Anda di halaman 1dari 5

Faringitis

Definisi

Faringitis adalah inflamasi atau infeksi dari membran mukosa faring atau dapat juga tonsilopalatina.
Faringitis akut biasanya merupakan bagian dari infeksi akut orofaring yaitu tonsilofaringitis akut atau
bagian dari influenza (rinofaringitis) (Departemen Kesehatan, 2007). Faringitis akut adalah infeksi pada
faring yang disebabkan oleh virus atau bakteri, yang ditandai oleh adanya nyeri tenggorokan, faring
eksudat dan hiperemis, demam, pembesaran kelenjar getah bening leher dan malaise (Vincent, 2004).

Klasifikasi Faringitis

Faringitis Akut

 Faringitis viral
Dapat disebabkan oleh Rinovirus, Adenovirus, Epstein Barr Virus (EBV), Virus influenza,
Coxsachievirus, Cytomegalovirus dan lain-lain. Gejala dan tanda biasanya terdapat demam
disertai rinorea, mual, nyeri tenggorok, sulit menelan. Pada pemeriksaan tampak faring dan
tonsil hiperemis. Virus influenza, Coxsachievirus dan Cytomegalovirus tidak menghasilkan
eksudat. Coxsachievirus dapat menimbulkan lesi vesikular di orofaring dan lesi kulit berupa
maculopapular rash. Pada adenovirus juga menimbulkan gejala konjungtivitis terutama pada
anak. Epstein bar virus menyebabkan faringitis yang disertai produksi eksudat pada faring yang
banyak. Terdapat pembesaran kelenjar limfa di seluruh tubuh terutama retroservikal dan
hepatosplenomegali. Faringitis yang disebabkan HIV-1 menimbulkan keluhan nyeri tenggorok,
nyeri menelan, mual dan demam. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis, terdapat eksudat,
limfadenopati akut di leher dan pasien tampak lemah.
 Faringitis fungal
Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring. Gejala dan tanda biasanya terdapat
keluhan nyeri tenggorok dan nyeri menelan. Pada pemeriksaan tampak plak putih di orofaring
dan mukosa faring lainnya hiperemis. Pembiakan jamur ini dilakukan dalam agar sabouroud
dextrosa.
 Faringitis gonorea
Hanya terdapat pada pasien yang melakukan kontak orogenital

Faringitis Kronik

 Faringitis kronik hiperplastik


Pada faringitis kronik hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding posterior faring. Tampak
kelenjar limfa di bawah mukosa faring dan lateral hiperplasi. Pada pemeriksaan tampak mukosa
dinding posterior tidak rata, bergranular. Gejala dan tanda biasanya pasien mengeluh mula-mula
tenggorok kering dan gatal dan akhirnya batuk yang bereak.
 Faringitis kronik atrofi
Faringitis kronik atrofi sering timbul bersamaan dengan rhinitis atrofi. Pada rhinitis atrofi, udara
pernafasan tidak diatur suhu serta kelembapannya sehingga menimbulkan rangsangan serta
infeksi pada faring. Gejala dan tanda biasanya pasien mengeluhkan tenggorokan kering dan
tebal serta mulut berbau. Pada pemeriksaan tampak mukosa faring ditutupi oleh lendir yang
kental dan bila diangkat tampak mukosa kering

Pemeriksaan Fisik

 Faringitis viral, pada pemeriksaan tampak faring dan tonsil hiperemis, eksudat (virus influenza,
coxsachievirus, cytomegalovirus tidak menghasilkan eksudat). Pada coxsachievirus dapat
menimbulkan lesi vesikular di orofaring dan lesi kulit berupa maculopapular rash.
 Faringitis bakterial, pada pemeriksaan tampak tonsil membesar, faring dan tonsil hiperemis dan
terdapat eksudat dipermukaannya. Beberapa hari kemudian timbul bercak petechiae pada
palatum dan faring. Kadang ditemukan kelenjar limfa leher anterior membesar, kenyal dan nyeri
pada penekanan.
 Faringitis fungal, pada pemeriksaan tampak plak putih di orofaring dan pangkal lidah, sedangkan
mukosa faring lainnya hiperemis.
 Faringitis kronik hiperplastik, pada pemeriksaan tampak kelenjar limfa di bawah mukosa faring
dan lateral hiperplasi. Pada pemeriksaan tampak mukosa dinding posterior tidak rata dan
bergranular (cobble stone).
 Faringitis kronik atrofi, pada pemeriksaan tampak mukosa faring ditutupi oleh lendir yang kental
dan bila diangkat tampak mukosa kering.
 Faringitis tuberkulosis, pada pemeriksaan tampak granuloma perkijuan pada mukosa faring dan
laring.
 Faringitis luetika tergantung stadium penyakit
- Stadium primer Pada lidah palatum mole, tonsil dan dinding posterior faring berbentuk
bercak keputihan. Bila infeksi berlanjut timbul ulkus pada daerah faring seperti ulkus pada
genitalia yaitu tidak nyeri. Juga didapatkan pembesaran kelenjar mandibular
- Stadium sekunder Stadium ini jarang ditemukan. Pada dinding faring terdapat eritema yang
menjalar ke arah laring.
- Stadium tersier Terdapat guma. Predileksi pada tonsil dan palatum (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2014).

Tonsillitis

Menurut Soepardi (2007) macam-macam tonsilitis yaitu :

Tonsillitis akut

 Tonsilitis viral Gejala tonsilitis viral lebih menyerupai commond cold yang disertai rasa nyeri
tenggorok. Virus Epstein Barr adalah penyebab paling sering. Hemofilus influenzae merupakan
penyebab tonsilitis akut supuratif. Jika terjadi infeksi virus coxschakie, maka pada pemeriksaan
rongga mulut akan tampak luka-luka kecil pada palatum dan tonsil yang sangat nyeri dirasakan
klien.
 Tonsilitis bakterial Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A Streptokokus, β
hemolitikus yang dikenal sebagai strep throat, pneumokokus, Streptokokus viridan,
Streptokokus piogenes. Infiltrasi bakteri pada lapisan epitel jaringan tonsil akan menimbulkan
reaksi radang berupa keluarnya leukosit polimorfonuklear sehingga terbentuk detritus. Bentuk
tonsilitis akut dengan detritus yang jelas disebut tonsilitis folikularis. Bila bercak-bercak detritus
ini menjadi satu, membentuk alur-alur maka akan terjadi tonsilitis lakunaris.

. Tonsilitis Membranosa

 Tonsilitis difteri merupakan tonsilitis yang disebabkan kuman Coryne bacterium diphteriae.
Penularannya melalui udara, benda atau makanan yang terkontaminasi. Tonsilitis difteri sering
ditemukan pada anak-anak berusia kurang dari 10 tahun frekuensi tertinggi pada usia 2 sampai 5
tahun.
 Penyakit kelainan darah Tidak jarang tanda leukemia akut, angina agranulositosis dan infeksi
mononukleosis timbul di faring atau tonsil yang tertutup membran semu. Gejala pertama sering
berupa epistaksis, perdarahan di mukosa mulut, gusi dan di bawah kulit sehingga kulit tampak
bercak kebiruan.
 Tonsilitis kronik timbul karena rangsangan yang menahun dari rokok, beberapa jenis makanan,
hygiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik dan pengobatan tonsilitis akut yang
tidak adekuat.

Manifestasi klinik

Tanda dan gejala tonsilitis seperti demam mendadak, nyeri tenggorokan, ngorok, dan kesulitan
menelan (Smeltzer, 2001). Sedangkan menurut Mansjoer (2000) adalah suhu tubuh naik sampai 40◦C,
rasa gatal atau kering di tenggorokan, lesu, nyeri sendi, odinofagia (nyeri menelan), anoreksia, dan
otalgia (nyeri telinga). Bila laring terkena suara akan menjadi serak. Pada pemeriksaan tampak faring
hiperemisis, tonsil membengkak, hiperemisis

Komplikasi

 Abses peritonsil Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini
terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh streptococcus group A
(Soepardi, 2007)
 Otitis media akut Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi)
dan dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur spontan gendang
telinga (Soepardi, 2007)
 Sinusitis Merupakan suatu penyakit inflamasi atau peradangan pada satu atau lebih dari sinus
paranasal. Sinus adalah merupakan suatu rongga atau ruangan berisi udara dari dinding yang
terdiri dari membran mukosa (Reeves, 2001)
Penatalaksaan

Penatalaksanaan tonsilitis akut :

a. Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur atau obat isap dengan
desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin atau klidomisin.

b. Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, kortikosteroid untuk mengurangi edema
pada laring dan obat simptomatik

c. Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari komplikasi kantung selama 2 sampai
3 minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3 kali negatif.

d. Pemberian antipiretik

Penatalaksanaan tonsillitis kronik

a. Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur atau hisap.

b. Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi konservatif tidak berhasil

Penatalaksanaan pasien tonsilitis secara umum

1. Jika penyebab bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut) selama 10 hari, jika mengalami
kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan.

2. Pengangkatan tonsil (Tonsilektomi) dilakukan jika:

a. Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih / tahun.

b. Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2 tahun.

c. Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3 tahun.

d. Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.

Polip nasal

Polip hidung merupakan penyakit multifaktorial, mulai dari infeksi, inflamasi non infeksi, kelainan
anatomis, serta abnormalitas genetik. Banyak teori yang mengarahkan polip ini sebagai manifestasi dari
inflamasi kronis, oleh karena itu, tiap kondisi yang menyebabkan adanya inflamasi kronis pada rongga
hidung dapat menjadi faktor predisposisi polip. Kondisi-kondisi ini seperti rinitis alergi ataupun non
alergi, sinusitis, intoleransi aspirin, asma, Churg-strauss syndrome, cystic fibrosis, katagener syndrome,
dan Young syndrome (Ahmad et al., 2012; Kirtsreesakul, 2005; Soepardi dkk., 2007).
Gejala Klinik

Umumnya gejala klinik polip nasi adalah obstruksi hidung yang menetap, hidung yang berair terus
menerus, penciuman berkurang, sakit kepala, post nasal drip bersin, epistaksis, mendengkur, tetapi
dapat tanpa gejala.9 Keluhan anosmia dan hiposmia menyusul berkurangnya rasa juga ditemukan. Polip
nasi dapat menutup ostia dari sinus sehingga menjadi faktor predisposisi terjadinya infeksi pada sinus.
keadaan patologik lain seperti inverted papilloma, polip nasi ini tidak sensitif dan jarang berdarah.
Karakteristik polip nasi adalah epitel kolumnar bersilia, penebalan membran basal, stroma edem, tidak
ada pembuluh darah, infiltrasi sel plasma dan eosinophil ditemukan dalam 85% polip nasi, dengan sel
neutrophil tetap predominan.

Pengobatan

Pengobatan polip nasi meliputi kombinasi dari observasi, medikal, dan operasi. Umumnya, pengobatan
medikal telah diberikan di primer care sebelum dikonsulkan ke spesialis THT. Tujuan pengobatan adalah
untuk menyingkirkan atau mengecilkan dengan signifikan ukuran polip nasi yang mengakibakan
obstruksi hidung, memerbaiki drainase sinus serta memerbaiki penciuman dan pengecapan.

 Pengobatan Medikal Kortikosteroid lokal merupakan drug of choice yang dapat mengurangi
ukuran polip dan memerbaiki pernapasan serta mencegah kekambuhan. dapat memengaruhi
fungsi eosinofil dengan langsung mengurangi daya hidup eosinophil dan fungsinya, atau tidak
langsung dengan mengurangi sekresi chemotactic cytokines oleh mukosa hidung dan sel epitel
polip Pemakaian glukokortikoid harus hati - hati pada pasien dengan diabetes, hipertensi yang
tidak terkontrol, dan penyakit ulkus peptikus. Pengobatan dimulai dengan topikal nasal steroid
bersama pengobatan penyakit yang menyertai atau alergi. Topikal nasal steroid bisa dengan
semprot atau tetes.
 Operasi pengangkatan polip nasi dicadangkan untuk kasus yang berulang dengan pengobatan
medikal. Pasca-operasi, cuci hidung dangan larutan NaCl sangat penting, hal ini untuk mencegah
terjadinya krusta dan perlengketan. Steroid topikal merupakan hal yang rutin dilakukan setelah
operasi untuk mencegah kekambuhan. Pilihan jenis operasi yang dilakukan tergantung dari
beratnya keadaan poliposis dan juga tergantung pengalaman operator, dan filosofinya. Dapat
dilakukan polipektomi, radikal atau fungsional.

Laryngitis

Anda mungkin juga menyukai