Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan keluhan yang sering
terjadi dalam kehidupan sehari-hari. LBP merupakan salah satu alasan utama untuk tidak
bekerja, dan setiap tahunnya jutaan hari kerja hilang akibat LBP. Kejadian LBP di Inggris
dan Amerika Serikat telah mencapai proporsi endemik. Survei yang telah dilakukan
melaporkan bahwa 17,3 juta orang di Inggris pernah mengalami LBP dan dari jumlah itu 1,1
juta orang mengalami kelumpuhan akibat LBP.1 Data epidemiologi mengenai LBP di
Indonesia memang belum ada, namun diperkirakan 40% penduduk Jawa Tengah berusia
lebih dari 65 tahun pernah menderita LBP, prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada wanita
13,6%.2 Puncak insidensi LBP adalah usia 45-60 tahun.3
LBP adalah suatu sindrom nyeri yang terjadi pada punggung bagian bawah akibat
berbagai penyebab. Hal-hal yang dapat mempengaruhi timbulnya LBP adalah kebiasaan
duduk, bekerja membungkuk dalam waktu yang relatif lama, mengangkat dan mengangkut
beban dengan sikap yang tidak ergonomis, tulang belakang yang tidak normal, atau akibat
penyakit tertentu seperti penyakit degeneratif. Aktivitas sehari-hari yang menuntut banyak
gerak ke depan maupun membungkuk, duduk, berdiri terlalu lama atau postur batang tubuh
lainnya yang janggal dapat mengakibatkan nyeri pinggang non spesifik.3 Kesalahan posisi
tubuh dalam bekerja merupakan penyebab LBP pada 90% kasus LBP saat ini.4
LBP dapat berupa nyeri lokal ataupun disertai nyeri radikuler atau keduanya yang
disebabkan oleh iritasi atau kompresi radiks pada satu atau beberapa radiks lumbosakral yang
dapat disertai dengan kelemahan motorik, gangguan sensorik dan menurunnya refleks
fisiologik.5 Nyeri yang berasal dari punggung bagian bawah ini dapat menjalar ke daerah lain
atau sebaliknya yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah punggung bawah (referred
pain). LBP akut merupakan bentuk yang paling sering ditemui. Sembilan dari sepuluh
penderita LBP akut akan sembuh dengan sendirinya dalam kurun waktu 8-12 minggu, namun
tidak sedikit pula yang kemudian akan menjadi kronis dan menimbulkan disabilitas (cacat).4
LBP pada penderita dewasa tua, dapat mengganggu aktivitas sehari-hari pada 40% penderita,
dan gangguan tidur pada 20% penderita. Sebagian besar (75%) penderita akan mencari
pertolongan medis dan 25% diantaranya perlu dirawat inap untuk evaluasi lebih lanjut.3

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
LBP adalah sindrom klinik yang ditandai dengan gejala utama rasa nyeri atau perasaan
lain yang tidak enak di daerah tulang punggung bagian bawah dan sekitarnya.6 LBP atau
nyeri punggung bagian bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang
disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik.7

B. Anatomi dan Fisiologi


Untuk dapat memahami bagaimana rasa nyeri timbul pada LBP maka harus dipahami
anatomi dan fisiologi tulang belakang khususnya regio lumbosakral.
1. Kolumna Vertebralis
Kolumna vertebralis ini terbentuk oleh unit-unit fungsional yang terdiri dari:
a. Segmen anterior
Segmen ini berfungsi sebagai penyangga beban, dibentuk oleh korpus vertebra yang
dihubungkan satu dengan yang lainnya oleh diskus intervertebra. Struktur ini masih
diperkuat oleh ligamen longitudinal posterior dan ligamen longitudinal anterior. Ligamen
longitudinal posterior mempunyai arti penting dalam patofisiologi penyakit justru karena
bentuknya yang unik. Mulai dari oksiput, ligamen ini menutup seluruh permukaan
belakang diskus. Mulai L1 ligamen ini menyempit, hingga pada daerah L 5 – S1 lebar ligamen
hanya tinggal separuh dari asalnya. Hal ini menyebabkan daerah L5 – S1 mempunyai daerah
lemah, yakni bagian posterolateral kanan dan kiri diskus, daerah yang tidak terlindung oleh
ligamen longitudinal posterior, sehingga nyata terlihat, bahwa tingkat L 5 – S1 merupakan
daerah paling rawan.8

Gambar 1. Segmen anterior kolumna vertebralis.9

2
b. Segmen posterior
Bagian ini dibentuk oleh arkus, prosesus transversus, dan prosesus spinosus. Satu
segmen posterior dengan segmen posterior lainnya dihubungkan oleh sepasang
artikulasi dan diperkuat oleh ligamen serta otot. Hasil peninjauan dari sudut kinetika
tubuh (diluar kepala dan leher), maka akan tampak bahwa gerakan yang paling banyak
dilakukan tubuh ialah fleksi, kemudian ekstensi. Gerakan fleksi-ekstensi juga
merupakan tugas persendian daerah lumbal dengan pusat sendi L5-S1. Hal ini
dimungkinkan oleh bentuk dan letak bidang sendi yang sagital. Berbeda dengan bidang
sendi daerah torakal yang terletak frontal, bidang sendi ini hanya memungkinkan
gerakan rotasi dan sedikit latero-fleksi.8

Anterior column Posterior column

Gambar 2. Segmen anterior dan posterior kolumna vertebralis.10

c. Diskus Intervertebra
Struktur lain yang tidak kalah penting peranannya dalam persoalan LBP adalah diskus
intervertebra. Diskus intervertebra bukan hanya berfungsi sebagai penyangga beban,
tetapi juga sebagai peredam kejut. Diskus intervetebra dibentuk oleh anulus fibrosus
yang merupakan anyaman serat–serat fibroelastik hingga membentuk struktur mirip
silinder. Tepi atas dan bawah melekat pada end plate vertebra sedemikian rupa hingga
terbentuk rongga antar vertebra. Rongga ini berisi nukleus pulposus suatu bahan
mukopolisakarida kental yang banyak mengandung air. Perubahan baik menyangkut
nukleus pulposus maupun anulus fibrosus mulai tampak menjelang usia dekade kedua.
Serat-serat fibroelastik terputus pada beberapa tempat, sebagian rusak, sebagian diganti

3
jaringan ikat. Proses ini akan berlangsung secara kontinu hingga dalam anulus
terbentuk rongga-rongga.8 (lihat gambar 3).

Gambar 3. Diskus Intervetebra.10

C. Epidemiologi
Prevalensi LBP di Inggris pada populasi lebih kurang 16,5 juta per tahun, yang
melakukan konsultasi ke dokter umum ialah antara 3-7 juta orang. Penderita LBP yang
berobat jalan berkisar 1,6 juta orang dan yang dirawat di rumah sakit berkisar 100.000 orang,
serta yang mendapat tindakan operasi berjumlah 24.000 orang pertahunnya. Laporan di
Amerika Serikat sekitar 60-80% orang dewasa pernah mengalami LBP, keadaan ini
menimbulkan kerugian yang cukup banyak untuk biaya pengobatan dan kehilangan jam
kerja. Sebuah studi cross sectional di Denmark dilakukan dengan subjek berusia 12-41 tahun
didapatkan bahwa angka kejadian LBP meningkat tajam pada usia remaja (lebih awal terjadi
pada anak perempuan daripada anak laki-laki). Berbeda dengan di Australia, angka kejadian
LBP lebih sering terjadi pada usia dewasa, dimana 20,7% dari populasi perempuan dan 21%
dari populasi laki-laki. Data epidemiologi mengenai LBP di Indonesia belum ada, namun
diperkirakan 40% penduduk Jawa Tengah berusia lebih dari 65 tahun pernah menderita nyeri
punggung bawah, prevalensi pada laki-laki 18,2% dan pada wanita 13,6%. Insiden
berdasarkan kunjungan pasien ke beberapa rumah sakit di Indonesia berkisar antara 3-17%.2

4
D. Etiologi
Berdasarkan klinis LBP dibagi dalam 4 kelompok:8
1. LBP oleh faktor mekanik
a. LBP oleh mekanik akut
Biasanya timbul bila tubuh melakukan gerakan secara mendadak melampaui batas
kemampuan sendi dan otot atau melakukan sesuatu untuk jangka waktu yang terlampau
lama.
b. LBP oleh mekanik kronik (menahun)
Paling sering disebabkan oleh sikap tubuh yang jelek, yaitu sikap tubuh yang
membungkuk ke depan, kepala menunduk, perut membuncit dan dada kempes
mendatar. Sikap tubuh yang demikian mendorong Titik Berat Badan (TBB) tergeser ke
arah depan sebagai kompensasi agar keseimbangan tubuh tetap terjaga. Pergeseran
TBB ke arah depan terlihat juga pada wanita-wanita yang gemar memakai sepatu
dengan tumit tinggi.
2. LBP oleh faktor organik
a. LBP osteogenik
1) Radang
2) Trauma
3) Keganasan
4) Kongenital
b. LBP diskogenik
Proses primer pada LBP ini terletak pada diskus intervertebralis. Bentuk dan gangguan
yang sering dijumpai ialah:
1) Spondilosis: suatu proses degenerasi progresif diskus intervertebralis. Keadaan ini
menimbulkan nyeri yang berasal dari dua macam sumber:
a) Osteoartritis
b) Radikulitis jebakan, radiks terjebak dalam perjalanannya melewati foramen
intervertebra yang menyempit. Sebenarnya nyeri tidak bersumber pada tekanan
radiks secara langsung, melainkan dari tekanan sarung duramater yang
mengakibatkan iskemik dan inflamasi.
2) Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
a) Hernia posterosentral, mengakibatkan LBP oleh penekanan ligamen longitudinal
posterior.

5
b) Hernia posterolateral, sangat mungkin melibatkan radiks karena ke arah
posterolateral ini tidak ada perlindungan ligamen longitudinal posterior. Timbul
LBP disertai iskias.
3) Spondilitis ankilosa
Biasanya dimulai dari sendi sakroiliaka, lalu menjalar ke atas daerah leher. Gejala
permulaan bersifat ringan, sering hanya berupa kaku. Keluhan terutama dirasakan
pada waktu pagi bangun tidur, membaik setelah melakukan pergerakan. Khas
ditemukan gambaran ruas-ruas bambu (bamboo spine) pada pemeriksaan radiologik.
4) LBP neurogenik
a) Neoplasma
b) Arakhnoiditis
c) Stenosis kanal
3. Nyeri Rujukan
4. Nyeri Psikogenik

E. Faktor Risiko11
1. Usia
Biasanya nyeri ini mulai dirasakan pada mereka yang berumur dekade kedua dan insiden
tertinggi dijumpai pada dekade kelima, bahkan semakin meningkat hingga umur sekitar 55
tahun.
2. Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan memiliki risiko yang sama terhadap LBP sampai umur 60 tahun,
namun pada kenyataannya jenis kelamin seseorang dapat mempengaruhi timbulnya LBP,
karena pada wanita keluhan ini lebih sering terjadi misalnya pada saat mengalami siklus
menstruasi, selain itu proses menopause juga dapat menyebabkan kepadatan tulang
berkurang akibat penurunan hormon estrogen sehingga memungkinkan terjadinya LBP.
3. Status Antropometri
Orang yang memiliki berat badan lebih berisiko terjadi LBP, karena kelebihan berat badan
akan disalurkan pada daerah perut yang berarti menambah kerja segmen vertebra lumbal.
Tulang belakang akan tertekan saat menerima beban sehingga memudahkan terjadi
kerusakan dan bahaya bagi struktur tulang belakang.

4. Pekerjaan

6
Faktor risiko di tempat kerja yang banyak menyebabkan gangguan otot rangka terutama
ialah kerja fisik berat, penanganan dan cara pengangkatan barang, gerakan berulang, posisi
atau sikap tubuh selama bekerja, getaran, dan kerja statis.
5. Aktivitas atau olahraga
Kebiasaan seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat beban pada posisi yang
salah dapat menimbulkan LBP, misalnya, pada pekerja kantoran yang terbiasa duduk
dengan posisi punggung yang tidak tertopang pada kursi, atau seorang mahasiswa yang
seringkali membungkukkan punggungnya pada waktu menulis. Posisi berdiri yang salah
yaitu berdiri dengan membungkuk atau menekuk ke muka. Posisi tidur yang salah seperti
tidur pada kasur yang tidak menopang tulang belakang. Kasur yang diletakkan di atas
lantai lebih baik daripada tempat tidur yang bagian tengahnya lentur. Posisi mengangkat
beban dari posisi berdiri langsung membungkuk mengambil beban merupakan posisi yang
salah, seharusnya beban tersebut diangkat setelah jongkok terlebih dahulu. Beberapa
aktivitas lain seperti melakukan aktivitas dengan posisi berdiri lebih dari 1 jam dalam
sehari, melakukan aktivitas dengan posisi duduk, seperti menonton televisi lebih dari 2
jam dalam sehari, naik turun anak tangga lebih dari 10 anak tangga dalam sehari dapat
juga meningkatkan risiko timbulnya LBP.
6. Kebiasaan merokok
Merokok diduga dapat menyebabkan gangguan peredaran darah, berupa vasokonstriksi
pada jaringan lunak sekitar tulang vertebra.
7. Abnormalitas struktur tulang belakang
Ketidaknormalan struktur tulang belakang seperti pada skoliosis, lordosis, maupun kifosis,
merupakan faktor risiko untuk terjadinya LBP.
8. Riwayat trauma tulang belakang
Terdapat hubungan riwayat trauma tulang belakang dengan angka kejadian LBP. Fraktur
vertebra pada segmen vertebra lumbosakral yang pernah terjadi semakin memperbesar
angka kejadian LBP di kemudian hari.

F. Gambaran Klinik
Keluhan nyeri punggung bawah dapat menjalar dan tidak menjalar. Tahap yang lebih
ringan, nyeri biasanya hanya di sekitar daerah pinggang dan tidak menjalar, bisa juga
dibedakan dengan nyeri akibat kekakuan atau hanya pegal pada otot pinggang. Tahap yang
lain, nyeri dirasakan dari daerah pinggang dapat menjalar ke arah leher ataupun ke arah
bokong, paha, belakang tumit dan telapak kaki. Nyeri yang menjalar ke arah daerah leher
7
dapat dipikirkan adanya spondilitis ankilosa, terlebih jika nyeri terutama dirasakan pada
waktu bangun pagi dan menghilang saat melakukan pergerakan. Nyeri yang menjalar ke arah
bokong, paha, belakang tumit hingga telapak kaki dapat dipikirkan adanya gejala iskias yang
khas pada penderita HNP.12

G. Diagnosis
Diagnosis klinis LBP didasarkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan
neuromuskular, serta pemeriksaan penunjang.
Anamnesis
Hal-hal yang perlu diketahui dalam anamnesis:13
1. Awitan
Penyebab mekanis LBP menyebabkan nyeri mendadak yang timbul setelah posisi mekanis
yang salah. Kemungkinan terjadi robekan otot, peregangan fasia atau iritasi permukaan
sendi. Keluhan karena penyebab lain timbul bertahap.
2. Lama dan frekuensi serangan
LBP akibat mekanik berlangsung beberapa hari sampai beberapa bulan. Herniasi diskus
bisa membutuhkan waktu 8 hari sampai resolusinya. Degenerasi diskus dapat
menyebabkan rasa tidak nyaman kronik dengan eksaserbasi selama 2-4 minggu.
3. Lokasi dan penyebaran
Kebanyakan LBP akibat gangguan mekanis atau medis terutama terjadi di daerah
lumbosakral. Nyeri yang menyebar ke tungkai bawah atau hanya di tungkai bawah
mengarah ke iritasi akar saraf. Nyeri yang menyebar ke tungkai juga dapat disebabkan
peradangan sendi sakroiliaka. Nyeri psikogenik tidak mempunyai pola penyebaran yang
tetap.
4. Faktor yang memperberat atau memperingan
Keluhan pada lesi mekanis berkurang saat istirahat dan bertambah saat aktivitas. Penderita
HNP yang duduk agak bungkuk akan memperberat nyeri. Batuk, bersin atau manuver
valsalva juga akan memperberat nyeri. Nyeri lebih berat atau menetap jika berbaring
ditemukan pada penderita tumor.
5. Kualitas atau intensitas
Penderita perlu menggambarkan intensitas nyeri serta dapat membandingkannya dengan
berjalannya waktu. Harus dibedakan antara LBP dengan nyeri tungkai, mana yang lebih
dominan dan intensitas dari masing-masing nyerinya, yang biasanya merupakan nyeri
radikuler. Gejala LBP yang sudah lama dan intermiten, serta diselingi oleh periode tanpa

8
gejala merupakan gejala khas dari suatu LBP yang terjadinya secara mekanis. Sebagian
besar episode herniasi diskus terjadi setelah suatu gerakan yang relatif singkat, seperti
membungkuk atau memungut barang yang ringan. Harus diketahui pula gerakan-gerakan
mana yang bisa menyebabkan bertambahnya LBP, yaitu duduk dan mengendarai mobil
dan nyeri biasanya berkurang bila tidur atau berdiri, dan setiap gerakan yang bisa
menyebabkan meningkatnya tekanan intra-abdominal akan dapat menambah nyeri, begitu
juga ketika batuk, bersin dan mengejan sewaktu defekasi. Nyeri pada malam hari bisa
merupakan suatu peringatan, karena bisa menunjukkan adanya suatu kondisi terselubung
seperti adanya suatu keganasan ataupun infeksi.
Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Perhatikan cara berjalan, berdiri, duduk, dan inspeksi daerah punggung. Perhatikan lurus
tidaknya tulang belakang, lordosis, jalur spasme otot paravertebra, deformitas, atau
kifosis.14
2. Palpasi
Palpasi sepanjang kolumna vertebralis (ada tidaknya nyeri tekan pada salah satu procesus
spinosus, deformitas, atau adanya spasme otot paravertebra).14
Pemeriksaan Neurologi
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah kasus LBP adalah benar
karena adanya gangguan saraf atau karena sebab yang lain.
1. Pemeriksaan motorik
Periksalah apakah ada kelumpuhan, atrofi, fasikulasi. Bila ada kelumpuhan, segmen mana
yang terganggu.14
2. Pemeriksaan sensorik
Pemeriksaan sensorik meliputi sensasi nyeri, suhu, sikap, getar dan rasa tekan yang
dalam.14
Tes Provokasi
- Tes Laseque (Straight Leg Raise)15
Pasien : Berbaring terlentang di atas meja dengan kedua kaki dan panggul sejajar dengan
meja.
Pemeriksa : Mengangkat satu kaki (fleksi sendi panggul) perlahan dari 0o -70o sementara
kaki dan panggul yang lain tetap sejajar dengan meja.
Positive test : Timbul nyeri atau mati rasa menjalar ke kaki ketika sudut dalam rentang
30o-60o; sesuai dengan gangguan (iritasi) saraf iskiadika (L5 atau S1) pada
9
nyeri pinggang. Nyeri punggung yang tidak menjalar / nyeri bokong / nyeri
panggul bukan hasil positif.
Catatan :
1. Pada sudut < 30o, peregangan pada saraf belum cukup untuk menyebabkan iritasi.
2. Pada sudut yang menimbulkan gejala, pemeriksa dapat memfleksikan lutut 10o-20o
untuk mengurangi gejala.

Gambar 4. Tes laseque.16

- Tes Bragard15
Tes ini merupakan tes lanjutan dari tes laseque yang hasilnya positif.
Pemeriksa : Turunkan kaki sedikit di bawah titik ketika dirasakan rasa nyeri menjalar dan
secara cepat dorsofleksikan telapak kaki.
Positive test : Timbul nyeri atau mati rasa menjalar ke kaki (nyeri radikuler) ketika sudut
< 60o.

Gambar 5. Tes bragard.17

- Tes Sicard15
Tes ini merupakan tes lanjutan dari tes laseque yang hasilnya positif.

10
Pemeriksa : Turunkan kaki sedikit di bawah titik ketika dirasakan rasa nyeri menjalar dan
secara cepat dorsofleksikan ibu jari kaki.
Positive test : Timbul nyeri atau mati rasa menjalar ke kaki (nyeri radikuler) ketika sudut <
60o.
- Tes Valsalva14
Pasien : Menutup mulut dan hidung kemudian meniup sekuat-kuatnya.
Positive test : Timbul nyeri radikuler (menjalar)

Gambar 6. Tes valsalva.18

- Tes Patrick (FABERE)15


Pasien : Berbaring terlentang dengan tumit ipsilateral pada lutut kontralateral (pasien
menempatkan satu kaki untuk membentuk angka 4). Posisi awalnya, yaitu
panggul yang diuji dalam posisi fleksi, abduksi, dan rotasi eksternal.
Pemeriksa : Menekan ke bawah bagian tengah lutut tungkai yang diuji untuk memperluas
panggul sambil menstabilkan panggul kontralateral.
Positive test : Timbul nyeri di sendi sakroiliaka kontralateral atau pangkal paha/panggul
ipsilateral, sesuai dengan gangguan sendi sakroiliaka ketika nyeri di sekitar
sendi sakroiliaka; gangguan panggul ketika nyeri di pangkal paha.
Catatan : FABERE merupakan singkatan dari fleksi, abduksi, rotasi eksternal, dan ekstensi.
- Tes Kebalikan Patrick (FADIRE)15
Pasien : Berbaring terlentang dengan tungkai ditekukkan 90o pada sendi lutut dan panggul,
tungkai dirotasikan ke dalam hingga melewati paha tungkai sebelahnya.
Pemeriksa : Menekan tungkai yang tertekuk ke arah bawah
Positive test : Timbul nyeri di sendi sakroiliaka kontralateral atau pangkal paha/panggul
ipsilateral, sesuai dengan gangguan sendi sakroiliaka ketika nyeri di sekitar
sendi sakroiliaka; gangguan panggul ketika nyeri di pangkal paha.
Catatan : FADIRE merupakan singkatan dari fleksi, adduksi, rotasi internal, dan ekstensi.

11
Pemeriksaan Penunjang
Beberapa macam metode diagnostik yang dapat digunakan untuk memastikan penyebab
LBP:19
1. Foto polos tulang belakang khususnya daerah lumbosakral yang bermanfaat untuk
diagnostik faktor mekanik, osteogenik, dan sebagian diskogenik.
2. Pemeriksaan elektromiografi, merupakan diagnosis pasti untuk membuktikan adanya
keterlibatan radiks pada kasus-kasus tertentu.
3. Pemeriksaan mieolografi (untuk indikasi tertentu).

H. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa.
Langkah pertama adalah pemberian obat-obatan, untuk mengurangi nyeri tanpa
menghiraukan penyebab dasar LBP. Obat yang diberikan berupa golongan analgetik
dimana golongan ini terdiri dari analgetik antipiretik dan analgetik narkotik. Umumnya
digunakan analgetik antipiretik yang bekerja menghambat sintesa dan pelepasan
endogenous pain substance sehingga mencegah sensitisasi reseptor nyeri. Obat yang
mempunyai potensi anti-inflamasi di samping analgetik misalnya pirasolon dan derivat-
derivat asam organik, serta tranquilizer minor yang bekerja sentral menurunkan respon
terhadap rangsangan nyeri dapat juga digunakan.8
2. Program Rehabilitasi Medik.8
a. LBP oleh faktor mekanik akut
Tirah baring total disertai pemanasan setempat seperti infra merah, kompres air hangat,
dan bantal panas. Biasanya kesembuhan 4-5 hari.
b. LBP oleh faktor mekanik kronis
Hiperlordosis merupakan dasar patofisiologis nyeri pada keadaan ini, sehingga
tatalaksana ditujukan pada latihan-latihan untuk menghilangkan hiperlordosis tersebut.
Tujuan pemberian latihan, yaitu:
i. Mengurangi hiperlordosis/memperbaiki postur tubuh
ii. Membiasakan diri untuk melakukan gerakan-gerakan yang sesuai dengan
biomekanik tulang punggung.
Prinsip pemberian latihan, yaitu:
i. Latihan penguatan dinding perut otot gluteus maksimus
ii. Latihan peregangan otot yang memendek, terutama otot punggung dan hamstring
Teknik latihan:
12
i. Pasien berbaring terlentang, sendi panggul dan lutut dalam keadaan fleksi. Tekan
pinggang hingga menempel dasar dengan kekuatan otot perut, kemudian angkat
pinggul ke atas sementara posisi pinggang tetap dipertahankan melekat pada dasar.
Hal ini dimungkinkan oleh kontraksi otot gluteus maksimus.
ii. Pasien berbaring terlentang, sendi panggul dan lutut dalam keadaan fleksi.
Angkatlah kepala dan bahu hingga dagu menempel di dada dengan kedua belah
tangan di dada.
iii. Pasien berbaring terlentang, sendi panggul dan lutut dalam keadaan fleksi. Tarik
salah satu lutut ke arah perut sambil mengangkat kepala dan bahu seolah-olah
hendak mencium lutut. Lakukan bergantian dengan tungkai satunya.
iv. Sama seperti latihan sebelumnya tetapi dilakukan pada dua lutut sekaligus.
v. Berdiri membelakangi dinding dengan jarak kurang lebih 15 cm dari dinding.
Tekan pinggang ke arah dinding hingga tidak ada lagi celah antara pinggang dan
dinding.
c. LBP karena fraktur kompresi
Dikenal 2 macam penanganan :
- Konservatif
Tirah baring 4-6 minggu disusul mobilisasi dengan korset untuk 4-6 minggu lagi,
bila jenis fraktur stabil. Tirah baring yang lebih lama (6-8 minggu) diperlukan bila
frakturnya tidak stabil.
- Operasi
Tindakan operatif merupakan indikasi bila kedudukan fragmen fraktur jelek,
sedangkan reposisi sulit dilakukan secara konservatif
d. LBP akibat HNP
Penanganannya ialah konservatif
- Tirah baring selama 3-5 hari di atas tempat tidur dengan alas yang keras selama fase
akut, dengan posisi semi Fowler: setengah duduk dengan sedikit pada sendi lutut
dan panggul.
- Fisioterapi
Biasanya diberikan Short Wave Diathermy (SWD) bila tidak kontra indikasi berupa :
tumor, gangguan sensibilitas, dan implantasi metal.

- Traksi pelvis

13
Tujuannya untuk relaksasi otot, memperbaiki lordosis dan meregangkan diskus yang
menyempit.
Tindakan operatif diindikasikan jika:
a. Kegagalan konservatif (kekambuhan sering terjadi).
b. Adanya gangguan neurologis yang progresif, berupa kelemahan otot.

Edukasi pasien
- Proper back mechanism
a) Posisikan kepala di titik tertinggi, bahu diletakkan sedikit ke belakang.
b) Duduk tegak 90 derajat.
c) Gunakanlah sepatu yang nyaman.
d) Istirahatkan kaki di lantai atau apa saja yang menurut anda nyaman, jika ingin duduk
dengan jangka waktu yang lama,.
e) Taruhlah bantal di bawah lutut, jika mempunyai masalah dengan tidur, atau jika
tidur menyamping, letakkanlah bantal di antara kedua lutut.
f) Hindari berat badan yang berlebihan.

BAB III
14
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Ny. PT
Umur : 45 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : IRT
Alamat : Singkil Lingkungan 1
Agama : Kristen Protestan
Suku : Tagulandang
Kebangsaan : Indonesia
Tanggal periksa : 31 Maret 2015

B. Anamnesis
Keluhan utama
Nyeri punggung bawah
Riwayat penyakit sekarang:
Nyeri punggung bawah dirasakan sejak 1 tahun yang lalu dan terasa memberat sejak
1 minggu terakhir. Nyeri bersifat tajam seperti ditusuk, durasi kurang lebih 5 menit. Nyeri
tidak menjalar, saat batuk atau mengedan tidak timbul nyeri. Nyeri dirasakan hilang
timbul. Nyeri timbul secara tiba-tiba ketika beraktivitas berat seperti mengangkat air
dengan ember. Nyeri juga bertambah saat penderita beraktivitas terutama dalam posisi
membungkuk, seperti mencuci pakaian, mengepel dan menyapu lantai, serta berdiri lama.
Nyeri menghilang saat penderita tidur terlentang. Tidak ada riwayat trauma. BAB dan
BAK tidak ada keluhan.
Riwayat penyakit dalam keluarga:
Hanya penderita yang sakit seperti ini
Riwayat penyakit dahulu:
- Tidak terdapat riwayat penyakit jantung, paru, hati, ginjal, DM, dan asam urat.
- Tidak ada riwayat demam dan batuk lama.
- Tidak ada riwayat tumor atau kanker.
- Terdapat riwayat hipertensi sejak 4 tahun yang lalu, dan rutin mengkonsumsi
obat Amlodipin.

15
Riwayat kebiasaan:
Penderita merupakan seorang ibu rumah tangga dimana memiliki kebiasaan
beraktivitas berat, seperti mengangkat air dengan ember dan banyak melakukan aktivitas
dalam posisi membungkuk, seperti mencuci pakaian, mengepel dan menyapu lantai.
Riwayat sosial ekonomi
Penderita sudah menikah dan mempunyai 2 orang anak. Suami penderita bekerja
sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Penderita merupakan peserta Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS). Penderita memiliki rumah 1 lantai, beratap seng, berdinding beton,
lantai keramik, dan menggunakan kloset jongkok. Sumber penerangan listrik berasal dari
Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan sumber air dari Perusahaan Air Minum (PAM).
Riwayat psikologis
Penderita merasa cemas dengan nyeri yang dirasakan, karena mengganggu aktivitas
kehidupan sehari-hari dan pekerjaannya. Penderita bersifat terbuka dan komunikatif.

C. Pemeriksaan Fisik
Status generalis
Kesadaran : compos mentis
GCS : E4V5M6
TB : 145 cm
BB : 61 kg
IMT : 29 kg/m2 (overweight)
Tanda vital : tekanan darah 120/80 mmHg; nadi 94 kali/menit (reguler, isi cukup),
respirasi 22 kali/menit, torakoabdominal, suhu 36,5o C
Visual Analogue Scale (VAS):

0 3 10
Kulit : warna sawo matang, jaringan parut (-), pigmentasi (-), turgor kulit
kembali cepat, edema (-), ikterik (-), anemis (-), sianosis (-)
Kepala dan leher
Kepala : normosefal, ubun-ubun besar datar, rambut hitam tidak mudah
dicabut
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, refleks kornea kesan

16
normal, refleks cahaya normal, lensa jernih, gerakan normal ke segala
arah, tekanan bola mata kesan normal pada palpasi, pupil bulat isokor
dengan diameter 3 mm – 3 mm, edema palpebra (-/-), strabismus (-/-),
nistagmus (-/-)
Telinga : bentuk normal, sekret (-)
Hidung : bentuk normal, sekret (-), pernapasan cuping hidung (-)
Mulut : Bibir tidak sianosis, mukosa basah, beslag (-), karies gigi (-),
perdarahan gusi (-), bau pernapasan foetor (-)
Tenggorokan : tonsil T1 – T1 tidak hiperemis, faring tidak hiperemis (-)
Leher : trakea letak di tengah, pembesaran KGB tidak ada, kaku kuduk (-)
Toraks : bentuk simetris kanan = kiri, tidak tampak deformitas, ruang
interkostal tidak melebar, retraksi (-)
Paru-paru
Inspeksi : pergerakan nafas simetris kanan = kiri, retraksi (-)
Palpasi : sela iga tidak melebar, pergerakan dada tidak ada yang
tertinggal, vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor dikedua lapangan paru
Auskultasi : suara pernafasan vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba di linea midklavikularis kiri pada ruang sela iga V
Perkusi : batas kiri pada linea midklavikularis sinistra, batas kanan
pada linea parasternalis dekstra, batas atas setinggi sela iga II-III
Auskultasi : frekuensi detak jantung 84 kali/menit, suara jantung I-II reguler,
bising (-)
Abdomen
Inspeksi : cembung
Palpasi : cembung, lemas, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : pekak berpindah (-)
Auskultasi : bising usus dalam batas normal
Ekstremitas : akral hangat, deformitas (-), atrofi (-), edema (-), CRT ≤2”,

17
Status lokalis
Regio Lumbosakral
- Inspeksi : simetris (+), deformitas (-), edema (-), rubor (-)
- Palpasi : spasme otot paravertebra lumbosakral di regio L2-L5, nyeri tekan (-)

Pemeriksaan status motorik


Superior Inferior
Pemeriksaan
Dekstra Sinistra Dekstra Sinistra
Gerakan Normal Normal Normal Normal
Kekuatan Otot 5/5/5/5 5/5/5/5 5/5/5/5 5/5/5/5
Tonus otot Normal Normal Normal Normal
Refleks fisiologis (+) Normal (+) Normal (+) Normal (+) Normal
Refleks patologis - - - -
Sensibilitas Normal Normal Normal Normal

Miotom Dermatom
Segmen
Dekstra Sinistra Dekstra Sinistra
L1 - - 2 2
L2 5 5 2 2
L3 5 5 2 2
L4 5 5 2 2
L5 5 5 2 2
S1 5 5 2 2

Pemeriksaaan Lingkup Gerak Sendi (LGS)


LGS Hip Dekstra Sinistra Normal
Fleksi-Ekstensi 120o-0o-25o 125o-0o-30o 125o-0o-30o
Rotasi internal-eksternal 35o-0o-55o 40o-0o-60o 40o-0o-60o
Abduksi-Adduksi 40o-0o-35o 40o-0o-35o 40o-0o-35o

LGS Trunkus Dekstra Sinistra Normal


Fleksi-Ekstensi 100 -0 -30o
o o
110o-0o-30o
Laterofleksi 35o-0o-35o 35o-0o-35o
Rotasi 40o-0o-40o 45o-0o-45o

Tes Provokasi :

18
Tes Dekstra Sinistra
Laseque / SLR (-) (-)
Braggard (-) (-)
Sicard (-) (-)
Patrick (-) (-)
Kontra Patrick (-) (-)
Valsalva (-)

D. Pemeriksaan penunjang
Foto rontgen vertebra lumbosakral AP/lateral

Kesimpulan foto rontgen :


- Kurvatura lordotik lumbal agak melurus
- Spondilosis lumbalis
E. Resume
Perempuan 45 tahun, datang dengan keluhan nyeri punggung bawah sejak 1 tahun
yang lalu dan terasa memberat 1 minggu terakhir. Nyeri bersifat tajam seperti ditusuk,
durasi kurang lebih 5 menit. Nyeri dirasakan hilang timbul. Nyeri timbul secara tiba-
tiba ketika beraktivitas berat seperti mengangkat air dengan ember. Nyeri juga
bertambah saat penderita beraktivitas terutama dalam posisi membungkuk, seperti
mencuci pakaian, mengepel dan menyapu lantai, serta berdiri lama. Nyeri menghilang
saat penderita tidur terlentang. Terdapat riwayat hipertensi sejak 4 tahun yang lalu, dan

19
rutin mengkonsumsi obat Amlodipin. Pemeriksaan fisik umum didapatkan kesadaran
compos mentis, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 94 kali/menit, respirasi 22
kali/menit, suhu 36,8ºC dan VAS 3. Pemeriksaan status lokalis regio lumbosakral
didapatkan spasme otot paravertebra lumbosakral di regio L2-L5. Hasil foto rontgen
vertebra lumbosakral AP/lateral didapatkan kurvatura lordotik lumbal agak melurus dan
spondilosis lumbalis.

F. Diagnosis
Diagnosis Klinis : Low back pain
Diagnosis Etiologi : Mekanik kronik
Diagnosis Topis : Otot paravertebra lumbosakral
Diagnosis Fungsional : Impairment : nyeri punggung bawah
Disability : gangguan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS),
seperti mencuci pakaian, mengepel, menyapu
lantai, dan berdiri lama.
Handicap : -

G. Problem Rehabilitasi
- Nyeri punggung bawah (VAS 3)
- Gangguan aktivitas kehidupan sehari-hari, seperti mencuci pakaian, mengepel,
menyapu lantai, dan berdiri lama.
- Kecemasan

H. Penatalaksanaan
Rencana program :
1. Fisioterapi
Evaluasi :
- Nyeri punggung bawah (VAS 3)
- Spasme otot paravertebra lumbosakral di regio L2-L5
Program:
- Micro Wave Diathermy (MWD) regio lumbosakral
20
- Back exercise
2. Okupasi terapi
Evaluasi :
- Nyeri punggung bawah (VAS 3)
- Gangguan AKS
Program :
- Proper back mechanism
3. Ortotik prostetik
Evaluasi :
- Nyeri punggung bawah (VAS 3)
- Gangguan AKS
Program : Belum diperlukan saat ini.
4. Psikologi
Evaluasi : pasien merasa cemas dengan kondisinya
Program :
- Memberi dukungan mental dan motivasi kepada penderita agar rajin berlatih di
rumah sesuai proper back mechanism dan kontrol secara teratur di Instalasi
Rehabilitasi Medik.
- Memberi dukungan mental kepada penderita dan keluarga penderita agar tidak
cemas dengan penyakit yang dideritanya.
5. Sosial medik
Evaluasi :
- Tinggal di rumah 1 lantai
- Biaya sehari-hari cukup
- Biaya pengobatan oleh BPJS.

Program:
- Memberikan edukasi dan dukungan pada penderita dan keluarga penderita agar
penderita rajin melakukan terapi dan kontrol secara teratur di Instalasi Rehabilitasi
Medik.
- Memberikan edukasi dan dukungan pada penderita dan keluarga penderita agar
penderita rajin melakukan home program.
- Memberikan edukasi mengenai lingkungan rumah.
6. Edukasi (Home program)
21
Proper Back Mechanism
Waktu beraktivitas:
- Jangan melakukan aktivitas dengan posisi membungkuk.
- Mengangkat benda yang berat harus diletakan di bagian depan.
Waktu berdiri :
- Selingilah dengan periode duduk sebentar, bila berdiri dalam waktu lama,.
- Jangan membungkuk tapi tekuklah pada lutut (jongkok), bila mengambil sesuatu
di tanah / lantai.

Gambar 7. Posisi mengambil barang di laci.20

Waktu berjalan :
- Berjalan dengan posisi tegak, rileks, dan jangan tergesa-gesa.
Waktu duduk :
- Busa kursi jangan terlalu lunak.
- Punggung kursi mempunyai kontur bentuk S, seperti kontur tulang punggung.
- Kursi jangan terlalu tinggi sehingga bila duduk lutut lebih rendah dari paha.
- Seluruh punggung harus sebanyak mungkin kontak dengan punggung kursi saat
duduk.

22
Gambar 8. Posisi duduk dan cara mengambil barang.20

Gambar 9. Posisi duduk membaca dan bekerja.20

Waktu tidur :
- Waktu tidur punggung dalam keadaan mendatar, sebaiknya menggunakan alas
tidur yang cukup keras untuk menjaga agar kelengkungan tulang belakang tidak
mengecil, tetapi cukup lunak untuk mengisi lengkung-lengkung tulang belakang
tersebut.

Gambar 10. Posisi tidur dan cara bangun tidur.20

I. Prognosis
Qua ad vitam : dubia ad bonam
Qua ad sanationam : dubia ad bonam
Qua ad functionam : dubia ad bonam

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Septiawan H. Faktor berhubungan keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja


bangunan. Unnes Journal of Public Health. 2013.

2. Yanra EP, Justitia B, Apriyanto. Gambaran penderita nyeri punggung bawah di


poliklinik bedah RSUD Raden Mattaher Jambi. Artikel ilmiah. Jambi: Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi; 2013.

24
3. Wicaksono B. Faktor yang berhubungan dengan gangguan nyeri punggung bawah pada
bidan saat menolong proses persalinan. Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga. 2012.

4. Pratiwi M, Setyaningsih Y, Kurniawan B, Martini. Beberapa faktor yang berpengaruh


terhadap keluhan nyeri punggung bawah pada penjual jamu gendong. Jurnal Promosi
Kesehatan Indonesia. 2009;4(1):61-67.

5. Rempe Y. Kesesuaian derajat penekanan radiks saraf pada MRI lumbosakral pfirmann
dengan derajat nyeri skiatika berdasarkan VAS pada penderita hernia nukleus pulposus.
Thesis. Makassar: Bagian Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin; 2010.

6. Umami AR, Hartanti RI, Dewi A. Hubungan antara karakteristik responden dan sikap
kerja duduk dengan keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja batik tulis. Jurnal
Pustaka Kesehatan. 2014;2(1):72-8.

7. Ehrlich EG. Low back pain. Bulletin of the World Health Organization. 2003;81:671-76.

8. Sengkey L, Angliadi LS, Mogi TI, Gessal J. Low back pain. Bahan Kuliah Ilmu
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi FK
UNSRAT. Manado. 2006. p: 79-90.

9. Cooper PG. Low back pain. Columbia: McKesson Health Solution LLC; 2004.

10. Anonim. Anatomi dan fisiologi tulang belakang [serial online]. 2013 [cited 2015 Mar
30]. Available from: http://rsop.co.id/orthopaedi/anatomi-dan-fisiologi-tulang-belakang-
bagian-1.

11. Latif AR. Nyeri punggung bawah [serial online]. 2011 [cited 2015 Mar 30]. Available
from: http://www.krakataumedika.com/nyeri-punggung-bawah/.

12. Priguna S. Sakit neuromuskuloskeletal dalam praktek. Jakarta: Dian Rakyat, 2006; h: 34-
41.
13. Tunjung R. Diagnosis dan penatalaksanaan nyeri punggung bawah di puskesmas [serial
online]. Mei 2009 [cited 2015 Mar 30]. Available from:
http://dokterblog.wordpress.com/2009/05/17/diagnosis-dan-penatalaksanaan-nyeri-
punggung-bawah-di-puskesmas/.

14. Negrini N, Zaina F, Somano H, Atanasio T, Fusco C, Trevisan C. Rehabilitation of


lumbar spine disorders. In: Frontera WR, Delisa JA, Grans BM, Etau, editors. Physical
Medicine Rehabilitation (Fifth Edition). Philadelpia: Lippincolt; 2010; 33:861.

15. Miller A, Heckert KD, Davis BA. The 3-minute musculoskeletal & peripheral nerve
exam. New York: Demos Medical Publishing, 2009; p. 45-64.

25
16. Miguel AJ. Teste de lasegue [serial online]. 2013 Jan 13 [cited 2015 Mar 30]. Available
from: http://www.medicinageriatrica.com.br/tag/teste-de-lasegue/.

17. Anonim. Test di bragard [serial online]. 2009 [cited 2015 Mar 30]. Available from:
http://dottoraus.blogspot.com/2009/07/test-di-bragard.html.

18. Anonim. The valsalva manuver [serial online]. 2011 [cited 2015 Mar 30]. Available
from:http://fervorate.tumblr.com/post/408007205.

19. Harsono. Kapita selekta neurologi (Edisi Kedua).Yogyakarta: Gajahmada University


Press, 2007.

20. Anonim. Proper body mechanics [serial online]. 2014 [cited 2015 Mar 30]. Available
from: http://www.piedmont.org/media/file/ProperBodyMechanics.pdf.

Anamnesis dengan penderita

26
Samping Belakang

27

Anda mungkin juga menyukai