Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Edema merupakan manifestasi umum kelebihan volume cairan yang
membutuhkan perhatian khusus. Pembentukan edema sebagi akibat dari perluasan
cairan dalam kompartemen cairan interstisiel, dapat terlokalisir, contohnya pada
pergelangan kaki dapat berhubungan dengan rematoid arthritis atau dapat
menyeluruh, seperti pada gagal jantung atau ginjal. Edema menyeluruh yang berat
disebut anasarka.
Edema akan terjadi jika ada perubahan dalam membrane kapiler,
meningkatkan pembentukan cairan interstisiel atau menurunkan perpindahan
cairan interstisiel. Luka bakar dan ineksi merupakan contoh-contoh keadaan yang
dihubungkan dengan peningkatan volume cairan interstisiel. Obstruksi aliran
limfatik atau penurunan tekanan onkotik plasma menyebabkan peningkatan
volume cairan intertisiel. Ginjal menahan natrium dan air jika ada penurunan
volume ekstraseluler sebagai akibat dari npenurunan curah jantung dari gagal
jantung.
Asites merupakan bentuk edema yang terlihat pada kavitas peritoneal akibat
dari sindroma nefrotik atau sirosis. Pasien umumnya mengeluhkan napas pendek
dan perasaan tertekan karena adanya tekanan diafragma.
Edema biasanya terlihat pada area yang tergantung. Edema dapat ditemukan
pada pergelangan kaki, sacrum, skrotum, atau daerah periorbital di wajah. Edema
pitting disebut demikian karena sebuah lubang terbentuk jika seseorang menekan
sebuah jari ke jaringan yang edema. Edema pulmonal merupakan bentuk lain dari
edema dimana terjadi peningkatan cairan dalam intertisium paru dan alveoli.
Maniestasi termasuk napas pendek, peningkatan frekuensi penapasan,
diaphoresis, krekels, dan mengi pada auskultasi paru.
Penurunan hematokrin akibat hemodilusi, hasil gas darah arteri menunjukkan
alkalosis respiratori dan hipoksemia, dan penurunan osmolalitas dan natrium
serum karena retensi cairan mungkin terjadi dengan edema. BUN dan kreatinin
akan meningkat, berat jenis urin akan menurun karena ginjal mencoba untuk
mengekskresikan air yang berlebihan, dan natrium urin akan menurun karena
peningkatan produksi aldosteron.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa definisi Oedema?
2. Apa etiologi oedema?
3. Apa klasifikasi oedema?
4. Sebutkan tanda dan gejala dari oedema?
5. Apa patofisiologi oedema ?
6. Jelasakan penatalaksanaannya !
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentan definisi oedema
2. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi oedema
3. Mahasiswa mampu menyebutkan tanda dan gejala oedema
4. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi oedema
5. Mahasiswa mampu menjelaksan penatalaksanaannya
BAB 2
PEMBAHASAN

.5 Definisi
Dalam bahasa Inggris pembengkakan adalah Edema yang berasal dari bahasa
yunani yaitu dropsyatau semacam penyakit yang merupakan akumulasi abnormal
cairan di bawah kulit atau dalam satu atau lebih rongga tubuh. Oedema (bengkak)
adalah pembengkakan karena penumpukan cairan pada exstremitas maupun pada
organ dalam tubuh.
Edema adalah gelembung cairan dari beberapa organ atau jaringan yang
merupakan terkumpulnya kelebihan cairan limfe, tanpa peningkatan umlah sel dalam
mempengaruhi jaringan. Edema bisa terkumpul pada beberapa lokasi pada tubuh,
tetapi biasanya terdapat pada kaki dan pergelangan kaki (Aethur C. Guyton)
Edema adalah peningkatan cairan intertisil dalam beberapa organ. Umumnya
jumlah cairan interstisil, yaitu keseimb angan homeostatis. Peningkatan sekresi
cairan ke dalam interstisium atau kerusakan pemebersihan cairan ini juga dapat
menyebabkan edema (Ida Bagus Gede Manuaba).

Edema (oedema) atau sembab adalah meningkatnya volume cairan


ekstraseluler dan ekstravaskuler (cairan interstitium) yang disertai dengan
penimbunan cairan abnormal dalam sela-sela jaringan dan rongga serosa (jaringan
ikat longgar dan rongga-rongga badan). Oedema dapat bersifat setempat (lokal) dan
umum (general). Oedema yang bersifat lokal seperti terjadi hanya di dalam rongga
perut (ascites), rongga dada (hydrothorax) (Wheda, 2010).
Cairan edema diberi istilah transudat, memiliki berat jenis dan kadar protein
rendah, jernih tidak berwarna atau jernih kekuningan dan merupakan cairan yang
encer atau mirip gelatin bila mengandung di dalamnya sejumlah fibrinogen plasma. 
Oedema bisa bersifat lokal dan bisa menyebar. Oedema lokal bisa terjadi pada
kebanyakan organ dan jaringan-jaringan, bergantung pada penyebab lokalnya edema
yang menyebar mempengaruhi seluruh bagian tubuh tapi yang paling parah mungkin
tubuh bagian bawah karena adanya gravitasi yang menarik air ke bawah sehingga
terakumulasi di bagian bawah tubuh misalnya oedema pada exstremitas bawah,
terjadi hanya di dalam rongga perut (hydroperitoneum atau ascites), rongga dada
(hydrothorax), di bawah kulit (edema subkutis atau hidops anasarca), pericardium
jantung (hydropericardium) atau di dalam paru-paru (edema pulmonum).
Sedangkan edema yang ditandai dengan terjadinya pengumpulan cairan edema
di banyak tempat dinamakan edema umum (general edema). Kenaikan tekanan
hidrostatik terjadi pada gagal jantung, penurunan tekanan osmotic terjadi sindrom
nefrotik dan gagal hati. Hal ini biasanya mengajarkan bahwa fakta-fakta ini
menjelaskan terjadinya oedema dalam kondisi ini. Penyebab oedema yang umum
seluruh tubuh dapat menyebabkan oedema dalam berbagai organ dan peripherally.
Sebagai contoh, gagal jantung yang parah dapat menyebabkan oedema paru, efusi
pleura, asites dan oedema perifer, yang terakhir dari efek yang dapat juga berasal dari
penyebab kurang serius.
Organ Spesifik oedema
Oedema akan terjadi pada organ tertentu sebagai bagian dari peradangan
seperti pada faringitis, tendonitis atau pankreatitis, misalnya organ-organ tertentu
mengembangakan jaringan oedema melalui mekanisme khusus.
Contoh oedema pada organ tertentu yaitu :
1) Cerebal oedema adalah akumulasi cairan ekstraseluler dalam otak. Ini dapat
terjadi pada metabolik beracun atau tidak normal dan kondisi negara seperti lupus
sistemik. Ini yang menyebabkan mengantuk atau pulmonary oedema terjadi
ketika tekanan di pembuluh darah di paru-paru dinaikkan karena obstruksi untuk
penghapusan darah melalui vena paru-paru. Hal ini biasanya disebabkan oleh
kegagalan ventrikel kiri jantung dapat juga terjadi pada penyakit ketinggian atau
menghirup bahan kimia beracun, menghasilkan oedema paru dan sesak nafas.
Efusi pleura dapat terjadi ketika cairan juga mneumpuk di rongga pleura.
2) Oedema juga dapat ditemukan dalam kornea mata dengan glukoma,
konjungtivitis berat atau keratitis atau setelah operasi. Itu mungkin menghasilkan
warna lingkaran cahaya disekitar lampu-lampu terang.
3) Oedema di sekitar mata disebut priorbital oedema atau kantung mata. Periorbital
jaringan yang paling trasa bengkak segera setelah bangun, mungkin karena
redistribusi gravitasi cairan dalam posisi horizontal.
4) Oedema pada exstremitas bawah sering terjadi pada pasien dengan gagal jantung,
hal ini ada tiga faktor penyebab yaitu sebagai berikut: jika terjadi tekanan vena
sentral naik ke saluran kelenjar toraks kemudian perintah untuk mengalirkan
cairan ke jaringan akan terhambat, adanya gagal jantung berat yang merupakan
salah satu kondisi yang paling melelahkan bagi penderita sehingga cenderung
menghabiskan waktu untuk duduk untuk membuat bernafas lebih mudah dan
menggantungkan kaki mereka bergerak di lantai. Immobilitas yang paling umum
menjadi faktor penyebab oedema pada exstremitas bawah.

5.1 Etiologi
1. Adanya kongesti
Pada kondisi vena yang terbendung (kongesti), terjadi peningkatan tekanan
hidrostatik intra vaskula (tekanan yang mendorong darah mengalir di dalam vaskula
oleh kerja pompa jantung) menimbulkan perembesan cairan plasma ke dalam ruang
interstitium. Cairan plasma ini akan mengisi pada sela-sela jaringan ikat longgar dan
rongga badan (terjadi edema).
2. Obstruksi limfatik
Apabila terjadi gangguan aliran limfe pada suatu daerah (obstruksi/penyumbatan),
maka cairan tubuh yang berasal dari plasma darah dan hasil metabolisme yang masuk
ke dalam saluran limfe akan tertimbun (limfedema). Limfedema ini sering terjadi
akibat mastek-tomi radikal untuk mengeluarkan tumor ganas pada payudara atau
akibat tumor ganas menginfiltrasi kelenjar dan saluran limfe. Selain itu, saluran dan
kelenjar inguinal yang meradang akibat infestasi filaria dapat juga menyebabkan
edema pada scrotum dan tungkai (penyakit filariasis atau kaki gajah/elephantiasis).

3. Permeabilitas kapiler yang bertambah


Endotel kapiler merupakan suatu membran semi permeabel yang dapat dilalui oleh air
dan elektrolit secara bebas, sedangkan protein plasma hanya dapat melaluinya sedikit
atau terbatas. Tekanan osmotic darah lebih besar dari pada limfe. Daya permeabilitas
ini bergantung kepada substansi yang mengikat sel-sel endotel tersebut. Pada keadaan
tertentu, misalnya akibat pengaruh toksin yang bekerja terhadap endotel,
permeabilitas kapiler dapat bertambah. Akibatnya ialah protein plasma keluar kapiler,
sehingga tekanan osmotic koloid darah menurun dan sebaliknya tekanan osmotic
cairan interstitium bertambah. Hal ini mengakibatkan makin banyak cairan yang
meninggalkan kapiler dan menimbulkan edema. Bertambahnya permeabilitas kapiler
dapat terjadi pada kondisi infeksi berat dan reaksi anafilaktik.
a) Hipoproteinemia
Menurunnya jumlah protein darah (hipoproteinemia) menimbulkan rendahnya
daya ikat air protein plasma yang tersisa, sehingga cairan plasma merembes
keluar vaskula sebagai cairan edema. Kondisi hipoproteinemia dapat
diakibatkan kehilangan darah secara kronis oleh cacing Haemonchus
contortus yang menghisap darah di dalam mukosa lambung kelenjar
(abomasum) dan akibat kerusakan pada ginjal yang menimbulkan gejala
albuminuria (proteinuria, protein darah albumin keluar bersama urin)
berkepanjangan. Hipoproteinemia ini biasanya mengakibatkan edema umum
b) Tekanan osmotic koloid
Tekanan osmotic koloid dalam jaringan biasanya hanya kecil sekali, sehingga
tidak dapat melawan tekanan osmotic yang terdapat dalam darah. Tetapi pada
keadaan tertentu jumlah protein dalam jaringan dapat meninggi, misalnya jika
permeabilitas kapiler bertambah. Dalam hal ini maka tekanan osmotic
jaringan dapat menyebabkan edema. Filtrasi cairan plasma juga mendapat
perlawanan dari tekanan jaringan (tissue tension). Tekanan ini berbeda-beda
pada berbagai jaringan. Pada jaringan subcutis yang renggang seperti kelopak
mata, tekanan sangat rendah, oleh karena itu pada tempat tersebut mudah
timbul edema.
c) Retensi natrium dan air
Retensi natrium terjadi bila eksresi natrium dalam kemih lebih kecil dari pada
yang masuk (intake). Karena konsentrasi natrium meninggi maka akan terjadi
hipertoni. Hipertoni menyebabkan air ditahan, sehingga jumlah cairan
ekstraseluler dan ekstravaskuler (cairan interstitium) bertambah. Akibatnya
terjadi edema. Retensi natrium dan air dapat diakibatkan oleh factor hormonal
(penigkatan aldosteron pada cirrhosis hepatis dan sindrom nefrotik dan pada
penderita yang mendapat pengobatan dengan ACTH, testosteron, progesteron
atau estrogen).
Derajat terjadinya oedema:
1+   : menekan sedalam 2mm akan kembali dengan cepat
2+   : menekan lebih dalam (4mm) dan akan kembali dalam waktu 10-15 detik
3+   : menekan lebih dalam (6mm) akan kemabli dalam waktu >1 menit, tampak
bengkak
4+   : menekan lebih dalam lagi (8mm) akan kembali dalam waktu 2-5
menit, tampak sangat bengkak yang nyata.
(Radiologi.rsnajls.org)

5.2 Klasifikasi

1. Edema Lokalista (Edema local)


terbatas pada organ atau pembuluh darah tertentu.
 pada 1 ekstremitas (unilateral) : disebabkan oleh obstruksi pada vena atau
pembuluh limfe,misalnya : trombosis vena dalam, obstruksi oleh tumor,
limfedema primer, edema stasis pada ekstremitas yang mengalami
kelumpuhan.
 pada 2 ekstremitas (bilateral), biasanya pada ekstremitas bawah : disebabkan
oleh obstruksi vena cafa inferior, tekanan akibat asites masif atau massa intra
abdomen
 pada muka (facial edema) : disebabkan oleh obstruksi pada vena cafa superior
dan reaksi alergi (angioedema) asites (cairan di rongga peritoneal)
hidrotoraks (cairan di rongga pleura) = efusi pleura.

2. Edema Generalista (Edema Umum)


pembengkakan terjadi pada seluruh tubuh atau sebagian besar tubuh penderita.

 pada ekstremitas bawah, terutama setelah berdiri lama dan disertai dengan
edema pada paru : disebabkan oleh kelainan jantung
 pada mata, terutama setelah bangun tidur : disebabkan oleh kelainan ginjal
dan gangguan ekskresi natrium
 asites, edema pada ekstremitas dan skrotum : sering disebabkan oleh sirosis
atau gagal jantung

3. Penyebab lain (tapi kasusnya relatif jarang) :

 Edema idiopatik : edema yang disertai dengan peningkatan berat badan secara
cepat dan berulang, biasanya terjadi pada wanita usia reproduktif
 Hipotiroid : merupakan mix-edema, biasanya terdapat di pre-tibial
 Obat-obatan : steroid, estrogen, vasodilator
 Kehamilan
 Makan kembali setelah puasa

Edema
1. Berkurangnya protein dari plasma

 gangguan hati, gangguan ginjal, malnutrisi protein


 tekanan onkotik (OPc) menurun

2. Meningkatnya tekanan hidrostatik kapiler

 gagal jantung, kegagalan pompa vena : paralisis otot, latihan, peningkatan


curah jantung
 tekanan hidrostatik (HPc) meningkat

3. Meningkatnya permeabilitas kapiler

 respon inflamasi, trauma


 peningkatan OPi dan penurunan OPc

4. Hambatan pembuluh limfatik


Filariasis limfatik, adalah sumbatan kelenjar getah bening peningkatan Opi
5.Pengurangan tekanan osmotik
Hal ini diakibatkan oleh kehilangan albumin serum yang berlebihan atau
pengurangan sintesis albumin serum. Penyebab terpenting peningkatan kehilangan
albumin adalah suatu penyakit ginjal tertentu yang disertai permeabilitas tidak normal
pada albumin. Karena keseimbangan cairan tergantung pada sifat osmotik protein
serum maka keadaan yang disertai oleh penurunan konsentrasi protein ini dapat
mengakibatkan edema. Pada sindrom nefrotik sejumlah besar protein hilang dalam
urin dan penderita menjadi hipoproteinemia. Hipoproteinemia pada hepar dapat
berupa sirosis hati.
6. Retensi natrium dan air
Retensi natrium terjadi jika ekskresi natrium dalam urine lebih kecil daripada yang
masuk. Karena konsentrasi natrium yang tingi akan terjadi hipertonik. Hipertonik
akan menyebabkan air ditahan sehingga jumlah CES bertambah dan terjadilah
edema.
Cairan edema dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

 Transudat

Transudat adalah cairan yang tertimbun di dalam jaringan atau ruangan karena
alasan-alasan lain dan bukan akibat dari perubahan permeabilitas pembuluh. Gagal
jantung merupakan penyebab utama pembentukan transudat. Selain itu pada edema
akibat turunnya tekanan koloid osmotik plasma, cairan edema akan terisi sedikit
protein maka cairannya termasuk transudat.

 Eksudat

Eksudat adalh cairan yang tertimbun di dalam jaringan atau ruangan karena
bertambahnya permeabilitas pembuluh terhadap protein. Edema peradangan
merupakan salah satu jenis eksudat. Eksudat dengan sifatnya yang alami cenderung
mengandung lebih banyak protein daripada transudat oleh karena itu eksudat
cenderung memiliki berat jenis yang lebih besar. Selain itu protein eksudat sering
mengandung fibrinogen yang akan mengendap sebagai fibrin sehingga dapat
menyebabkan terjadinya pembekuan eksudat dan akhirnya eksudat mengandung
leukosit sebagai bagian dari proses peradangan.

5.3 Tanda Gejala (maniestasi klinis)


1. Distensi vena jugularis, peningkatan tekanan vena sentral.
2. Peningkatan tekanan darah, denyut nadi penuh, kuat.
3. Melambatnya waktu pengosongan vena-vena tangan.
4. Edema perifer dan periorbita
5. Asites, efusi pleura, edma paru akut, (dispnea, takipnea, ronki basah di
seluruh lapangan paru).
6. Penambahan berat badan secara cepat: penambahan 2 % = kelebihan ringan,
penambahan 5 % = kelebihan sedang, penambahan 8 % = penambahan
kelebihan berat.
7. Hasil laboratorium ; penurunan hematokrit, protein serum rendah, natrium
serum normal, natrium urine rendah ( <10 mEq/24 jam).
.5 Patofisiologi
Pembengkakan jaringan akibat kelebihan cairan interstisium dikenal sebagai
edema. Penyebab edema dapat dikelompokan menjadi empat kategori  umum:
1. Penurunan konsentrasi protein plasma menyebabkan penurunan tekanan
osmotic plasma.penurunan ini menyebabkan filtrasi cairan yang keluar dari
pembuluh lebih tinggi, sementara jumlah cairan yang  direabsorpsi kurang
dari normal ; dengan demikian terdapat cairan tambahan yang tertinggal
diruang –ruang interstisium. Edema yang disebabkan oleh penurunan
konsentrasi protein plasma dapat terjadi melalui beberapa cara : pengeluaran
berlebihan protein plasma di urin akibat penyakit ginjal ; penurunan sintesis
protein plasma akibat penyakit hati ( hati mensintesis hampir semua protein
plasma ); makanan yang kurang mengandung protein ; atau pengeluaran
protein akibat luka bakar yang luas .
2.  Peningkatan permeabilitas dinding kapiler menyebabkan protein plasma yang
keluar dari kapiler ke cairan interstisium disekitarnya lebih banyak. Sebagai
contoh, melalui pelebaran  pori –pori kapiler yang dicetuskan oleh histamin
pada cedera jaringan atau reaksi alergi . Terjadi penurunan tekanan osmotik
koloid plasma yang menurunkan kearah dalam sementara peningkatan
tekanan osmotik  koloid cairan interstisium yang disebabkan oleh kelebihan
protein dicairan interstisium meningkatkan tekanan kearah luar.
ketidakseimbangan ini ikut berperan menimbulkan edema lokal yang
berkaitan dengan cedera ( misalnya , lepuh ) dan respon alergi (misalnya ,
biduran)
3.  Peningkatan tekanan vena , misalnya darah terbendung di vena , akan disertai
peningkatan tekanan darah kapiler, kerena kapiler mengalirkan isinya kedalam
vena. peningkatan tekanan kearah dinding kapiler ini terutama berperan pada
edema yang terjadi pada gagal jantung kongestif. Edema regional juga dapat
terjadi  karena restriksi lokal aliran balik  vena. Salah satu contoh adalah
adalah pembengkakan di tungkai dan kaki yang sering terjadi pada masa
kehamilan. Uterus yang membesar menekan vena –vena  besar  yang
mengalirkan darah dari ekstremitas bawah pada saat vena-vena tersebut
masuk  ke rongga abdomen. Pembendungan darah di vena ini menyebabkan
kaki yang mendorong terjadinya edema regional di ekstremitas bawah.
4.  Penyumbatan pembuluh  limfe menimbulkan edema,karena kelebihan cairan
yang difiltrasi keluar tertahan di cairan interstisium dan tidak dapat
dikembalikan ke darah melalui sistem limfe. Akumulasi protein di cairan
interstisium memperberat masalah melalui efek osmotiknya. Penyumbatan
limfe lokal dapat terjadi, misalnya di lengan wanita yang saluran-saluran
drainase limfenya dari lengan yang tersumbat akibat pengangkatan kelenjar
limfe selama pembedahan untuk kanker payudara. Penyumbatan limfe yang
lebih meluas terjadi pada filariasis, suatu penyakit parasitic yang ditularkan
melalui nyamuk yang terutama dijumpai di daerah-daerah tropis. Pada
penyakit ini, cacing-cacing filaria kecil mirip benang menginfeksi pembuluh
limfe sehingga terjadi gangguan aliran limfe. Bagian tubuh yang terkena,
terutama skrotum dan ekstremitas, mengalami edema hebat.Kelainan ini
sering disebut sebagai elephantiasis,karena ekstremitas yang membengkak
seperti kaki gajah.

Apapun penyebab edema, konsenkuensi pentingnya adalah penurunan


pertukaran bahan-bahan antara darah dan sel. Sering dengan akumulasi cairan
interstisium, jarak antara sel dan darah yang harus ditempuh oleh nutrient, O 2,
dan zat-zat sisa melebar sehingga kecepatan difusi berkurang. Dengan
demikian, sel-sel di dalam jaringan yang edematosa mungkin kurang
mendapat pasokan darah.

.5 Penatalaksanaan
Terapi edema harus mencakup terapi penyebab yang mendasarinya yang
reversibel (jika memungkinkan). Pengurangan asupan sodium harus dilakukan
untuk meminimalisasi retensi air. tidak semua pasien edema memerlukan terapi
farmakologis, pada beberapa pasien terapi non farmakologis sangat efektif seperti
pengurangan asupan natrium (yakni kurang dari jumlah yang diekskresikan oleh
ginjal) dan menaikkan kaki diatas level dari atrium kiri. Tetapi pada kondisi
tertentu diuretic harus diberikan bersamaan dengan terapi non farmakologis.
Pemilihan obat dan dosis akan sangat tergantung pada penyakit yang mendasari,
berat-ringannya penyakit dan urgensi dari penyakitnya. Efek diuretik berbeda
berdasarkan tempat kerjanya pada ginjal. Pemeriksaan yang dilakukan sangat
mudah yakni dengan menekan pada daerah mata kaki akan timbul cekungan yang
cukup lama untuk kembali pada keadaan normal. Pemeriksaan lanjutan untuk
menentukan penyebab dari ankle edema adalah menentukan kadar protein darah
dan di air seni (urin), pemeriksaan jantung (Rontgen dada, EKG), fungsi liver dan
ginjal. Pengobatan awal yang dapat dilakukan dengan mengganjal kaki agar tidak
tergantung dan meninggikan kaki pada saat berbaring. Pengobatan lanjutan
disesuaikan dengan penyebab yang mendasarinya. Pergelangan kaki bengkak bisa
akibat cedera atau penyakit tulang, otot dan sendi. Penyebabnya secara umum
akibat reaksi inflamasi/peradangan di daerah tersebut, antara lain asam urat,
rheumatoid arthritis dll (Irham, 2009).
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Edema adalah akumulasi abnormal cairan di dalam ruang interstitial
(celah di antara sel) atau jaringan tubuh yang menimbulkan pembengkakan.
Pada kondisi yang normal secara umum cairan tubuh yang terdapat diluar sel
akan disimpan di dalam dua ruangan yaitu pembuluh darah dan ruang – ruang
interstitial. Apabila terdapat gangguan pada keseimbangan pengaturan cairan
tubuh, maka cairan dapat berakumulasi berlebihan di dalam ruang interstitial
sehingga menimbulkan edema. Namun apabila cairan sangat berlebih maka
kelebihan cairan adakalanya dapat berkumpul di ruang ketiga yaitu rongga –
rongga tubuh seperti perut dada dan rongga perut.
3.2 Saran
Sebaiknya melakukan pencegahan lebih dahulu agar tidak terjadinya oedema
lebih baik, seperti pencegahan yang disarankan oleh Arthur C Guyton yaitu:
a. Factor yang dihasilkan oleh compliance jaringan yang rendah pada
tekanan negative besarnya sekitar 3 mmHg.
b. Factor yang dihasilkan oleh peningkatan aliran limfe ialah sekitar 7 mm
Hg.
c. Faktor yang disebabkan oleh bersihan protein dari uang interstisial adlah 7
mmHg.
DAFTAR PUSTAKA

http://volimrini.blogspot.co.id/2012/09/oedema.html
Edema patofisiologi & penanganan. Ian effendi, Restu pasaribu (ed). BAIPD. Jilid I.
Edisi IV. Jakarta : FKUI.
Nelson, W. E., Ilmu Kesehatan Anak, Nelson Textbook of Peditrics, EGC, Jakarta;
2000.

Anda mungkin juga menyukai