Anda di halaman 1dari 8

MODUL 6

Gizi Klinik
SKENARIO 6 :
ANOREKSIA

Tn.W,54 tahun demam tinggi selama 7 hari disertai menggigil. Istrinya yang setia merawat Tn.
Andi dengan memberikan ramuan menurut cara tradisional. Sejak demam, Tn. W kehilangan nafsu
makan sehingga tidak mampu menghabiskan makanan yang disajikan istrinya. Kedatangan anaknya yang
tertua, seorang mahasiswi di ibukota propinsi, memaksa Tn.W untuk dibawa ke puskesmas rawatan di
ibukota kecamatan.
Dokter Puskesmas memutuskan Tn. W untuk dirawat inap oleh karena demam tinggi dan berat badan Tn.
W telah turun lebih dari 10% dan Tn. W dapat dikategorikan gizi kurang Berdasarkan Indeks Massa
Tubuhnya. Oleh karena mengalami anoreksia dokter memutuskan memberikan dukungan nutrisi lewat
enteral dan parenteral. Untuk mencapai realimentasi Tn W, Dokter segera menghitung kebutuhan kalori
dan zat gizi secara cermat. Tn. W dirawat di ruangan dimana sudah ada seorang pasien yang telah di
rawat selama 1 bulan dengan kasus yang sama dan telah mengalami perbaikan
Bagaimana anda menjelaskan kebutuhan kalori dan zat gizi Tn. W

JUMP 1 - Terminologi
1. Anoreksia : gangguan makan yang menyebabbkan orang obesesi dengan bb dan yang di
konsumsinya
2. Nutrisi enteral : pemberian asupan nutrisi ke saluran cerna dengan alat tertentu langsung ke
saluran cerna
3. Nutrisi parenteral : pemberian nutrisi melaui pada tanpa saluran cerna
4. Zat gizi adalah zat yang dapat digunakan untuk mempertahankan,metabolisme tubuhnya
JUMP 2 – Rumusan masalah
1. Bagaimana hubungan demam dengan kehilangan nafsu makan
2. Adakaha hub usia dan demam tuan w
3. Bagaimana dokter menghitung kebutuhan kalori
4. Mengapa sejak demam tidak nafsu makan
5. Bagaimana klasifikasi status gizi dewasa
6. Bagaimana pemberian dan indikasi enteral
7. Gejala dari anoreksia
8. Keuntungan nutrisi enteral
9. Apa kontraindikasi parenteral
10. Bagaiman akateori gejala dan kategori lanjutan dr anoreksia
11. Bagaiman jalur pemberian nutrisi enteral dan parenteral
12. Dx tuan W
JUMP 3 – Hipotesa
1. Dipengaruhi
Hormon leptin
Sitokin
Penyakit kronis
Rutinitas konsumsi makanan
Hormon leptin untuk kasih tau kalo kenyang,kalo demam ada inflamasi dikeluerin in 1 dan tn
f alfa berinteraksi,leptin sangat tinggi ddi pd beri sinyal di otak,kenyang terus jadinya
2. Penyebab demam infeksi mikroba respon imun nya buat set poin di hipotalamus meningkat,
3. Bmr :energi yang dibutuhkan saaat istirahat dan aktivitas dihitung berdasarkan bb
,jeniskelamin dan aktivitas,
Hitung kebutuhan kalori :
Tee :total pengeluaran energi sehari hari laki
4. Dipengaruhi psikologis dan kondisi stress
Pengaruh hormon leptin yang memberi sinyal selalu kenyang,pengaruh sosial,rutinitas dalam
konsumsi makanan,kehamilan awal akibat pengaruh hormonal.

5. Klasifikasi status gizi dewasa:


Dengann BMI :
A. Healthy 18,5 -24,9
B. Mild 17-18,5
C. Moderate 16-17
D. Severe 15-16
E. < 15 ekstrim
6. a. Malnutrisi berat
b. kalainan saluran cerna
c. kebutuhan jika oral tidak mencukupi nutrisi
d.setelah pembedahan
e. pasien yang tidak mau makan
7. Anoreksia takut kelebihan bb,bb turun lebih dari 85 % dari normal ada 2 tip restricting atau
memotong makanan menjadi kecil kecil dan purge atau memuntahkan makannan yang sudah
dimakan.
Gejala dapat berupa :
1. Bb yang turun drastis
2. Otot diafragma melemah
3. Kekurangan kreain
4. Hipotensi
5. Bradikardi
6. Protein rendah
7. Edema tungkai
8. Elektrolit rendah
9. Perempuan bisa amenorhae
10. Konstpasi
11. Kulit kerinng rambut mudah rontok pada kepala
12. Ensefalitis

8. –sesuai dengan sistem pencernaan


-efektif memenuhi nutrisi
-mudah
-murah
-dapat mencegah retriksi usus
9. Komolikasi enteral dan parenteral
-pemasangan kateter yang mengalami kesalahan
-infeksi saluran cerna
-infeksi nosokomial
-hiperglikemia
-hematothoraks
10. Diagnosis Anoreksia

Gangguan makan anoreksia dialami oleh seseorang bila gejala yang terdapat dalam Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders 5th Edition (DSM-5) terpenuhi. Gejala-gejala tersebut yaitu:

 Melakukan restriksi terhadap makanan yang menimbulkan terjadinya penurunan berat badan yang
signifikan.
 Ketakutan berlebihan akan kegemukan meskipun berat badan sudah kurang dari normal.
 Gangguan persepsi mengenai tubuhnya (merasa tubuhnya sangat gemuk padahal kenyataannya
sudah sangat kurus).

Bila gangguan ini sudah berlangsung sejak lama, dokter juga perlu meminta penderita anoreksia untuk
melakukan pemeriksaan darah. Pemeriksaan darah ini diperlukan untuk melihat kadar hemoglobin (sel
darah merah), gula darah, dan elektrolit yang bisa terganggu kadarnya menjadi di bawah normal.

Gejala Anoreksia

Gejala utama anoreksia adalah penurunan berat badan yang drastis. Umumnya disertai pula dengan
gangguan perilaku seperti tidak mau makan, melakukan olahraga berlebihan, dan menggunakan pencahar
atau berusaha memuntahkan makanan. Penderita anoreksia umumnya merasa bersalah setiap kali makan.

Penurunan berat badan yang drastis menyebabkan berbagai gangguan kesehatan. Mulai dari kelelahan,
tekanan darah turun, pusing, haid teratur, kulit kering, suhu tubuh dingin, rambut rontok, hingga denyut
jantung tidak teratur.

Jika kondisi anoreksia dibiarkan dan tidak ditangani dengan tepat, hal ini bisa menyebabkan komplikasi
kesehatan yang serius, seperti:

 Denyut jantung lebih lambat dari yang seharusnya (bradikardia)


 Gula darah rendah
 Gangguan hormon kesuburan dan hormon paratiroid
 Sel darah putih rendah, yang menandakan daya tahan tubuh rendah dan menjadi rentan terhadap
infeksi

11. Pemberian makanan entersl langsung menuju ke saluran cerna menggunakan alat seperti
kateter dan lain lain sedangkan parenteral diberikan di pembuluh darah
12. Dx dari tn w adalah stress metabolik dan anoreksia

JUMP 4 - Skema

gizi klinik
penilaian status gizi

JUMP 5 – Learning objective


perhitungan kebutuhan
1. Penilaian status gizi dan asupan
makronutrien dan
2. Perhitungan kebutuhan makronutrien dan mikronutrien pada orang dewasa
mikronutrien
3. Perhitungan asupan makronutrien dan mikronutrien pada stress metabolik
4. Pemberian nutrisi enteran dan parenteral
 Indikasi
 Kontraindikasi pada oarng dewasa
pada stress metabolik
dan critical ill
 Jenis dan teknik
 Monitoring
 Evaluasi

gizi cukup gizi kurang


JUMP 7 – Sharing objective

1. Penilaian status gizi


Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data yang diperoleh dengan
menggunakan berbagai macam cara untuk menemukan suatu populasi atau individu yang memiliki risiko
pemberian nutrisi
status gizi kurang maupun gizi lebih.Sedangkan status gizi adalah keadaan
enteralkeseimbangan dalam bentuk
dan parenteral

variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture (keadaan gizi) dalam bentuk variabel tertentu.
(Hartriyanti dan Triyanti, 2007). Penilaian status gizi terdiri dari dua jenis, yaitu :
I. Penilaian Langsung
a) Antropometri jenis teknik dan komplikasi,monitoring
Antropometri merupakan salah satu carakontraindikasi dan evaluasi
penilaian status gizi yang berhubungan dengan
ukuran tubuh yang disesuaikan dengan umur dan tingkat gizi seseorang. Pada umumnya
antropometri mengukur dimensi dan komposisi tubuh seseorang (Supariasa, 2001). Metode
antropometri sangat berguna untuk melihat ketidakseimbangan energi dan protein. Akan
tetapi, antropometri tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi zat-zat gizi yang spesifik
(Gibson, 2005).
Indeks Antropometri
Indeks antropometri adalah pengukuran dari beberapa parameter. Indeks
antropometri bisa merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap satu atau lebih
pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur dan tingkat gizi. Salah satu contoh
dari indeks antropometri adalah Indeks Massa Tubuh (IMT) atau yang disebut dengan
Body Mass Index (Supariasa, 2001)
IMT merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa
khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka
mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia
harapan hidup yang lebih panjang. IMT hanya dapat digunakan untuk orang dewasa
yang berumur diatas 18 tahun.
Dua parameter yang berkaitan dengan pengukuran Indeks Massa Tubuh, terdiri
dari :
 Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu parameter massa tubuh yang paling
sering digunakan yang dapat mencerminkan jumlah dari beberapa zat gizi
seperti protein, lemak, air dan mineral. Untuk mengukur Indeks Massa Tubuh,
berat badan dihubungkan dengan tinggi badan (Gibson, 2005).
 Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan parameter ukuran panjang dan dapat
merefleksikan pertumbuhan skeletal (tulang) (Hartriyanti dan Triyanti, 2007).
Rumus IMT :

Kategori IMT untuk Indonesia :


Kategori IMT berdasarkan who :

b) Klinis
Pemeriksaan klinis merupakan cara penilaian status gizi berdasarkan perubahan yang
terjadi yang berhubungan erat dengan kekurangan maupun kelebihan asupan zat gizi.
Pemeriksaan klinis dapat dilihat pada jaringan epitel yang terdapat di mata, kulit, rambut,
mukosa mulut, dan organ yang dekat dengan permukaan tubuh (kelenjar tiroid) (Hartriyanti
dan Triyanti, 2007).
c) Biokimia
Pemeriksaan biokimia disebut juga cara laboratorium. Pemeriksaan biokimia
pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi adanya defisiensi zat gizi pada kasus yang
lebih parah lagi, dimana dilakukan pemeriksaan dalam suatu bahan biopsi sehingga dapat
diketahui kadar zat gizi atau adanya simpanan di jaringan yang paling sensitif terhadap
deplesi, uji ini disebut uji biokimia statis. Cara lain adalah dengan menggunakan uji
gangguan fungsional yang berfungsi untuk mengukur besarnya konsekuensi fungsional daru
suatu zat gizi yang spesifik Untuk pemeriksaan biokimia sebaiknya digunakan perpaduan
antara uji biokimia statis dan uji gangguan fungsional (Baliwati, 2004).
d) Biofisik
Pemeriksaan biofisik merupakan salah satu penilaian status gizi dengan melihat
kemampuan fungsi jaringan dan melihat perubahan struktur jaringan yang dapat digunakan
dalam keadaan tertentu, seperti kejadian buta senja (Supariasa, 2001).
II. . Penilaian Tidak Langsung
a) Survei Konsumsi
Makanan Survei konsumsi makanan merupakan salah satu penilaian status gizi dengan
melihat jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh individu maupun keluarga. Data
yang didapat dapat berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif dapat
mengetahui jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi, sedangkan data kualitatif dapat
diketahui frekuensi makan dan cara seseorang maupun keluarga dalam memperoleh pangan
sesuai dengan kebutuhan gizi (Baliwati, 2004).
b) Statistik Vital
Statistik vital merupakan salah satu metode penilaian status gizi melalui data-data
mengenai statistik kesehatan yang berhubungan dengan gizi, seperti angka kematian menurut
umur tertentu, angka penyebab kesakitan dan kematian, statistik pelayanan kesehatan, dan
angka penyakit infeksi yang berkaitan dengan kekurangan gizi (Hartriyanti dan Triyanti,
2007).

c) Faktor Ekologi
Penilaian status gizi dengan menggunakan faktor ekologi karena masalah gizi dapat
terjadi karena interaksi beberapa faktor ekologi, seperti faktor biologis, faktor fisik, dan
lingkungan budaya. Penilaian berdasarkan faktor ekologi digunakan untuk mengetahui
penyebab kejadian gizi salah (malnutrition) di suatu masyarakat yang nantinya akan sangat
berguna untuk melakukan intervensi gizi (Supariasa, 2001).

2. Perhitungan kebutuhan makronutrien dan mikronutrien pada orang dewasa

Anda mungkin juga menyukai