Disusun Oleh :
KELOMPOK 6
Pada bab ini akan dijelaskan bagaimana peran manusia sebagai makhluk
individu dan sosial dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
1. Pandangan Individualisme
Individualisme pangkal dari konsep dasar ontologis bahwa pada dasarnya
manusia adalah makhluk individu yang bebas. Karena kebebasan itulah, maka
hak-hak yang dimiliki oleh manusia tidak dapat dihalangi oleh siapapun. Apabila
hak-hak itu terpenuhi, maka kehidupan manusia akan terjamin dan bahagia.
Masyarakt merupakan kumpulan individu. Jadi, apabila individu bahagia maka
masyarakat pun akan sejahtera. Paham individualisme menghasilkan ideologi
liberlisme. Liberalisme adalah suatu paham yang ditegakkannya kebebasan setiap
individu serta memandang setiap individu berada pada derajat yang sama dalam
kemerdekaan dan hak-hak miliknya.
Beberapa prinsip ideologi liberalisme adalah sebagai berikut:
a. Penjaminan hak milik perorangan. Menurut paham ini, pemiliki
sepenuhnya berada pada pribadi dan tidak berlaku hak milik berfungsi
sosial.
b. Memntingkan diri sendiri atau kepentingan individu yang bersangkutan.
Artinya, prinsip ini membiarkan setiap orang melakukan berbagai aktivitas
untuk kepentingan sendiri yang diyakini akan membawa kemakmuran
bersama.
c. Pemberian kebebasan penuh kepada individu. Artinya, bila individu
mendapatkan kebebasan, maka masyarakat akan mendapatkan
kemakmuran.
d. Persaingan bebas untuk mencapai kepentingan masing-masing.
2. Pandangan Sosialisme
Ssosialisme mementingkan masyarakat secara keseluruhan. Bahwa,
kepentingan masyarakatlah yang utama, bukan indivu. Sosialisme adalaha paham
yang mengharapkan terbentuknya masyarakat yang adil, selaras, bebas, dan
sejahtera bebas dari penguasaan individu dari hak milik dan alat-alat produksi.
Sosialisme muncul dengan maksud kepentingan masyarakat secara keseluruhan
terutama yang tersisih oleh sistem liberalisme, mendapakan keadilan, kebebasan,
dan kesejahteraan. Maka cara untuk meraih kebebasan tersebut dengan
menghilangkan hak kepemilikan dan penguasaan alat-alat produksi oleh
perorangan.
Jika kita simak lebih lanjut, kedua pandangan diatas mengidap
kelemahannya masing-masing. Paham Individualisme liberal yang mengajarkan
kebebasan perseorangan dalam pelaksanaannya telah mengingkari asas ajarannya
sendiri, yaitu persamaan. Karena, dapat menimbulkan ketidakadilan, berbagai
bentuk tindakan yang tidak manusiawi, imperialisme dan kolonialisme.
Persaingan bebas akan memunculkan kesenjangan antara orang kaya dengan
orang miskin. Kelemahan Sosialisme adalah timbulnya sosialisme ekstrem
(marxisme/komunisme), tidak menghargai manusia sebagai pribadi sehingga bisa
merendahkan sisi kemanusiaan. Dalam negara komunis, mungkin terjadi
kemakmuran tetapi kepuasan rohani manusia belum tentu terjamin. Negara
komunis mudah menjadi negara otoriter yang memasung hak-hak dasar manusia
walaupun warga negara. Dalam negara Indonesia yang berfalsafahkan Pancasila,
hakikat manusia dipandang memiliki sifat pribadi sekaligus sosial secara
seimbang.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Kasus
HAM DAN PENGGUSURAN WARGA KULON PROGO
Senin 27 November 2017 kita dikagetkan oleh aksi sepihak Angkasa Pura
1 (AP 1), dengan dibantu aparatur negara melakukan tindakan represif pada warga
Dusun Kragon II dan Munggahan, Desa Palihan, Kecamatan Temon, Yogyakarta.
Mereka melakukan aksi inkonstitusional, dengan melakukan upaya penggusuran
paksa, seperti merusak properti rumah, saluran listrik dan lahan warga. Pihak AP
1 berdalih bahwa tanah tersebut sudah dialihlimpahkan untuk proyek NYIA (New
Yogyakarta International Airport), warga sudah disosialisasikan dan diganti rugi,
maka secara prosedural sepihak dari AP 1, penggusuran tersebut dianggap benar.
Kulon Progo sebagai lokasi pengembangan bandara baru, tidak memenuhi syarat
legal. Melihat bahwa secara aturan baik dalam Perpres maupun PP nomor 26 dan
28 tahun 2012, tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Kemudian
melihat pada aturan daerah dalam Perda Yogyakarta Nomor 2 tahun 2010, tidak
ada kata yang membicarakan Kulon Progo sebagai lokasi NYIA. Maka penetapan
ini dilakukan oleh Sultan Yogyakarta secara sepihak, melanggar aturan yang ada
serta aspek demokrasi dan pokok-pokok konstitusi seperti pasal 28 dan 33 UUD
1945. Selain itu juga melanggar konvenan HAM Ekosob, yang telah diratifikasi
oleh Indonesia. Sekitar 80% warga memiliki dokumen resmi, dan hidup
bergantung pada suburnya lahan pertanian. Sehingga secara dasar hukum, baik
soal KLHS, AMDAL dan relasi peraturan terkait NYIA sudah tidak bisa
dibenarkan.
Oleh atas dasar argumentasi tersebut, tindakan itu merupakan bentuk
barbarisme, yang melanggar ketentuan yang disepakati sebagai dasar hukum.
Serta memunggungi konstitusi negara baik UUD 1945 maupun Pancasila yang
digembar-gemborkan tempo hari. Dalam dasar konstitusional, hak-hak warga
negara dilindungi. Menjalankan setiap demokrasi serta melakukan perlawanan
sebagai kontrol atas kebijakan pemerintah. Pada dasarnya pemerintah sebagai
representasi rakyat, mewadahi dan mendengarkan rakyatnya. Bukan berlaku
semena-mena atas nama hukum dan demokrasi. Represivitas atas nama investasi,
lalu dikaitkan dengan de-demokrat-isasi merupakan sebuah upaya
pembungkaman. Serta melanggar konstitusi. Apa yang terjadi di Temon, Kulon
Progo tempo hari, dan masih berlangsung sekarang. Merupakan sebuah langkah
yang mengkhianati konstitusi sebagai dasar hukum yang fundamental,
bertentangan dengan semangat keadilan sosial yang telah termaktub dalam
Pancasila.
Dijelaskan dalam UUD 1945 pasal 28 G, bahwa setiap orang berhak atas
perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang
dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari
ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak
asasi. Lalu pada pasal 28 H menyebutkan, jika setiap orang berhak hidup sejahtera
lahir dan batin, bertempat tinggal, dan medapatkan lingkungan hidup baik dan
sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Setiap orang mendapat
kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat
yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.
2.2. Solusi
Dari kasus di atas seharusnya dilakukan proses musyawarah atau
melakukan interaksi sosial terlebih dahulu kepada amasyarakat setempat dengan
demokratis sehingga dapat mengambil kesimpulan yang tidak tumpang tindih.
Karena proses tersebut yidak dilakukan maka, hak-hak rakyat menjadi
dikorbankan. Sebagai negara hukum, setiap orang berhak atas jaminan sosial yang
memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermartabat. Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik
tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun.
Penggusuran dan perampasan hak rakyat, baik kaum miskin hingga rakyat
nelayan dan agraria bertentangan dengan hak-hak rakyat. Atas nama tata kelola
dan hal-hal menyangkut kondisi darurat, selalu menjadi dalih untuk
mengorbankan banyak rakyat yang kehilangan hak-haknya. Penegakan hukum
terkait tindakan tersebut harus segera dilakukan karena telah melanggar peraturan
perundang-undangan.terlebih lagi telah merampas hak manusia.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Bab ini menguraikan hakikat manusia baik sebagai makhluk pribadi
maupun makhluk sosial. Pada hakikatnya manusia bisa dilihat sebagai makhluk
pribadi, sedangkan disisi lain dipandang sebagai makhluk sosial. Paham
individualisme memandang bahwa manusia semata-mata sebagai makhluk pribadi
dengan mengesampingkan kodratnya sebagai makhluk sosial. Sebaliknya,
pandangan sosialisme, menyatakan manusia adalah makhluk sosial. Sebagai
makhluk sosial, manusia akan berinteraksi dengan manusia lain dalam wujud
interaksi sosial. Sebagai makhluk pribadi dan sosial maka manusia akan
menghadapi dilema dalam kerangka pemenuhan kebutuhan antara kepentingan
diri dan kepentingan masyarakat.
3.2. Saran
Dalam mejalankan kehidupan sehari-hari, kita sebagai manusia harus
mampu menyeimbangkan antara kepentingan pribadi dan sosial. Karena dalam
negara Indonesia yang berffalsafahkan pancasila, hakikat manusia dipandang
memiliki sifat pribadi sekaligus sosial secara seimbang. Oleh karena itu, untuk
menciptakan suasana yang hamonis dianjurkan untuk menyeimbangkan antara
kepentingan pribadi dan sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Setyawan, W.E. 2017. HAM dan Penggusuran Warga Kulon Progo. Geotimes.
https://geotimes.co.id/opini/ham-dan-penggusuran-warga-kulon-progo/
(Diakses pada tanggal 25-4-2020).