Secara etimologi biosfer merupakan gabungan dari dua kata, yaitu bio yang berarti hidup dan sphere yang berarti lapisan. Jadi, biosfer adalah lapisan tempat hidup (habitat) makhluk hidup. Biosfer dapat diartikan juga sebagai bagian luar muka bumi yang mencakup udara, daratan, dan air dan memungkinkan kehidupan serta proses biotic berlangsung. Biosfer dapat diartikan juga sebagai keseluruhan ekosistem di bumi, meliputi semua bagian bumi yang mengandung kehidupan (terdiri dari komponen biotic yang berinteraksi dengan lingkungan abiotik yang merupakan bagian dari atmosfer, hidrosfer, dan litosfer). Setiap jenis makhluk hidup mempunyai tempat masing-masing di biosfer untuk tetap hidup sesuai dengan caranya. Tempat hidup dengan unsur-unsurnya beserta makhluk hidup yang tinggal di suatu kawasan secara keseluruhan akan membentuk sistem kehidupan yang disebut ekosistem. Sistem kehidupan di biosfer yang sebesar bumi secara umum dibagi menjadi ekosistem daratan (terrestrial ecosystem), ekosistem laut (marine ecosystem), dan ekosistem air tawar (fresh water ecosystem). Makhluk hidup atau organisme memiliki tingkat organisasi yang berkisar dari tingkat yang paling sederhana (protoplasma) ke tingkat organisasi yang paling kompleks (biosfer), tingkat organisasi dari bawah ke atas, semakin kompleks. Makhluk hidup adalah sistem atau organisme yang cenderung untuk merespon perubahan pada lingkungan mereka dan dalam diri mereka sendiri, sedemikian rupa untuk meningkatkan kelanjutan mereka sendiri dan berumur panjang. Makhluk hidup adalah mereka yang memiliki kemampuan untuk menghirup udara atau bernafas, bisa memindahkan atau menavigasi dan akibatnya memiliki kemampuan untuk berkembang biak. Makhluk- makhluk hidup termasuk manusia, tanaman, serangga, hewan antara lain. Suatu benda dinyatakan sebagai benda hidup dan makhluk hidup jika memiliki ciri-ciri: (1) melakukan pertukaran zat atau metabolisme artinya adanya zat yang masuk dan keluar; (2) tumbuh artinya bertambah besar karena pertambahan dari dalam dan bergerak; (3) melakukan reproduksi atau berkembang biak; (4) memiliki irritabilitas atau kepekaan terhadap rangsang dan memberikan reaksi terhadap rangsangan tersebut; (5) memiliki kemampuan mengadakan adaptasi terhadap lingkungan.
2. Asal Mula Kehidupan di Bumi
a) Sel Sebagai Unit Kehidupan Sel merupakan unit kehidupan, baik dari segi struktural, pertumbuhan, reproduksi, hereditas dan fungsional. Sel sebagai unit struktural maksudnya adalah sel merupakan satuan terkecil penyusun tubuh organisme. Organisme multiseluler, tubuhnya dibangun oleh banyak sel yang diperoleh dari pembelahan mitosis berulang-ulang sebuah sel tunggal (monoseluler) yang disebut zigot. Akibatnya organisme mengalami pertumbuhan. Oleh karena itu dikatakan sel sebagai unit pertumbuhan. Zigot dihasilkan dari peleburan sel kelamin (sel benih) jantan dan betina, karena dari sel kelamin dapat dihasilkan individu baru, sel dikatakan juga sebagai unit produksi. Masing-masing sel kelamin (sel kelamin jantan dan sel kelamin betina) membawa materi genetik (genom) sebagai penentu sifat (karakter) yang akan diwariskan kepada turunannya (individu baru). Sifat oleh karena itu sel dikatakan juga sebagai unit hereditas. Di dalam masing-masing sel penyusun tubuh makhluk hidup terselenggara semua aktivitas kehidupan, baik pada organisme uniseluler, organisme yang selnya bergabung membentuk koloni dan pada organisme uniseluler. Pada organisme uniseluler, seluruh aktivitas hidup dilaksanakan oleh sel tersebut. Pada organisme yang berbentuk koloni belum tampak diferensiasi fungsi yang jelas dari masing-masing sel penyusun koloninya, sedangkan organisme multiseluler terdapat diferensiasi fungsi untuk menjalankan aktivitas kehidupan. Komposisi kimiawi sel yang spesifik, kemampuan melaksanakan metabolisme, reproduksi, tumbuh menjadi besar, tanggap terhadap rangsang dan berdaur hidup adalah hal-hal yang membedakan organisme dengan benda mati. Agar dapat melaksanakan seluruh aktivitas hidup, sel harus memiliki bagian-bagian utama, yaitu membran plasma, protoplasma (cairan sel atau sitoplasma dengan seluruh organel-organel sel yang terdapat di dalamnya), dan nukleus yang mengandung materi genetik (genom). b) Teori Asal Usul Makhluk Hidup Banyak terdapat teori maupun paham-paham yang dikemukakan oleh para ilmuan mengenai teori awal mula kehidupan di dunia. Berikut ini dikemukakan beberapa teori-teori awal mula makhluk hidup di dunia: 1. Teori Cozmozoa: Teori ini mengatakan bahwa mahluk hidup berasal dari luar angkasa , diperkirakan suatu benda berat telah menyebarkan benda hidup dan benda hidup itu meruapakan suatu partikel–partikel kecil. Teori ini berdasarkan dua asumsi: (a) benda hidup itu ada/telah ada di suatu tempat dalam alam semesta ini dan (b) hidup itu dapat dipertahankan selama perjalanan antarbenda angkasa di bumi. 2. Teori Pfluger: Teori menyatakan bahwa Bumi itu berasal dari suatu materi yang sangat panas, yang mengandung Karbon dan Nitrogen sehingga terbentuk Cyanogen (CN). Senyawa itu dapat terjadi pada suhu yang sangat tinggi dan selanjutnya terbentuk zat protein pembentuk protoplasma yang menjadi mahluk hidup. 3. Teori Moore: Teori ini menyatakan bahwa hidup dapat muncul dari kondisi yang cocok atau pas dari bahan organik pada saat bumi mengalami pendinginan melalui suatu proses yang kompleks dalam larutan yang labil. Jika proses ini terjadi maka muncullah makhluk hidup. 4. Teori Allen: Bahwa saat keadaan berdifusi (bumi itu keadaannya seperti sekarang), beberapa reaksi terjadi yaitu energi yang datang dari sinar matahari diserap oleh zat besi yang lembab dan menimbulkan pengaturan atom, Interaksi antara Nitrogen, Karbon, Hidrogen, Oksigen dan Sulfur, yang nantinya akan membentuk zat–zat yang difus yang akhirnya membentuk potoplasma benda hidup. 5. Teori Transendental atau dari ciptaan yang merupakan jawaban secara relegi bahwa benda hidup ini diciptakan oleh Super Nature atau Tuhan Yang Mahakuasa di luar jangkauan Sains. 6. Konsep atau Teori Modern a. Teori abiogenesis/generatio spontanea: menyatakan bahwa kehidupan dapat muncul secara spontan dari benda mati. Teori ini dikemukakan oleh Aristoteles dan diperkuat melalui temuan mikroskop oleh Antonie van Leeuwenhoek, yaitu adanya mikrorganisme pada rendaman jerami. b. Teori biogenesis: (1) Fransisco Redi dengan menempatkan sekerat daging pada toples yang terbuka dan tertutup. Setelah beberapa hari muncul belatung pada toples terbuka; (2) Lazzaro Spalanzani mendidihkan kaldu pada labu yang diberi tutup dan terbuka. Setelah beberapa hari labu yang terbuka keruh, sedangkan labu yang yang tertutup tetap jernih; (3) Louis Pasteur mendidihkan kaldu pada labu yang beri ditutup pipa berbentuk leher angsa sehingga mulut labu yang terbuka, tetapi di dalam pipa leher angsa terdapat air yang menutup labu dari udara luar. Hasilnya, kaldu dalam labu tersebut tetap jernih. Teori ini menunjukkan kebenaran omne vivum ex ovo (asal mula kehidupan itu adalah telur), omne ovo ex vivo (telur itu berasal dari makhluk hidup), omne vivum ex vivo (makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya. c. Teori evolusi kimia. Teori ini dikemukakan oleh Harold Urey. Ia mengatakan bahwa atmosfer purba sangat kaya dengan gas metana (CH 4), Hidrogen (H2), uap air (H2O), dan amonia (NH3). Dengan gas tersebut dan bantuan sinar kosmis dan halilintar maka terbentuk makhluk hidup. d. Teori evolusi biologi dikemukakan oleh Alexander Oparin. Ia mengatakan bahwa makhluk hidup pertama merupakan hasil evolusi dari molekul anorganik yang kemudian berkembang menjadi struktur kehidupan (sel) melalui proses sebagai berikut; (1) CH4, H2, H2O, NH3 membentuk protobion berupa molekul asam amino dan asam nukleat yang dalam jangka panjang menjadi timbunan molekul organik di lautan yang disebut “sop purba” (2) Protobion merupakan bahan dasar pembentukan sel purba yang disbut progenot (3) progenot berkmbang menjadi kelompok sel-sel prokariotik purba, misalnya Archaebacteria (4) sel-sel prokariotik akan mengalami proses perubahan organel sel menjadi lebih kompleks sehingga dihasilkan el eukariotik.
3. Keanekaragaman Makhluk Hidup
Terjadinya keanekaragaman makhluk hidup ditentukan oleh berbagai hal, antara lain sebagai berikut: (1) Proses perkembangan makhluk hidup (evolusi): dalam masa kehidupan suatu jenis makhluk hidup terjadi proses perkembangan dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang lebih sempurna. Perubahan tersebut terjadi secara perlahan-lahan dan dalam waktu yang lama sekali (2) Seleksi alam: seleksi alam adalah penyaringan suatu lingkungan hidup oleh alam sehingga yang tetap tinggal hanyalah makhluk hidup yang mampu menyesuaikan diri. (3) Penyesuaian diri terhadap lingkungan (adaptasi): jika suatu makhluk hidup ingin tetap tinggal hidup maka dia harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan di sekitarnya. Sebagai contoh, kucing di daerah tropis memiliki bulu yang lebih tipis dibanding kucing yang hidup di daerah beriklim dingin. Makhluk tersebut dapat dikatakan telah beradaptasi dengan lingkungannya masing-masing. Beranekaragamnya makhluk hidup beserta penyebarannya masing-masing sesungguhnya bersifat saling melengkapi, membentuk suatu rangkaian ekosistem yang luas sehingga bila salah satu unsurnya terganggu maka terganggulah keseluruhannya. Sifat gangguan tersebut dapat berupa bencana alam dan berupa perusakan oleh manusia. Bencana alam yang dapat merusak lingkungan antara lain banjir, letusan gunung api, gempa, topan, kemarau, dan lain- lain. Pada kenyataannya kerusakan terbesar sering datang dari ulah manusia, baik disadari maupun tak di sadari seperti perusakan hutan, terusirnya suatu kelompok hewan karena tempatnya semula dihuni manusia, dan lain sebagainya sehingga karena ulah manusia pula timbul bencana alam yang pada akhirnya hanya mendatangkan kerugian bagi manusia sendiri. Kita sebagai manusia yang memiliki kelebihan dari makhluk hidup yang lain wajib ikut menjaga kelestarian alam dan lingkungan hidup kita sendiri. Dari sekian makhluk hidup yang ada di muka bumi ini tak ada satupun yang persis sama. Perbedaan-perbedaan selalu saja terdapat dalam diri makhluk hidup itu sendiri. Ambillah contoh antara tanaman jagung dengan mangga, walaupun antara tanaman jagung dan mangga memiliki persamaan seperti; sama-sama memiliki daun, sama-sama akarnya dibawah tanah batangnya diatas tanah dan sama-sama dapat melaksanakan fotosintesis namun keduanya tetap memiliki perbedaan-perbadaan yang mendasar. Variasi/keanekaragaman Makhluk Hidup itu dapat dibagi menjadi : (1) Keanekaragaman individu: kata “individu” berasal dari bahasa latin : in = tidak + dividus = dapat dibagi. Di bumi ini tidak ada dua individu makhluk hidup apa pun yang benar-benar sama segala-galanya. Setiap individu makhluk hidup memiiki ciri-ciri antara individu makhluk tersebut. Ciri-ciri khusus yang dimiliki makhluk hidup itu merupakan “faktor pembeda” antara individu-individu makhluk hidup lain. Keanekaragaman populasi: kata “populasi” berasal dari bahasa latin : populus = rakyat, penduduk. Populasi itu suatu kelompok individu sejenis atau se-spesies. Di dunia ini terdapat banyak sekali populasi makhluk hidup yang bervariasi (beranekaragam) jenis atau spesiesnya. (3) Keanekaragaman ekosistem: suatu interaksi antara komunitas dan lingkungan abiotiknya pada suatu tempat dan waktu tertentu. Jadi, populasi makhluk hidup selalu menyangkut tentang nama jenis individu, waktu dan tempat. Dalam keanekaragaman makhluk hidup terdapat kurva bentuk bel (Genta) atau disebut kurva normal, adalah suatu kurva yang menggambarkan (menunjukkan) wilayah distribusi frekuensi variasi (keanekaragaman) dalam suatu populasi. Melihat bentuknya yang demikian itu, maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa nilai variabel di ujung-ujung kurva distribusi, memperoleh frekuensi yang paling rendah (sedikit), sedangkan nilai variabel yang ditengah-tengah kurva distribusi, memperoleh frekuensi yang tinggi (banyak). Dengan sangat beranekaragamnya makhluk hidup di bumi, maka menuntut manusia untuk mengelompokkan satu dengan yang lainnya sehingga lebih mudah untuk mengenal. Kelompok atau unit yang terbentuk dalam mengklasifikasikan makhluk hidup disebut pula takson dan dari istilah tersebut dijabarkan kata taksonomi yang merupakan nama lain untuk sistematik yang sekarang lebih banyak digunakan oleh ahli-ahli biologi (Taksonomi dari bahasa Yunani Taxonomi : taxon = kelompok, unit + nomos = hukum). Sehingga taksonomi didefinisikan sebagai cabang biologi yang bertugas untuk mengadakan identifikasi semua makhluk hidup, baik yang sekarang masih ada maupun yang dahulu pernah ada. Keanekaragaman makhluk hidup terjadi antara lain karena pengaruh lingkungan dalam waktu tertentu. Keanekaragaman makhluk hidup dapat terjadi pada manusia, hewan maupun tumbuhan. Bila kita melihat alam sekitar akan terlihat betapa banyak macam makhluk hidup yang menempati habitat tersebut, namun diantara banyak hewan maupun tumbuhan tersebut tidak ada yang sama. Keanekaragaman makhluk hidup disebabkan adanya ciri yang khas. Perbedaan pada makhluk hidup dapat dilihat dari bentuk, ukuran, struktur dan warna. Setiap makhluk hidup memerlukan lingkungan yang sesuai. Dengan adanya makhluk hidup lain maka akan menyebabkan terjadinya kompetisi dalam mepertahankan hidupnya. Akibatnya adanya kompetisi, yaitu : (1) Makhluk hidup yang menang akan tinggal dilingkungan tersebut (2) Makhluk hidup yang kalah bersaing, maka akan menyerah pada alam atau melakukan migrasi ketempat lain. Odum (1993) juga menyatakan bahwa keanekaragaman jenis penyusun komunitas tumbuhan pada suatu tempat merupakan hasil interaksi dari beberapa faktor. Faktor pertama adalah waktu, kenekaragaman jenis dalam suatu komunitas tumbuhan merupakan hasil dari evolusi. Keanekaragaman jenis pada daerah tropika lebih cepat terbentuk jika dibandingkan dengan daerah iklim sedang dan kutub. Faktor kedua adalah adanya heterogenitas ruang, komunitas tumbuhan yang terbentuk sangat dipengaruhi oleh lingkungan yang ada, sehingga semakin heterogen dan kompleks suatu lingkungan maka keanekaragaman jenis penyusun komunitas semakin meningkat. Faktor yang ketiga adalah adanya persaingan di antara individu dalam suatu komunitas yang merupakan salah satu bagian dari seleksi alam. Faktor yang keempat adalah predasi, adanya jenis tertentu yang dimakan oleh herbivora berarti mengurangi persaingan. Faktor kelima adalah stabilitas lingkungan, pada lingkungan yang stabil akan menghasilkan jenis yang lebih banyak, oleh karena itu pada daerah tropis yang mempunyai iklim yang lebih stabil mempunyai keanekaragaman jenis yang lebih tinggi dari pada daerah yang beriklim sedang dan kutub. Faktor yang terakhir adalah produktivitas, faktor ini berhubungan dengan stabilitas iklim. Pada daerah beriklim stabil mempunyai produktivitas yang tinggi dengan keanekaragaman yang tinggi pula. Proses adaptasi dengan lingkungan dalam waktu yang lama disebut evolusi. Bukti adanya evolusi yang mendukung teori evolusi Darwin, yaitu: (a) adanya variasi individu (b) homologi {organ-organ yang punya asal sama tapi fungsi beda} (c) Embriologi perbandingan (4) Fosil (5) Organ tubuh tersisa (6) Substansi genetik.
4. Faktor dan Tata Cara Persebaran Makhluk Hidup
Odum (1998) dalam (Maisyarah E: 2010) menyatakan bahwa penyebaran spesies merupakan hasil atau akibat dari berbagai sebab, yaitu akibat dari pengumpulan individu- individu yang ada untuk mendapatkan nutrisi dan ruang, akibat dari reaksi individu dalam menanggapi perubahan cuaca harian dan musiman, dan akibat dari menanggapi perbedaan habitat setempat. Faktor yang mempengaruhi persebaran makhluk hidup, yaitu: 1. Faktor Lingkungan, seperti: - Iklim, unsur-unsur iklim sebagai berikut: {a} Suhu, kondisi suhu udara sangat berpengaruh terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan, karena jenis spesies tertentu memiliki persyaratan suhu lingkungan yang ideal atau suhu optimum bagi kehidupannya, serta batas suhu maksimum dan minimum untuk tumbuh yang dinamakan tolerensi spesies terhadap suhu. Suhu bagi tumbuh-tumbuhan merupakan faktor pengontrol bagi persebarannya sesuai dengan letak lintang, ketinggian dan sebagainya. Penamaan habitat tumbuhan biasanya sama dengan nama-nama wilayah berdasarkan lintang buminya, seperti vegetasi hutan tropik, vegetasi lintang sedang, dan sebagainya {b} Kelembaban udara, kelembaban berpengaruh langsung terhadap kehidupan tumbuhan. Ada tumbuhan yang sangat cocok hidup di daerah kering, daerah lembab bahkan ada yang dapat hidup di daerah yang sangat basah {c} Angin, membantu proses penyerbukan atau pembuahan beberapa jenis tumbuhan, sehingga proses regenerasi tumbuhan dapat berlangsung. Contohnya, ilalang atau sejenis rumput-rumputan {d} Curah hujan, untuk memenuhi kebutuhan akan air, tumbuh- tumbuhan sangat tergantung pada curah hujan dan kelembaban udara. Banyak sedikitnya jumlah curah hujan di suatu tempat akan membentuk karakter yang khas bagi formasi-formasi vegetasi di muka bumi. Kekhasan jenis-jenis vegetasi, dapat mengakibatkan adanya hewan-hewan yang khas pada lingkungan vegetasi tertentu. 2. Faktor Sejarah Geologi, Kira-kira 200 juta tahun yang lalu, yaitu pada periode jurasik awal, benua-benua utama bersatu dalam superbenua (supercontinent) yang disebut Pangaea. Hipotesis ini disampaikan seorang ilmuwan Jerman, Alfred Weneger pada tahun 1915 bahwa pada awal tahun 1960-an, bukti-bukti mengenai pergerakan atau pergeseran benua (continental drift) berhasil ditemukan. Benua- benua yang tergabung dalam Pangea mulai memisah secara bertahap. Terbukanya laut Atlantik Selatan dimulai kira-kira 125-130 juta tahun lalu, sehingga Afrika dan Amerika Selatan bersatu secara langsung. Namun, Amerika Selatan juga telah bergerak perlahan ke Amerika Barat dan keduanya dihubungkan tanah genting Panama. Ini terjadi kira-kira 3,6 juta tahun yang lalu. Saat “jembatan” Panama terbentuk secara sempurna, beberapa hewan dan tumbuhan dari Amerika Selatan, termasuk Oposum dan Armadillo bermigrasi ke Amerika Barat. Pada saat yang bersamaan beberapa hewan dan tumbuhan dari Amerika Barat seperti oak, hewan rusa, dan beruang bermigrasi ke Amerika Selatan. Jadi perubahan posisi baik dalam skala besar maupun kecil berpengaruh besar dalam pola distribusi organisme, seperti yang kita saksikan saat ini. Contoh lain adalah burung-burung yang tidak dapat terbang, misalnya ostriks, rhea, emu, kasuari dan kiwi terlihat memiliki divergensi percabangan sangat awal dalam perjalanan evolusi dari semua kelompok burung lainnya, akibatnya terjadilah subspesies tadi. Australia adalah contoh yang sesuai untuk mengetahui bagaimana gerakan benua-benua memengaruhi sifat dan distribusi organisme. Sampai kira-kira 53 juta tahun lalu, Australia dihubungkan dengan Antartika. Hewan khas Australia, yaitu mamalia berkantung (marsupialia), yang ada pula meski sedikit di Amerika Selatan, secara nyata terlihat sudah bergerak di antara kedua benua ini lewat Antartika. 3. Faktor Penghambat Fisik, Faktor penghambat fisik disebut juga penghalang geografi atau barrier (isolasi geografi) seperti daratan (land barrier), perairan (water barrier), dan penggentingan daratan (isthmus). Contohnya adalah: gunung yang tinggi, padang pasir, sungai atau lautan membatasi penyebaran dan kompetisi dari suatu spesies. Contoh kasusnya adalah terjadinya subspesies burung finch di kepulauan Galapagos akibat isolasi geografis. Di kepulauan tersebut, Charles Darwin menemukan 14 spesies burung finch yang diduga berasal dari satu jenis burung finch dari Amerika Selatan. Perbedaan burung finch tersebut akibat keadaan lingkungan yang berbeda. Perbedaannya terletak pada ukuran dan bentuk paruhnya. Perbedaan ini ada hubungannya dengan jenis makanan. 4. Persebaran tumbuhan dan hewan, Garis lintang bumi (lattude) menunjukkan terdapatnya 4 wilayah iklim di bumi, yaitu tropis, subtropis, dingin, dan kutub. Perbedaan iklim tersebut, selain jenis tanahnya akan memberikan perbedaan jenis tumbuhan yang hidup di sana karena faktor adaptasi dengan lingkungan. Dengan ketinggian lahan dari permukaan laut sampai ke puncak gunung yang paling tinggi (altitude) juga menunjukkan perbedaan iklim yang mirip, yang menyebabkan pada dataran rendah sampai ke dataran tinggi didiami oleh tumbuhan yang berbeda-beda. Pada persebaran hewan lebih ditentukan oleh letak/wilayah geografis (zoogeografis). Di bumi, daerah persebaran hewan (zoogeografi) dibedakan menjadi enam lokasi berdasarkan persamaan fauna, yaitu: 1) Palearktik (palearctic) yang meliputi Asia sebelah utara Himalaya, Eropa dan Afrika, dan Gurun Sahara sebelah Utara, 2) Nearktik (nearctic) yaitu Amerika Utara, 3) Neotropis (neotropical) yaitu Amerika Selatan bagian tengah, 4) Oriental meliputi Asia dan Himalaya bagian Selatan; 5) Etiopia (ethiopian) yaitu Afrika, dan 6) Australia (australian) meliputi Australia dan pulau-pulau sekitarnya. Dalam hal penyebaran makhluk hidup, pada masing-masing lapisan biosfer pun terdapat perbedaan. Bagi kehidupan di darat penyebaran makhluk hidup dipengaruhi oleh iklim, kesuburan tanah, bentuk permukaan bumi, ketersediaan air, dan lain-lain. Sebagai contoh, manusia memiliki kecenderungan untuk menempati suatu daerah yang memiliki kondisi alam yang menguntungkan baginya sehingga terjadilah pengelompokan penduduk di daerah- daerah yang subur dengan persediaan air yang cukup. Berdasarkan sejarah melalui penelitian geologi (penelitian tentang lapisan kulit bumi), berjuta juta tahun yang lalu dijelaskan perkembangan makhluk hidup dan lingkungannya, dari awal terbentuknya permukaan bumi, munculnya makhluk makhluk kecil seperti protozoa yang kemudian berkembang menjadi makhluk yang lebih kompleks, dan kemudian munculah makhluk makhluk raksasa, dan muncul makhluk lainnya seperti serangga, reptile, ikan, mamalia dan sebagainya. Perkembangan makhluk hidup dibumi dapat dijelaskan dengan pembagian zaman berdasarkan geologi, yaitu: a) Zaman Arkaekum atau Azoikum (Zaman Tertua): Zaman Arkaekum ± 2500 juta tahun, bumi masih berbentuk bola pijar berputar pada porosnya, suhu udara panas, iklim dan cuaca tidak stabil, dan belum ada tanda tanda kehidupan. b) Zaman Paleozoikum (Zaman Kehidupan Tua) : Zaman paleozoikum ±340 juta tahun, iklim dan cuaca masih berubah rubah, curah hujan sangat tinggi, keadaan lingkungan di bumi belum stabil. Hujan yang terus menerus membanjiri permukaan bumi yang panas, mendinginkan, dan membentuk genangan air. Pada zaman ini mulai muncul tanda tanda kehidupan dengan munculnya makhluk pertama di bumi “makhluk bersel satu” (microorganisme) seperti protozoa, dan berkembang hewan yang tidak bertulang punggung seperti jenis ikan dan jenis ganggang atau rumput rumputan sebagai bukti ditemukannya “fosil” hewan dan tumbuhan yang berusia berjuta juta tahun, zaman ini merupakan zaman pertama. c) Zaman Mesozoikum (Zaman Kehidupan Pertengahan) : Zaman Mesozoikum ±140 juta tahun, keadaan iklim dan cuaca berangsur angsur membaik, makhluk hidup yang muncul pada zaman ini adalah binatang binatang reptile yang mempunyai ukuran badan sangat besar. Zaman mesozoikum disebut juga zaman reptile atau zaman kedua. d) Zaman Neozoikum atau Kaenozoikum: Zaman Neozoikum ±60 juta tahun, kedaan bumi semakin membaik, cuaca dan iklim semakin stabil dan kehidupan semakin berkembang dengan pesat. Zaman Neozoikum dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Zaman Tersier merupakan zaman ketiga: Pada zaman tersier terjadi perkembangan jenis kehidupan seperti munculnya primata dan burung tak bergigi berukuran besar yang menyerupai burung unta, sedangkan fauna laut sepert ikan, moluska dan echinodermata sangat mirip dengan fauna laut yang hidup sekarang. Tumbuhan berbunga pada zaman tersier terus berevolusi menghasilkan banyak variasi tumbuhan, seperti semak belukar, tumbuhan merambat dan rumput 2. Zaman Kuarter merupakan zaman keempat: Pada zaman ini munculah tanda tanda kehidupan manusia purba, zaman ini dibedakan menjadi: a) Kala Pleistosen (Diluvium) : Zaman ini dinamakan juga zaman es atau zaman glasial. Keadaan permukaan bumi semakin membaik ,daerah yang jauh dari kutub terjadi hujan lebat yang terus menerus sepanjang tahun. Es dari kutub utara mencair hingga menutupi sebagian Eropa Utara, Asia Utara, dan Amerika. Manusia purba jawa (Homo erectus yang dulu disebut Pithecanthropus erectus) muncul pada kala plistosen. Manusia modern yang mempunyai peradaban baru muncul pada kala holosen, flora dan fauna yang hidup pada kala plistosen sangat mirip dengan flora dan fauna yang hidup sekarang b) Kala Holosen (Alluvium): Sebagian es di kutub utara sudah mencair mengakibatkan permukaan air laut naik. Muncul pulau pulau di Nusantara dan dataran rendah di paparan sunda dan paparan sahul tergenang air dan menjadi laut transgresi. Pada zaman ini mulai hidup jenis manusia Homo Sapiens yaitu jenis manusia seperti sekarang.