Disusun Oleh :
KELOMPOK 6
Dengan akal budi, manusia tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup,
tetapi juga mampu mempertahankan serta meningkatkan derajatnya sebagai
makhluk hidup yang tinggi jika dibandingkan dengan makhluk lain. Akal budi
juga membuat manusia untuk mampu menciptakan kebudayaan. Kebudayaan pada
dasarnya adalah hasil akal budi manusia dalam interaksinya, baik dengan alam
maupun dengan manusia lainnya.
B.APRESIASI TERHADAP KEMANUSIAAN DAN KEBUDAYAAN
D. MEMANUSIAKAN MANUSIA
Memanusiakan manusia berarti perilaku manusia untuk senantiasa
menghargai dan menghormati harkat dan derajat manusia lainnya. Memanusiakan
manusia adalah tidak menindas sesama, tidak menghardik, tidak bersifat kasar,
tidak menyakiti, dan perilaku-perilaku buruk lainnya.
Memanusiakan manusia berarti pula perilaku ,memanusiawikan antar
sesame. Memanusiakan manusia memberi keuntungan bagi diri sendiri maupun
orang lain. Bagi diri sendiri akan menunjukkan harga diri dan nilai luhur
pribadinya sebagai manusia. Sedangkan bagi orang lain akan memberi rasa
percaya, rasa hormat, kedamaian, dan kesejahteraan hidup.
E. PROBLEMATIKA KEBUDAYAAN
Dalam rangka pemenuhan hidupnya manusia akan berinteraksi dengan
manusia lain, masyarakat berhubungan dengan masyarakat lain, demikian pula
terjadi hubungan antar pesekutuan hidup manusia dari waktu ke waktu dan terus
berlangsung sepanjang kehidupan manusia. Kebudayaan yang ada ikut pula
mengalami dinamika seiring dengan dinamika pergaulan hidup manusia sebagai
pemilik kebudayaan. Berkaitan dengan hal tersebut kita mengenal adanya
pewarisan kebudayaan, perubahan kebudayaan, penyebaran kebudayaan.
1. Pewarisan Kebudayaan
Pewarisan kebudayaan adalah proses pemindahan, penerusan, pemilikan,
dan pemakaian kebudayaan dari generasi ke generasi secara
berkesinambungan.
2. Perubahan Kebudayaan
Pewarisan kebudayaan adalah perubahan yang terjadi sebagai akibat
adanya ketidaksesuaian diantara unsur-unsur budaya yang saling berbeda
sehingga terjadi keadaan yang fungsinya tidak serasi bagi kehidupan.
3. Penyebaran Kebudayaan
Penyebaran kebudayaan atau difusi adalah proses menyebarnya unsur-
unsur kebudayaan dari suatu kelompok ke kelompok lain atau suatu masyarakat
ke masyarakat lain.
2.1 Kasus
Penanganan Wabah Covid-19 Dengan Pendekatan Budaya
Berbagai catatan pengalaman menghadapi wabah penyakit, semestinya
mendorong pemerintah Indonesia untuk memiliki perangkat kesiapsiagaan
melawan wabah penyakit menular, sehingga pemerintah mampu memiliki
kewaspadaan yang tinggi dan respon yang cepat. Namun sayangnya, catatan
sejarah yang ada justru memberikan informasi bahwa sejak zaman kolonial hingga
era reformasi pemerintah di Indonesia dianggap oleh beberapa kalangan lambat
menangani wabah penyakit menular. Penanganan wabah flu spanyol di Indonesia
oleh pemerintah kolonial misalnya, tergolong lambat dan kurang serius. Bulan
April 1918 konsul Belanda di Singapura telah memberikan peringatan kepada
pemerintah Belanda di Batavia agar mencegah masuknya kapal-kapal dari
Hongkong, karena telah dinyatakan terjangkit flu spanyol. Peringatan tersebut
tidak begitu diperhatikan oleh pemerintah di Batavia. Tiga bulan kemudian,
beberapa pasien influenza mulai dilaporkan di sejumlah rumah sakit di Hindia
Belanda. Jumlah ini makin meningkat pada bulan Agustus dan September. Pada
bulan November pemerintah di Batavia mendapatkan laporan bahwa penyakit flu
ini telah menyerang berabagai daerah, seperti Banjar Masin, Bali, Jawa Timur dan
Jawa Barat. Setelah jatuh ribuan korban, pada bulan November 1918 pemerintah
kolonial membentuk sebuah tim penanggulangan penyakit flu yang berada di
bawah kepala Dinas Kesehatan Rakyat (Wibowo dkk, 2009: 93-112).
2.2 Solusi
Penanganan wabah penyakit harus dilakukan dengan pendekatan sosial
budaya. Berbagai catatan sejarah penangan wabah di seluruh dunia memberikan
informasi bahwa penanganan wabah penyakit tidak bisa jika dilakukan dengan
hanya melibatkan aspek medis saja. Hal ini dikarenakan wabah penyakit dan
aspek sosial-budaya adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Karena wabah
terkait dengan sosial-budaya, maka penanganannya juga harus
mempertimbangkan aspek sosial-budaya. Dalam langkah penanggulangan covid-
19 yang saat ini dilakukan, pemerintah telah memperhatikan aspek sosial budaya.
Seperti misalnya:(1) himbauan membuat gugus tugas hingga tingkat Rukun
Tetangga, (2) mengkampanyekan penanganan covid-19 dengan gotong royong,
(3) pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Kebudayaan membuat video
sosialisasi pencegahan covid-19 dengan menggunakan konten tradisi seperti lagu
daerah, seni lakon tradisi dan sebagainya, (4) bahkan tidak dipilihnya opsi
lockdown oleh pemerintah pusat adalah suatu bentuk perhatian pada aspek sosial.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bab ini membahas tentang manusia sebagai makhluk budaya yang
berkemampuan menciptakan kebaikan, kebenaran, keadilan, dan
bertanggung jawab. Dalam bab ini akan dibahas mengenai hakikat
manusia sebagai makhluk budaya, apresiasi terhadap kemanusiaan dan
kebudayaan, etika dan estetika berbudaya, memanusiakan manusia, dan
problematika kebudayaan.
3.2 Saran
Sebagai makhluk sosial maupun individu, kita tidak boleh
melupakan kebudayaan. Kita sebaiknya selalu melibatkan budaya dalam
menangani suatu persoalan, contohnya seperti pada bab sebelumnya, yaitu
penanganan suatu wabah dengan pendekatan budaya. Penanganan suatu
wabah dengan pendekatan budaya diperlukan karena tidak cukup jika hanya
mengandalkan penanganan di bidang medis.
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/penanganan-wabah-covid-19-
dengan-pendekatan-budaya/