belajar aktif

Jika anak sulit berkonsentrasi dalam belajar disekolah atau sulit

mengerti mengenai apa yang dijelaskan oleh guru, maka diharapkan anak

harus dapat mengembangkan pola belajarnya dengan aktif belajar dan berani

mengungkapkan ketidaktahuan kepada guru atau teman dengan bertanya.

e. Refreshing

Saat anakm belajar sendiri dirumah dan menghadapi kesulitan (jalan

buntu) dalam mempelajari materi pelajaran, kadangkala menimbulkan rasa

jemu dan bosan untuk berfikir. Jika hal ini terjadi, maka jangan paksakan anak

untuk terus melanjutkan belajar. Orang tuan harus memberikan waktu luang
31

bagi anak untuk istirahat sejenak dengan mengalihkan perhatian pada hal

lainyang bersifat menyenangkan dan menyegarkan.

2.6 Cara Meningkatkan Konsentrasi Belajar

Menurut Mulyo (2008) , daya konsentrasi otak manusia dapat

ditingkatkan dengan mengkonsumsi makanan bergizi tinggi. Di alam ini sangat

banyak makanan dengan kualitas gizi yang baik yang dapat membantu

meningkatkan konsentrasi otak, meliputi :

1. Kafein

Meski tidak ada peluru ajaib yang bisa meningkatkan IQ atau

membuat kita lebih pintar, namun beberapa kandungan zat seperti kafein bisa

membuat tubuh lebih berenergi dan membantu fokus. Ditemukan dalam kopi,

cokelat, minuman energi dan beberapa jenis obat. Kafein bisa menbuat fikiran

lebih fokus meski efeknya jangka pendek.

2. Glukosa

Untuk bekerja otak memerlukan energi, sumber energi tersebut

diperoleh melalui glukosa yang berqda dalam darah. Glukosa merupakan

salah satu hasil perombakan karbohidrat dalam makanan melalui proses

pencernaan. Selain glukosa sebagai sumber energi, otak juga memerlukan

asam amino serta vitamin dan mineral.

3. Sarapan

Penelitian menunjukkan orang yang ruti sarapan pagi akan memiliki

memori jangka pendek dan atensi yang lebih baik. Pelajar yang selalu
32

melakukan sarapan memiliki nilai ujian yang lebih baik dibandingkan yang

melewatkan makan pagi. Jika waktu menjadi kendala intuk sarapan, kita bisa

mengakali dengan menyiapkan menu makanan yang praktis tetapi

mengandung semua unsur gizi yqng diperkukan tubuh. Misalnya sandwich

berisi sayuran dan keju atau oatmeal.

4. Ikan

Sebagai sumber protei yang berkaitan dengan peningkatan daya ingat

adalah ikan yang kaya akan asam lemak omega 3. Diet tinggi omega 3 juga

terbukti menurunkan resiko demensia dan stroke.

5. Kacang-kacangan

Merupakan sumber terbaik antioksidan vitamin E, yang terbukti

bermanfaat untuk mencegah penurunan kemampuan kognitif diusia lanjut.

Cokelat hitam juga menganfung antioksidan dan stimulan alami seperti kafein

sehingga bisa membantu meningkatkan fokus dan konsentrasi.

6. Alpukat dan serelia

Mengkonsumsi serelia utuh dan buah seperti alpukat dapat

mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler dan menurunkankolesterol jahat.

Menurunnya resiko terjadinya timbunana plak di pembuluh darah akan

meningkatkan sirkulasi darah terutama ke otak.

7. Blueberry

Penelitian terhadap hewan percobaan menunjukkan bluberry

membantu melindungi otak dari stress oksidatif dan menurunkan resiko

penyakit akibat penuaan seperti demensia dan alzheimer. Studi juga


33

menunjukkan pola makan tinggi bluberry secara signifikan meningkatkan

kapasitas berfikir dan kemampuan motorik.

2.7 Hubungan Sarapan Pagi Dengan Konsentrasi Belajar

Anak-anak yang tidak sarapan pagi akan mengalami gangguan fisik

terutama kekurangan energi untuk beraktifitas. Dampak lain juga akan dirasakan

pada proses belajar mengajar yaitu anak menjadi kurang konsentrasi, mudah

lelah, mudah mengantuk dan gangguan fisik lainnya. Anak-anak yang melakukan

sarapan pagi memiliki performa yang lebih baik dalam perkembangan kognitif di

sekolah dibandingkan mereka yang tidak melakukan sarapan pagi (Ahmad dkk,

2011).

Sarapan pagi sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang dewasa,

sarapan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan

tubuh saat bekerjadan meningkatkan produktifitas kerja. Bagi anak sekolah,

sarapan pagi dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan

penyerapan pelajaran sehingga prestasi belajar lebih baik (Khomsan, 2010).

Hal ini sejalan dengan penelitian Kleinman (2013) dengan judul

“Hubungan Kebiasaan Sarapan Dan Kebiasaan Jajan Dengan Status Gizi Anak

Sekolah Dasar Di Kecamatan Pedurungan Kota Semarang” menyatakan bahwa

sarapan merupakan bagian dari kegiatan yang harus dipenuhi. Anak yang tidak

melakukan sarapan pagi cenderung tidak konsentrasi dalam belajar. Anak usia

sekolah dasar (SD), yang dikategorikan masih dalam taraf perkembangan dan

pertumbuhan, sangat memerlukan makan pagi atau sarapan mutlak untuk


34

menunjang aktivitasnya. Saat di jam-jam belajar di sekolah, energi yang

diperlukan untuk belajar sangat bergantung dari asupan gizi yang diperoleh dari

makanan yang dimakan. Apabila anak melakukan sarapan pagi, maka energi

yang dibutuhkan untuk berpikir tidak mendukung, dampaknya anak tidak

konsentrasi untuk belajar karena perut kosong sehingga berpengaruh terhadap

hasil belajarnya.

Seseorang sering mengalami kesulitan berkonsentrasi, hal ini disebabkan

karena: kurang berminat terhadap mata pelajaran yang dipelajari, terganggu oleh

keadaan lingkungan (bising, keadaan yang semrawut dan lain-lain), pikiran

kacau/masalah-masalah kesehatan yang terganggu (badan lemah), bosan terhadap

pelajaran/sekolah dan lain-lain (Slameto, 2010).

Konsentrasi belajar yang baik dapat memengaruhi prestasi belajar,

menunjukkan bahwa prestasi belajar adalah pencapaian atau kecakapan yang

dinampakkan dalam keahlian atau kumpulan pengetahuan. Prestasi di kelas

menghasilkan perubahan yang dinyatakan dalam bentuk simbol untuk

menunjukkan kemampuan pencapaian dalam hasil kerja dalam waktu tertentu

(Hengkiriawan, 2008).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Junaidi (2010)

dengan judul “Korelasi Perilaku Makan Dan Status Gizi Terhadap Prestasi

Belajar Siswa Program Akselerasi Di SMP” menyatakan bahwa konsentrasi

siswa tidak akan terganggu jika dia rutin sarapan pagi. Konsentrasi adalah

sumber kekuatan pikiran dan bekerja berdasarkan daya ingat dan lupa dimana

pikiran tidak dapat bekerja untuk lupa dan ingat dalam waktu bersamaan.
35

Apabila konsentrasi seseorang mulai lemah maka akan cenderung mudah

melupakan suatu hal dan sebaliknya apabila konsentrasi masih cukup kuat maka

akan dapat mengingat dalam waktu yang lama. Apabila anak selalu sarapan pagi

secara teratur dengan gizi seimbang, maka tubuh akan menjadi sehat, dan

konsentrasi dalam belajarnya meningkat, sehingga akan memperoleh prestasi

belajar yang lebih baik.

Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan kebiasaan sarapan pagi

dengan .Sarapan yang dimaksud disini tentunya asupan gizi yang dikonsumsi

memenuhi keperluan untuk hidup sehat. Makanan yang memenuhi untuk hidup

sehat adalah makanan yang bergizi. Makanan bergizi adalah makanan yang

mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh untuk memenuhi hidup sehat.

Gizi mengandung zat-zat makanan yang berguna bagi kesehatan. Maka anak

yang kurang gizi mudah lelah, tidak mampu berpikir, dan tidak berkonsentrasi

penuh dalam belajar (Kedaton, Zayadan, 2008).

Anda mungkin juga menyukai