Anda di halaman 1dari 17

1.

Mikroskopik Hepar
Secara mikroskopik terdiri dari Capsula Glisson dan lobulus hepar. Lobulus hepar
dibagi-bagi menjadi:
 Lobulus klasik
 Lobulus portal
 Asinus hepar
Lobulus-lobulus itu terdiri dari Sel hepatosit dan sinusoid. Sinusoid memiliki sel
endotelial yang terdiri dari sel endotelial, sel kupffer, dan sel fat storing.
Lobulus hepar:
a. Lobulus klasik:
 Berbentuk prisma dengan 6 sudut.
 Dibentuk oleh sel hepar yang tersusun radier disertai sinusoid.
 Pusat lobulus ini adalah v.Sentralis
 Sudut lobulus ini adalah portal area (segitiga kiernann), yang pada
segitiga/trigonum kiernan ini ditemukan:
o Cabang a. hepatica
o Cabang v. porta
o Cabang duktus biliaris
o Kapiler lymphe

b. Lobulus portal:
 Diusulkan oleh Mall cs (lobulus ini disebut juga lobulus Mall cs)
 Berbentuk segitiga
 Pusat lobulus ini adalah trigonum Kiernann
 Sudut lobulus ini adalah v. sentralis

c. Asinus hepar:
 Diusulkan oleh Rappaport cs (lobulus ini disebut juga lobulus rappaport cs)
 Berbentuk rhomboid
 Terbagi menjadi 3 area
 Pusat lobulus ini adalah sepanjang portal area
 Sudut lobulus ini adalah v. sentralis
Mikroskopi sel hepatosit:

 Berbentuk kuboid
 Tersusun radier
 Inti sel bulat dan letaknya sentral
 Sitoplasma:
o Mengandung eosinofil
o Mitokondria banyak
o Retikulum Endoplasma kasar dan banyak
o Apparatus Golgi bertumpuk-tumpuk
 Batas sel hepatosit :
o Berbatasan dengan kanalikuli bilaris
o Berbatasan dengan ruang sinusoid
o Berbatasan antara sel hepatosit lainnya

Mikroskopi sinusoid:
 Ruangan yang berbentuk irregular
 Ukurannya lebih besar dari kapiler
 Mempunyai dinding seluler yaitu kapiler yang diskontinu
 Dinding sinusoid dibentuk oleh sel hepatosit dan sel endotelial
 Ruang Disse (perivascular space) merupakan ruangan antara dinding sinusoid dengan
sel parenkim hati, yang fungsinya sebagai tempat aliran lymphe

Sel endothelial pada sinusoid:


 Sel endothelial:
o Berbentuk gepeng
o Paling banyak
o Sifat fagositosisnya tidak jelas
o Letaknya tersebar
 Sel Kupffer:
o Berbentuk bintang (sel stellata)
o Inti sel lebih menonjol
o Terletak pada bagian dalam sinusoid
o Bersifat makrofag
o Tergolong pada RES (reticuloendothelial system)
o Sitoplasma Lisozim banyak dan apparatus golgi berkembang baik
 Sel Fat Storing: 
o Disebut juga Sel Intertitiel oleh Satsuki
o Disebut juga Liposit oleh Bronfenmeyer
o Disebut juga Sel Stelata oleh Wake
o Terletak perisinusoid
o Mampu menyimpan lemak
o Fungsinya tidak diketahui

Sistem duktuli hati (sistem saluran empedu), terdiri dari:


 kanalikuli biliaris
o cabang terkecil sistem duktus intrahepatik
o letak intralobuler diantara sel hepatosit
o dibentuk oleh sel hepatosit
o pada permukaan sel terdapat mikrovili pendek
 kanal hering
Termasuk apparatus excretorius hepatis: Vesica fellea:

 Tunica mucosa-nya terdiri dari epitel selapis kolumnar tinggi


o Lamina propria-nya memiliki banyak pembuluh darah, kelenjar mukosanya
tersebar, dan jaringan ikat jarang
o Tidak ada muscularis mucosa
 Tunica muscularis terdiri dari lapisan otot polos tipis
 Tunica serosa: 
o merupakan jaringan ikat berisi pembuluh darah dan lymphe
o permukaan luar dilapisi peritoneum 

2. Makroskopik Hepar
Hepar merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh dan mempunyai banyak fungsi.
Tiga fungsi dasar hepar:
a. membentuk dan mensekresikan empedu ke dalam traktus intestinalis;
b. berperan pada banyak metabolisme yang berhubungan dengan karbohidrat,
lemak, dan protein;
c. menyaring darah untuk membuang bakteri dan benda asing yang masuk ke dalam
darah dari lumen intestinum.
Hepar bertekstur lunak, lentur, dan terletak di bagian atas cavitas abdominalis tepat
di bawah diafragma. Seluruh hepar dikelilingi oleh kapsula fibrosa, tetapi hanya
sebagian ditutupi oleh peritoneum.
Sebagian besar hepar terletak di profunda arcus costalis dekstra, dan
hemidiafragma dekstra memisahkan hepar dari pleura, pulmo, perikardium, dan cor.
Hepar terbentang ke sebelah kiri untuk mencapai hemidiafragma sinistra. Permukaan
atas hepar yang cembung melengkung di bawah kubah diafragma. Facies visceralis,
atau posteroinferior, membentuk cetakan visera yang letaknya berdekatan sehingga
bentuknya menjadi tidak beraturan. Permukaan ini berhubungan dengan pars
abdominalis esofagus, gaster, duodenum, fleksura coli dekstra, ren dekstra dan
glandula suprarenalis dekstra, serta vesica biliaris.

 Organ / kelenjar terbesar


 intraperitoneum
 Berbentuk sebagai suatu pyramida tiga sisi dengan dasar menunjuk kekanan dan
puncak menunjuk kekiri.
 Permukaan yang menunjuk ke diaphragma disebut facies diaphragmatica/ pars afixa
hepatis.
 Permukaan ke caudodorsal menunjuk ke alat-alat dalam perut sehingga disebut facies
visceralis.
 Tepi caudal antara facies diaphragmatica dan facies visceralis disebut margo inferior.
 Normal hepar tidak melewati arcus costarum. Pada inspirasi dalam kadang-kadang
dapat teraba. Menyilang arcus costarum dextra pada sela iga 8 dan 9, margo inferior
menyilang di tengah.
 Proyeksi antara iga 4 – 9.


Gambar 1-1. Anatomi makroskopis hepar dilihat dari anterior

Gambar 1-2. Anatomi makroskopis hepar dilihat dari posterior
 Pada facies visceralis, bangunan seperti huruf ”H” terdapat dua sulcus yang berjalan
dalam bidang sagital, disebut fossa sagitalis dextra dan fossa sagitalis sinistra.
 Ditengah-tengah antara dua fossa terdapat daerah yang tidak ditutupi peritoneum
disebut porta hepatis yang menghubungkan kedua fossa.

 Hepar dibagi dalam 2 lobus yaitu lobus dexter dan sinister.


 Batas antara lobus dexter dan sinister ialah pada tempat perlekatan lig. falciforme.
 Pada facies visceralis batas antara kedua lobi ialah fossa sagitalis sinistra, dan lobus
dexter dibagi oleh fossa sagitalis dextra menjadi kanan dan kiri.
 Bagian kiri dibagi oleh porta hepatis dalam lobus caudatus terletak dorsocranial dan
lobus quadratus ventrocaudal.
 Lobus caudatus pada tepi caudoventral mempunyai dua processus yaitu processus
caudatus dan processus papilaris.
 Ligamentum teres hepatis, adalah v. umbilicalis dextra yang telah mengalami
obliterasi, berjalan dari umbilicus ke ramus sinister venae portae.
 Ligamentum venosum, adalah ductus venosum yang telah mengalami obliterasi,
berjalan di bagian cranial fossa sagitalis sinistra dari ramus sinister v. portae, pad
tempat lig. teres hepatis mencapai vena ini, ke vena hepatica sinistra.
 V. portae : dibentuk oleh V. mesenterica superior dan V. lienalis

 Di dalam fossa sagitalis sinistra terdapat :


- Disebelah ventrocaudal : vesica fellea
- Disebelah dorsocranial : vena cava inferior.
 Bagian fossa sagitalis sinistra dimana terdapat lig. teres hepatis disebut fissura
ligamenti teretis dan bagian dimana terdapat lig. venosum disebut fissura ligamenti
venosi.
 Bagian fossa sagitalis dextra dimana terdapat vesica fellea disebut fossa vesica fellea
dan di bagian dimana terdapat v. cava inferior disebut sulcus venae cavae.

Anastomosis portal sistemic :


 Normal akan bermuara ke hepar dan selanjutnya ke V. cava inferior (jalan langsung).
 Bila jalan normal terhambat, maka akan terjadi hubungan lain yang lebih kecil antara
sistim portal dengan sistemic, yaitu :
1) 1/3 bawah oesophagus.
2) V. gastrica sinistra  V. oesophagica  V. azygos (sistemic).
3) pertengahan atas anus : V. rectalis superior  V. rectalis media dan inferior
 V. mesenterica inferior.
4) V. parumbilicalis menghubungkan V. portae sinistra dengan V. suprficialis dinding
abdomen. Berjalan dalam lig. falciforme hepatis dan lig. teres hepatis.
5) V.colica ascendens, descendens, duodenum, pancreas dan hepar beranastomosis
dengan V. renalis, V. lumbalis dan V.phrenica.

Vaskularisasi appendix vermiformis


1. Arteria hepatica propria, cabang truncus coeliacus, berakhir dengan bercabang menjadi
ramus dekster dan sinister yang masuk ke dalam porta hepatis.
2. Vena porta hepatis bercabang dua menjadi cabang terminal, yaitu ramus dekster dan
sinister yang masuk porta hepatis di belakang arteri.

Persarafan appendix vermiformis


Saraf simpatis dan parasimpatis membentuk pleksus coeliacus. Truncus vagalis anterior
mempercabangkan banyak rami hepatici yang berjalan langsung ke hepar.

3. Fisiologi Hepar

Menurut Guyton & Hall (2008), hati mempunyai beberapa fungsi yaitu:
a. Metabolisme karbohidrat
Fungsi hati dalam metabolisme karbohidrat adalah menyimpan glikogen dalam jumlah besar,
mengkonversi galaktosa dan fruktosa menjadi glukosa, glukoneogenesis, dan membentuk
banyak senyawa kimia yang penting dari hasil perantara metabolisme karbohidrat.

b. Metabolisme lemak
Fungsi hati yang berkaitan dengan metabolisme lemak, antara lain: mengoksidasi asam lemak
untuk menyuplai energi bagi fungsi tubuh yang lain, membentuk sebagian besar kolesterol,
fosfolipid dan lipoprotein, membentuk lemak dari protein dan karbohidrat.

c. Metabolisme protein
Fungsi hati dalam metabolisme protein adalah deaminasi asam amino, pembentukan ureum
untuk mengeluarkan amonia dari cairan tubuh, pembentukan protein plasma, dan
interkonversi beragam asam amino dan membentuk senyawa lain dari asam amino.

d. Lain-lain
Fungsi hati yang lain diantaranya hati merupakan tempat penyimpanan vitamin, hati sebagai
tempat menyimpan besi dalam bentuk feritin, hati membentuk zat-zat yang digunakan untuk
koagulasi darah dalam jumlah banyak dan hati mengeluarkan atau mengekskresikan obat-
obatan, hormon dan zat lain.

Hati merupakan pusat metabolisme tubuh yang mempunyai banyak fungsi dan penting
untuk mempertahankan hidup. Ada 4 (empat) macam fungsi hati yaitu :

a. Fungsi Pembentukan dan Ekskresi Empedu.


Empedu dibentuk oleh hati. Melalui saluran empedu interlobular yang terdapat di
dalam hati, empedu yang dihasilkan dialirkan ke kantung empedu untuk disimpan. Dalam
sehari sekitar 1 liter empedu diekskresikan oleh hati. Bilirubin atau pigmen empedu yang
dapat menyebabkan warna kuning pada jaringan dan cairan tubuh sangat penting sebagai
indikator penyakit hati dan saluran empedu.

b. Fungsi Pertahanan Tubuh


Hati juga berperan dalam pertahanan tubuh baik berupa detoksifikasi maupun fungsi
perlindungan. Detoksifikasi dilakukan dengan berbagai proses yang dilakukan oleh enzim-
enzim hati terhadap zat-zat beracun, baik yang masuk dari luar maupun yang dihasilkan oleh
tubuh sendiri. Dengan proses detoksifikasi, zat berbahaya akan diubah menjadi zat yang
secara fisiologis tidak aktif. Fungsi perlindungan dilakukan oleh sel kuffer yang berada pada
dinding sinusoid hati dengan cara vagositosis, sel kuffer dapat membersihkan sebagian besar
kuman yang masuk ke dalam hati melalui vena porta sehingga tidak menyebar keseluruh
tubuh.

c. Fungsi Metabolik
Disamping menghasilkan energi dan tenaga, hati mempunyai peran penting pada
metabolisme karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin.

d. Fungsi Vaskuler
Pada orang dewasa, jumlah aliran darah ke hati diperkirakan sekitar 1.200-1.500 cc per
menit. Darah tersebut berasal dari vena porta sekitar 1.200 cc dan dari arteri hepatica sekitar
300 cc. Bila terjadi kelemahan fungsi jantung kanan dalam memompa darah, maka darah dari
hati yang dialirkan ke jantung melalui vena hepatica dan selanjutnya masuk ke dalam vena
cava inferior. Akibatnya terjadi pembesaran hati karena bendungan pasif oleh darah yang
jumlahnya sangat besar.

Fungsi utama hati :


1. Sekresi garam empedu
2 Memproses secara metabolic ketiga kategori utama nutrient (karbohidrat, protein,
lemak) setelah zat-zat ini diserap dari saluran cerna
3 Mendetoksifikasi atau menguraikan zat sisa tubuh dan hormone serta obat dan
senyawa asing lainnya
4 Membentuk protein plasma, termasuk protein yang dibutuhkan untuk pembekuan
darah dan yang untuk mengangkut hormonesteroid dan tiroid serta kolesterol dalam
arah
5 Menyimpan glikogen, lemak, besi, tembaga dan banyak vitamin
6 Mengaktifkan vitamin D, yang dilakukan hati bersama ginjal
7 Menegluarkan bakteri dan sel darah merah tua, berkat adanya makrofag residennya
8 Mengekskresikan kolesterol dan bilirubin, bilirubin adalah produk penguraian yang
berasal dari destruksi sel darah merah tua

METABOLISME BILIRUBIN
Bilirubin adalah pigmen kristal berbentuk jingga ikterus yang merupakan bentuk akhir dari
pemecahan katabolisme heme melalui proses reaksi oksidasi-reduksi. Bilirubin berasal dari
katabolisme protein heme, dimana 75% berasal dari penghancuran eritrosit dan 25% berasal
dari penghancuran eritrosit yang imatur dan protein heme lainnya seperti mioglobin,
sitokrom, katalase dan peroksidase. Metabolisme bilirubin meliputi pembentukan bilirubin,
transportasi bilirubin, asupan bilirubin, konjugasi bilirubin, dan ekskresi bilirubin. Langkah
oksidase pertama adalah biliverdin yang dibentuk dari heme dengan bantuan enzim heme
oksigenase yaitu enzim yang sebagian besar terdapat dalam sel hati, dan organ lain.
Biliverdin yang larut dalam air kemudian akan direduksi menjadi bilirubin oleh enzim
biliverdin reduktase. Bilirubin bersifat lipofilik dan terikat dengan hidrogen serta pada pH
normal bersifat tidak larut. Pembentukan bilirubin yang terjadi di sistem retikuloendotelial,
selanjutnya dilepaskan ke sirkulasi yang akan berikatan dengan albumin. Bilirubin yang
terikat dengan albumin serum ini tidak larut dalam air dan kemudian akan ditransportasikan
ke sel hepar. Bilirubin yang terikat pada albumin bersifat nontoksik.

Pada saat kompleks bilirubin-albumin mencapai membran plasma hepatosit, albumin akan
terikat ke reseptor permukaan sel. Kemudian bilirubin, ditransfer melalui sel membran yang
berikatan dengan ligandin (protein Y), mungkin juga dengan protein ikatan sitotoksik
lainnya. Berkurangnya kapasitas pengambilan hepatik bilirubin yang tak terkonjugasi akan
berpengaruh terhadap pembentukan ikterus fisiologis.

Bilirubin yang tak terkonjugasi dikonversikan ke bentuk bilirubin konjugasi yang larut dalam
air di retikulum endoplasma dengan bantuan enzim uridine diphosphate glucoronosyl
transferase (UDPG-T). Bilirubin ini kemudian diekskresikan ke dalam kanalikulus empedu.
Sedangkan satu molekul bilirubin yang tak terkonjugasi akan kembali ke retikulum
endoplasmik untuk rekonjugasi berikutnya. Setelah mengalami proses konjugasi, bilirubin
akan diekskresikan ke dalam kandung empedu, kemudian memasuki saluran cerna dan
diekskresikan melalui feces. Setelah berada dalam usus halus, bilirubin yang terkonjugasi
tidak langsung dapat diresorbsi, kecuali dikonversikan kembali menjadi bentuk tidak
terkonjugasi oleh enzim beta-glukoronidase yang terdapat dalam usus. Resorbsi kembali
bilirubin dari saluran cerna dan kembali ke hati untuk dikonjugasi disebut sirkulasi
enterohepatik.

4. Hepatitis A

a. Morfologi Virus

b. Siklus hidup virus

c. Struktur virus, Virus ini termasuk virus RNA, serat tunggal, dengan berat molekul
6
2,25-2,28 x 10 dalton, simetri ikosahedral, diameter 27-32 nm dan tidak mempunyai
selubung. Mempunyai protein terminal VPg pada ujung 5’nya dan poli(A) pada ujung
3’nya. Panjang genom HAV: 7500-8000 pasang basa. Hepatitis A virus dapat
diklasifikasikan dalam famili picornavirus dan genus hepatovirus.
d. Definisi, Hepatitis adalah proses peradangan difus pada sel hati. Hepatitis A adalah
hepatitis yang disebabkan oleh infeksi Hepatitis A Virus. Infeksi virus hepatitis A
dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi, diantaranya adalah hepatitis
fulminant, autoimun hepatitis, kolestatik hepatitis, hepatitis relaps, dan sindroma
pasca hepatitis (sindroma kelelahan kronik). Hepatitis A tidak pernah menyebabkan
penyakit hati kronik.
e. Etiologi , Penyakit ini ditularkan secara fekal-oral dari makanan dan minuman yang
terinfeksi. Dapat juga ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit ini terutama
menyerang golongan sosial ekonomi rendah yang sanitasi dan higienenya kurang
baik. Masa inkubasi penyakit ini adalah 14-50 hari, dengan rata-rata 28 hari.
Penularan berlangsung cepat. Pada KLB di suatu SMA di Semarang, penularan
melalui kantin sekolah diperburuk dengan sanitasi kantin dan WC yang kurang bersih.
f. Epidemiologi , Diperkirakan sekitar 1,5 juta kasus klinis dari hepatitis A terjadi di
seluruh dunia setiap tahun, tetapi rasio dari infeksi hepatits A yang tidak terdeteksi
dapat mencapai sepuluh kali lipat dari jumlah kasus klinis tersebut. Seroprevalensi
dari hepatitis A virus beragam dari beberapa negara di Asia. Pada negara dengan
endemisitas sedang seperti Korea, Indonesia, Thailand, Srilanka dan Malaysia, data
yang tersedia menunjukan apabila rasio insidensi mungkin mengalami penurunan
pada area perkotaan, dan usia pada saat infeksi meningkat dari awal masa kanak-
kanak menuju ke akhir masa kanak-kanak, dimana meningkatkan resiko terjadinya
wabah hepatitis A. Di Amerika Serikat, angka kejadian hepatitis A telah turun
sebanyak 95% sejak vaksin hepatitis A pertama kali tersedia pada tahun 1995. Pada
tahun 2010, 1.670 kasus hepatitis A akut dilaporkan; Incidence rate sebanyak
0,6/100.000, rasio terendah yang pernah tercatat. Setelah menyesuaikan untuk infeksi
asimtomatik dan kejadian yang tidak dilaporkan, perkiraan jumlah infeksi baru ialah
sekitar 17.000 kasus.
Hepatitis A masih merupakan suatu masalah kesehatan di negara berkembang
seperti Indonesia. Berdasarkan data yang berasal dari rumah sakit, hepatitis A masih
merupakan bagian terbesar dari kasus-kasus hepatitis akut yang dirawat yaitu berkisar
dari 39,8-68,3%. Incidence rate dari hepatitis per 10.000 populasi sering kali berfluktuasi
selama beberapa tahun silam. Suatu studi di Jakarta melaporkan bahwa anti-HAV kadang
kadang ditemukan pada bayi baru lahir, dan ditemukan pada 20% bayi. Angka prevalensi
ini terus meningkat pada usia di atas 20 tahun. Di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010,
KLB hepatitis A terjadi di 2 desa dengan jumlah penderita sebanyak 32 orang dengan
attack rate sebesar 1,35%, kondisi ini mengalami peningkatan dimana pada tahun 2009
kasus hepatitis A menyerang pada satu desa. Sementara di Kota Semarang selama tahun
2011 tidak di temukan KLB hepatitis A. Pada tahun 2013, kasus hepatitis di Kota
Semarang meningkat tajam. Menurut Dinas Kesehatan Kota (DKK) Semarang, ada 47
kasus hepatitis yang diketahui hingga bulan Agustus tahun 2013.

g. Patofisiologi , HAV didapat melalui transmisi fecal-oral; setelah itu orofaring dan
traktus gastrointestinal merupakan situs virus ber-replikasi. Virus HAV kemudian di
transport menuju hepar yang merupakan situs primer replikasi, dimana pelepasan
virus menuju empedu terjadi yang disusul dengan transportasi virus menuju usus dan
feses. Viremia singkat terjadi mendahului munculnya virus didalam feses dan hepar.
Pada individu yang terinfeksi HAV, konsentrasi terbesar virus yang di ekskresi
kedalam feses terjadi pada 2 minggu sebelum onset ikterus, dan akan menurun setelah
ikterus jelas terlihat. Anak-anak dan bayi dapat terus mengeluarkan virus selama 4-5
bulan setelah onset dari gejala klinis. Berikut ini merupakan ilustrasi dari patogenesis
hepatitis A.
Kerusakan sel hepar bukan dikarenakan efek direct cytolytic dari HAV; Secara
umum HAV tidak melisiskan sel pada berbagai sistem in vitro. Pada periode inkubasi,
HAV melakukan replikasi didalam hepatosit, dan dengan ketiadaan respon imun,
kerusakan sel hepar dan gejala klinis tidak terjadi.

Banyak bukti berbicara bahwa respon imun seluler merupakan hal yang paling
berperan dalam patogenesis dari hepatitis A. Kerusakan yang terjadi pada sel hepar
terutama disebabkan oleh mekanisme sistem imun dari Limfosit-T antigen-specific.
Keterlibatan dari sel CD8+ virus-specific, dan juga sitokin, seperti gamma-interferon,
interleukin-1-alpha (IL-1-α), interleukin-6 (IL-6), dan tumor necrosis factor (TNF)
juga berperan penting dalam eliminasi dan supresi replikasi virus. Meningkatnya
kadar interferon didalam serum pasien yang terinfeksi HAV, mungkin bertanggung
jawab atas penurunan jumlah virus yang terlihat pada pasien mengikuti timbulnya
onset gejala klinis. Pemulihan dari hepatitis A berhubungan dengan peningkatan
relatif dari sel CD4+ virus-specific dibandingkan dengan sel CD8+.

Immunopatogenesis dari hepatitis A konsisten mengikuti gejala klinis dari


penyakit. Korelasi terbalik antara usia dan beratnya penyakit mungkin berhubungan
dengan perkembangan sistem imun yang masih belum matur pada individu yang lebih
muda, menyebabkan respon imun yang lebih ringan dan berlanjut kepada manifestasi
penyakit yang lebih ringan.

Dengan dimulainya onset dari gejala klinis, antibodi IgM dan IgG anti- HAV
dapat terdeteksi. Pada hepatitis A akut, kehadiran IgM anti-HAV terdeteksi 3 minggu
setelah paparan, titer IgM anti-HAV akan terus meningkat selama 4-6 minggu, lalu
akan terus turun sampai level yang tidak terdeteksi dalam waktu 6 bulan infeksi. IgA
dan IgG anti-HAV dapat dideteksi dalam beberapa hari setelah timbulnya gejala.
Antibodi IgG akan bertahan selama bertahun-tahun setelah infeksi dan memberikan
imunitas seumur hidup. Pada masa penyembuhan, regenerasi sel hepatosit terjadi.
Jaringan hepatosit yang rusak biasanya pulih dalam 8-12 minggu.

h. Manifestasi Klinis, Gambaran klinis hepatitis virus sangat bervariasi mulai dari
infeksi asimptomatik tanpa ikterus sampai yang sangat berat yaitu hepatitis fulminant
yang dapat menimbulkan kematian hanya dalam beberapa hari. Gejala hepatitis akut
terbagi dalam 4 tahap yaitu fase inkubasi, fase prodromal (pra ikterik), fase ikterus,
dan fase konvalesen (penyembuhan).

Fase Inkubasi. Merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya gejala
atau ikterus. Fase ini berbeda-beda lamanya untuk tiap virus hepatitis. Panjang fase ini
tergantung pada dosis inokulum yang ditularkan dan jalur penularan, makin besar dosis
inokulum, makin pendek fase inkubasi ini. Pada hepatitis A fase inkubasi dapat
berlangsung selama 14-50 hari, dengan rata-rata 28-30 hari.

Fase Prodromal (pra ikterik). Fase diantara timbulnya keluhan-keluhan pertama


dan timbulnya gejala ikterus. Awitannya dapat singkat atau insidious ditandai dengan
malaise umum, nyeri otot, nyeri sendi, mudah lelah, gejala saluran napas atas dan
anorexia. Mual muntah dan anoreksia berhubungan dengan perubahan penghidu dan rasa
kecap. Demam derajat rendah umunya terjadi pada hepatitis A akut. Nyeri abdomen
biasanya ringan dan menetap di kuadran kanan atas atau epigastrium, kadang diperberat
dengan aktivitas akan tetapi jarang menimbulkan kolesistitis.

Fase Ikterus. Ikterus muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga muncul
bersamaan dengan munculnya gejala. Pada banyak kasus fase ini tidak terdeteksi. Setelah
tibul ikterus jarang terjadi perburukan gejala prodromal, tetapi justru akan terjadi
perbaikan klinis yang nyata.

Fase konvalesen (penyembuhan). Diawali dengan menghilangnya ikterus dan


keluhan lain, tetapi hepatomegali dan abnormalitas fungsi hati tetap ada. Muncul perasaan
sudah lebih sehat dan kembalinya nafsu makan. Keadaan akut biasanya akan membaik
dalam 2-3 minggu. Pada hepatitis A perbaikan klinis dan laboratorium lengkap terjadi
dalam 9 minggu. Pada 5-10% kasus perjalanan klinisnya mungkin lebih sulit ditangani,
hanya <1% yang menjadi fulminant.

i. D/ dan DD/, Untuk menegakan diagnosis HAV diperlukan beberapa pemeriksaan.


Pemeriksaan tersebut antara lain adalah:
- Pemeriksaan Klinis : Diagnosis klinik ditegakan berdasarkan keluhan seperti demam,
kelelahan, malaise, anorexia, mual dan rasa tidak nyaman pada perut. Beberapa
individu dapat mengalami diare. Ikterus (kulit dan sclera menguning), urin berwarna
gelap, dan feses berwarna dempul dapat ditemukan beberapa hari kemudian. Tingkat
beratnya penyakit beraragam, mulai dari asimtomatik (biasa terjadi pada anak-anak),
sakit ringan, hingga sakit yang menyebabkan hendaya yang bertahan selama
seminggu sampai sebulan.
- Pemeriksaan Serologik, Adanya IgM anti-HAV dalam serum pasien dianggap sebagai
gold standard untuk diagnosis dari infeksi akut hepatitis A. Virus dan antibody dapat
dideteksi dengan metode komersial RIA, EIA, atau ELISA. Pemeriksaan diatas
digunakan untuk mendeteksi IgM anti-HAV dan total anti-HAV (IgM dan IgG). IgM
anti-HAV dapat dideteksi selama fase akut dan 3-6 bulan setelahnya. Dikarenakan
IgG anti-HAV bertahan seumur hidup setelah infeksi akut, maka apabila seseorang
terdeteksi IgG anti- HAV positif tanpa disertai IgM anti-HAV, mengindikasikan
adanya infeksi di masa yang lalu. Pemeriksaan imunitas dari HAV tidak dipengaruhi
oleh pemberian passive dari Immunoglobulin/Vaksinasi, karena dosis profilaksis
terletak dibawah level dosis deteksi.
- Rapid Test, Deteksi dari antibodi dapat dilakukan melalui rapid test menggunakan
metode immunochromatographic assay, dengan alat diagnosis komersial yang
tersedia. Alat diagnosis ini memiliki 3 garis yang telah dilapisi oleh antibodi, yaitu
“G” (HAV IgG Test Line), “M” (HAV IgM Test Line), dan “C” (Control Line) yang
terletak pada permukaan membran. Garis “G” dan “M” berwarna ungu akan timbul
pada jendela hasil apabila kadar IgG dan/atau IgM anti-HAV cukup pada sampel.
Dengan menggunakan rapid test dengan metode immunochromatographic assay
didapatkan spesifisitas dalam mendeteksi IgM anti-HAV hingga tingkat keakuratan
98,0% dengan tingkat sensitivitas hingga 97,6%.
- Pemeriksaan Penunjang Lain, Diagnosis dari hepatitis dapat dibuat berdasarkan
pemeriksaan biokimia dari fungsi liver (pemeriksaan laboratorium dari: bilirubin urin
dan urobilinogen, total dan direct bilirubin serum, alanine transaminase (ALT) dan
aspartate transaminase (AST), alkaline phosphatase (ALP), prothrombin time (PT),
total protein, serum albumin, IgG, IgA, IgM, dan hitung sel darah lengkap). Apabila
tes lab tidak memungkinkan, epidemiologic evidence dapat membantu untuk
menegakan diagnosis.

j. Tatalaksana, Penatalaksanaan hepatitis A virus sebagian besar adalah terapi suportif,


yang terdiri dari bed rest sampai dengan ikterus mereda, diet tinggi kalori,
penghentian dari pengobatan yang beresiko hepatotoxic, dan pembatasan dari
konsumsi alkohol.
Sebagian besar dari kasus hepatitis A virus tidak memerlukan rawat inap. Rawat inap
direkomendasikan untuk pasien dengan usia lanjut, malnutrisi, kehamilan, terapi
imunosupresif, pengobatan yang mengandung obat hepatotoxic, pasien muntah
berlebih tanpa diimbangi dengan asupan cairan yang adekuat, penyakit hati
kronis/didasari oleh kondisi medis yang serius, dan apabila pada pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang didapatkan gejala-gejala dari hepatitis fulminan. Pasien
dengan gagal hati fulminant, didefinisikan dengan onset dari encephalopathy dalam
waktu 8 minggu sejak timbulnya gejala. Pasien dengan gagal hati fulminant harus
dirujuk untuk pertimbangan melakukan transplantasi hati.
Medikamentosa (simtomatik)

 Analgetik – antipiretik, bila demam, sakit kepala atau pusing


 Bila muntah berkepanjangan, pasein dapat diberi antiemetik seperti metoklopramid, tetapi
bila demikan perlu baehati-hati terhadap efek efek samping yang timbuk karena dapat
mengacaukan gejal klinis pernurukan. Dalam keadaan klinis terdapat mual dan muntah
pasien diberikan diet rendah lemak
 Vitamin, untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan nafsu makan.
Viamin K diberikan bila terdapat perpanjangan masa protrombin
Pasien dirawat bila ada dehidrasi berat dengan kesulitan masukan peroral, kadar
SGOT-SGPT >10x normal, perubahan perilaku atau penurunan kesadaran akibat
ensefalopatihepatitis fulminan, dan prolong, atau relapsing hepatitis. Tidak ada terapi
medikamentosa khusus karena pasien dapat sembuh sendiri (self-limiting disease).
Pemeriksaan kadar SGOT-SGPT terkonjugasi diulang pada minggu kedua untuk
melihat proses penyembuhan dan minggu ketiga untuk kemungkinan prolong atau
relapsing hepatitis. Pembatasan aktivitas fisik terutama yang bersifat kompetitif
selama SGOT-SGPT tiga kali batas atas normal.

k. Pencegahan, Suplai air bersih yang adekuat dengan pembuangan kotoran yang baik
dan benar didalam komunitas, dikombinasikan dengan praktik higiene personal yang
baik, seperti teratur mencuci tangan, dapat mengurangi penyebaran dari HAV.

Imunisasi pasif dengan immunoglobulin normal atau immune serum globulin


prophylaxis dapat efektif dan memberi perlindungan selama 3 bulan. Akan tetapi,
dengan penemuan vaksin yang sangat efektif, immunoglobulin tersebut menjadi
jarang digunakan. Imunisasi pasif ini diindikasiskan untuk turis yang berkunjung ke
daerah endemik dalam waktu singkat, wanita hamil, orang yang lahir di daerah
endemis HAV, orang dengan immunocompromised yang memiliki resiko penyakit
berat setelah kontak erat, dan pekerja kesehatan setelah terpajan akibat pekerjaan.
Ketika sumber infeksi HAV teridentifikasi, contohnya makanan atau air yang
terkontaminasi HAV, immune serum globulin prophylaxis harus diberikan kepada
siapa saja yang telah terpapar dari kontaminan tersebut. Hal ini terutama berlaku
untuk wabah dari HAV yang terjadi di sekolah, rumah sakit, penjara, dan institusi
lainnya.

Imunisasi aktif dengan vaksin mati memberikan imunitas yang sangat baik. Imunisasi
ini diindikasikan untuk turis yang berkunjung ke daerah endemik, untuk
memusnahkan wabah, dan untuk melindungi pekerja kesehatan setelah pajanan atau
sebelum pajanan bila terdapat risiko akibat pekerjaan.Vaksinasi HAV memberikan
kemanjuran proteksi terhadap HAV sebesar 94-100% setelah 2-3 dosis suntikan yang
diberikan 6-12 bulan secara terpisah, dengan efek samping yang minimal.

l. Komplikasi, Sirosis adalah komplikasi hepatitis yang paling sering terjadi. Seseorang
yang sehat atau dalam keadaan normal, apabila terdapat sel hati yang rusak maka sel-
sel tersebut akan di gantikan dengan sel-sel yang baru. Sedangkan pada sirosis apabila
terjadi kerusakan sel hati maka akan di ganti oleh jaringan parut (sikatrik). Apabila
semakin parah kerusakan maka jaringan parut yang terbentuk semakin besar dan
mengakibatkan berkurangnya jumlah sel hati yang rusak. Dampak dari pengurangan
jumlah sel hati yang rusak yaitu penurunan sejumlah fungsi hati sehingga
mengakibatkan fungsi tubuh terganggu secara keseluruhan.

Banyak hal yang menyebabkan komplikasi hepatitis. Sebenarnya haptitis tidak


cukup berbahaya jika mendapatkan penanganan secara tepat dan cepat. Hepatitis
merupakan penyakit yang awal mulanya timbul mengganggu fungsi organ hati dan
hepatitis merupakan penyakit yang dapat menyerang semua orang tanpa pandang bulu.
Berikut penyebab komplikasi hepatitis yaitu :
1. Komplikasi hepatitis akibat mengkonsumsi zat kimia atau obat-obatan.
Komplikasi hepatitis akibat mengkonsumsi zat kimia atau obat-obatan akan
menimbulkan reaksi secara bertahap dan dapat terdeteksi setelah pemakaian obat selama
2-6 minggu. Karena di dalam obat terkandung zat kimia yang dapat menyebabkan
terjadinya masalah kesehatan yang cukup serius dan mengakibatkan reaksi kimia
sehingga dapat menjadi infeksi virus hepatitis. Namun reaksi kimia dan gejala-gejala
yang terjadi dapat menghilang apabila berhenti mengkonsumsi obat. Namun ada juga
yang mengakibatkan kerusakan fungsi organ hati yang terlanjur parah dan cukup serius.
Zat kimia atau obat-obatan juga dapat membuat sistem imun naif/bodoh sehingga tidak
dapat bekerja sesuai fungsinya.

2. Komplikasi hepatitis akibat autoimun.


Sistem kekebalan tubuh atau sistem imun karena kelainan genetik dapat beresiko
menyerang jaringan atau sel organ hati (liver). Selain faktor kelainan genetik, autoimun
dapat juga diakibatkan karena terdapat zat kimia tertentu ataupun virus. Intinya autoimun
terjadi karena sistem imun yang naif atau bodoh karena banyak faktor. Solusinya tidak
dengan obat, herbal, vitamin, dan lain-lain. Solusinya hanya satu yaitu mendidik dan
menenangkan sistem imun dengan molekul Transfer Factor.
3. Komplikasi hepatitis akibat mengkonsumsi alkohol.
Komplikasi hepatitis akibat meminum alkohol dapat dihindari secara dini dengan
menghentikan penggunaan alkohol sebagai minuman. Karena minuman alkohol
mengandung zat kimia atau bahan yang dapat menjadi penyebab kerusakan fungsi organ
di dalam tubuh salah satunya organ hati. Kandungan alkohol seperti zat kimia ataupun
kandungan bahan lainnya dapat menjadi faktor utama yang menyebabkan kerusakan
fungsi organ hati.
Zat kimia yang terdapat di minuman alkohol akan mengendap dalam tubuh yang
kemudian akan masuk dan menyebar ke seluruh jaringan tubuh yang bersifat racun dan
dapat merusak fungsi kerja organ hati. Hal itulah yang menjadi penyebab utama untuk
larangan mengkonsumsi minuman beralkohol dengan segala jenis karen akan
menyebabkan kerusakan organ hati dan menjadi penyebab penyakit lainnya
m. Prognosis, Perawatan yang leteargis prognosis baik. Prognosis hepatitis A sangat
baik, lebih dari 99% dari pasien dengan hepatitisA infeksi sembuh sendiri. Hanya
0,1% pasien berkembang menjadi nekrosishepatik akut fatal. (Wilson, 2001)

Anda mungkin juga menyukai