Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN MASALAH


HIPERTENSI

Dosen Pengampu : Ns. Dewi Suryandari, M. Kep

Disusun Oleh :

Novia Ambarwati

S16046/ S16A

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2020
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWAN PADA KELUARGA

DENGAN HIPERTENSI

A. PENGERTIAN

1. Hipertensi

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan

angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortilitas). Tekanan darah

dikatakan hipertensi apabila tekanan darah 140/90 mmHg (Triyanto, 2014).

Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan

tekanan darah diatas nornal yang mengakibatkan peningkatan angka

kesakitan(morbiditas) dan angka kematian (morbilitas) (Kushariyadi, dalam

Aspiani, 2014)

2. Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat dimana terjadi

interaksi antara anak dan orang tuanya (Padila,2012). Sedangkan menurut

Friedman (2010) keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang

tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan

mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam

perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.

B. TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA

Manusia dalam kehidupannya dapat mengalami proses perkembangan

ataupun kemunduran tergantung dari berbagi faktor-faktor yang mempengaruhinya,

begitu juga dengan keluarga mengalami perkembangan dari waktu ke waktu sesuai

dengan tuntutan lingkungan karena adanya interaksi dengan lingkungan maupun


terhadap sesama anggota keluarga, sehingga dari interaksi tersebut dapat

digambarkan siklus tahap perkembangan kehidupan keluarga dalam proses

kehidupannya. Keluarga itu sendiri terdiri dari berbagi macam dan bentuk

diantaranya : kelurga inti dengan dua orang tua, keluarga pada keluarga cerai, dan

keluarga dengan orang tua tiri. Berikut proses tahapan perkembangan keluarga

secara umum :

1. Tahap I : Keluarga Pemula / Tahap Pernikahan Merupakan perkawinan

sepasang insan, dimana terjadi perpindahan dari keluarga asal atau status

lajang ke hubungan baru yang intim. Tugas-tugas anggota keluarga pada

tahap ini antara lain:

Membangun perkawinan baru yang saling memuaskan, pasangan dituntut

untuk dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan peran dan fungsi

masing-masing. Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis,

melalui pernikahan akan diperoleh anggota keluarga yang baru yang

berasal dari suami ataupun istri yang akan menjadi bagian keluarga besar

dalam keluarga. Merencanakan program keluarga berencana. Terkait

dengan keputusan untuk hamil yang harus direncanakan, sehingga

keputusan tentang kedudukan sebagai orang tua lebih siap.

2. Tahap II : Keluarga Yang Sedang Mengasuh Anak

Tahap perkembangan keluarga yang II dimulai dengan kelahiran anak

pertama hingga bayi berusia 30 bulan. Masalah yang sering muncul pada

tahap ini adalah :

a. Suami merasa diabaikan, karena waktu istri lebih banyak digunakan

untuk mengurus dan memperhatikan anak.

b. Terdapat peningkatan perselisihan argumen antara suami dan istri.


c. Interupsi dalam jawal yang kontinu (lelah sepanjang waktu).

d. Kehidupan sosial dan seksual yang terganggu dan menurun.

Tugas-tugas pasanagn suami-istri pada tahap ini antara lain:

Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap.

Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan

kebutuhan anggota keluarga. Mempertahankan hubungan perkawinan

yang memuaskan. Memperluas hubungan persahabatan dengan

keluarga besar dengan pertambahan peran-peran orangtua – kakek

dan nenek.

3. Tahap III : Keluarga Dengan Anak Usia Prasekolah

Dimulai ketika anak pertama berusia 2,5 - 5 tahun, pada tahap ini dapat

pula keluarga terdiri dari 3-5 orang, kelurga menjadi lebih majemuk.

Pada tahap ini banyak keluarga yang mengalami kegagalan.

Tugas pasangan suami-istri pada tahap ini adalah :

Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti : rumah, ruang bermain,

privasi dan keamanan. Mensosialisasikan anak dengan lingkungannya.

Mengintegrasikan anak yang baru, sementara tetap memenuhi kebutuhan

anak-anak yang lain. Coba yakinkan anak yang paling tua bahwa mereka

masih disyang dan dicintai setelah kehadiran adaiknya.

Mempertahankan hubunga yang sehat dalam keluarga ( anak dengan

orangtua) dan diluar keluarga ( keluarga besar dengan komunitas).

Pada tahap ini ikatan perkawinan melemah atau mulai tidak memuaskan,

sehingga sering mengalami keguncangan:

a. Peran orantua membuat peran perkawinan semakin sulit

b. Tejadi perubahan-perubahan negatif, diantaranya:


1) Kurang puas dengan keadaan rumah

2) Pembicaraan pribadi (suami-istri) lebih sedikit, berpusat lebih

banyak pada anak

3) Kehanagatan yang diberikan pada anak lebih banyak daripada

yang diberikan satu sama lain (suami-istri)

4) Tingkat kepuasan seksual rendah. Tujuan utama peran perawat

pada tahap III ini adalah:embantu mereka membentuk gaya hidup

sehat dan memfasilitasi pertumbuhan fisi, emosional, dan sosial

secara optimal.

4. Tahap IV : Keluarga Dengan Anak Usia Sekolah Dimulai ketika anak

pertama telah berusia 6 tahun (mulai masuk SD) sampai usia 13 tahun

(awal dari masa remaja). Pada tahap ini biasanya kebahagian keluarga

mulai menurun. Tugas suami-istri pada tahap perkembangan ini, antara

lain : Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi

sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang

sehat. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.

Memenuhi kebutuhan fisik anggota keluarga, biasanay kecacatan anak

dapat diketahui pada tahap ini. Fungsi utama peran perawata pada tahap

ini adalah : Sebagai funsi rujukan, mengajar dan memberikan konseling

kepada orangtua mengenai kondisi tersebut, membantu keluarga

melakukan koping sehingga pengaruh yang merugikan cacat tersebut

pada keluarga dapat diminimalkan.

5. Tahap V : Keluarga Dengan Anak Remaja

Dimulai ketika anak pertama usia 13 tahun sampai 19 atau 20 tahun.

Tahap inidapat lebih singkat atau lebih lama, berlaku selam anak masih
tinggal dirumah, adanya persiapan anak menjadi dewasa muda bagi

remaja mengakibatkan hubungan keluarga menjadi lebih longgar. Tahap

perkembangan ini merupakan tahap yang paling sulit dan banyak

tantangan karena tanggung jawab dan kebebasan yang lebih besar. Tugas

suami-istri pada tahap perkembangan ni, antara lain : Menyeimbangkan

kebebasan dengan tanggung jawab semakin dewasa dan mandiri

Memfokuskan kembali hubungan perkawinan. Berkomunikasi scara

terbuka antara orangtua dan anak. Tiga aspek proses perkembangan

remaja menurut Adam’s tahun 1971:

a. Emasipasi : pembagian peran yang meningkat

b. Budaya orang muda : perkembangan hubungan teman sebaya

c. Kesenjangan antar generasi : adanya perbedaan nilai-nilai dan norma-

norma antara orangtua dan remaja.

6. Tahap VI : Kelurga Yang Melepaskan Anak Usia Dewasa Muda.

Pada tahap ini anak pertama meningglakan rmah orangtua dan berakhir

dengan ”rumah kosong” lama tergantung berapa banyak anak. Pada tahap

ini suami-istri berganti peran menjadi kakek – nenek.

Tugas suami – istri pada tahap perkembangan ini , antara lain:

Memperluas siklus kelurga dengan memasukkan aggota keluarga baru

yang didapatnya nilai perkawinan anak-anak Melanjutkan untuk

memperbaharui dan menyesuaikan kembali hubungan perkawinan

Membantu orangtua lansia dan sakit-sakitan suami maupun istri.

Tahap ini merupakan tahap yang sulit bagi wanita , penyebabnya antara

lain :

a. Hilangnya peran ibu karena anak telah pergi atau menikah.


b. Perasaan kehilangan feminitas akibat monopouse (usia 45 – 55

tahun).

c. Tanda ketuaan mulai tampak mulai hilangnya kecantikan.

7. Tahap VII : Orangtua Usia Pertengahan

Dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat

pensiun atau kematian salah satu pasangan, biasanya pada usia 45 tahun

sampai 55 tahun. Pasangan suami-istri ini disebut sebagai pasanag

prenatal yaitu pasangan yang anak-anaknya telah meninggalkan rumah.

Pada tahap ini situasi keluarga atau pernikahan lebih baik dan merupakan

kehidupan yang paling baik. Tugas-tugas suami-istri pada tahap

perkembangan ini, antara lain : Menyediakan lingkungan yang

meningkatka kesehatan Memperthankan hubungan yang memuaskan dan

penuh arti dengan para orangtua lansia dan anak-anak. Memperkokoh

hubungan keluarga.

C. POLA DAN PROSES KOMUNIKASI

Komunikasi merupakan suatu kegiatan yang pasti terjadi dalam kehidupan

keluarga. Tanpa komunikasi, sepilah kehidupan keluarga dari kegiatan berbicara,

berdialog, bertukar pikiran dan sebagainya. Akibatnya kerawanan hubungan antara

anggota – anggota keluarga pun sukar untuk dihindari. Oleh karena itu, komunikasi

antara suami dan sitri, komunikasi antara ayah, ibu dan anak, komunikasi antara

ayah dan anak, komunikasi antara ibu dan anak dan komunikasi antar anak dan

anak, perlu dibangun secara harmonis dalam rangka membangun pendidikan yang

baik dalam keluarga. Persoalannya adalah pola komunikasi bagaimana yang sering

terjadi dalam kehidupan keluarga? Berdasarkan kasusistik perilaku orang tua dan

anak yang sering muncul dalam keluarga, maka pola komunikasi yang sering terjadi
dalam keluarga adalah berkisar di seputar model stimulus – Respons ( S-R ), model

interaksional, hubungan antar peran, model ABX.

1. Model stimulus – respons

Pola komunikasi yang biasanya terjadi dalam keluarga adalah model

stimulus – respons ( S-R ). Pola ini menunjukkan komunikasi sebagai

suatu proses “aksi – reaksi” yang sangat sederhana. Pola S-R

mengasumsikan bahwa kata-kata verbal (lisan –tulisan) isyarat-isyarat

nonversal, gambar-gambar dantindakan-tindakan tertentu akan

merangsang orang lain untuk memberikan respons dengan cara tertentu.

Oleh karena itu, proses ini dianggap sebagai pertukaran atau pemindahan

informasi atau gagasan, proses ini bersifat timbal balik dan mempunyai

banyak efek.

2. Model Interaksional

Model Interaksional ini berlawanan dengan model S-R. Sementara model

S-R mengasumsikan manusia adalah pasif, model interaksional

menganggap manusia jauh lebih aktif. Komunikasi di sini digambarkan

sebagai pembentukan makna yaitu penafsiran atas pesan atau perilaku

orang lain oleh para peserta komunikasi. Berapa konsep penting yang

digunakan adalah diri sendiri, diri orang lain, simbol, makna, penafsiran,

dan tindakan.

3. Hubungan antar peran

Komunikasi dalam keluarga dapat pula dipengaruhi oleh pola hubungan

antar peran hal ini, disebabkan masing-masing peran yang ada dalam

keluarga dilaksanakan melalui komunikas.

4. Model ABX
Pola komunikasi lainnya yang juga sering terjadi dalam komunikasi

antara anggota keluarga adalah model ABX yang dikemukakan oleh

Newcomb dari perspektif psikologi-sosial. Newcomb menggambarkan

bahwa seseorang (A) menyampaikan informasi kepada seseorang lainnya

(B) mengenai sesuatu (X). yaitu (1) orientasi A terhadap X, yang

meliputi sikap terhadap X sebagai objek yang harus didekati atau

dihindari dari atribut kognitif (kepercayaan dan tatanan kognitif), (2)

orientasi A terhadap B dalam pengertian yang sama.

D. STRUKTUR PERAN KELUARGA

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengn posisi

social yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi

individu dalam masyarakat, misalnya status sebagai istri/suami atau anak. Peran

keluarga dapat dibagi dalam 2 kategori:

1. Peran formal : bersifat eksplisit;

Setiap kandungan struktur peran keluarga (peran sebagai ayah, ibu dst)

2. Peran informal  : bersifat implicit

Biasanya tidak tampak kepermukaan dan dimainkan hanya untuk

memenuhi kebutuhan emosional keseimbangan dalam keluarga

E. FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi afektif (The Affective Function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk

mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga

berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan

individu dan psikososial anggota keluarga.

2. Fungsi sosialisasi yaitu proses perkembangan dan perubahan yang dilalui

individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam


lingkungan sosialnya. Sosialisasi dimulai sejak lahir. Fungsi ini berguna untuk

membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai

dengan tingkat perkembangan anak dan dan meneruskan nilai-nilai budaya

keluarga.

3. Fungsi reproduksi (The Reproduction Function) adalah fungsi untuk

mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

4. Fungsi ekonomi (The Economic Function) yaitu keluarga berfungsi untuk

memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk

mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga.

5. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (The Health Care Function)

adalah untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap

memiliki produktivitas yang tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas

keluarga di bidang kesehatan.

F. STRES DAN KOPING KELUARGA

Stres merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari. Sarafino

mendefinisikan stres sebagai suatu kondisi yang disebabkan oleh transaksi antara

individu dengan lingkungan yang menimbulkan jarak antara tuntutan-tuntutan yang

berasal dari berbagai situasi dengan sumber-sumber daya sistem biologis, psikologis

dan sosial seseorang (Smet. 1994: 112). Menurut Ardani dalam bukunya psikologi

klinis bahwa stres adalah keadaan dimana seseorang yang mengalami ketegangan

karena adanya kondisi-kondisi yang mempengaruhi dirinya (Ardani, 2007: 37).

Maramis menyatakan bahwa stres adalah segala masalah atau tuntutan

menyesuaikan diri, yang karena tuntutan itulah individu merasa terganggu

keseimbangan hidupnya (Maramis, 1994: 134)


Koping melibatkan upaya untuk mengelola situasi yang membebani,

memperluas usaha untuk memecahkan masalah-masalah hidup, dan berusaha untuk

mengatasi dan menguragi stres. Keberhasilan dalam kopingberkaitan dengan

sejumlah karakteristik, termasuk penghayatan mengenai kendali pribadi, emosi

positif, dan sumber daya personal (Folkman & Moskowitz, 2004). Meskipun

demikian keberhasilan dalamkopingjuga tergantung pada strategi-strategi yang

digunakan dan konteksnya (John W Santrock, 2007: 299). Relevan dengan

perbedaan individual dalam merespons situasi penuh stres merupakan konsep

koping, yaitu bagaimana orang berupaya mengatasi masalah atau menangani emosi

yang umumnya negatif yang ditimbulkannya. Bahkan diantara mereka yang menilai

suatu situasi sebagai penuh stres, efek stres dapat bervariasi tergantung pada

bagaimana individu menghadapi situasi tersebut (Gerald C.Davison, 2010: 275).

Menurut Lazarus dan Folkman (dalam Smet, 1994: 143) mengatakanbahwa perilaku

koping merupakan suatu proses dimana individu mencoba mengelola jarak yang ada

antara tuntutan-tuntutan (baik itu tuntutan yang berasal dari individu maupun

tuntutan yang berasal dari lingkungan) dengan sumber-sumber daya yang mereka

gunakan dalam menghadapi situasi yang penuh dengan stress.

G. Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Fokus Pengkajian
Format pengkajian keluarga model Friedman (2010) yang diaplikasikan
ke kasus dengan masalah utama hipertensi meliputi :
a. Data umum
Menurut Friedman (2010), data umum yang perlu dikaji adalah :
1) Nama kepala keluarga dan anggota keluarga, alamat, jenis
kelamin,umur, pekerjaan dan pendidikan.
2) Tipe keluarga
Menjelaskan mengenai jenis/tipe keluarga beserta kendala atau
masalah-masalah yang terjadi dengan jenis/tipe keluarga
3) Status sosial ekonomi Keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari
kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu sosial
ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang
dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh
keluarga.
b. Riwayat Keluarga dan Tahap Perkembangan Keluarga
1) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan oleh anak tertua dari
keluarga ini.
2) Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi
Menjelaskan perkembangan keluarga yang belum terpenuhi,
menjelaskan mengenai tugas perkembangan keluaruarga yang belum
terpenuhi oleh keluarga serta kendala-kendala mengapa tugas
perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat keluarga inti meliputi riwayat
penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota
keluarga, perhatian keluarga terhadap pencegaha penyakit termasuk
status imunisasi, sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan
keluarga dan pengalaman terhadapa pelayanan kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan keluarga dari pihak suami
dan istri.
c. Pengkajian lingkungan
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat tipe rumah,jumlah
ruangan, jenis ruang, jumlah jendela, jarak septic tankdengan sumber air,
sumber air minum yang digunakan, tanda catyang sudah mengelupas,
serta dilengkapi dengan denah rumah (Friedman, 2010).
d. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji seberapa jauh keluarga saling asuh dan saling
mendukung, hubungan baik dengan orang lain, menunjukkan rasa
empati, perhatian terhadap perasaan (Friedman, 2010).
2) Fungsi sosialisasi
Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh
mana anggota keluarga belajar disiplin, penghargaan, hukuman, serta
memberi dan menerima cinta (Friedman, 2010).
3) Fungsi keperawatan
a) Keyakinan, nilai, dan prilaku kesehatan : menjelaskan nilai yang
dianut keluarga, pencegahan, promosi kesehatan yang dilakukan
dan tujuan kesehatan keluarga (Friedman, 2010).
b) Status kesehatan keluarga dan keretanan terhadap sakit yangdirasa
: keluarga mengkaji status kesehatan, masalah kesehatan yang
membuat kelurga rentan terkena sakit dan jumlah kontrol
kesehatan (Friedman, 2010).
c) Praktik diet keluarga : keluarga mengetahui sumber makanan yang
dikonsumsi, cara menyiapkan makanan, banyak makanan yang
dikonsumsi perhari dan kebiasaan mengkonsumsi makanan
kudapan (Friedman, 2010).
d) Peran keluarga dalam praktik keperawatan diri : tindakan yang
dilakukan dalam memperbaiki status kesehatan, pencegahan
penyakit, perawatan keluarga dirumah dan keyakinan keluarga
dalam perawatan dirumah (Friedman, 2010).
e) Tindakan pencegahan secara medis : status imunisasi anak,
kebersihan gigi setelah makan, dan pola keluarga dalam
mengkonsumsi makanan (Friedman, 2010).
4) Fungsi reproduksi
Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga adalah :
berapa jumlah anak, apa rencana keluarga berkaitan dengan jumlah
anggota keluarga, metode yang digunakan keluarga dalam upaya
mengendalikan jumlah anggota keluarga (Padila, 2012).
5) Fungsi ekonomi
Data ini menjelaskan mengenai kemampuan keluarga dalam
memenuhi sandang, pangan, papan, menabung, kemampuan
peningkatan status kesehatan.
e. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga, metode yang
digunakan sama dengan pemeriksaan fisik klinik head to toe.
2. Fokus Diagnosa keperawatan Keluarga
a. Diagnosa keperawatan keluarga
Diagnosa keperawatan keluarga merupakan perpanjangan diagnosis
ke system keluarga dan subsitemnya serta merupakan hasil pengkajian
keperawatan. Diagnosis keperawatan keluarga termasuk masalah
kesehatan aktual dan potensial dengan perawat keluarga yang memiliki
kemampuan dan mendapatkan lisensi untuk menanganinya berdasarkan
pendidikan dan pengalaman ( Friedman, 2010). Tipologi dari diagnosa
keperawatan adalah:
1) Diagnosa keperawatan keluarga aktual (terjadi defisit/gangguan
kesehatan).
2) Diagnosa keperwatan keluarga resiko (ancaman) dirumuskan apabila
sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.
3) Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera (potensial) merupakan suatu
kedaan dimana keluarga dalam kondisi sejahtera sehingga kesehatan
keluarga dapat ditingkatkan.
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga
dengan masalah hipertensi adalah (NANDA NIC-NOC 2013) :
1) Penurunan curah jantung
2) Intoleransi aktivitas
3) Nyeri (sakit kepala)
4) Kelebihan volume cairan
5) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
6) Ketidakefektifan koping
7) Defisiensi pengetahuan
8) Ansietas
9) Resiko cidera
b. Skala Prioritas Masalah
Table 2.3 Skala Prioritas Masalah Keluarga
Kriteria Skor Bobot
1) Sifat masalah :
a) Aktual (tidak/kurang sehat) 3 1
b) Ancaman kesehatan 2
c) Keadaan sejahtera 1
2) Kemungkinan masalah dapat diubah
a) Mudah 2
b) Sebagian 1 2
c) Tidak dapat 0
3) Potensi masalah untuk dicegah :
a) Tinggi 3
b) Cukup 2 1
c) Rendah 1
4) Menonjolnya masalah:
a. Masalah dirasakan dan 2
perlu segera ditangani 1
b. Masalah dirasakan tapi tidak 1
perlu segera ditangani 0
c. Masalah tidak dirasakan
Total Skore
Sumber : Baylon & Maglaya (1978) dalam Padila (2012)
Keterangan :
Total Skor didapatkan dengan: Skor (total nilai kriteria) x Bobot =Nilai
Angka tertinggi dalam skor
Cara melakukan Skoring adalah :
1) Tentukan skor untuk setiap criteria
2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot
3) Jumlah skor untuk semua criteria
4) Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor diagnosa
keperawatan keluarga.
3. Fokus Intervensi Keperawatan Keluarga
Intervensi keperawatan keluarga dibuat berdasarkan pengkajian, diagnosis
keperawatan, pernyataan keluarga, dan perencanaan keluarga, dengan
merumuskan tujuan, mengidentifikasi strategi intervensi alternative dan
sumber, serta menentukan prioritas, intervensi tidak bersifat rutin, acak, atau
standar, tetapi dirancang bagi keluarga tertentu dengan siapa perawat
keluarga sedang bekerja (Friedman, 2010)
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Penurunan curah jantung NOC NIC
berhubungan dengan  Cardiac Pump effectiveness Cardiac Care
(00029)  Circulation Status - Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, durasi)
 Vital Sign Status - Catat adanya disritmia jantung
Kriteria Hasil : - Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput
 Tanda vital dalam rentang - Monitor status kardiovaskuler
normal (Tekanan darah, Nadi, - Monitor status pernafasan yang menandakan gagal
Respirasi). jantung
 Dapat mentoleransi aktivitas, - Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi
tidak ada kelelahan - Monitor balance cairan
 Tidak ada edema paru, perifer - Monitor adanya perubahan tekanan darah
dan tidak ada asites - Monitor respon pasien terhadap efek pengobatan
 Tidak ada penurunan kesadaran antiaritmia
- Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari
kelelahan
- Monitor toleransi aktivitas pasien
- Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu
- Anjurkan untuk menurunkan stress
Vital Sign Monitoring
- Monitor TD, nadi, suhu dan RR
- Catat adanya fluktuasi tekanan darah
- Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
- Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
- Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
- Monitor kualitas dari nadi
- Monitor adanya pulsus paradoksus
- Monitor adanya pulsus alterans
- Monitor jumlah dan irama jantung
- Monitor bunyi jantung
2 Intoleransi aktivitas NOC NIC
(00092)  Energy conservation Activity Therapy
 Activity tolerance - Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi Medik dalam
 Self Care : merencanakan program terapi yang tepat
ADLs Kriteria Hasil - Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu
: dilakukan
 Berpartisipasi dalam aktivitas - Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai
fisik tanpa disertai peningkatan dengan kemampuan fisik, psikologi dan social
tekanan darah, nadi, dan RR - Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber
 Mampu melakukan aktivitas yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
sehari-hari (ADLs) secara - Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti
mandiri kursi roda,krek
 Tanda tanda vital normal - Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
 Energy psikomotor - Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
 Level kelemahan - Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi
 Mampu berpindah : dengan atau kekurangan dalam beraktivitas
tanpa bantuan alat - Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas
 Status kardio pulmunari adekuat - Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan
 Sirkulasi status baik penguatan
 Status respirasi : pertukaran gas - Monitor respon fisik, emosi, social dan spiritual.
dan ventilasi adekuat
3 Nyeri Akut (00132) NOC NIC
 Pain Level Pain Management
 Pain Control - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
 Comfort level lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
Kriteria Hasil : presipitasi
 Mampu mengontrol nyeri (tahu - Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
penyebab nyeri, mampu - Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
menggunakan tehnik nyeri pasien
nonfarmakologi untuk - Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
mengurangi nyeri, mnecari - Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
bantuan) - Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
 Melaporkan bahwa nyeri ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
berkurang dengan menggunakan - Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
manajemen nyeri dukungan
 Mampu mengenali nyeri (skala - Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
intensitas, frekuensi dan tanda ruangan, pencahayaan dan kebisingan
nyeri) - Kurangi faktor presipitasi nyeri
 Menyatakan rasa nyaman setelah - Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi
nyeri berkurang dan inter personal)
- Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
- Ajarkan tentang teknik non farmakologi
- Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
- Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
- Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
4 Resiko ketidakefektifan NOC NIC
perfusi jaringan otak  Circulation status Peripheral Sensation Management (Manajemen sensasi perifer)
(00201)  Tissue Prefusion : celebral - Monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap
Kriteria Hasil : panas/dingin/tajam/tumpul
 Mendemonstrasikan status - Monitor adanya paretese
sirkulasi yang ditandai dengan : - Instruksikan keluarga untuk mengobservasi kulit jika ada isi atau laserasi
 Tekanan systole dandiastole - Gunakan sarung tangan untuk proteksi
dalam rentang yang diharapkan - Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
 Tidak ada ortostatikkhipertensi - Monitor kemampuan BAB
 Tidak ada tanda-tanda - Kolaborasi pemberian analgetik
peningkatan tekanan intrakranial - Monitor adanya trombo plebitis
(tidak lebih dari 15 mmHg) - Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi
 Mendemonstrasikan kemampuan
kognitif yang ditandai dengan:

 Berkomunikasi dengan jelas dan


sesuai dengan kemampuan
 Menunjukkan perhatian,
konsentrasi dan orientasi
 Memproses informasi
 Membuat keputusan dengan
benar
 Menunjukkan fungsi sensori
motori cranial yang utuh :
tingkat kesadaran membaik,
tidak ada gerakan gerakan
involunter
6 Ketidakefektifan koping NOC NIC
(00069)  Decison making Decison making
 Role inhasmet - Menginformasikan pasien alternatif atau solusi lain penanganan
 Sosial support - Memfasilitasi pasien untuk membuat keputusan
Kriteria Hasil : - Bantu pasien mengidentifikasi keuntungan, kerugian dari keadaan
 Mengidentifikasi pola koping Role inhancement
yang efektif - Bantu pasien untuk identifikasi bermacam-macam nilai kehidupan
 Mengungkapkan secara verbal - Bantu pasien identifikasi strategi positif untuk mengatur pola nilai yang
tentang koping yang efektif dimiliki
 Mengatakan penurunan stres Coping inhancement
 Klien mengatakan telah - Anjurkan pasien untuk mengidentifikasi gambaran perubahan
menerima tentang keadaannya peran yang realistis
 Mampu mengidentifikasi strategi - Gunakan pendekatan tenang dan meyakinkan
tentang koping

- Hindari pengambilan keputusan pada saat pasien berada dalam stress


berat
- Berikan informasi actual yang terkait dengan diagnosis, terapi dan
prognosis
7 Defisiensi pengetahuan NOC NIC
(00126)  Knowledge : disease process Teaching : disease Process
 Knowledge : health behavior - Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses
Kriteria Hasil : penyakit yang spesifik
 Pasien dan keluarga menyatakan - Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
pemahaman tentang penyakit, berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat
kondisi, prognosis dan program - Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit,
pengobatan dengan cara yang tepat
 Pasien dan keluarga mampu - Ganbarkan proses penyakit dengan cara yang tepat
melaksanakan prosedur yang - Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
dijelaskan secara benar - Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
 Pasien dan keluarga mampu - Hindari jaminan yang kosong
menjelaskan kembali apa yang - Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan
dijelaskan perawat/tim kesehatan pasien dengan cara yang tepat
lainnya - Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperluhkan untuk
mencegah komplikasi dimasa yang akan datang dan atau proses
pengontrolan penyakit

8 Ansietas (00146) NOC NIC


 Anxiety self-control Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
 Anxiety level - Gunakan pendekatan menenangkan
 Coping - Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
Kriteria Hasil :
 Klien mampu mengidentifikasi - Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
dan mengungkapkan gejala - Pahami prespektif pasien terhadap situasi stres
cemas - Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi
 Mengidentifikasi, takut
mengungkapkan dan - Dorong keluarga untuk menemani anak
menunjukkan teknik untuk - Lakukan back/neck rub
mengontrol cemas - Dengarkan dengan penuh perhatian
 Vital sign dalam batas normal - Identifikasi tingkat kecemasan
 Postur tubuh, ekspresi wajah, - Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
bahasa tubuh dan tingkat - Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,,
aktivitas menunjukkan persepsi
berkurangnya kecemasan - Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
- Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi, (2014). Tehnik prosudural keperawatan : konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta : Salemba Medika.

Doengoes. M. E, Et. All. Nursing Care Plans Guidelines for Planning and Documenting Patient Care, Edisi 3. Alih Bahasa: I

Made Kariasa, Et. All. 2014. Jakarta: EGC

Effendy. N (2014). Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat, Edisi 2. Jakarta; EGC

Friedman, M. M. (2013). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3. alih Bahasa: Debora R. L & Asy. Y, Jakarta:

EGC

Gunawan, Lani. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi, Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 2011Hall, A.,2014. Penyakit jantung

hipertensi dan nutrisi, bumi aksara, Jakarta.

Kemenkes RI. 2017. Infodatin : Pusat data dan informasi kementrian kesehatan RI hipertensi. Jakarta Selatan. Diakses pada

tanggal 28 Juni di http:www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/info atin-hipertensi.pdf

Mubarak. (2015) Ilmu Keperawatan Komunitas, Konsep dan Aplikasi, Salemba Medika

NANDA
NIC

NOC

Padila. (2012). Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika
Riskesdas (2016). Riset Kesehatan Dasar ; RISKESDAS, Jakarta : Balitbang Kemenkes RI.

Robin. Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Volume 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC; 2015.

Shep, Sheldon.2014. Maya Clinic Hipertensi, Mengatasitekanan darah tinggi. Jakarta : PT Intisari Mediana.

Smeltzer, Suzanne, and Bare. (2001), Buku Saku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8. Jakarta: EGC

Suprajitno. (2014). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakata: EGC.

World Health Organizition (WHO). World Health Day 2015 : calls intensified efforts to prevents and control hypertension.

2015

Anda mungkin juga menyukai