NIM : N11116048
GB : 13
KEPEMIMPINAN
1.PENENTUAN TUJUAN
Seorang pemimpin harus memastikan dari awal bahwa semua anggota teamnya memahami
maksud dan tujuan organisasi. Apa visi dan misi organisasi harus sudah terinternalisasi di diri
masing-masing anggota. Inilah salah satu alasan kenapa banyak di dinding-dinding kantor
perusahaan kita jumpai figura bertuliskan Visi, Misi, dan Kebijakan Mutu perusahaan
tersebut. Karena top management menginginkan semua yang terlibat di organisasinya tahu
arah dan tujuan organisasinya.
Team tidak akan kehilangan arah dalam memacu roda organisasi dengan adanya fase
penentuan tujuan ini di awal. Inilah fase mendasar dalam organisasi, dan pemimpin efektif
terbiasa melaksanakannya.
2.KOMUNIKASI
Semua kebijakan, keputusan, informasi atau berita apapun yang dibuat oleh top management
terkait kebaikan perusahaan harus dikomunikasikan dengan baik kepada semua anggota team.
Banyak media yang bisa digunakan untuk menyampaikannya. Pemimpin biasa dalam
mengomunikasikan sesuatu kepada teamnya tentu sudah terbiasa menggunakan media email,
notes, memo dinas, chat-group, atau internal communication tools lainnya.
Dan bagi pemimpin efektif, media-media itu saja tidak cukup. Ada banyak alasan dari
pemimpin efektif, kenapa media itu saja tidak cukup. Salah satunya adalah, tidak semua
karyawan dalam teamnya mau membaca. Membaca pun, belum tentu semua mendapat
pemahaman yang sama. Karena itu pemimpin efektif akan membuat cara komunikasi yang
lebih ‘intim’. Man-to-man communication. Dia akan temui langsung teamnya, dan
memastikan setiap anggota teamnya memahami apa yang dikomunikasikannya tersebut.
3.KEPERCAYAAN
Komunikasi yang efektif didasari dengan adanya saling percaya antara pihak-pihak yang
terlibat dalam komunikasi tersebut; dalam hal ini antara leader dengan bawahannya.
Penentuan arah tujuan organisasi sudah dibuat, kemudian dikomunikasikan dan
komunikasinya dibangun di atas kepercayaan. Bagaimana mungkin bawahan bisa menerima
dan mengikuti instruksi atasan bila bawahannya tidak ‘percaya’ kepada leadernya. Prinsip ini
sangat dipahami oleh pemimpin efektif.
4.AKUNTABILITAS (PERTANGGUNG JAWABAN)
Dasar keempat adalah pertanggungjawaban atau akuntabilitas. Banyak pemimpin yang
akhirnya gagal menjalankan beberapa proyek karena melalaikan dasar ini. Hal ini tidak
dimaksudkan untuk mencari siapa yang bersalah atas kegagalan organisasi, tapi ditujukan
untuk menuntut pertanggungjawaban dari semua orang yang terlibat dalam organisasi
tersebut. Prinsip ini memunculkan kaidah check-list; monitoring.
Semua karyawan atau bawahan merasa diawasi sehingga setiap saat mereka terpacu untuk
memberikan yang terbaik. Kalaupun suatu saat mereka ‘bisa saja’ merasa tidak diawasi,
kinerjanya tetap bisa mengutamakan yang terbaik karena mereka juga akan
mempertanggungjawabkan pekerjaannya tersebut kepada atasannya di akhir pekerjaan /
proyek.