Anda di halaman 1dari 9

KDK II

1. KONSEP BERPIKIR KRITIS


DEFINISI
 Berpikir adalah menggunakan pikiran dan mencakup membuat pendapat, membuat
keputusan, menarik kesimpulan, dan merefleksikan .
 Berpikir merupakan suatu proses yang aktif dan terkoordinasi
 Berpikir kritis adalah suatu proses yang menantang seseorang individu untuk
menginterpretasikan dan mengevaluasi informasi untuk membuat penilaian.
 Berpikir kritis adalah suatu cara yang sistematis untuk membuat dan membentuk fikiran
seseorang, sehingga dapat berfungsi dengan penuh tujuan/manfaat dan akurat/tepat.
 Berpikir kritis merupakan cara berpikir yang teratur, terstruktur, komprehensif, didasarkan
pada standar intelektual, dan didasarkan pada pertimbangan/alasan yang baik.
 Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu cara bagaimana perawat menggunakan
informasi sebagai pertimbangan, membuat kesimpulan, dan membentuk gambaran mental
tentang apa yang terjadi pada klien.

TUJUAN BERFIKIR KRITIS


 Menguji suatu pendapat atau ide, termasuk di dalamnya melakukan pertimbangan atau pemikiran
yang didasarkan pada pendapat yang diajukan.
 Pertimbangan-pertimbangan tersebut biasanya didukung oleh kriteria yang dapat
dipertanggungjawabkan.

JENIS DAN KARAKTERISTIK BERFIKIR KRITIS


Berpikir kritis tingkat rendah
 Merupakan kecakapan dalam hal; membandingkan dan membedakan, membuat kategori, meneliti
bagian-bagian kecil dan keseluruhan, menerangkan sebab dan menyusun mengurut urutan.
Berpikir kritis tingkat tinggi
 Merupakan kecakapan seseorang dalam hal; membuat hipotesis, mengandaikan, membuat
inferensi, menyelesaikan masalah, dan membuat keputusan.

TAHAP BERPIKIR KRITIS


 Menentukan tujuan berpikir kritis (Purpose of thinking)
 Menambah (mencukupi) pengetahuan yang di perlukan (adequacy of knowledge)
 Mengidentifikasi masalah potensial (Potential Problem)
 Mengidentifikasi sumber pendukung (Help ful Resource)
 Membuat keputusan yang kritis (Critique of judgment/Decision)

MODEL BERPIKIR KRITIS ---- THINK


a. Totalrecall (ingatan total)
 Mengingat kembali fakta-fakta atau mengingat kembali dimana
sertabagaimanamenemukannyabiladiperlukan.
 Fakta dapat berasal dari buku, hasil pengkajian, lingkungan.
 Kemampuan mengakses pengetahuan: disimpan dalam ingatan setelah dipelajari.
 Tiap orangmemiliki faktadalam ingatannya.
 Totalrecall tergantungkemampuan memory.
 Dapat dilakukan dengan membuatassosiasi antara fakta dengan peristiwa lain yanglebih
menarik.
b. Habits(Kebiasaan):
 Berpikir secara berulang-ulang sehingga jadi kebiasaan/things I do without thinking.

Inquiry (Penyelidikan).
 Mengkaji issue dengan mendalam dan mananyakan yang tampak tidak jelas.
 Menggali dan menanyakan segala sesuatu yang berkaitan dengan fakta sesuai dengan
asumsinya.
 Cara utama untuk membuat kesimpulan
 Berpikir induktif
o Tahap-tahap :
a. Melihat adanya fakta.
b. Menbuat kesimpulan awal.
c. Membandingkan informasi dengan yang sudah biasa ditemui/pengalaman masalampau.
d. Mencari adanya bias.
e. Mencari alternatif kesimpulan lain.
f. Memvalidasi kesimpulan dengan informasi yang lebih banyak.
g. Mengenali kesenjangan
h. Mengumpulkan datatambahan

C. New idea and creatively (ide baru dan kreatifitas)


 Kebalikan dari habits
 Segala sesuatu yang sudah dipelajari, digabung, dikaitkan dan diterapkan pada situasi yang
unik
D. Knowing how you to think (mengetahui bagaimana anda berpikir)
 Dimulai dengan menggunakan refleksi diri
 Digunakan untuk menyesuaikan pemikiran secara terus-menerus ke konteks kebutuhan pasien
dan area pelayanan kesehatan yang selalu berubah
 Mempertimbangkan segala sesuatu dalam pikiran kita dan berusaha keras untuk
meningkatkan bagaimana kita berpikir dan apa yang kita lakukan dengan berfokus pada
apa yang kita pikirkan, rasakan, dan lakukan dalam situasi tertentu tersebut

KETRAMPILAN DASAR AGAR BISA BERPIKIR KRITIS


 Mampu mengevaluasi kredibilitas sumber informasi.
 Mampu menganalisa argumen, interpretasi, kepercayaan dan teori-teori.
 Mampu megklarifikasi makna dari setiap kata/frase.
 Mampu mentransfer pemikiran dengan cara yang baru.
 Mampu memberikan/membangkitkan dan mengkaji kemungkinan pemecahan masalah
 Mampu mengembangkan kriteriauntuk evaluasi.
 Mampu membaca, mendengar, menulis, dan melaporkan secarakritis

BERPIKIR KRITIS ≠ MENGKRITIK, MENGECAM. MENDEBAT


 Berpikir kritis tidak sama dengan sikap argumentatif atau mengecam orang lain
 Berpikir kritis bersifat netral, objektif, tidak bias. Meskipun berpikir kritis dapat digunakan untuk
menunjukkan kekeliruan atau alasan-alasan yang buruk, berpikir kritis dapat memainkan peran
penting dalam kerja sama menemukan alasan yang benar maupun melakukan tugas konstruktif
 Pemikir kritis mampu melkukan introspeksi tentang kemungkinan bias dalam alasan yang
dikemukakannya
DIMENSI AFEKTIF BERPIKIR KRITIS
 Berpikir secara independen (bebas)
 Melatih cara berpikir terbuka
 Mengembangkan fikiran berfokus pada diri sendiri dan sosial.
 Mengembangkan kerendahan hati intelektual (tidak keminter).
 Mengembangkan keteguhan intelektual.
 Mengembangkan kejujuran dan integritas intelektual.
 Mengembangkan ketekunan intelektual.
 Percayadiri dalam berargumentasi.
 Mengembangkan rasa ingin tahu

PERBEDAAN ANTARA PEMIKIR KRITIS DAN BUKAN PEMIKIR KRITIS


 Pemikir kritis
o Cepat mengidentifikasi informasi yang relevan, memisahkannya dari informasi yang
irelevan
o Dapat memanfaatkan informasi untuk merumuskan solusi masalah atau mengambil
keputusan, dan jika perlu mencari informasi tambahan yang relevan
 Bukan pemikir kritis
o Mengumpulkan fakta dan informasi, memandang semua informasi sama pentingnya
o Tidak melihat, menangkap, maupun memikirkan masalah inti

KARAKTERISTIK PEMIKIR KRITIS


 jujur terhadap diri sendiri
 melawan manupulasi
 mengatasi kebingungan (confusion)
 mereka selalu bertanya
 mereka mendasarkan penilaiannya pada bukti
 mereka mencari hubungan antar topik
 mereka bebas secara intelektual
INDIKATOR BERFIKIR KRITIS
Wade (1995) mengidentifikasi delapan karakteristik berpikir kritis, yakni meliputi:
1. kegiatan merumuskan pertanyaan,
2. membatasi permasalahan,
3. menguji data-data,
4. menganalisis berbagai pendapat dan bias,
5. menghindari pertimbangan yang sangat emosional,
6. menghindari penyederhanaan berlebihan,
7. mempertimbangkan berbagai interpretasi, dan
8. mentoleransi ambiguitas.
ASPEK-ASPEK BERFIKIR KRITIS
Relevance
Relevansi (keterkaitan) dari pernyataan yang dikemukakan.
Importance
Penting tidaknya isu atau pokok-pokok pikiran yang dikemukakan.
Novelty
Kebaruan dari isi pikiran, baik dalam membawa ide-ide atau informasi baru maupun dalam sikap
menerima adanya ide-ide baru orang lain.
Outside material
Menggunakan pengalamannya sendiri atau bahan-bahan yang diterimanya dari perkuliahan
(refrence).
Ambiguity clarified
Mencari penjelasan atau informasi lebih lanjut jika dirasakan ada ketidakjelasan.
Linking ideas
Senantiasa menghubungkan fakta, ide atau pandangan serta mencari data baru dari informasi yang
berhasil dikumpulkan
Critical assessment
Melakukan evaluasi terhadap setiap kontribusi / masukan yang datang dari dalam dirinya maupun
dari orang lain
Justification
Memberi bukti-bukti, contoh, atau justifikasi terhadap suatu solusi atau kesimpulan yang
diambilnya. Termasuk di dalamnya senantiasa memberi penjelasan mengenai keuntungan
(kelebihan) dan kerugian (kekurangan) dari suatu situasi atau solus. 
Practical utility
ide-ide baru yang dikemukakan selalu dilihat pula dari sudut keperaktisan / kegunaanya dalam
penerapan.

STANDAR BERFIKIR KRITIS


Clarity (Kejelasan)
Kejelasan merupakan pondasi standardisasi. Jika pernyataan tidak jelas, kita tidak dapat
membedakan apakah sesuatu itu akurat atau relevan.
Accuracy (keakuratan, ketelitian, kesaksamaan)
Ketelitian atau kesaksamaan sebuah pernyataan dapat ditelusuri melalui pertanyaan: "Apakah
pernyataan itu kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan?“. Pernyataan dapat saja jelas,
tetapi belum tentu akurat.
Precision (ketepatan)
Ketepatan mengacu kepada perincian data-data pendukung yang sangat mendetail.
Pertanyaan ini dapat dijadikan panduan untuk mengecek ketepatan sebuah pernyataan.
Sebuah pernyataan dapat saja mempunyai kejelasan dan ketelitian, tetapi belum tentu tepat.
Relevance (relevansi, keterkaitan)
Relevansi bermakna bahwa pernyataan atau jawaban yang dikemukakan berhubungan dengan
pertanyaan yang diajukan.
Depth (kedalaman)
Makna kedalaman diartikan sebagai jawaban yang dirumuskan tertuju kepada pertanyaan
dengan kompleks, Apakah permasalahan dalam pertanyaan diuraikan sedemikian rupa?
Apakah telah dihubungkan dengan faktor-faktor yang signifikan terhadap pemecahan
masalah? Sebuah pernyatan dapat saja memenuhi persyaratan kejelasan, ketelitian, ketepatan,
relevansi, tetapi jawaban sangat dangkal (kebalikan dari dalam).
Breadth (keluasaan)
Keluasan sebuah pernyataan dapat ditelusuri dengan pertanyaan berikut ini. Apakah
pernyataan itu telah ditinjau dari berbagai sudut pandang?; Apakah memerlukan tinjauan atau
teori lain dalam merespon pernyataan yang dirumuskan?; Menurut pandangan..; Seperti
apakah pernyataan tersebut menurut... Pernyataan yang diungkapkan dapat memenuhi
persyaratan kejelasan, ketelitian, ketepatan, relevansi, kedalaman, tetapi tidak cukup luas.
Logic (logika)
Logika bertemali dengan hal-hal berikut: Apakah pengertian telah disusun dengan konsep
yang benar?; Apakah pernyataan yang diungkapkan mempunyai tindak lanjutnya? Bagaimana
tindak lanjutnya? Sebelum apa yang dikatakan dan sesudahnya, bagaimana kedua hal tersebut
benar adanya? Ketika kita berpikir, kita akan dibawa kepada bermacam-macam pemikiran
satu sama lain. Ketika kita berpikir dengan berbagai kombinasi, satu sama lain saling
menunjang dan mendukung perumusan pernyataan dengan benar, maka kita berpikir logis.
Ketika berpikir dengan berbagai kombinasi dan satu sama lain
CIRI-CIRI BERFIKIR KRITIS
• Menanggapi atau memberikan komentar terhadap sesuatu dengan penuh pertimbangan
• Bersedia memperbaiki kesalahan atau kekeliruan.
• Dapat menelaah dan menganalisa sesuatu yang datang kepadanya secara sistematis.
• Berani menyampaikan kebenaran meskipun berat dilaksanakan
• Bersikap cermat,jujur & ikhlas karena ALLAH baik dalam mengerjakan pekerjaan yang bertalian
dengan agama ALLAH maupun dengan urusan duniawi
• Kebencian terhadap suatu kaum tidak medorongnya untuk tidak berbuat jujur atau tidak berlaku
adil.
• Adil dalam memberikan kesaksian tanpa melihat siap orangnya walaupun akan merugikan diri
sendiri,sahabatdan kerabat.
• Keadilan ditegakkan dalam segala hal karena keadilan menimbulkan ketentraman ,kemakmuran
dan kebahagiaan.Ketidak adilan hanya akan mengakibatkan hal yang sebaliknya
SIKAP BERFIKIR KRITIS
• Tanggung Gugat
• Berpikir Mandiri
• Mengambil Risiko
• Kerendahan Hati
• Integritas
• Ketekunan
• Kreativitas
KOMPONEN BERFIKIR KRITIS
• Pengetahuan Dasar
• Pengalaman
• Kompetensi berpikir kritis
• Prilaku
• Standar
BEBERAPA DEFINISI
• Pikir : akal budi, pendapat
• Berpikir: menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan dsb. sesuatu.
• Cerdas: sempurna perkembangan akal budinya (pandai, tajam pikiran dsb)
• Cerdik: lekas mengerti dan pandai mencari akal; pintar; berakal; panjang akal.
• Licik: banyak akal yang buruk. Kelicikan: kepandaian memutar balik perkataan.
• Kritis: berusaha  menemukan kesalahan atau kekeliruan
• Ilmiah: bersifat ilmu; secara ilmu pengetahuan

2. METODELOGI KEPERAWATAN
PENGERTIAN
Metode adalah suatu jalan atau jalan, petunjuk pelaksanaan atau petunjuk praktis
Metodologi
 Suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah
sistematis (Senn, 1971)
 Cara bertindak menurut aturan tertentu (Bakker, 1984)

PENGERTIAN METODOLOGI
 Pengkajian mengenai bentuk dan model metode, aturan yg dipakai dalam kegiatan
ilmu pengetahuan (Supartono, 2005)
 Science of method = ilmu yg membicarakan tentang cara atau petunjuk praktis di
dalam penelitian.
PENGERTIAN KEPERAWATAN
• Florance Nightingale: Keperawatan adalah menempatkan pasien dalam kondisi paling
baik baik bagi alam dan isinya untuk bertindak.
• Virgian Henderson: Keperawatan sebagai upaya membantu individu baik yang sehat
maupun sakit untuk menggunakan kekuatan, keinginan dan pengetahuan yg dimilikinya,
sehingga individu tsbt mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari, sembuh dari penyakit
atau meninggal dunia dgn tenang.
• Lokakarya Keperawatan Nasional Tahun 1983: Keperawatan adalah suatu bentuk
layanan kesehatan profesional yang merupakan bagian integral dari layanan kesehatabn
berbasis ilmu dan kiat keperawatan, yg berbentuk bio-psiko- sosio-spiritual komprehensif
yang ditujukan bagi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit,
yang mencakup keseluruhan proses kehidupan manusia.
• UU no 36 th 2009 tentang Kesehatan: Perawat adalah seseorang yg memiliki kemampuan
dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yg
diperoleh melalui pendidikan keperawatan.
• Permenkes th 2010: Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan baik didalam
maupun diluar negeri sesuai dengan aturan perundang-undangan.
• UU no. 38 th 2014 tentang Keperawatan: keperawatan sebagai kegiatan pemberi asuhan
kepada individu, kelompok, atau masyarakat, baik dalam keadaan sehat maupun sakit.

PENGERTIAN METODOLOGI KEPERAWATAN


Merupakan cara sistematis yg dikerjakan oleh perawat bersama dengan klien dalam
menentukan kebutuhan asuhan keperawatan, melalui lima tahap pendekatan pengambilan
keputusan klinis yang mencakup pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

UNSUR – UNSUR METODOLOGI


1. Interpretasi
2. Induksi dan deduksi
3. Koherensi internal
4. Holistik
5. Kesinambungan historis
6. Idealisme
7. Komparasi
8. Heuristika
9. Analogikal
10. Deskripsi

PENDAHULUAN
Proses keperawatan merupakan wujud nyata bagi profesi keperawatan (professional practice)
dalam memberikan pelayanan keperawatan yang berupa asuhan keperawatan yang dapat
menguntungkan kedua belah pihak yaitu penerima dan pemberi asuhan keperawatan serta sesuai
dengan kaidah profesi.

PENGERTIAN
Proses: serangkaian tindakan yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu.
PROSES KEPERAWATAN:
 Kozier (1991:166): Metode perencanaan sistematis dan rasional dalam pelayanan keperawatan.
 Herber (dalam Effendi 1990:3): Metode ilmiah sistematis untuk mengkaji dan
mendiagnosa status kesehatan klien, merumuskan hasil yang dicapai, menentukan
intervensi dan mengevaluasi mutu dan hasil asuhan.
 Alfaro Rosalinda (1989:6): Metode sistematik pemberian askep individual berfokus kepada
respon manusia yang unik untuk menyelesaikan masalah kesehatan / keperawatan individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat, baik yang aktual maupun potensial.

TUJUAN
• Mempraktikkan metode pemecahan masalah (problem solving) dalam praktik keperawatan.
• Menggunakan standar praktik keperawatan.
• Memperoleh metode baku, sesuai dan rasional, serta sistematis.
• Memperoleh hasil asuhan keperawatan yang berkualitas

FUNGSI PROSES KEPERAWATAN


• Sebagai kerangka pemikiran untuk klien dan tanggung jawab keperawatan dalam ruang lingkup
yang sangat luas.
• Sebagai alat untuk mengenal masalah klien, merencanakan secara sistimatis, melaksanakan
rencana dan menilai hasil.

Dengan pendekatan proses keperawatan, seorang perawat dituntut memiliki beberapa


keterampilan:
• Keterampilan intelektual
• Keterampilan teknikal
• Keterampilan interpersonal

SIFAT PROSES KEPERAWATAN


• Dinamis; berubah sesuai situasi, kondisi, dan kebutuhan klien.
• Siklus; tahap pertama selalu mendahului tahap kedua, tahap kedua ditinjaklanjuti dengan tahap
ketiga kemudian dilanjutkan dengan tahap keempat, dan seterusnya.
• Interdependen; saling ketergantungan antar tahap-tahap proses keperawatan.
• Fleksible; luwes, tidak kaku, menyesuaikan dengan tingkah laku, kondisi fisik,
mental,emosional.

KARAKTERISTIK PROSES KEPERAWATAN


1. Sistematis
2. Bertujuan
3. Interaksi
4. Dinamis
5. Ilmiah

KEUNTUNGAN
• Meningkatkan mutu pelayanan
• Evaluasi terus menerus  memenuhi kebutuhan klien  mempercepat proses
penyembuhan  mengurangi biaya perawatan  menimbulkan kepuasan klien
• Pengembangan keterampilan intelektual, teknis, dan pengalaman.
• Peningkatan citra keperawatan dan tenaga keperawatan
• Peningkatan peran dan fungsi perawatan
• Pengakuan otonomi keperawatan oleh profesi lain dan masyarakat.
• Peningkatan rasa solidaritas
• Pengembangan ilmu keperawatan

KOMPONEN PROSES KEPERAWATAN

Catholic University Of America 1967 (4Langkh) ANA-America Nurses Association (5 Langkah)


1. Pengkajian 1. Pengkajian

2. Perencanaan 2. Diagnosa

3. Implementasi 3. Perencanaan

4. Evaluasi 4. Implementasi

5. Evaluasi

I. Pengkajian I. Pengkajian
1. Pengumpulan data 1. Pengumpulan data

2. Validasi data 2. Validasi data

3. Organisasikan data yang meliputi tentang 3. Organisasikan data yang meliputi tentang
status klien (riwayat kesehatan), data hasil status klien (riwayat kesehatan), data hasil
pemeriksaan fisik, data tentang pemeriksaan fisik, data tentang
psikososial, budaya, spiritual. psikososial, budaya, spiritual.

4. Analisa data II. Diagnosa


1. Analisa data
5. Formulasi / rumusan diagnosa
keperawatan 2. Formulasi / rumusan diagnosa
6. Validasi diagnosa keperawatan
keperawatan
II. Perencanaan 3. Validasi diagnosa keperawatan
1. Menetapkan prioritas diagnose
keperawatan III. Perencanaan
1. Menetapkan prioritas diagnose
2. Menentukan tujuan dan kontens evaluasi keperawatan

3. Merncanakan strategi keperawatan / 2. Menentukan tujuan dan kontens evaluasi


intervensi keperawatan
3. Merncanakan strategi keperawatan /
4. Mendokumentasikan rencana keperawatan intervensi keperawatan
atau perencanaan
4. Mendokumentasikan rencana keperawatan
III. Implementasi atau perencanaan
1. Mengkomunikasikan rencana keperawatan
terhadap anggota tim keperawatan lain IV. Implementasi
1. Mengkomunikasikan rencana
2. Melaksanakan strategi keperawatan yang keperawatan terhadap anggota tim
telah direncanakan keperawatan lain

3. Mendokumentasikan tindakan 2. Melaksanakan strategi keperawatan yang


telah direncanakan
keperawatan
3. Mendokumentasikan tindakan kep
IV. Evaluasi
Evaluasi pencapaian tujuan : V. Evaluasi
1. Identifikasi kontens pencapaian / criteria Evaluasi pencapaian tujuan :
evaluasi 7. Identifikasi kontens pencapaian / criteria
evaluasi
2. Kumpulkan data sesuai kontens
8. Kumpulkan data sesuai kontens
3. Bawakan data yang kontens
9. Bawakan data yang kontens
4. Sesuaikan tindakan keperawatan
10. Sesuaikan tindakan keperawatan
dengan kontens yang dibuat
5. Nilai rencana tindakan dengan kontens yang dibuat
keperawatan 11. Nilai rencana
tindakan keperawatan
6. Modifikasi rencana keperawatan
12. Modifikasi rencana keperawatan

Anda mungkin juga menyukai