Anda di halaman 1dari 7

PROPOSAL

HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN KONSENTRASI BELAJAR


SISWA KELAS 4-5 MI NEGERI 2 BANYUWANGI KECAMATAN SONGGON
KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2019

Oleh :

FARIKA HARYANTI

2015.02.065

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

BANYUWANGI

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada umumnya, anak sekolah tidak hanya sibuk pada aktivitas di sekolahnya tetapi juga
penuh dengan kegiatan ekstrakulikuler. Untuk menjaga staminanya, anak perlu ditunjang
dengan pangan dan gizi yang cukup dan berkualitas. Sarapan pagi menjadi sarana utama dari
segi gizi untuk memenuhi kebutuhan energi (Nasir, 2010).

Kebiasaan makan pagi termasuk dalam salah satu tiga belas pesan dasar gizi seimbang.
Bagi pelajar sarapan yang cukup, terbukti dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan stamina
sehingga meningkatkan prestasi belajar. Bagi remaja dan orang dewasa sarapan yang cukup
terbukti dapat mencegah kegemukan. Membiasakan sarapan juga berarti membiasakan disiplin
bangun pagi dan beraktivitas pagi dan mencegah dari makan berlebihan di kala makan kudapan
atau makan siang (Depkes, 2014).

Sarapan penting bagi setiap anak untuk mengawali aktivitas sepanjang hari. Sarapan
adalah kegiatan makan dan minum yang dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9
(Hardinsyah, 2012). Menurut Hardinsyah dalam Imam Firmansyah (Sindonews.com, 2015)
mengatakan bahwa sarapan yang sehat harus mencakup 4 hal. Pertama adalah jenisnya,
terutama untuk makanan dan minuman. Kedua, tercukupinya kebutuhan gizi 15-30% dari
kebutuhan harian. Ketiga makanan harus aman dan terbebas dari berbagai pencemaran dan
yang terakhir adalah waktu. Sarapan dibutuhkan untuk mengisi lambung yang telah kosong
selama 8-10 jam dan bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan konsentrasi belajar dan
kemampuan fisik (Martianti, 2006 dalam Ratna Juwita, 2015). Sarapan bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan zat gizi di pagi hari, sebagai bagian dari pemenuhan gizi seimbang dan
bermanfaat dalam mencegah hipoglikemia, menstabilkan kadar glukosa darah, dan mencegah
dehidrasi setelah berpuasa sepanjang malam (Gibson & Gunn, 2011 dalam Hardinsyah, 2013).

Kebiasaan sarapan menjadi masalah pada masa anak dan remaja. Beradasarkan hasil
survei konsumsi pangan pada Riskesdas (2010), bahwa masih banyak anak yang tidak terbiasa
sarapan sehat. Berdasarkan analisis dari survei dapat diketahui bahwa dari 35.000 orang anak
usia sekolah sekitar 26,1% sarapan hanya dengan air minum dan 44,6% memperoleh asupan
energi kurang dari 15% kebutuhan gizi per hari. Pada hasil riset Nestle Indonesia (2012), 4 dari
10 anak Indonesia mengonsumsi sarapan tidak bergizi dan menurut Hardinsyah (2015), 7 dari
10 anak Indonesia kekurangan gizi sarapan. Hal ini terjadi karena pemilihan makanan dan
minuman untuk sarapan tidak memenuhi standart gizi yang baik (Sari, Ratna Juwita:2015).
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Soepardi(2009) yaitu 77,6% anak melakukan
kebiasaan sarapan pagi dan 22,4% anak tidak memiliki kebiasaan sarapan pagi. Hardinsyah
(2013), menyatakan bahwa 10,6% dari sarapan anak yang mencukupi asupan energi kurang.
Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan peneliti di SD Muhammadiyah Ponorogo pada
10 siswa didapatkan hasil 5 siswa selalu sarapan pagi, 2 siswa jarang sarapan pagi dan 3 siswa
tidak sarapan pagi.

Berdasarkan rekomendasi WHO, sarapan yang baik dan memenuhi kriteria gizi adalah
sarapan yang menyuplai karbohidrat (55-65%), protein (12-15%), lemak (24-30%).Jumlah energi
yang harus terpenuhi dalam sarapan yaitu sekitar 370-555 kkal dan protein sekitar 9,8-14,7
gram. Sarapan memberi modal energi pada kita untuk beraktivitas sepanjang hari. Sebenarnya
selain memberi energi pada tubuh, sarapan juga memiliki manfaat lain yang tak kalah penting
yaitu meningkatkan konsentrasi yang fokus dan fisik yang prima sebagai penunjang karir yang
kita lakoni. Berbagai penelitian membuktikan bahwa makan pagi berpengaruh pada prestasi
belajar anak. Anak yang tidak makan pagi, kurang dapat mengerjakan tugas di kelas yang
memerlukan konsentrasi. Mereka umumnya mempunyai nilai hasil ujian yang lebih rendah,
mempunyai daya ingat yang terbatas dan sering absen.

Sarapan akan berpengaruh pada kadar gula dalam darah yang semakin meningkat.
Keadaan ini ada hubungannya dengan kerja otak terutama konsentrasi belajar pada pagi hari.
Seorang ilmuwan mengatakan sarapan pagi merupakan makanan khusus untuk otak, hal ini
didukung dari sebuah penelitian yang menunjukkan bahwa sarapan berhubungan erat dengan
kecerdasan mental,dalam artian, sarapan memberikan nilai positif terhadap aktivitas otak, otak
menjadi lebih cerdas, peka dan lebih mudah untuk menerima pelajaran. Bila terjadi
keterlambatan masukan zat gizi (asupan gula ke dalam sel darah) maka dapat menurunkan daya
konsentrasi anak sewaktu belajar yang timbul karena rasa malas, lemas, lesu dan pusing juga
mengantuk yang nantinya berujung penurunan prestasi anak. Sarapan terbukti dapat
meningkatkan kemampuan belajar dan stamina anak (Gibson & Gunn, 2011).

Sarapan pagi memberikan kontribusi yang penting terhadap total asupan gizi sehari.
Sarapan pagi akan menyumbangkan sekitar 25% dari total asupan gizi sehari. Ini jumlah yang
cukup signifikan. Jika kecukupan energi dan protein dalam sehari adalah 2000 Kkal dan 50 g,
maka sarapan pagi menyumbangkan 500 Kkal energi dan 12,5 g protein. Anak yang tidak makan
pagi, kurang dapat mengerjakan tugas di kelas yang memerlukan konsentrasi, sering
mempunyai nilai hasil ujian yang rendah, mempunyai daya ingat yang terbatas, dan sering
absen (Muchtar, Julia and Gamayanti, 2011).

Menurut Soepardi (2009) alasan orang tua yang melatar belakangi kebiasaan anak untuk
sarapan pagi adalah keinginan untuk membantu kecerdasan anak (77,2%) sedangkan yang tidak
sarapan pagi sebesar (52,4%) adalah faktor selera makan anak. Dalam survei yang di lakukan
oleh Ratna Juwita (2015), alasan murid tidak sarapan adalah karena tidak sempat (57,1%), tidak
ada yang menyiapkan (28,6%) dan tidak lapar atau tidak selera makan (14,3%). Kebiasaan tidak
sarapan beresiko meningkatkan lingkar pinggang, kadar kolesterol darah, dan kadar kolesterol
jahat atau LDL (Smith et al. 2010 dalam Hardinsyah,2013). Anak yang tidak sarapan akan
mengalami kekurangan energi dan motivasi untuk beraktivitas selain itu kekurangan gizi dan
kekurangan zat mikro dapat memberikan dampak terhadap keadaan fisik, mental, kesehatan
dan menurunkan fungsi kognitif (Mhurchu et al. 2010 dalam Hardinsyah,2013).

Kebiasaan tidak sarapan pagi yang tidak teratur juga akan mengakibatkaan pemasukan
gizi menjadi berkurang dan tidak seimbang sehingga pertumbuhan anak menjadi terganggu.
Dengan demikian anak yang biasa tidak sarapan pagi dalam jangka waktu lama akan berakibat
buruk pada penampilan intelektualnya, prestasi disekolah menurun dan penampilan sosial
menjadi terganggu (Khomsan,2010 dalam Silalahi 2011). Melewatkan waktu sarapan berarti
terjadi keterlambatan asupan zat gizi (asupan gula ke dalam sel darah) sehingga dapat
menurunkan daya konsentrasi anak sewaktu belajar yang timbul karena rasa malas, lemas, lesu,
pusing, serta mengantuk yang nantinya dapat menimbulkan anemia pada anak-anak. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan sarapan dan status anemia berpengaruh terhadap
daya konsentrasi anak sehingga akan memengaruhi prestasi belajarnya (Jalal & Sumali 2000
dalam Sofianita 2012).

Perkembangan intelektual anak dimulai ketika anak sudah dapat berfikir atau mencapai
hubungan antar kesan secara logis serta membuat keputusan tentang apa yang dihubungkan
secara logis, Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar terjadi pada umur 11-13 tahun yang biasanya
duduk di kelas 4-6, anak akan mampu untuk berkonsentrasi secara lebih matang dan dapat
berfikir secara kongkret (Djamarah, 2011).

Konsentrasi belajar adalah memusatkan pikiran pada suatu hal yang sedang dipelajari
dengan menyampingkan hal-hal lain yang tidak berhubungan. Siswa yang berkonsentrasi dapat
dilihat dari tingkah lakunya ketika proses belajar mengajar (Slameto 2010). Konsentrasi belajar
dapat mempengaruhi daya serap pada siswa, dalam hal ini konsentrasi belajar erat kaitannya
dengan ingatan atau memori pada siswa dan memegang peranan penting bagi siswa untuk
mengingat, merekam, melanjutkan, dan mengembangkan materi pelajaran yang disampaikan
saat proses pembelajaran di kelas (Syah 2014).

Menurut Elizabeth Somer, 9 dari 10 anak yang tidak sarapan akan merasa lelah dan sulit
untuk berkonsentrasi pada sore harinya, penelitian Welsh bahwa anak yang tidak sarapan pagi
akan mudah terkena flu, sedangkan New York University menemukan bahwa anak yang
mempunyai kebiasaan sarapan pagi secara umum akan lebih sehat (WHO, 2009). Mengingat
adanya masalah-masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Konsentrasi Belajar Siswa Kelas 4-5 MI Negeri
2 Banyuwangi Kecamatan Songgon Kabupaten Banyuwangi tahun 2019”.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan diatas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut.

Adakah Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Konsentrasi Belajar Siswa Kelas 4-5 MI
Negeri 2 Banyuwangi Kecamatan Songgon Kabupaten Banyuwangi Tahun 2019 ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui apakah ada hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan konsentrasi
belajar siswa kelas 4-5 MI Negeri 2 Banyuwangi Kecamatan Songgon Kabupaten Banyuwangi
Tahun 2019.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi Kebiasaan Sarapan Pagi Siswa kelas 4-5 MI Negeri 2 Banyuwangi


Kecamatan Songgon Kabupaten Banyuwangi Tahun 2019.

2. Mengidentifikasi Tingkat Konsentrasi Siswa kelas 4-5 MI Negeri 2 Banyuwangi Kecamatan


Songgon Kabupaten Banyuwangi Tahun 2019.

3. Menganalisis Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Konsentrasi Siswa kelas 4-5 MI
Negeri 2. Banyuwangi Kecamatan Songgon Kabupaten Banyuwangi Tahun 2019.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk membuka wawasan baru
tentang Hubungan Sarapan Pagi sehubungan dengan hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan
konsentrasi belajar siswa sekolah dasar.
1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Bagi Responden

Diharapkan agar penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagj anak sekolah
untuk lebih memperhatikan kebiasaan sarapan pagi.

1.4.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan agar bisa di jadikan referensi bagi penelitian selanjutnya dalam meneliti
masalah kebiasaan sarapan anak sekolah dan konsentrasi belajar.

1.4.2.3 Bagi Profesi Kesehatan

Diharapkan penelitian ini sebagai salah satu masukan bagi profesi keperawatan dan
dapat dijadikan acuan bagi perawat dalam memberikan penyuluhan.

1.4.2.4 Bagi Tempat Penelitian

Sebagai bahan masukan bagi para pendidik (guru) untuk memperhatikan para siswa
supaya lebih dalam berkonsentrasi terhadap pelajaran yang diberikan.

1.4.2.5 Bagi Orang tua

Sebagai bahan informasi kepada orang tua tentang program perbaikan gizi di sekolah
dan diharapkan orang tua siswa dapat berpartisipasi misal dalam penyediaan makanan untuk
sarapan pagi anak.

Anda mungkin juga menyukai