PRAKTIKUM FARMAKOLOGI
OLEH
(1914401182)
TA 2019/2020
PEMBERIAN OBAT ORAL,BUKAL,SUBLINGUAL
Tujuan
1. Pasien mendapatkan pengobatan sesuai program pengobatan dokter.
2. Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam pemberian obat.
3. Mencegah, mengobati dan mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi dari jenis obat.
4. Proses reabsorbsi lebih lambat sehingga bila timbul efek samping dari obat tersebut dapat segera
diatasi
5. Menghindari pemberian obat yang menyebabkan kerusakan kulit dan jaringan.
Indikasi
1. Pada pasien yang tidak membutuhkan absorbsi obat secara cepat.
2. Pada pasien yang tidak mengalami gangguan pencernaan
Kontraindikasi
1. Pasien dengan gangguan pada system pecernaan, seperti kanker orall, gangguan menelan, dsb.
Prosedur
Persiapan pasien dan keluarga
1. Menjelaskan prosedur, tujuan , dan manfaat pemberian obat.
Persiapan alat
1. Obat-obatan yang akan diberikan
2. Mangkok atau sendok
3. Daftar pemberian obat
4. Air minum (air putih) dan bila perlu sedotan
5. Perlak dan alasnya
6. Penggerus obat, bila perlu
Persiapan lingkungan : perhatikan privasi pasien
Tindakan
1. Siapkan peralatan dan cuci tangan
2. Kaji kemampuan klien untuk dapat minum obat per oral (menelan, mual, muntah, adanya
program tahan makan atau minum, akan dilakukan pengisapan lambung dll)
3. Periksa kembali perintah pengobatan (nama klien, nama dan dosis obat, waktu dan cara
pemberian) periksa tanggal kedaluarsa obat, bila ada kerugian pada perintah pengobatan laporkan
pada perawat/bidan yang berwenang atau dokter yang meminta.
4. Ambil obat sesuai yang diperlukan (baca perintah pengobatan dan ambil obat yang diperlukan.
5. Siapkan obat-obatan yang akan diberikan. Siapkan jumlah obat yang sesuai dengan dosis yang
diperlukan tanpa mengkontaminasi obat (gunakan tehnik aseptik untuk menjaga kebersihan obat).
memberikan obat dengan cara meletakkan obat diantara gusi dengan membran mukosa diantara pipi.
Tujuan
1. Memperoleh efek local dan sistemik.
2. Memperoleh aksi kerja obat yang lebih cepat dibandingkan secara oral
3. Menghindari kerusakan obat oleh hepar
Konta indikasi
1. Klien yang mengalami perubahan fungsi saluran pencernaan (mis. Mual, muntah), motilitas
menurun (stlh anastesi umum/inflamasi)
2. Klien yang tidak mampu menelan
3. Klien yang terpasang penghisap lambung dan akan menjalani pembedahan
4. Klien tidak sadar/bingung
5. Klien dengan penyakit paru obstruktif, Diabetes melitus dan disfungsi jantung
Indikasi
1. Bebas first Pass Metabolisme
2. Bebas kerusakan dalam GIT
3. Mula kerja cepat
4. Penundaan absorbsi – makanan tidak terjadi
Prosedur Kerja
1. Siapkan peralatan dan cuci tangan.
2. Kaji kemampuan pasien untuk minum obat
3. Periksa kembali perintah pemberian obat
4. Bila ada keraguan diskusikan dengan rekan sejawat atau laporkan pada dokter yang memberikan
order.
5. Ambil obat sesuai dengan dosis.
6. Siapkan obat-obatan dan usahakan dalam mengambil obat jangan sampai menyentuh obat-obatan
secara langsung dengan tangan.
7. Berikan obat pada waktu dan cara yang benar,
8. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
9. Rapikan alat dan kembalikan secara cepat dan benar, cuci tangan.
10. Evaluasi efek obat setelah 30 menit pada pasien. Laporkan pada dokter yang bersangkutan bila
terjadi reaksi yang tidak diinginkan.
Obat sublingual adalah obat yang cara pemberiannya ditaruh di bawah lidah. Ini berarti bahwa pil
diletakkan di bawah lidah di mana ia akan larut dan diserap ke aliran darah. Orang tersebut tidak boleh
minum atau makan apapun sampai obat itu hilang.
Tujuan pembeian obat secara umum yaitu untuk menghilangkan rasa nyeri dan menyembuhkan
penyakit yang diderita oleh klien.
Tujuan pemberian obat secara sublingual sendiri adalah agar efek yang ditimbulkan bisa lebih cepat
karena pembuluh darah di bawah lidah merupakan pusat dari sakit. Dengan cara ini, aksi kerja obat lebih
cepat yaitu setelah hancur di bawah lidah maka obat segera mengalami absorbsi ke dalam pembuluh
darah. Cara ini juga mudah dilakukan dan pasien tidak mengalami kesakitan. Selain itu, tujuannya untuk
memperoleh efek local dan sistemik, memperoleh aksi kerja obat yang lebih cepat dibandingkan secara
oral dan menghidari kerusakan obat oleh hepar.
1. Benar Pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat tidur, gelang identitas)
atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara
verbal, respon non-verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanghgup
mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau gangguan kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang
lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang
identitasnya.
2. Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang kita asing (baru
kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan
nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau
kemasannya harus diperiksa 3 kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak
obat. Kedua, label botol dibandingkan dengan obat yang diminta. Ketiga, saat dikembalikan ke rak obat.
Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.
Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat perawat harus ingat
untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya.
3. Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus berkonsultasi
dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan kepada pasien. Jika pasien
meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul atau tablet
memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya.
4. Benar Cara/Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan pemberian rute
terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik
obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal,
rektal dan inhalasi.
5. Benar Waktu
Ini sangat penting khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau untuk
mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk
memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat, dalam pemberian
antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu
sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang
berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.
6. Benar Dokumentasi
Setelah obat diberikan, harus didokumentasikan tentang dosisnya, rutenya, waktu pemberian dan oleh
siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum, harus
dicatat alasannya dan dilaporkan.
Persiapan Klien
Persiapan Alat
1. Pelaksanaan
b. Memasang tongspatel ( jika klien tidak sadar ), kalau sadar anjurkan klien untuk mengangkat
lidahnya.
2. Evaluasi
Perhatikan respon klien dan hasil tindakan. Apakah klien tidak menelan obat dan apakah obat dapat
diabsorpsi seluruhnya.
3. Dokumentasi
Mencatat tindakan yang telah dilakukan (waktu pelaksanaan, respon klien, hasil tindakan,nama obat dan
dosis, perrawat yang melakukan ) pada catatan keperawatan
Yang perlu diperhatikan dan diketahui dalam pemberian obat secara sublingual adalah:
c. Dari selaput di bawah lidah langsung ke dalam aliran darah, sehingga efek yang dicapai lebih cepat
misalnya : pada pasien serangan jantung dan juga penyakit asma.
d. Kekurangannya kurang praktis untuk digunakan terus menerus dan dapat merangsang selaput lendir
mulut.
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI
OLEH
(1914401182)
TA 2019/2020
KONSEP DAN PRINSIP PEMBERIAN OBAT PARENTERAL
Pemberian obat secara parenteral merupakan pemberian obat melalui injeksi atau infuse. Sediaan
parenteral merupakan sediaan steril. Sediaan ini diberikan melalui beberapa rute pemberian, yaitu Intra
Vena (IV), Intra Spinal (IS), Intra Muskular (IM), Subcutaneus (SC), dan Intra Cutaneus (IC). Obat yang
diberikan secara parenteral akan di absorbs lebih banyak dan bereaksi lebih cepat dibandingkan dengan
obat yang diberikan secara topical atau oral. Perlu juga diketahui bahwa pemberian obat parenteral dapat
menyebabkan resiko infeksi.Resiko infeksi dapat terjadi bila perawat tidak memperhatikan dan
melakukan tekhnik aseptic dan antiseptic pada saat pemberian obat. Karena pada pemberian obat
parenteral, obat diinjeksikan melalui kulit menembus system pertahanan kulit. Komplikasi yang seringv
terjadi adalah bila pH osmolalitas dan kepekatan cairan obat yang diinjeksikan tidak sesuai dengan tempat
penusukan sehingga dapat mengakibatkan kerusakan jaringan sekitar tempat injeksi.
Merupakan cara memberikan atau memasukkan obat ke dalam jaringan kulit. Intra kutan biasanya
di gunakan untuk mengetahui sensivitas tubuh terhadap obat yang disuntikkan.
Tujuan
Pemberian obat intra kutan bertujuan untuk melakukan skintest atau tes terhadap reaksi alergi jenis
obat yang akan digunakan. Pemberian obat melalui jaringan intra kutan ini dilakukan di bawah dermis
atau epidermis, secara umum dilakukan pada daerah lengan tangan bagian ventral.
Indikasi
bisa dilkakukan pada pasien yang tidak sadar, tidak mau bekerja sama karena tidak memungkinkan untuk
diberikan obat secara oral, tidak alergi. Lokasinya yang ideal adalah lengan bawah dalam dan pungguang
bagian atas.
Prosedur kerja
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
3. Bebaskan daerha yang akan disuntik, bila menggunakan baju lengan panjang terbuka dan
keatasan
4. Pasang perlak/pengalas dibawah bagian yang akan disuntik
5. Ambil obat untuk tes alergi kemudian larutkan/encerkan dengan aquades. Kemudian ambil 0,5 cc
dan encerkan lagi sampai kurang lebih 1 cc dan siapkan pada bak injeksi atau steril.
6. Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang akan dilakukan suntikan.
7. Tegangkan dengan tangan kiri daerah yang akan disuntik.
8. Lakukan penusukan dengan lubang jarum suntik menghadap ke atas dengan sudut 15-20 derajat
di permukaan kulit.
9. Suntikkkan sampai terjadi gelembung.
10. Tarik spuit dan tidak boleh dilakukan masase.
11. Cuci tangan dan catat hasil pemberian obat/tes obat, waktu, tanggal dan jenis obat.
Daerah Penyuntikan :
Dilengan bawah : bagian depan lengan bawah 1/3 dari lekukan siku atau 2/3 dari
pergelangan tangan pada kulit yang sehat, jauh dari PD.
Di lengan atas : 3 jari di bawah sendi bahu, di tengah daerah muskulus deltoideus.
Tujuan
Pemberian obat melalui jaringan sub kutan ini pada umumnya dilakukan dengan program
pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah. Pemberian insulin
terdapat 2 tipe larutan yaitu jernih dan keruh karena adanya penambahan protein sehingga
memperlambat absorbs obat atau juga termasuk tipe lambat.
Prosedur kerja
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Bebaskan daerah yang akan disuntik atau bebaskan suntikan dari pakaian. Apabila menggunakan
pakaian, maka buka pakaian dan di keataskan.
4. Ambil obat dalam tempatnya sesuai dosis yang akan diberikan. Setelah itu tempatkan pada bak
injeksi.
5. Desinfeksi dengan kapas alcohol.
6. Regangkan dengan tangan kiri (daerah yang akan dilakukan suntikan subkutan).
7. Lakukan penusukan dengan lubang jarum menghadap ke atas dengan sudut 45 derajat dari
permukaan kulit.
8. Lakukan aspirasi, bila tidak ada darah, suntikkan secara perlahan-lahan hingga habis.
9. Tarik spuit dan tahan dengan kapas alcohol dan spuit yang telah dipakai masukkan ke dalam
bengkok.
10. Catat hasil pemberian, tanggal, waktu pemberian, dan jenis serta dosis obat.
11. Cuci tangan.
Daerah Penyuntikan :
Otot Bokong (musculus gluteus maximus) kanan & kiri ; yang tepat adalah 1/3 bagian dari Spina
Iliaca Anterior Superior ke tulang ekor (os coxygeus)
Otot paha bagian luar (muskulus quadriceps femoris)
Otot pangkal lengan (muskulus deltoideus)
Pengertian
Cara memberikan obat pada vena secara langsung. Diantaranya vena mediana kubiti/vena
cephalika (lengan), vena sephanous (tungkai), vena jugularis (leher), vena frontalis/temporalis (kepala).
Tujuan
pemberian obat intra vena secara langsung bertujuan agar obat dapat bereaksi langsung dan
masuk ke dalam pembuluh darah.
indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak
memungkinkan untuk diberikan obat secara oral dan steril.
kontra indikasi : tidak steril, obat yang tidak dapat larut dalam air, atau menimbulkan endapan
dengan protein atau butiran darah.
Prosedur kerja
a. cuci tangan.
b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
c. Bebaskan daerah yang akan disuntik dengan cara membebaskan pakaian pada daerah
penyuntikan, apabila tertutup, buka dan ke ataskan.
d. Ambil obat pada tempatnya sesuai dosi yang telah ditentukan. Apabila obat dalam bentuk
sediaan bubuk, maka larutkan dengan aquades steril.
e. Pasang perlak atau pengalas di bawah vena yang akan dilakukan injeksi.
f. Tempatkan obat yang telah di ambil ke dalam bak injeksi.
g. Desinfeksi dengan kapas alcohol.
h. Lakukan pengikatan dengan karet pembendung pada bagian atas daerah yang akan dilakukakn
pemberian obat atau minta bantuan untuk membendung daerah yang akan dilakukan penyuntikan
dan lakukan penekanan.
i. Ambil spuit yang berisi obat.
j. Lakukan penusukan dengan lubang menghadap ke atas dengan memasukkan ke pembuluh darah.
k. Lakukan aspirasi, bila sudah ada darah lepaskan karet pembendung dan langsung semprotkan
hingga habis.
l. Setelah selesai ambil spuit dengan menarik secara perlahan-lahan dan lakukan masase pada
daerah penusukan dengan kapas alcohol, spuit yang telah digunakan di masukkan ke dalam
bengkok.
m. Catat hasil pemberian, tanggal, waktu, dan dosis pemberian obat.
n. Cuci tangan.
Pengertian
Merupakan cara memasukkan obat ke dalam jaringan otot. Lokasi penyuntikan dapat dilakukan
pada daerah paha (vastus lateralis) dengan posisi ventrogluteal (posisi berbaring), dorsogluteal (posisi
tengkurap), atau lengan atas (deltoid).
Tujuan
Agar obat di absorbs tubuh dengan cepat.
indikasi : bias dilakukan pada pasien yang tidak sadar dan tidak mau bekerja sama karena tidak
memungkinkan untuk diberikan obat secara oral, bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut,
tonjolan tulang, otot atau saras besar di bawahnya.
kontra indikasi : Infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, otot atau saraf besar di
bawahnya.
Daerah Penyuntikan :
a. Bagian lateral bokong (vastus lateralis)
b. Butoks (bagian lateral gluteus maksimus)
c. Lengan atas (deltpid)
KONSEP DAN PRINSIP PEMBERIAN OBAT TOPIKAL
4. Salep
Salep adalah sebuah homogen kental, semi-padat, tebal, berminyak dengan viskositas tinggi,
untuk aplikasi eksternal pada kulit atau selaput lendir.Salep digunakan sebagai pelembaban atau
perlindungan, terapi, atau profilaksis sesuai dengan tingkat oklusi yang diinginkan.Salep
digunakan pada kulit dan selaput lendir yang terdapat pada mata (salep mata), vagina, anus dan
hidung.Salep biasanya sangat pelembab, dan baik untuk kulit kering selain itu juga memiliki
risiko rendah sensitisasi akibat beberapa bahan minyak atau lemak.(Jean Smith, Joyce Young
dan patricia carr, 2005 : 684)
a. Pada Kulit
Obat yang biasa digunakan untuk pemberian obat topikal pada kulit adalah obat yang
berbentuk krim, lotion, sprei atau salep. Hal ini dilakukan dengan tujuan melakukan perawatan kulit
atau luka, atau menurunkan gejala gangguan kulit yang terjadi (contoh : lotion). Krim, dapat
mengandung zat anti fungal (jamur), kortikosteorid, atau antibiotic yang dioleskan pada kulit dengan
menggunakan kapas lidi steril.
Krim dengan antibiotic sering digunakan pada luka bakar atau ulkus dekubitus. Krim adalah
produk berbasis air dengan efek mendinginkan dan emolien. Mereka mengandung bahan pengawet
untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur, tetapi bahan pengawet tertentu dapat menyebabkan
sensitisasi dan dermatitis kontak alergi.Krim kurang berminyak dibandingkan salep dan secara
kosmetik lebih baik ditoleransi.
Sedangkan salep, dapat digunakan untuk melindungi kulit dari iritasi atau laserasi kulit akibat
kelembaban kulit pada kasus inkontenansia urin atau fekal. Salep tidak mengandung air, mereka
adalah produk berbasis minyak yang dapat membentuk lapisan penutup diatas permukaan kulit yang
membantu kulit untuk mempertahankan air. Salep nenghidrasi kulit yang kering dan bersisik serta
meningkatkan penyerapan zat aktif, dan karena itu berguna dalam kondisi kulit kering kronis. Salep
tidak mengandung bahan pengawet.
Losion adalah suspensi berair yang dapat digunakan pada permukaan tubuh yang luas dan pada
daerah berbulu.Losion memiliki efek mengeringkan dan mendinginkan.
Obat transdermal adalah obat yang dirancang untuk larut kedalam kulit untuk mendapatkan
efek sistemik.Tersedia dalam bentuk lembaran.Lembaran obat tersebut dibuat dengan membran
khusus yang membuat zat obat menyerap perlahan kedalam kulit. Lembaran ini juga dapat sekaligus
mengontrol frekuensi penggunaan obat selama 24 ± 72 jam
Alat &Bahan :
a. Obat dalam tempatnya (seperti losion, krim, aerosal, sprei)
b. Pinset anatomis
c. Kain kasa
d. Balutan
e. Pengalas
f. Air sabun, air hangat
g. Sarung tangan
Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Pasang pengalas dibawah daerah yang akan dilakukan tindakan
4. Gunakan sarung tangan
5. Bersihkan daerah yang akan diberi obat dengan air hangat (apabila terdapat kulit mengeras)
dan gunakan pinset anatomis
6. Berikan obat sesuai dengan indikasi dan cara pemakaian seperti mengoleskan atau
mengompres
7. Jika diperlukan, tutup dengan kain kasa atau balutan pada daerah diobati
8. Cuci tangan
b. Pada Mata
Pemberian obat pada mata dilakukan dengan cara meneteskan obat mata atau mengoleskan
salep mata. Persiapan pemeriksaan struktur internal mata dilakukan dengan cara mendilatasi pupil,
untuk mengukur refraksi lensa dengan cara melemahkan otot lensa, kemudian dapat juga digunakan
untuk menghilangkan iritasi mata
Obat mata biasanya berbentuk cairan dan ointment/ obat salep mata yang dikemas dalam
tabung kecil.Karena sifat selaput lendir dan jaringan mata yang lunak dan responsif terhadap obat,
maka obat mata biasanya diramu dengan kakuatan yang rendah misalnya 2 %.
Alat &Bahan :
a. Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau beruupa salep
b. Pipet
c. Pinset anatomi dalam tempatnya
d. Korentang dalam tempatnya
e. Plester
f. Kain kasa
g. Kertas tisu
h. Balutan
i. Sarung tangan
j. Air hangat atau kapas pelembab
Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Atur posisi pasien dengan kepala menengadah, dengan posisi perawat di samping kanan
4. Gunakan sarung tangan
5. Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembab dari sudut mata kearah
hidung. Apabila sangat kotor basuh dengan air hangat
6. Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian bawah dengan ibu jari, jari telunjuk di
ataas tulang orbita
7. Teteskan obat mata diatas sakus konjungtiva . Setelah tetesan selesai sesuai dengan dosis,
anjurkan pasien untuk menutup mata secara perlahan
8. Apabila obat mata jenis salep, pegang aplikator salep diatas pinggir kelopak mata
kemudian pijat tube sehingga obat keluar dan berikan obat pada kelopak mata bawah. Setelah
selesai anjurkan pesian untuk melihat kebawah, secara bergantian dan berikan obat pada
kelopak mata bagian atas dan biarkan pasien untuk memejamkan mata dan menggerakan kelopak
mata
9. Tutup mata dengan kasa bila perlu
10. Cuci tangan
11. Catat obat, jumlah, waktu dan tempat pemberian
c. Pada Telinga
Pemberian obat pada telinga dilakukan dengan cara memberikan tetes telinga atau salep. Obat
tetes telinga ini pada umumnya diberikan pada gangguan infeksi telinga, khususnya pada telinga
tengah (otitis eksternal) dan dapat berupa obat antibiotik.
Alat &Bahan :
a. Obat dalam tempatnya
b. Penetes
c. Spekulum telinga
d. Pinset anatomi dalam tempatnya
e. Korentang dalam tempatnya
f. Plester
g. Kain kasa
h. Kertas tisu
i. Balutan
Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Atur posisi pasien dengan kepala miring kekanan atau kekiri sesuai dengan daerah yang
akan diobati, usahakan agar lubang telinga pasien diatas
4. Luruskan lubang telinga dengan menarik daun telinga ke atas atau ke belakang (pada orang
dewasa), kebawah pada anak-anak
5. Apabila obat berupa tetes maka teteskan obat pada dinding saluran untuk mencegah terhalang
oleh gelembung udara dengan jumlah tetesan sesuai dosis
6. Apabila obat berupa salep maka ambil kapas lidih dan oleskan salep kemudian masukan atau
oleskan pada liang telinga
7. Pertahankan posisi kepala kurang lebih selama 2-3 menit
8. Tutup telingan dengan pembalut dan plester jika diperlukan
9. Cuci tangan
10. Catat jumlah, tanggal dan dosis pemberian
d. Pada Hidung
Pemberian obat pada hidung dilakukan dengan cara memberikan tetes hidung yang dapat
dilakukan pada seseorang dengan keradangan hidung (rhinitis) atau nasofaring
Efek samping sistemik hampir tidak ada, kecuali pada bayi/anak dan usia lanjut yang lebih
peka terhadap efek sistemik. Namun ada efek samping lain akibat vasokonstriksi lokal secara
cepat yaitu, jika pemberian obat tetes hidung ini dihentikan, dapat terjadi sumbatan hidung yang
lebih berat. Sumbatan sekunder in dapat menyebabkan kerusakan jaringan setempat dan
mengganggu bulu hidung.
Bentuk-bentuknya :
a. Tetes hidung (nasal drops). ditujukan untuk bayi, anak-anak dan dewasa. contohnya
Breathy, Alfrin, Iliadin, Otrivin.
b. Semprot hidung (nasal spray). ditujukan untuk orang dewasa. contohnya Afrin, Iliadin,
Otrivin.
c. Semprot hidung dengan dosis terukur (metered-dose nasal spray), ditujukan untuk anak-
anak usia tidak kurang dari 4 tahun dan dewasa. contohnya Beconase, Flixonase,
Alat &Bahan :
a. Obat dalam tempatnya
b. Pipet
c. Spekulum hidung
d. Pinset anatomi dalam tempatnya
e. Korentang dalam tempatnya
f. Plester
g. Kain kasa
h. Kertas tisu
i. Balutan
Prosedur Kerja :
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3. Atur posisi pasien dengan cara :
a. Duduk dikursi dengan kepala mengadah ke belakang
b. Berbaring dengan kepala ekstensi pada tepi tempat tidur
c. Berbaring dengan bantal dibawah bahu dan kepala tengadah ke belakang
4. Berikan tetesan obat pada tiap lubang hidung (sesuai dengan dosis)
5. Pertahankan posisi kepala tetap tengadah ke belakang selama 5 menit
6. Cuci tangan
7. Catat, cara, tanggal dan dosis pemberian obat
Bentuk obat supositoria rektal berbeda dari obat supositoria vagina. Bentuk obat supositoria rektal
lebih tipis dan bulat. Bentuk obat yang ujungnya bulat mencegah trauma anal ketika obat dimasukkan.
Obat supositoria rektal mengandung obat yang memberikan efek lokal, misalnya meningkatkan defekasi,
atau efek sistemik, misalnya mengurangi rasa mual dan menurunkan suhu tubuh. Obat supositoria rektal
disimpan di dalam lemari es sebelum diberikan.
Selama memberikan obat perawat harus memasukkan obat supositoria melewati sfingter anal
dalam dan menyentuh mukosa rektal. Obat supositoria tidak boleh dipaksa masuk ke dalam massa atau
materi feses.
Indikasi
a. Mengobati gejala-gejala rematoid, spondistis ankiloksa, gout akut dan osteoritis.
b. Untuk pengobatan konstivasi, wasir.
c. Untuk efek sistematik seperti mual dan muntah.
Kontra Indikasi
a. Hipersensitif terhadap ketoprofen, esetosal dan ains lain.
b. Pasien yang menderita ulkus pentrikum atau peradangan aktif (inflamasi akut) pada saluran cerna.
c. Bionkospasme berat atau pasien dengan riwayat asma bronchial atau alergi.
d. Gagal fungsi ginjal dan hati yang berat.
e. Supositoria sebaiknya tidak di gunakan pada penderita piotitis atau hemoroid.
f. Pembedahan rektal.
Pelaksanaan
Persiapan Alat
Persiapan Pasien
1. Menjelaskan kepada pasien tujuan tindakan yang akan dilakukan.
2. Memebritahukan prosedur tindakan yang akan dilakukan.
3. Beri tahu pasien untuk tetap berbaring/miring selama kurang lebih 5 menit.
4. Menutup jendela, korden, dan memasang sampiran atau sketsel bila perlu.
5. Menganjurkan orang yang tidak berkepentingan untuk keluar ruangan.
Prosedur Tindakan
1. Periksa kembali order pengobatan mengenai jenis pengobatan waktu, jumlah dan dosis obat.
2. Siapkan pasien
3. Identifikasi pasien dengan tepat dan tanyakan namanya
4. Berikan penjelasan pada pasien dan jaga privasi pasien
5. Atur posisi pasien dalam posisi sim dengan tungkai bagian atas fleksi ke depan
6. Tutup dengan selimut mandi, panjangkan area parineal saja
7. Kenakan sarung tangan
8. Buka supositoria dari kemasannya dan beri pelumas pada ujung bulatan dengan jeli, beri pelumas
sarung tangan pada jari telunjuk dan tangan dominan anda.
9. Minta pasien untuk menarik nafas dalam melalui mulut dan untuk merelaksasikan sfingterani.
Mendorong supositoria melalui spinter yang kontriksi menyebabkan timbulnya nyeri
10. Regangkan bokong pasien dengan tangan dominan, dengan jari telunjuk yang tersarungi,
masukan supusitoria ke dalam anus melalui sfingterani dan mengenai dinding rektal 10 cm pada
orang dewasa dan 5 cm pada bayi dan anak-anak.
11. Anak supositoria harus di tetapkan pada mukosa rectum supaya pada pasiennya di serap dan
memberikan efek terapeutik
12. Tarik jari anda dan bersihkan areal anal pasien dcngan tisu
13. Anjurkan pasien untuk tetap berbaring terlentang atau miring selama 5 menit untuk mencegah
keluarnya suppositoria
14. Jika suppositoria mengandung laktosit atau pelunak fases, letakan tombol pemanggil dalam
jangkauan pasien agar pasien dapat mencari bantuan untuk mengambil pispot atau ke kamar
mandi
15. Buang sarung tangan pada tempatnya dengan benar
16. Cuci tangan
17. Kaji respon pasien
18. Dokumentasikan seluruh tindakan.
Obat vagina tersedia dalam bentuk supositoria, sabun, jeli atau krim. Obat supositoria tersedia
dalam bungkus satuan dan dikemas dalam pembungkus timah. Penyimpanan di lemari es mencegah obat
supositoria padat berbentuk oval meleleh. Setelah obat supositoria dimasukkan ke dalam rongga vagina,
suhu tubuh akan membuat obat meleleh, didistribusikan dan diabsorpsi. Setelah memasukkan obat, pasien
mungkin berharap untuk memakai pembalut perineum untuk menampung drainase yang berlebihan.
Karena obat vagina seringkali diberikan untuk mengobati infeksi, setiap rabas yang ke luar mungkin
berbau busuk.
Kontra Indikasi
Jangan diberikan pada orang yang mempunyai kecenderungan hipersensitif atau alergi.
Pelaksanaan
Persiapan Alat
1. Obat dalam tempatnya
2. Aplikator untuk krim vagina
3. Pelumas untuk supositoria
4. Sarung tangan sekali pakai
5. Pembalut
6. Handuk bersih
7. Perlak/pengalas
8. Gorden / sampiran
Prosedur Tindakan
f) Apabila jenis obat suppositoria maka buka pembungkus dan berikan pelumas pada obat.
g) Regangkan labia minora dengan tangan kiri dan masukkan obat sepanjang dinding kanal vaginal
posterior sampai 7,5-10 cm.
h) Setelah obat masuk, bersihkan daerah sekitar orifisium dan labia dengan tisu.
i) Anjurkan untuk tetap dalam posisi kurang lebih 10 menit agar obat bereaksi.
j) Cuci tangan.
Catatan: apabila menggunakan obat jenis krim, isi aplikator krim atau ikuti petunjuk krim yang tertera
pada kemasan, renggangkan lipatan labia dan masukkan aplikator kurang lebih 7,5 cm dan dorong
penarik aplikator untuk mengeluarkan obat dan lanjutkan sesuai langkah nomor 8,9,10,11.