Anda di halaman 1dari 12

PENIRISAN TAMBANG

Perhitungan Curah Hujan Rencana Metode Gumbel, Dimensi Saluran dan Dimensi Sump

Oleh : Kelompok 2
Kumala Sukma (201663005)
Kurniawan Abdullah (201663006)
Grenaldi R. Maramis (201663021)
Imelda Y. Pratiwi (201663023)
Regina Restu Sumawe (201663029)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK PERTAMBANGAN


JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN
UNIVERSITAS PAPUA
SORONG
2019

PERHITUNGAN CURAH HUJAN RENCANA METODE GUMBEL


Distribusi Gumbel digunakan untuk analisis data maksimum, misalnya untuk
analisis frekwensi banjir, Distribusi Gumbel mempunyai koefisien kemencengan
(Coefisien of skwennes) atau CS = 1,139 dan koefisien kurtosis (Coeficient Curtosis) atau
Ck< 4,002. Pada metode ini biasanya menggunakan distribusi dan nilai ekstrim
dengan distribusi dobel eksponensial.( Soewarno,1995)
Langkah-langkah perhitungan curah hujan rencana dengan Metode Gumbel adalah
sebagai berikut :
Tabel 1. Tabel Data Curah Hujan
Banyaknya Curah Hujan (mm)
Bulan
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Januari 139,8 175,8 62,6 179,3 218,8 221 125 182 167 128
Februari 233,2 199,8 68,8 301,1 212,3 200 127 298 48 372
Maret 336,8 175,8 60,3 473,6 568 155 203 222 84 338
April 201 371 195,8 132,2 275,5 357 88 155 138 241
Mei 430,2 125,5 365,6 492,8 170,9 661 506 110 429 528
Juni 404 296 426 205,2 444,4 171 341 478 293 447
Juli 597,2 390,6 277 597,5 455,6 491 106 142 665 273
Agustus 614 150,4 292 268 103 284 355 30 226 487
Septembe
417 132,8 471 428 192,5 221 96 8 412 734
r
Oktober 378,8 861 342,8 243 118,7 122 73 151 184 192
November 308,8 281,4 230,6 243 174,7 247 235 230 163 85
Desember 245,2 73,8 334,6 222,8 150,6 219 198 86 245 116

1. Curah Hujan Rata-Rata (Xr)


Tabel 2. Hasil Perhitungan Curah Hujan Rata-Rata
No, X1
358,8
1 3
269,4
2 9
260,5
3 9
4 315,5
4
257,0
Xr = Ʃ(Xi)/n
5 8
= (358,83+269,49+260,59+315,54+257,08+279,08+204,42+174,33+254,50+
279,0
328,42) / 10 6 8
= 2709,23 / 10 204,4

= 270,23 7 2
174,3
2. Hitung Standar Deviasi
8 3
254,5
9 0
328,4
10 1984) 2
(Loebis,
Dimana:
Sx = Standar Deviasi
Xi = Curah Hujan Rata- Rata
Xr = Harga Rata – Rata
N = Jumlah Data
Tabel 3. Standar Deviasi
No, X1 (X1-Xr) (X1-Xr)^2
1 358,83 -88,6 7850,7
2 269,49 0,7 0,5
3 260,59 9,6 92,9
4 315,54 -45,3 2053,2
5 257,08 13,1 172,8
6 279,08 -8,9 78,4
7 204,42 65,8 4331,3
8 174,33 95,9 9196,0
9 254,50 15,7 247,4
10 328,42 -58,2 3385,8
Jumlah 27409,0
Sx 55,2

∑ ( Xi−X )2
S=
√ n−1
274 09
= √
10−1
= 55,2
3. Koreksi Variansi (Yt)

Yt =−ln −ln
[ ( T −1
T )]
YT = Nilai reduksi variat ( reduced variate ) dari variabel yang diharapkan terjadi
pada periode ulang T tahun. Tabel 4
Tabel 4. Reduced Variate (YT) untuk Metode Sebaran Gumbel I
Periode Ulang (Tahun) Reduce Variate
2 0,3665
5 1,4999
10 2,2502
20 2,9606
25 3,1985
50 3,9019
100 4,6001
200 5,2960
500 6,2140
1000 6,9190
5000 8,5390
10000 9,9210
(Sumber : CD,Soemarto,1999)
10−1
=−ln −ln
[ ( )] 1
= 2,2504
4. Koreksi Rata-Rata Varian (YN)

n+1−m
Yn=−ln −ln
[ ( n+1 )]
YN = nilai rata-rata dari reduksi variat (reduce mean) nilainya tergantung dari
jumlah data (n). Tabel 5.
Tabel 5. Reduced mean (YN) untuk Metode Sebaran Gumbel Tipe I

N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 0,4952 0,4996 0,5035 0,5070 0,5100 0,5128 0,5157 0,5181 0,5202 0,5220
20 0,5236 0,5252 0,5268 0,5283 0,5296 0,5300 0,5820 0,5882 0,5343 0,5353

30 0,5363 0,5371 0,5380 0,5388 0,5396 0,5400 0,5410 0,5418 0,5424 0,5430

40 0,5463 0,5442 0,5448 0,5453 0,5458 0,5468 0,5468 0,5473 0,5477 0,5481

50 0,5485 0,5489 0,5493 0,5497 0,5501 0,5504 0,5508 0,5511 0,5515 0,5518

60 0,5521 0,5524 0,5527 0,5530 0,5533 0,5535 0,5538 0,5540 0,5543 0,5545

70 0,5548 0,5550 0,5552 0,5555 0,5557 0,5559 0,5561 0,5563 0,5565 0,5567

80 0,5569 0,5570 0,5572 0,5574 0,5576 0,5578 0,5580 0,5581 0,5583 0,5585

90 0,5586 0,5587 0,5589 0,5591 0,5592 0,5593 0,5595 0,5596 0,5598 0,5599

100 0,5600

(Sumber:CD,Soemarto,1999)

10+1−1
[ (
Y 1=−ln −ln
10+1 )]
= 2,35

[
Y 2=−ln −ln (10+1−2
10+1 )]
= 1,61

[
Y 3=−ln −ln (10+1−3
10+1 ) ]
= 1,14

[
Y 4=−ln −ln (10+1−4
10+1 )]
= 0,79

[
Y 5=−ln −ln (10+ 1−5
10+ 1 )]
= 0,50

10+1−6
[ (
Y 6=−ln −ln
10+1 )]
= 0,24

10+1−7
[ (
Y 7=−ln −ln
10+1 )]
= -0,01

10+1−8
Y 8=−ln −ln
[ ( 10+1 )]
= -0,26

10+1−9
Y 9=−ln −ln
[ ( 10+1 )]
= -0,53

[
Y 10=−ln −ln (10+1−10
10+1 )]
= -0,87
YN = Ʃ(Yn)/n
= (2,35+1,61+1,14+0,79+0,50+0,24-0,01-0,26-0,53-0,87)/10
= 0,4952
5. Koreksi Simpangan (Sn)

∑ ( Yn−YN )2
Dimana:
Sn=
√ n−1

Sn = Deviasi standar dari reduksi variat (reduced standart deviation) nilainya


tergantung dari jumlah data (n).
9 ,010
Sn =
√ 10−1
= 1,0010

6. Curah Hhujan Rencana (CHR)


S
CHR=Xr + ( Yt −YN )
Sn
Dimana:
CHR= Curah Hujan Rencana (mm/hari)
Xr = Curah Hujan Rata-Rata (mm/hari)
S = Standar Deviasi
Sn = Koreksi Simpangan
Yt = Koreksi Variansi
YN = Koreksi Rata-Rata Varian
CHR= 270,23mm/hari + 55 ,2 (2,2504-0,4952)
1, 001

= 366,99 mm/hari

7. Resiko Hidrologi (Rh)


Periode Ulang Hujan (PUH) adalah waktu dimana curah hujan dengan besaran yang
tertentu akan disamai atau dilampaui sekali dalam jangka waktu tertentu. Periode ulang
hujan ditentukan dengan memperhatikan Resiko Hidrologi.
1 n
Rh = 1-(1- )
T
Dimana:
Rh = Resiko Hidrologi
T = Periode Ulang Hujan
n = Umur Tambang
1 5
Rh = 1-(1- )
10
= 0,4095 x 100%
= 41%

DAERAH TANGKAPAN HUJAN (CATCHMENT AREA)


Dari hasil penggambaran peta dan penentuannya maka daerah tangkapan hujan yang
kelompok dapatkan seluas 51,3238 Ha atau 513238 m2
1. Intensitas Curah Hujan (I)
Intensitas Curah Hujan adalah jumlah hujan persatuan waktu dalam waktu relatif singkat.
Untuk menghitung intensitas curah hujan menggunakan persamaan Dr. Mononobe, yaitu:
R 24 24
I= ( )
24 t
2/3

(CD. Soemarto, 1999)


Dimana:
R24 = Curah Hujan Maksimum 24 Jam (CHR)
t = Lamanya Curah Hujan (Jam)
366,99 mm/ jam 24
I =
24 (
1 jam )2/3

= 127,23 mm/jam
= 0,00003534 m/s
2. Koefisien Limpasan
Elevasi Maksimum Bukit = 430 m
Elevasi Minimum Bukit = 80 m
Kemiringan Rata-Rata Bukit (S)
430 m−80 m
S =
992m
= 0,3528 *100%
= 35,28% , penentuan koefisien limpasan dapat dilihat pada tablel 6.
Tabel 6. Beberapa Harga Koefisien Limpasan ( Rudy Sayoga Gautama,1995 )
Koefisien
Limpasan
yang digunakan
yaitu 0,9 untuk
daerah tambang.
3. Debit Limpasan (Q)
Q = 0,278 x C x I x A
Dimana:
Q = Debit (m3/s)
C = Koefisien Limpasan
I = Intensitas Hujan (m/s)
A = Luas Daerah Aliran (m2)
Q = 0,278 x 0,9 x 0,00003534 m/s x 513238 m2
= 4.5383 m3/s

PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN PENAMPANG TRAPESIUM


Salah satu bentuk saluran yang sering digunakan pada perusahaan tambang yaitu
bentuk saluran trapezium
Keuntungan dari bentuk penampang trapesium :
1. Dapat mengalirkan debit air yang besar
2. Tahan terhadap erosi
3. Tidak terjadi pengendapan didasar saluran
4. Mudah dalam pembuatan
Bentuk penampang ini adalah bentuk kombinasi antara segitiga dan segiempat.
Biasanya digunakan untuk saluran yang berdinding tanah dan tidak dilapisi sebab
stabilitas kemiringan dinding dapat disesuaikan. Bentuk ini sering digunakan pada
daerah tambang karena tahan terhadap pengikisan dan mudah dalam pembuatannya
serta cocok untuk debit air yang besar. Dan untuk menghitung dimensi saluran yang
optimum dapat digunakan persamaan efisiensi hidrolis:
Q = 45° → z = 1
1. Tinggi Air (h)
h = 0,775 x Q0.284
= 0,775 x (4,5383)0.284
= 1,13 m
2. Lebar Dasar Saluran (b)
b =nxh
= 3 x 1,13
= 3,4
3. Luas Permukaan (A)
A = (b + z.h ) h ; dimana z = tan 45° = 1
= (3,4 + 1x1,13)1,13
= 5,0872 m2
4. Lebar Permukaan Saluran (B)
B = ((2(A) - b.h)/h
= ((2(5,0872 m2) – 3,4x1,13)) / 1,13
= 5,64
5. Daerah Jagaan air / keliling basah (w)
w =B–b+h
= 5,64 – 3,4 + 1,13
= 3,38 m
6. Kedalaman Saluran (H)
H =h+w
= 1,13 m + 3,38 m
= 4,51 m
7. Radius Hidrolik
R = A/w
= 5,0872 m2 / 3,38 m
= 1,50 m
8. Kecepatan Aliran (V)
V = 1/n x R2/3 x S1/2
= (1/0,025) x (1,50m(2/3)) x (0,51/2)
24 jam
= 37,12 m/jam x
3600 s
= 0.25 m/s
8. Kapasitas Pengaliran (Q)
Q =AxV
= 5.0872 m2 x 0.25 m/s
= 1.259 m3/s
9. Volume Saluran (m3)
Volume Saluran =½ (B+b)HxL
= ½ (5.64 + 3.4) 4.51 m x 945.5 m
= 19239.88 m3

RANCANGAN SUMP
Hujan
 Catchment Area : 51.32 ha
 Maksimum Jam Hujan : 1 jam
 Debit limpasan : 4,5383 m3/detik

Total water for 1 day


 Hujan 1 jam : 16337,8 m3/jam

Total kapasitas sump ( 1 hari) : 250000 m3


 Tinggi sump : 25 m
 Lebar sump : 100 m
 Panjang sump : 100 m
DAFTAR PUSTAKA

Boro Paulus, 2011. Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Di Bukit Tlf Tambang
Tengah Pt. Aneka Tambang Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Nikel Sulawesi
Tenggara. Tugas Akhir Program Studi Teknik Pertambangan Jurusan Teknik
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Papua Manokwari.

Jumarland. 2008. Perencanaan Sistem Penirisan Dengan Metode Saluran


Terbuka Pada Kegiatan Penambangan Batubara PT. Hasta Mulia
Jaya, Kabupaten Bone Sulawesi Selatan. Tugas Akhir Program Studi
Teknik Pertambangan Jurusan Teknik Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Papua Manokwari.
Arisan Mega Putri, 2013. Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Terbuka Batubara.
https://www.academia.com (diakses pada 11/04/2019)
Di Suban, 2008. Buku Ajar Hidraulika. https://www.academia.com (diakses pada
11/04/2019)

Anda mungkin juga menyukai