Anda di halaman 1dari 28

BAB 2

TINJAUAN LITERATUR

.1 Pengantar

Pada bagian ini akan diuraikan tinjauan literatur mengenai pengertian dan jenis-jenis
sungai, sempadan sungai, kebijakan penataan kawasan sungai, wisata air, potensi dan
permasalahan wisata air dan penutup sebagai rangkuman.

.2 Sungai

Sungai memiliki banyak manfaat, antara lain sebagai sumber air, mencuci, irigasi,
transportasi dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Pembahasan sungai
berikutnya di bawah ini adalah meliputi pengertian, jenis-jenis sungai dan sempadan
sungai.

2.2.1 Pengertian

Sungai adalah air tawar dari sumber alamiah yang mengalir dari tempat yang lebih
tinggi ke tempat yang lebih rendah dan menuju atau bermuara ke laut, danau atau
sungai yang lebih besar. Aliran alami sungai merupakan sumber utama untuk
memenuhi air bagi manusia. Hutan di pegunungan merupakan daerah tangkapan
hujan. Sungai merupakan salah satu bentuk alur air permukaan yang harus dikelola
secara menyeluruh, terpadu berwawasan lingkungan hidup dengan mewujudkan
kemanfaatan sumber daya air yang berkelanjutan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004
dalam Maryono, 2009).

2.1.1.2.2 Jenis-Jenis Sungai

Adapun jenis-jenis sungai adalah sebagai berikut, yaitu:


1) Sungai permanen, ialah sungai yang debit airnya relatif tetap sepanjang tahun.
2) Sungai periodik, ialah sungai yang pada musim hujan airnya banyak dan pada
musim kemarau airnya sedikit.

2-1
3) Sungai episodik, ialah sungai yang pada musim hujan airnya banyak dan pada
musim kemarau airnya kering.

Jenis-jenis sungai berdasarkan aliran airnya adalah sebagai berikut, yaitu:


1) Pola aliran radial, terbagi menjadi radial sentrifugal dan radial sentripetal.
2) Pola aliran dendritik, alirannya tidak teratur dan terdapat di daerah pantai atau
dataran.
3) Pola aliran trelis, terdapat di pegunungan lipatan dengan pola sungai menyerupai
sirip.
4) Pola aliran rectangular (persegi panjang), alirannya berbentuk siku.
5) Pola aliran anular, aliran ini mulanya adalah pola radial sentrifugal dan terdapat di
daerah dome (lengkungan puncak).

Menurut Heinrich dan Hergt (1999) dalam Maryono (2009), ada 3 klasifikasi sungai
berdasarkan luas DAS (Daerah Aliran Sungai), yaitu: sungai kecil, sedang dan besar
(lihat Tabel 2.1).

Tabel 2.1 Klasifikasi sungai berdasarkan luas DAS

Luas DAS Lebar Sungai


Klasifikasi Sungai
(km²) (m)
Sungai kecil dari mata air 0-2 0-1
Sungai kecil 2-50 1-3
Sungai sedang 50-300 3-10
Sungai besar >300 >10
Sumber: Maryono (2009).

2.2.3 Sempadan Sungai

Garis sempadan adalah garis batas luar pengaman yang ditetapkan dalam mendirikan
bangunan dan atau pagar yang ditarik pada jarak tertentu sejajar dengan as jalan, tepi
luar kepala jembatan, tepi sungai, tepi saluran, kaki tanggul, tepi situ/rawa, tepi
waduk, tepi mata air, as rel kereta api, jaringan tenaga listrik dan pipa gas. Pemilik
tanah tidak diperkenankan untuk mendirikan bangunan di luar dari garis sempadan.
Garis sempadan sungai merupakan garis batas luar pengamanan sungai yang
membatasi adanya pendirian bangunan di tepi sungai dan ditetapkan sebagai

2-2
perlindungan sungai. Jaraknya bisa berbeda di tiap sungai tergantung kedalaman
sungai, keberadaan tanggul, posisi sungai serta pengaruh air laut (Wikipedia, 2014).

Menurut Maryono (2009), garis sempadan sungai menjadi acuan pokok dalam
kegiatan pemanfaatan dan perlindungan sungai serta menjadi batas permukiman di
wilayah sepanjang sungai. Lebar sempadan sungai dapat ditentukan berdasarkan
hitungan rencana banjir dan kajian fisik ekologi, hidraulik dan morfologi sungai.
Beberapa fungsi sempadan sungai adalah untuk meningkatkan kualitas air,
perlindungan banjir, memberi ruang untuk meandering (berkelok-kelok), menjaga
stabilitas sistem aquatik sungai di hutan dan sebagainya. Meningkatkan kualitas air
bertujuan untuk menghilangkan sedimen hingga 80%, menghilangkan polutan dan
menghilangkan nitrat dari air buangan pertanian.

Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63/PRT/1993 tentang Garis


Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai (DMS), Daerah Penguasaan Sungai
(DPS) dan Bekas Sungai, terdapat klasifikasi sungai berdasarkan kriteria penetapan
lebar minimum sempadan sungai di luar dan di dalam kawasan perkotaan yang
ditunjukkan dalam Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Kriteria penetapan garis sempadan sungai

Di Luar Kawasan Di Dalam Kawasan


Perkotaan Perkotaan
No. Klasifikasi Sungai Lebar Lebar Pasal
Kriteria Minimum Kriteria Minimum
(m) (m)
Sungai bertanggul
1 (diukur dari kaki tanggul 5 3 6
sebelah luar)
Kedalaman
Sungai besar 30 7 dan 8
>20 m
(luas DPS 100
Kedalaman
Sungai tak bertanggul ≥500 km²) 15 7 dan 8
2 3 sd. 20 m
(diukur dari tepi sungai)
Sungai kecil
Kedalaman
(luas DPS 50 10 7 dan 8
sd. 3 m
<500 km²)
Sungai yang terpengaruh
3 pasang surut air laut 100 100 10
(diukur dari tepi sungai)
Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63/PRT/1993 dan Maryono
(2009).

2-3
Menurut Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 13 Tahun 2011 tentang RTRW Kota
Medan Tahun 2011-2031, pengertian kawasan sempadan sungai adalah kawasan
yang terletak di bagian kiri dan kanan sungai yang memiliki fungsi utama untuk
melindungi sungai tersebut dari berbagai gangguan yang dapat merusak kondisi
sungai dan kelestariannya (Pasal 1 ayat 18). Merujuk Pasal 35 ayat 1 dan 2, rencana
pola ruang wilayah Kota Medan meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya.
Kawasan lindung terdiri atas hutan lindung, kawasan perlindungan setempat, RTH
kota, kawasan suaka alam dan cagar budaya, kawasan rawan bencana dan kawasan
lindung lainnya. Merujuk Pasal 37 ayat 1 dan 2, kawasan perlindungan setempat
meliputi sempadan sungai, sempadan danau, jalur sempadan kereta api, sempadan
pantai dan jalur hijau sempadan SUTET yang bertujuan sebagai berikut:
1) Melindungi keberlangsungan sumber air baku.
2) Ekosistem daratan.
3) Keseimbangan lingkungan kawasan.
4) Menciptakan keseimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan binaan yang
berguna untuk kepentingan masyarakat.
5) Meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana pengaman
lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah dan bersih.
Sempadan sungai terletak di Sungai Belawan, Sungai Percut, Sungai Deli, Sungai
Babura, Sungai Sei Selayang dan kurang lebih 5 meter pada sungai: Parit Emas dan
sungai-sungai kecil (Pasal 37 ayat 3).

2.3 Kebijakan Penataan Kawasan Sungai

Kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan penyusunan rencana penataan


kawasan sungai adalah sebagai berikut:
1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya
Air, yaitu:
a. Merujuk ketentuan umum pada Pasal 1 yang menyatakan:
 Ayat 10: Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya
air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil
yang luasnya kurang dari atau sama dengan 2,000 km².
 Ayat 11: Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang
merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang

2-4
berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari
curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat
merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah
perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan.
 Ayat 18: Konservasi sumber daya air adalah upaya memelihara keberadaan
serta keberlanjutan keadaan, sifat dan fungsi sumber daya air agar
senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai untuk
memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik pada waktu sekarang maupun
yang akan datang.
b. Merujuk ketentuan umum pada Pasal 6 yang menyatakan:
 Ayat 1: Sumber daya air dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat.
 Ayat 2: Penguasaan sumber daya air diselenggarakan oleh pemerintah
dan/atau pemerintah daerah dengan tetap mengakui hak ulayat masyarakat
hukum adat setempat dan hak yang serupa dengan itu, sepanjang tidak
bertentangan dengan kepentingan nasional dan peraturan perundang-
undangan.
c. Merujuk wewenang dan tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota pada Pasal
16 yang menyatakan:
 Bagian c: menetapkan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah
sungai dalam satu kabupaten/kota dengan memperhatikan kepentingan
kabupaten/kota sekitarnya.
 Bagian i: menjaga efektivitas, efisiensi, kualitas dan ketertiban pelaksanaan
pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai dalam satu
kabupaten/kota.
d. Merujuk konservasi sumber daya air pada Pasal 20 yang menyatakan:
 Ayat 1: Konservasi sumber daya air ditujukan untuk menjaga kelangsungan
keberadaan daya dukung, daya tampung dan fungsi sumber daya air.
 Ayat 2: Konservasi sumber daya air dilakukan melalui kegiatan
perlindungan dan pelestarian sumber air, pengawetan air serta pengelolaan
kualitas air dan pengendalian pencemaran air dengan mengacu pada pola
pengelolaan sumber daya air yang ditetapkan pada setiap wilayah sungai.

2-5
 Ayat 3: ketentuan tentang konservasi sumber daya air menjadi salah satu
acuan dalam perencanaan tata ruang.
e. Merujuk pendayagunaan sumber daya air pada Pasal 29 yang menyatakan:
 Ayat 2: Penyediaan sumber daya air dalam setiap wilayah sungai
dilaksanakan sesuai dengan penatagunaan sumber daya air yang ditetapkan
untuk memenuhi kebutuhan pokok, sanitasi lingkungan, pertanian,
ketenagaan, industri, pertambangan, perhubungan, kehutanan dan
keanekaragaman hayati, olahraga, rekreasi dan pariwisata, ekosistem,
estetika serta kebutuhan lain yang ditetapkan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 tentang Sungai,


yaitu:
a. Merujuk ketentuan umum pada Pasal 1 yang menyatakan:
 Ayat 1: Sungai adalah alur atau wadah air alami dan/atau buatan berupa
jaringan pengaliran air beserta air di dalamnya mulai dari hulu sampai
muara dengan dibatasi kanan dan kiri oleh garis sempadan.
 Ayat 4: Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan,
melaksanakan, memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi
sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya
rusak air.
 Ayat 5: Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan
satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi
menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan
ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan
batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh
aktivitas daratan.
 Ayat 6: Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya
air dalam satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil
yang luasnya kurang dari atau sama dengan 2,000 km².
 Ayat 8: Bantaran sungai adalah ruang antara tepi palung sungai dan kaki
tanggul sebelah dalam yang terletak di kiri dan/atau kanan palung sungai.

2-6
 Ayat 9: Garis sempadan adalah garis maya di kiri dan kanan palung sungai
yang ditetapkan sebagai batas perlindungan sungai.
b. Merujuk ketentuan umum pada Pasal 3 yang menyatakan:
 Ayat 1: Sungai dikuasai oleh negara dan merupakan kekayaan negara.
 Ayat 2: Pengelolaan sungai dilakukan secara menyeluruh, terpadu dan
berwawasan lingkungan dengan tujuan untuk mewujudkan kemanfaatan
fungsi sungai yang berkelanjutan.
c. Merujuk ketentuan umum pada Pasal 4 yang menyatakan pengelolaan sungai
dilakukan oleh pemerintah, pemerintah provinsi atau pemerintah
kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.
d. Merujuk ruang sungai pada Pasal 5 yang menyatakan:
 Ayat 1: Sungai terdiri atas palung sungai dan sempadan sungai.
 Ayat 2: Palung sungai dan sempadan sungai membentuk ruang sungai.
 Ayat 3: Dalam hal kondisi topografi tertentu dan/atau banjir, ruang sungai
dapat terhubung dengan danau paparan banjir dan/atau dataran banjir.
 Ayat 4: Palung sungai berfungsi sebagai ruang wadah air mengalir dan
sebagai tempat berlangsungnya kehidupan ekosistem sungai.
 Ayat 5: Sempadan sungai berfungsi sebagai ruang penyangga antara
ekosistem sungai dan daratan, agar fungsi sungai dan kegiatan manusia
tidak saling terganggu.
e. Merujuk ruang sungai pada Pasal 6 yang menyatakan:
 Ayat 1: Palung sungai membentuk jaringan pengaliran air baik yang
mengalir secara menerus maupun berkala.
 Ayat 2: Palung sungai ditentukan berdasarkan topografi terendah alur
sungai.
f. Merujuk ruang sungai pada Pasal 7 yang menyatakan dalam hal di dalam
sempadan sungai terdapat tanggul untuk mengendalikan banjir, ruang antara
tepi palung sungai dan tepi dalam kaki tanggul merupakan bantaran sungai.
g. Merujuk ruang sungai pada Pasal 8 yang menyatakan:
 Ayat 1: Sempadan sungai meliputi ruang di kiri dan kanan palung sungai di
antara garis sempadan dan tepi palung sungai untuk sungai tidak bertanggul
atau di antara garis sempadan dan tepi luar kaki tanggul untuk sungai
bertanggul.

2-7
 Ayat 2: Garis sempadan ditentukan pada sungai tidak bertanggul di dalam
kawasan perkotaan, sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan,
sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan, sungai bertanggul di luar
kawasan perkotaan, sungai yang terpengaruh pasang air laut, danau paparan
banjir dan mata air.
h. Merujuk ruang sungai pada Pasal 9 yang menyatakan garis sempadan pada
sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditentukan:
 Paling sedikit berjarak 10 meter dari tepi kiri dan kanan palung sungai
sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai kurang dari atau sama
dengan 3 meter.
 Paling sedikit berjarak 15 meter dari tepi kiri dan kanan palung sungai
sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai lebih dari 3 meter.
sampai dengan 20 meter.
 Paling sedikit berjarak 30 meter dari tepi kiri dan kanan palung sungai
sepanjang alur sungai, dalam hal kedalaman sungai lebih dari 20 meter.
i. Merujuk ruang sungai pada Pasal 10 yang menyatakan:
 Ayat 1: Sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan terdiri atas:
 Sungai besar dengan luas DAS lebih besar dari 500 km².
 Sungai kecil dengan luas DAS kurang dari atau sama dengan 500 km².
 Ayat 2: Garis sempadan sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan
perkotaan ditentukan paling sedikit berjarak 100 meter dari tepi kiri dan
kanan palung sungai sepanjang alur sungai.
 Ayat 3: Garis sempadan sungai kecil tidak bertanggul di luar kawasan
perkotaan ditentukan paling sedikit 50 meter dari tepi kiri dan kanan palung
sungai sepanjang alur sungai.
j. Merujuk ruang sungai pada Pasal 11 yang menyatakan garis sempadan sungai
bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditentukan paling sedikit berjarak 3
meter dari tepi luar kaki tanggul sepanjang alur sungai.
k. Merujuk ruang sungai pada Pasal 12 yang menyatakan garis sempadan sungai
bertanggul di luar kawasan perkotaan ditentukan paling sedikit berjarak 5
meter dari tepi luar kaki tanggul sepanjang alur sungai.
l. Merujuk ruang sungai pada Pasal 17 yang menyatakan:

2-8
 Ayat 1: Dalam hal hasil kajian menunjukkan terdapat bangunan dalam
sempadan sungai maka bangunan tersebut dinyatakan dalam status quo dan
secara bertahap harus ditertibkan untuk mengembalikan fungsi sempadan
sungai.
 Ayat 2: Ketentuan tidak berlaku bagi bangunan yang terdapat dalam
sempadan sungai untuk fasilitas kepentingan tertentu yang meliputi
bangunan prasarana sumber daya air, fasilitas jembatan dan dermaga, jalur
pipa gas dan air minum dan rentangan kabel listrik dan telekomunikasi.
m. Merujuk pengelolaan sungai pada Pasal 18 yang menyatakan:
 Ayat 1: Pengelolaan sungai meliputi konservasi sungai, pengembangan
sungai dan pengendalian daya rusak air sungai.
n. Merujuk pengelolaan sungai pada Pasal 19 yang menyatakan:
 Ayat 1 bagian c: Pengelolaan sungai dilakukan oleh bupati/walikota, untuk
sungai pada wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota.
 Ayat 2: Pengelolaan sungai dilakukan dengan melibatkan instansi teknis dan
unsur masyarakat terkait.
 Ayat 3: Pengelolaan sungai dilaksanakan berdasarkan norma, standar,
pedoman, dan kriteria yang ditetapkan oleh Menteri.
o. Merujuk konservasi sungai pada Pasal 20 yang menyatakan:
 Ayat 1: Konservasi sungai dilakukan melalui kegiatan perlindungan sungai
dan pencegahan pencemaran air sungai.
 Ayat 2: Perlindungan sungai dilakukan melalui perlindungan terhadap
palung sungai, sempadan sungai, danau paparan banjir dan dataran banjir.
 Ayat 3: Perlindungan dilakukan pula terhadap aliran pemeliharaan sungai
dan ruas restorasi sungai.
p. Merujuk konservasi sungai pada Pasal 21 yang menyatakan:
 Ayat 1: Perlindungan palung sungai dilakukan dengan menjaga dimensi
palung sungai.
 Ayat 2: Menjaga dimensi palung sungai dilakukan melalui pengaturan
pengambilan komoditas tambang di sungai.
 Ayat 3: Pengambilan komoditas tambang di sungai hanya dapat dilakukan
pada sungai yang mengalami kenaikan dasar sungai.

2-9
q. Merujuk konservasi sungai pada Pasal 22 yang menyatakan:
 Ayat 1: Perlindungan sempadan sungai dilakukan melalui pembatasan
pemanfaatan sempadan sungai.
 Ayat 2: Dalam hal di dalam sempadan sungai terdapat tanggul untuk
kepentingan pengendali banjir, perlindungan badan tanggul dilakukan
dengan larangan menanam tanaman selain rumput, mendirikan bangunan
dan mengurangi dimensi tanggul.
 Ayat 3: Pemanfaatan sempadan sungai hanya dapat dilakukan untuk
keperluan tertentu.
r. Merujuk konservasi sungai pada Pasal 25 yang menyatakan:
 Ayat 1: Perlindungan aliran pemeliharaan sungai ditujukan untuk menjaga
ekosistem sungai.
 Ayat 2: Menjaga ekosistem sungai dilakukan mulai dari hulu sampai muara
sungai.
 Ayat 3: Perlindungan aliran pemeliharaan sungai dilakukan dengan
mengendalikan ketersediaan debit andalan 95%.
 Ayat 4: Dalam hal debit andalan 95% tidak tercapai, pengelola sumber daya
air harus mengendalikan pemakaian air di hulu.
s. Merujuk konservasi sungai pada Pasal 26 yang menyatakan:
 Ayat 1: Perlindungan ruas restorasi sungai ditujukan untuk mengembalikan
sungai ke kondisi alami.
 Ayat 2: Perlindungan ruas restorasi sungai dilakukan melalui kegiatan fisik
dan rekayasa secara vegetasi.
 Ayat 3: Kegiatan fisik meliputi penataan palung sungai, penataan sempadan
sungai dan sempadan danau paparan banjir, serta rehabilitasi alur sungai.
t. Merujuk konservasi sungai pada Pasal 27 yang menyatakan:
 Ayat 1: Pencegahan pencemaran air sungai dilakukan melalui penetapan
daya tampung beban pencemaran, identifikasi dan inventarisasi sumber air
limbah yang masuk ke sungai, penetapan persyaratan dan tata cara
pembuangan air limbah, pelarangan pembuangan sampah ke sungai,
pemantauan kualitas air pada sungai dan pengawasan air limbah yang
masuk ke sungai.

2-10
 Ayat 2: Pencegahan pencemaran air sungai dilaksanakan sesuai dengan
dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
u. Merujuk pengembangan sungai pada Pasal 29 yang menyatakan
pengembangan sungai merupakan bagian dari pengembangan sumber daya air.
v. Merujuk pengembangan sungai pada Pasal 30 yang menyatakan:
 Ayat 1: Pengembangan sungai dilakukan melalui pemanfaatan sungai.
 Ayat 2: Pemanfaatan sungai meliputi pemanfaatan untuk rumah tangga,
pertanian, sanitasi lingkungan, industri, pariwisata, olahraga, pertahanan,
perikanan, pembangkit tenaga listrik dan transportasi.
 Ayat 3: Pengembangan sungai dilakukan dengan tidak merusak ekosistem
sungai, mempertimbangkan karakteristik sungai, kelestarian
keanekaragaman hayati, serta kekhasan dan aspirasi daerah/masyarakat
setempat.

3) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63/PRT/1993 tentang Garis


Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas
Sungai, yaitu:
a. Merujuk ketentuan umum mengenai pengertian pada Pasal 1 yang menyatakan:
 Ayat 9: Sungai adalah tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan
pengairan air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan
kirinya sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan.
 Ayat 10: Garis sempadan sungai adalah garis batas luar pengamanan luar.
 Ayat 11: Daerah sempadan adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai
termasuk sungai buatan yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian fungsi sungai.
 Ayat 13: Daerah manfaat sungai adalah mata air, palung sungai dan daerah
sempadan yang telah dibebaskan.
 Ayat 14: Daerah penguasaan sungai adalah dataran banjir, daerah retensi,
bantaran atau daerah sempadan yang tidak dibebaskan.
b. Merujuk kriteria penetapan garis sempadan sungai pada Pasal 5 yang terdiri
dari: sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan, sungai bertanggul di dalam
kawasan perkotaan, sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan dan
sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan.

2-11
c. Merujuk kriteria pada Pasal 6 yang menyatakan:
 Ayat 1: Garis sempadan sungai bertanggul ditetapkan sebagai berikut:
 Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan ditetapkan
sekurang-kurangnya 5 meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul.
 Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan
ditetapkan sekurang-kurangnya 3 meter di sebelah luar sepanjang kaki
tanggul.
 Ayat 2: Dengan pertimbangan untuk peningkatan fungsinya, tanggul dapat
diperkuat, diperlebar dan ditinggikan, yang dapat berakibat bergesernya
letak garis sempadan sungai.
 Ayat 3: Kecuali lahan yang berstatus tanah negara, maka lahan yang
diperlukan untuk tapak tanggul baru sebagai akibat peningkatan fungsinya
harus dibebaskan.
d. Merujuk kriteria pada Pasal 7 yang menyatakan:
 Ayat 1: Penetapan garis sempadan sungai tak bertanggul di luar kawasan
perkotaan:
 Sungai besar, yaitu: sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai
seluas 500 km² atau lebih.
 Sungai kecil, yaitu: sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai
seluas kurang dari 500 km².
 Ayat 2: Penatapan garis sempadan sungai tidak bertanggul di luar kawasan
perkotaan pada sungai besar dilakukan ruas per ruas dengan
mempertimbangkan luas daerah pengaliran sungai pada ruas yang
bersangkutan.
 Ayat 3: Garis sempadan sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan
pada sungai besar ditetapkan sedangkan pada sungai kecil sekurang-
kurangnya 100 meter, sedangkan pada sungai kecil sekurang-kurangnya 50
meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.
e. Merujuk kriteria pada Pasal 8 yang menyatakan penetapan garis sempadan
sungai tak bertanggul di dalam kawasan perkotaan didasarkan pada:
 Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 meter, garis
sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 meter dihitung dari tepi sungai
pada waktu ditetapkan.

2-12
 Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 meter sampai dengan 20
meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 15 meter dari tepi
sungai pada waktu ditetapkan.
 Sungai yang mempunyai kedalaman maksimum lebih dari 20 meter, garis
sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 30 meter dihitung dari tepi sungai
pada waktu yang ditetapkan.

4) Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 13 Tahun 2011 tentang RTRW Kota
Medan Tahun 2011-2031, yaitu:
a. Merujuk pengertian pada Pasal 1 Ayat 18 menyatakan: Kawasan sempadan
sungai adalah kawasan yang terletak di bagian kiri dan kanan sungai yang
memiliki fungsi utama untuk melindungi sungai tersebut dari berbagai
gangguan yang dapat merusak kondisi sungai dan kelestariannya.
b. Merujuk rencana pola ruang wilayah Kota Medan pada pasal 35 menyatakan:
 Ayat 1: Rencana pola ruang wilayah Kota Medan meliputi kawasan lindung
dan kawasan budidaya.
 Ayat 2: Kawasan lindung terdiri atas hutan lindung, kawasan perlindungan
setempat, RTH kota, kawasan suaka alam dan cagar budaya, kawasan rawan
bencana dan kawasan lindung lainnya.
c. Merujuk kawasan lindung pada Pasal 37 menyatakan:
 Ayat 1: Kawasan perlindungan setempat bertujuan untuk melindungi
keberlangsungan sumber air baku, ekosistem daratan, keseimbangan
lingkungan kawasan, menciptakan keseimbangan antara lingkungan alam
dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat, serta
meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana pengaman
lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah dan bersih.
 Ayat 2: kawasan perlindungan setempat meliputi sempadan sungai,
sempadan danau, jalur sempadan kereta api, sempadan pantai dan jalur hijau
sempadan SUTET.
 Ayat 3: Sempadan sungai terletak di Sungai Belawan, Sungai Percut, Sungai
Deli, Sungai Babura, Sungai Sei Selayang dan kurang lebih 5 meter pada
sungai Parit Emas dan sungai-sungai kecil.

2-13
5) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10.Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan, yaitu:
a. Merujuk usaha pariwisata pada Pasal 14 menyatakan:
 Ayat 1: Usaha pariwisata meliputi, antara lain: daya tarik wisata, kawasan
pariwisata, jasa transportasi wisata, jasa perjalanan wisata, jasa makanan
dan minuman, penyediaan akomodasi, penyelenggaraan kegiatan hiburan
dan rekreasi, penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi,
dan pameran, jasa informasi pariwisata, jasa konsultan pariwisata, jasa
pramuwisata, wisata tirta dan spa.

2.4 Wisata Air

Menurut Page (1995) dalam Agnes (2005), terdapat beberapa elemen rencana
kepariwisataan, yaitu: lingkungan alam dan sosial ekonomi; daya tarik dan kegiatan-
kegiatan wisata; akomodasi; transportasi; elemen-elemen kelembagaan; prasarana
lainnya; fasilitas, utilitas dan pelayanan wisata lainnya; pasar wisata domestik dan
internasional serta penggunaan prasarana wisata oleh penduduk setempat. Menurut
Soemarwoto (2001) dalam I Made (2002), pariwisata adalah industri yang menjual
lingkungan hidup fisik dan sosial budaya yang ada untuk wisatawan domestik
maupun asing. Pariwisata terdiri dari 3 elemen dasar, yaitu:
1) Elemen mekanik, mengenai masalah tinggal ke daerah tujuan terpilih atau daerah
tujuan.
2) Elemen statistik, mengenai masalah tinggal di daerah tujuan.
3) Elemen konsekuensi, hasil kedua elemen di atas terkait dengan efeknya terhadap
ekosistem dan sosial.

Menurut Fandeli (2001) dalam I Made (2002), objek wisata ialah perwujudan ciptaan
manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah tempat dan bangsa atau keadaan alam
yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan. Salah satu objek wisata
yang banyak dikembangkan adalah objek wisata air yang fokus pada sungai. Air
merupakan fokus utama wisata di alam atau ruang terbuka. Wisata air sangat
diminati oleh masyarakat. Penataannya ada yang terencana dan tidak terencana atau
alami. Wisata air adalah kegiatan rekreasi atau bepergian dengan tujuan dan objek
pemandangan alam maupun buatan berupa kawasan perairan yang dilakukan di

2-14
ruang terbuka sambil menikmati pemandangan kawasan perairan. Wisata air
biasanya didukung oleh fasilitas-fasilitas kegiatan wisata air dan berkaitan dengan
kegiatan bersenang-senang atau hiburan sambil menikmati pemandangan atau
kegiatan atraksi wisata air.

Untuk memberdayakan objek wisata diperlukan pendekatan dan koordinasi dengan


penduduk setempat dimana perlu diberikan pemahaman mengenai pentingnya wisata
air di lingkungannya serta berperan aktif dalam kegiatan pariwisata. Penglibatan
langsung penduduk setempat memberikan dampak dalam usaha mengembangkan
dan memajukan pariwisata suatu objek wisata. Salah satu bentuk penglibatan tersebut
adalah dengan menampung aspirasi yang ada yang selanjutnya disosialisasikan
kembali dan dirumuskan menjadi suatu kebijakan. Selanjutnya pada tahap
pelaksanaan, penduduk setempat dilibatkan secara langsung dan berinteraksi dengan
pelaku pariwisata.

Objek wisata air dapat dikembangkan dengan baik jika kualitas dan kebersihan
lingkungannya terjaga. Penduduk setempat harus diberikan pemahaman mengenai
pentingnya kegiatan pariwisata pada sungai di lingkungannya dan hal-hal apa saja
yang perlu dilakukan untuk mendukung kegiatan tersebut. Sungai harus selalu dijaga
kebersihan, keasrian, keindahan dan keamanannya. Perlu diperhatikan masalah
sempadan sungai dan permukiman di sekitarnya dimana penduduk setempat di
sekitar sempadan sungai yang terlibat langsung dan mendapat pengaruh dari kegiatan
ini. Penyediaan fasilitas-fasilitas pendukung berfungsi untuk meningkatkan kualitas
hidup penduduk setempat yang berbasis ekonomi (Poedjiotami, 2008).

Pengembangan wisata air berkaitan dengan pendekatan penawaran dan permintaan.


Komponen wisata air dari sisi permintaan ialah masyarakat atau pasar wisata yang
memiliki kemauan dan kemampuan untuk melakukan perjalanan wisata. Sedangkan
dari sisi penawaran, wisata air terdiri dari atraksi air dan pelayanan wisata,
transportasi, informasi dan promosi wisata tersebut. Komponen wisata air dari sisi
permintaan dan penawaran saling berkaitan dan harus ada dalam wisata air.

Wisata air akan memberikan dampak sosial dan budaya, yaitu: munculnya pertemuan
budaya antara wisatawan dan penduduk setempat sehingga akan timbul perkawinan

2-15
budaya. Selain itu, wisata air juga berpengaruh pada lingkungan ekosistem, yaitu:
meningkatnya upaya reservasi sumber daya alam, pembangunan taman nasional,
perlindungan pantai dan taman laut serta perlindungan hutan mangrove. Apabila
pembangunan fasilitas untuk wisata air tidak diperhatikan dengan baik dan
berlebihan, maka dapat memberikan polusi dan merusak lingkungan fisik.

Menurut Poedjioetami (2008), penduduk setempat yang tinggal di sempadan sungai,


dalam kasus Kawasan Dinoyo Tenun, memiliki keterbatasan kemampuan ekonomi.
Untuk itu diperlukan penyediaan fasilitas-fasilitas berbasis ekonomi yang
mendukung upaya perbaikan ekonomi penduduk setempat. Salah satunya adalah
dengan menyediakan tempat rekreasi di kawasan sungai. Penduduk setempat dapat
membuka warung atau tempat penjualan suvenir, membuka peluang pekerjaan
sebagai petugas kebersihan, petugas parkir dan petugas operasional. Penduduk
setempat harus diberikan sosialisasi atau pelatihan mengenai pentingnya menjaga
kebersihan sungai dan lingkungannya serta tidak menggunakan sungai untuk
kegiatan MCK (mandi, cuci, kakus).

Pemanfaatan sungai sebagai objek wisata air merupakan upaya pelestarian fungsi
lingkungan pada umumnya dan pelestrian fungsi sungai khususnya. Kebersihan dan
keasrian sungai haruslah dijaga. Sungai yang bersih dan nyaman memberikan
dampak yang positif dan menjadikan sungai tersebut sebagai objek wisata. Selain itu
masyarakat menjadi terbiasa untuk hidup sehat dan bersih. Masyarakat di pinggiran
sungai memiliki andil dalam menjaga kebersihan sungai dan tidak menjadikan sungai
sebagai tempat pembuangan sampah. Pengelolaan sumber daya air sebaiknya
dilakukan dengan pendekatan pengelolaan wilayah sungai (river basin approach),
terpadu dan menyeluruh (integrated and holistic) dan berkelanjutan (sustainable).
Dalam I Made (2002), pendekatan pengelolaan wilayah sungai memerlukan
kebijakan, yaitu:
1) Keseimbangan antara penyediaan dan kebutuhan.
2) Aplikasi konsep pengembalian modal, kebijakan harga dan efisiensi pemanfaatan
sumber daya air.
3) Pengembangan kelembagaan dan sumber daya manusia.

2-16
Pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan dapat menjadi tolok ukur perkembangan
pariwisata karena akan diikuti oleh perkembangan sarana dan prasarana pariwisata
sesuai dengan kebutuhan wisatawan. Kawasan wisata air ialah kawasan yang
disediakan untuk kegiatan wisata dengan mengandalkan objek atau daya tarik
kawasan perairan. Menurut Inskeep (1991) dalam Agnes (2005), kawasan wisata air
ialah area yang dikembangkan dengan menyediakan fasilitas dan pelayanan lengkap,
baik untuk rekreasi maupun pendalaman suatu pengalaman. Beberapa penataan
kawasan sungai dapat menjadi studi banding dalam kegiatan penyusunan rencana
penataan kawasan Sungai Batuan - Sungai Sikambing sebagai destinasi wisata air,
yaitu: Sungai Cheonggyecheon (Seoul, Korea Selatan), San Antonio River Walk
(Texas, USA), Sungai Melaka (Bandaraya Melaka, Malaysia), Sungai Chao Phraya
(Bangkok, Thailand) dan Pasar Terapung Klonghae (Hatyai, Thailand) yang dapat
dilihat pada Foto 2.1-2.6. Karakteristik penataan kawasan sungai dari hasil studi
banding dapat dilihat pada Tabel 2.3.

2-17
Jalur pejalan kaki

Pencahayaan buatan di dinding sempadan sungai dan dekorasi

Air terjun, air mancur dan ornamen

Atraksi festival

Foto 2.1 Sungai Cheonggyecheon, Seoul, Korea Selatan


Sumber: Dari berbagai sumber di internet.

2-18
Jalur pejalan kaki, taman dan café di tepi sungai

Café di tepi sungai, sirkulasi transportasi air dan jembatan penyeberangan

Jalur transportasi air

Sirkulasi jembatan penyeberangan

Foto 2.2 San Antonio River Walk, Texas, USA


Sumber: Dari berbagai sumber di internet.

2-19
Dermaga dan perabotan jalan

Jalur pejalan kaki dan perabotan jalan

Fasilitas pendukung: café dan halte

Jalur transportasi air

Foto 2.3 Sungai Melaka, Bandaraya Melaka, Malaysia


Sumber: Lubis (2010).

2-20
Dermaga

Back lane (jalur belakang) bangunan

Jalur pejalan kaki

Foto 2.4 Sungai Melaka, Bandaraya Melaka, Malaysia


Sumber: Lubis (2010).

2-21
Objek wisata dan jalur transportasi air

Pasar terapung Café di tepi sungai

Foto 2.5 Sungai Chao Phraya, Bangkok, Thailand


Sumber: Dari berbagai sumber di internet.

Pasar malam

Sempadan sungai Pasar terapung

Foto 2.6 Pasar Terapung Klonghae, Hatyai, Thailand


Sumber: Lubis (2011).
Tabel 2.3 Karakteristik penataan kawasan sungai

2-22
No. Studi Banding Karakteristik
1 Sungai Cheonggyecheon, 1) Fungsi:
Seoul, Korea Selatan a. Sumber air.
b. Wisata air.

2) Fisik:
a. Konsep sungai dan sempadan sungai yang menyatu
dengan lanskap bangunan dan lingkungan sekitar
kawasan sungai.
b. Konsep permukaan sungai dapat disentuh dengan
menurunkan permukaan sempadan sungai yang hampir
sejajar dengan permukaan sungai.
c. Permukaan sungai dirancang naik turun.
d. Pengaturan debit air sungai.
e. Kedalaman sungai yang tidak terlalu dalam.
f. Pemeliharaan kualitas air sungai dan lingkungan
sekitar kawasan sungai.
g. Permukaan sempadan sungai dilapisi dengan
perkerasan.

3) Infrastruktur:
a. Sempadan sungai sebagai jalur pejalan kaki, sirkulasi
tangga, jembatan penyeberangan, taman dan vegetasi.
b. Permukaan sempadan sungai yang berbatasan dengan
permukaan sungai diberikan perbedaan ketinggian
sebagai tempat duduk.
c. Air terjun, air mancur, ornamen dan jalur
penyeberangan di permukaan sungai.
d. Penerangan buatan di bangunan, dinding sempadan
sungai dan lingkungan sekitar kawasan sungai.

4) Fasilitas:
a. Perabotan jalan: papan tanda dan informasi, tong
sampah, dll.
b. Dekorasi.
c. Atraksi festival.
2 San Antonio River Walk, 1) Fungsi:
Texas, USA a. Sumber air.
b. Transportasi air.
c. Wisata air.

2) Fisik:
a. Konsep sungai dan sempadan sungai yang menyatu
dengan lanskap bangunan dan lingkungan sekitar
kawasan sungai.
b. Permukaan sungai tidak terlalu dalam dari permukaan
sempadan sungai.
c. Pengaturan debit air sungai.
d. Pemeliharaan kualitas air sungai dan lingkungan
sekitar kawasan sungai.
e. Permukaan sempadan sungai dilapisi dengan
perkerasan.

3) Infrastruktur:
a. Sempadan sungai sebagai dermaga, jalur pejalan kaki,
jembatan penyeberangan, cafe tenda dan terbuka,
taman dan vegetasi.
b. Penerangan buatan di bangunan, sempadan sungai dan
lingkungan sekitar kawasan sungai.

2-23
4) Fasilitas:
a. Perahu wisata.
b. Cafe tenda dan terbuka.
c. Perabotan jalan: bangku taman, papan tanda dan
informasi, tong sampah, dll.
d. Dekorasi.
e. Atraksi festival.
f. Fasilitas pendukung: hotel, pusat perbelanjaan,
restoran, cafe, pusat hiburan, pusat olahraga, museum,
bangunan bersejarah, toko seni dan kerajinan, taman
dan parkir.
3 Sungai Melaka, Bandaraya 1) Fungsi:
Melaka, Malaysia a. Sumber air.
b. Transportasi air.
c. Wisata air.

2) Fisik:
a. Konsep sungai dan sempadan sungai yang menyatu
dengan lanskap bangunan dan lingkungan sekitar
kawasan sungai.
b. Permukaan sungai tidak terlalu dalam dari permukaan
sempadan sungai.
c. Pengaturan debit air sungai.
d. Pemeliharaan kualitas air sungai dan lingkungan
sekitar kawasan sungai.
e. Permukaan sempadan sungai dilapisi dengan
perkerasan.

3) Infrastruktur:
a. Sempadan sungai sebagai dermaga, jalur pejalan kaki,
sirkulasi tangga, taman, vegetasi dan back lane (jalur
belakang) bangunan.
b. Bollard (tonggak pembatas) dan pagar pembatas.
c. Penerangan buatan di bangunan, sempadan sungai dan
lingkungan sekitar kawasan sungai.

4) Fasilitas:
a. Perahu wisata.
b. Perabotan jalan: bangku taman, papan tanda dan
informasi, tong sampah, dll.
c. Fasilitas pendukung: hotel, restoran, cafe tenda dan
terbuka, pusat hiburan, pedagang kaki lima, museum,
bangunan bersejarah, toko seni dan kerajinan, benteng,
kincir air, taman, parkir dan halte.
4 Sungai Chao Phraya, 1) Fungsi:
Bangkok, Thailand a. Sumber air.
b. Transportasi air.
c. Wisata air.

2) Fisik:
a. Konsep sungai dan sempadan sungai yang menyatu
dengan lanskap bangunan dan lingkungan sekitar
kawasan sungai.
b. Permukaan sungai tidak terlalu dalam dari permukaan
sempadan sungai.
c. Pemeliharaan kualitas air sungai dan lingkungan
sekitar kawasan sungai.
d. Permukaan sempadan sungai dilapisi dengan
perkerasan.

2-24
3) Infrastruktur:
a. Sempadan sungai sebagai dermaga, jalur pejalan kaki,
cafe tenda dan terbuka, taman dan vegetasi.
b. Pagar pembatas.
c. Penerangan buatan di bangunan, sempadan sungai dan
lingkungan sekitar kawasan sungai.

4) Fasilitas:
a. Perahu wisata.
b. Cafe tenda dan terbuka.
c. Pasar terapung.
d. Perabotan jalan: bangku taman, papan tanda dan
informasi, tong sampah, dll.
e. Dekorasi.
f. Atraksi festival.
g. Fasilitas pendukung: hotel, pusat perbelanjaan,
restoran, cafe, pusat hiburan, pusat olahraga, museum,
bangunan bersejarah, toko seni dan kerajinan, taman
dan parkir.
5 Pasar Terapung Klonghae, 1) Fungsi:
Hatyai, Thailand a. Sumber air.
b. Transportasi air
c. Wisata air.

2) Fisik:
a. Konsep sungai dan sempadan sungai yang menyatu
dengan lanskap bangunan dan lingkungan sekitar
kawasan sungai.
b. Permukaan sungai tidak terlalu dalam dari permukaan
sempadan sungai.
c. Pemeliharaan kualitas air sungai dan lingkungan
sekitar kawasan sungai.
d. Permukaan sempadan sungai sebahagian dilapisi
dengan papan dan bahagian lainnya dibiarkan alami.

3) Infrastruktur:
a. Sempadan sungai sebagai dermaga, jalur pejalan kaki,
cafe terbuka, taman dan vegetasi.
b. Penerangan buatan di bangunan, sempadan sungai dan
lingkungan sekitar kawasan sungai.

4) Fasilitas:
a. Pasar terapung
b. Cafe terbuka.
c. Perabotan jalan: papan tanda dan informasi, tong
sampah, dll.
d. Fasilitas pendukung: pasar malam, taman dan parkir.
Sumber: Hasil studi banding (2014).

2.5 Potensi dan Permasalahan Wisata Air

Indonesia memiliki potensi alam yang menarik seperti pegunungan, air, hutan dan
segala kekayaan alam lain yang ada di dalamnya. Potensi alam yang ada di air seperti
potensi alam di danau, sungai dan laut dapat dikembangkan sebagai destinasi wisata

2-25
air. Luas perairan di Indonesia sebesar 54 juta hektar dimana 1,2 juta hektar adalah
sungai. Sungai memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata air
karena memiliki karakter yang alami dan dinamis.

Kota Medan memiliki beberapa sungai yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai
destinasi wisata air, yaitu: Sungai Deli, Sungai Babura, Sungai Ular, Sungai Batuan -
Sungai Sikambing, dll. Kondisi sungai-sungai yang ada terlihat tidak dikelola dengan
baik yang disebabkan oleh kurangnya pengawasan oleh pemerintah dan kurangnya
kesadaran penduduk untuk memelihara lingkungannya dari kegiatan pencemaran
yang terjadi. Permasalahan yang ada menjadi tidak terkendali karena penerapan
peraturan-peraturan yang berkaitan tidak dijalankan pemerintah dan tidak dipatuhi
sepenuhnya oleh penduduk.

Untuk menata kawasan sungai dan sempadan sungai yang ada di Kota Medan,
diperlukan penerapan peraturan yang berkaitan dengan penataan kawasan sungai dan
sempadan sungai yang bertujuan terpeliharanya keamanan sungai. Fungsi
pemeliharaan didukung oleh akses jalan inspeksi dan ruang terbuka hijau yang salah
satu ketentuan umumnya adalah adanya bangunan penunjang wisata, pemeliharaan
sungai, sarana ibadah, olah raga, kepelabuhan dan dermaga (RTRW Kota Medan
Tahun 2011-2031). Oleh karena itu, kegiatan penyusunan rencana penataan kawasan
sungai ini untuk memfungsikan sungai sebagai sumber air, transportasi air dan wisata
air. Rencana penataan meliputi sungai, sempadan sungai, penyediaan infrastruktur
dan fasilitas. Hasil kegiatan ini nantinya dapat digunakan sebagai materi untuk
penataan yang sesuai dengan kebijakan yang ada.

Wisata air perlu dikembangkan untuk menciptakan kegiatan pariwisata yang


menghasilkan devisa bagi Kota Medan. Kawasan di sepanjang sungai yang ada
berpotensi untuk ditata kembali dan menjadi destinasi wisata air. Upaya-upaya yang
perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Pemerintah Kota Medan menerapkan peraturan yang jelas dan tegas mengenai
kawasan sungai dan sempadan sungai.
2) Kegiatan konservasi sumber daya air dan pendayagunaan sumber daya air untuk
mengembalikan fungsi sungai sebagai sumber air, transportasi air dan wisata air
serta menciptakan suasana yang nyaman, aman dan layak untuk dikunjungi.

2-26
3) Penataan sungai berkelanjutan dengan konsep sungai dan sempadan sungai yang
menyatu dengan lanskap bangunan dan lingkungan sekitar.
4) Partisipasi pemerintah dan penduduk dalam pemeliharaan kualitas air sungai dan
lingkungan sekitar.
5) Penyediaan infrastruktur dan fasilitas seperti: dermaga, jalur tansportasi air, jalur
pejalan kaki, jembatan penyeberangan, tangga, café tenda, pasar malam, pasar
terapung, taman, vegetasi, penerangan buatan, dekorasi, atraksi festival, papan
tanda dan informasi, parkir, dll.

Permasalahan yang akan dihadapi dalam kegiatan rencana penataan kawasan sungai
sebagai destinasi wisata air adalah sebagai berikut:
1) Di sepanjang kawasan sungai dan sempadan sungai terdapat permukiman
penduduk yang melanggar peraturan garis sempadan sungai sehingga perlu
dilakukan penataan ulang sesuai dengan peraturan yang ada.
2) Terdapat banyak bangunan liar berupa bangunan permanen maupun non
permanen di sempadan sungai yang secara visual merusak pandangan kawasan
sungai, seperti: warung, shelter dan pondok.
3) Kurangnya kesadaran penduduk di sekitar kawasan sungai untuk memelihara
lingkungannya dimana sungai menjadi tempat pembuangan sampah yang secara
visual menimbulkan kesan kotor, kumuh dan tidak sehat.
4) Kurangnya atau tidak adanya penataan dan pemeliharaan kawasan sungai dan
sempadan sungai sebagai sumber air, transportasi air, wisata air, jalur pejalan
kaki, taman, vegetasi dan lain-lain dimana kebanyakan kawasan sungai dan
sempadan sungai dibiarkan begitu saja dan menjadi tempat yang terlupakan.

Pendekatan yang dilakukan terhadap permasalahan-permasalahan tersebut di atas


adalah dengan melakukan konservasi atau penataan kawasan sungai dan sempadan
sungai yang terencana sehingga dapat berfungsi secara maksimal dan menjadikan
sungai sebagai destinasi wisata air.

2.6 Penutup

2-27
Rencana penataan kawasan sungai sebagai destinasi wisata sungai harus merujuk
kepada tinjauan literatur yang berkaitan langsung dan studi banding dari penataan
kawasan sungai yang sudah ada. Kebijakan penataan kawasan sungai dan aktivitas-
aktivitas yang terbentuk sebagai destinasi wisata air haruslah benar-benar
memfungsikan rencana penataan ini sesuai dengan tujuan kegiatan berdasarkan pada
potensi dan permasalahan yang ada.

2-28

Anda mungkin juga menyukai