Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Etika Keperawatan adalah Etika (Yunani kuno: “ethikos“, berarti “timbul dari
kebiasaan”) adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang
menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan
penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. Praktek
keperawatan sebagai suatu pelayanan profesional diberikan berdasarkan ilmu
pengetahuan, menggunakan metodologi keperawatan dan dilandasi kode etik
keperawatan. Kode etik keperawatan mengatur hubungan antara perawat dan pasien,
perawat terhadap petugas, perawat terhadap sesama anggota tim kesehatan, perawat
terhadap profesi dan perawat terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air. Pada hakikatnya
keperawatan sebagai profesi senantiasa mangabdi kepada kemanusiaan, mendahulukan
kepentingan masyarakat diatas kepentingan pribadi, bentuk pelayanannya bersifat
humanistik, menggunakan pendekatan secara holistik, dilaksanakan berdasarkan pada
ilmu dan kiat keperawatan serta menggunakan kode etik sebagai tuntutan utama dalam
melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan. Dengan memahami konsep etik, setiap
perawat akan memperoleh arahan dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang
merupakan tanggung jawab moralnya dan tidak akan membuat keputusan secara
sembarangan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan etika keperawatan?
2. Apakah tujuan dari etika keperawatan?
3. Bagaimana pendekatan dalam etika keperawatan?
4. Apasajakah tipe-tipe etika keperawatan?
5. Apasajakah prinsip-prinsip etika keperawatan?
C. TUJUAN

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi Etika Keperawatan

Menurut Suhaemi (2010), Kata etika berasal dari Yunani, yaitu Ethos, yang berhubungan dengan
pertimbangan pembuat keputusan, benar atau tidaknya suatu perbuatan karena tidak ada undang-
undang atau peraturan yang menegaskan hal yang harus dilakukan. Etika berbagai profesi
digariskan dalam kode etik yang bersumber dari martabat dan hak manusia (yang memiliki sikap
menerima) dan kepercayaan dari profesi. Profesi menyusun kode etik berdasarkan penghormatan
atas nilai dan situasi individu yang dilayani.

Kode etik disusun dan disahkan oleh organisasi atau wadah yang membina profesi tertentu baik
secara nasional maupun internasional. Kode etik menerapkan konsep etis Karena profesi
bertanggung jawab pada manusia dan menghargai kepercayaan serta nilai individu. Kata seperti
etika, hak asasi, tanggung jawab, mudah didefinisikan, tetapi kadang-kadang tidak jelas letak
istilah tersebut diterapkan dalam suatu situasi. Contoh : benarkah dipandang dari segi etis, hak
asasi, dan tanggung jawab bila profesional kesehatan menghentikan upaya penyelamatan hidup
pada pasien yang mengidap penyakit yang pasti membawa kematian?

Faktor teknologi yang meningkat, ilmu pengetahuan yang berkembang (pemakaian mesin dan
teknik memperpanjang usia, legalisasi abortus, pencangkokan organ manusia, pengetahuan
biologi dan genetika, penelitian yang menggunakan subjek manusia) ini memerlukan
pertimbangan yang menyangkut nilai, hak-hak manusia, dan tanggung jawab profesi. Organisasi
profesi diharapkan mampu memelihara dan menghargai, mengamalkan, mengembangkan nilai
tersebut melalui kode etik yang disusunnya.

Kadang-kadang perawat diharapkan pada situasi yang memerlukan keputusan untuk mengambil
tindakan. Perawat memberi asuhan kepada klien, keluarga, dan masyarakat ; menerima tanggung
jawab untuk membuat keadaan lingkungan fisik, sosial, dan spiritual yang memungkinkan untuk
penyembuhan; dan menekankan pencegahan penyakit; serta meningkatkan kesehatan dengan
penyuluhan kesehatan. Pelayanan kepada umat manusia merupakan fungsi utama perawat dan
dasar adanya profesi keperawatan. Kebutuhan pelayanan keperawatan adalah universal.
Pelayanan profesional berdasarkan kebutuhan manusia karena itu tidak membedakan

2
kebangsaan, warna kulit, politik, satatus sosial, dan lain-lain. Keperawatan adalah pelayanan
vital terhadap manusia yang menggunakan manusia juga, yaitu perawat. Pelayanan ini
berdasarkan kepercayaan bahwa perawat berbuat hal yang benar, hal yang diperlukan, dan hal
yang menguntungkan pasien dan kesehatannya. Oleh karena manusia dalam interaksi bertingkah
laku berbeda-beda maka diperlukan pedoman untuk mengarahkan bagaimana harus bertindak,
bagaimana perilaku manusia, dan apakah hal dan tanggung jawabnya.

Etika memberi keputusan tentang tindakan yang diharapkan benar tepat atau bermoral. Banyak
profesi dibidang hukum, kedokteran, keperawatan, menyusun pernyataan tentang keyakinan
terhadap perilaku yang etis bagi anggotanya. Etika profesi sebagai pedoman menumbuhkan
tanggung jawab atau kewajiban bagi angngota profesi tentang hak-hak yang diharapkan oleh
orang lain. Anggota profesi memiliki pengetahuan atau keterampilan khusus yangn dipergunakan
untuk membuat keputusan yang memengaruhi orang lain.

Organisasi profesi menggunakan hak-hak dasar manusia dan dasar hukum untuk melindungi
anggotanya dan keselamatan klien atau pasien, dengan menjamin pelayanan yang diberikan
berdasarkan standar dan pelaksana pelayanan merupakan tenaga profesional yang berkompeten.
Perawat harus membiasakan diri untuk menerapkan kode etik yang memberi gambaran tanggung
jawabnya dalam praktik keperawatan. Perawat juga harus mengerti undang-undang dan hukum
yang berhubungan dengan kesehatan kepada umum, terutama undang-undang yang mengatur
praktik keperawatan. Perawat harus juga memperhatikan fungsi dan tanggung jawabnya, seperti
yang dijelaskan oleh hukum dan yang dikeluarkan oleh organisasi profesi keperawatan. Etika
profesi keperawatan dikenal sebagai practice discipline, yang perwujudannya dikenal melalui
asuhan atau praktik keperawatan.

Perawat adalah profesi yang sifat pekerjaanya selalu berada dalam situasi yang menyangkut
hubungan antar manusia, terjadi proses interaksi serta saling memengaruhi dan dapat
memberikan dampak terhadap tiap-tiap individu yang bersangkutan.

Keperawatan sebagai suatu pelayanan profesional bertujuan untuk tercapainya kesejahteraan


manusia. Sebagai suatu profesi, perawat mempunyai kontrak sosial dengan masyarakat. Ini
berarti masyarakat memberi kepercayaan bagi perawat untuk terus menerus memelihara dan
meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan. Untuk menjamin kepercayaan ini, pelayanan

3
keperawatan harus dilandasi ilmu pengetahuan, metodologi, dan dilandasi pula dengan etika
profesi.

Etika profesi keperawatan adalah filsafat yang mengarahkan tanggung jawab moral yang
mendasari pelaksanaan praktik keperawatan. Etika profesi keperawatan adalah milik dan
dilaksanakan oleh semua anggota profesi keperawatan, yaitu perawat. Anggota profesi
keperawatan dituntut oleh sesama perawat, profesi lain, dan masyarakat sebagai penerima
pelayanan keperawatan untuk menaati dan menentukan kode etik yang telah disepakati.

Secara spesifik etika profesi memberi tuntutan praktik bagi anggota profesi dalam melaksanakan
praktik profesinya sesuai dengan standar moral yang diyakini. Disamping itu, seiring dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan meningkatnya kebutuhan masyarakat mengakibatkan ruang
lingkup layanan keperawatan semakin komplek untuk itu, perawat dituntut kemampuannya
untuk dapat mengambil keputusan atas dasar penalaran saintifik dan etis.

Dalam melaksanakan praktik keperawatan, seorang perawat harus mengambil suatu keputusan
dalam upaya pelayanan keperawatan klien. Keputusan yang diambil berdasarkan pertimbangan
dan kemampuan penalaran ilmiah dan penalaran etika, hal yang baik bagi pelayanan
keperawatan klien diukur dari sudut keyakinannya sendiri, norma masyarakat, dan standar
profesional. Dalam melaksankan praktik keperawatan, perawat berhadapan dengan manusia atau
klien. Perawat meyakini bahwa klien mempunyai harga diri, martabat, dan otonomi; dan
integritas perawat harus dipertahankan dalam memberi pelayanan atau asuhan keperawatan.
Disamping itu, keperawatan mempunyai tanggung jawab untuk memciptakan lingkungan yang
kualitas pelayanannya juga ditentukan oleh pertimbangan hak, nilai budaya, dan adat istiadat
klien.

B. Tujuan Etika Keperawatan

Menurut Suhaemi, (2010), Etika profesi keperawatan merupakan alat untuk mengukur perilaku
moral dalam keperawatan. Dalam penyusunan alat pengukur ini, keputusan diambil berdasarkan
kode etik sebagai standar yang mengukur dan mengevaluasi perilaku moral perawat.

Dengan menggunakan kode etik keperawatan, organisasi profesi keperawatan dapat dapat
meletakkan kerangka berpikir perawat untuk mengambil keputusan dan bertanggung jawab
kepada masyarakat, anggota tim kesehatan yang lain, dan kepada profesi (ANA, 1976 dalam

4
buku Suhaemi, 2010). Secara umum tujuan etika profesi keperawatan adalah menciptakan dan
mempertahankan kepercayaan klien kepada perawat, kepercayaan diantara sesama perawat, dan
kepercayaan masyarakat kepada profesi keperawatan.

Sesuai dengan tujuan di atas, perawat ditantanng untuk mengembangkan etika profesi secara
terus-menerus agar dapat menampung keinginan dan masalah baru; dan mampu menurunkan
etika profesi keperawatan kepada perawat generasi muda, secara terus-menerus juga meletakkan
landasan filsafat keperawatan agar setiap perawat tetap menyenangi profesinya. Selain itu pula,
agar perawat dapat menjadi wasit untuk anggota profesi yang bertindak kurang profesional
karena melakukan tindakan “di bawah” standar profesional atau merusak kepercayaan
masyarakat terhadap profesi keperawatan.

 Menurut American Ethics Commission Bureau on Teaching dalam buku Suhaemi 2010,
tujuan etika profesi keperawatan adalah mampu :
1. Mengenal dan mengidentifikasi unsur moral dalam praktik keperawatan
2. Membentuk strategi atau cara dan menganalisis masalah moral yang terjadi dalam praktik
keperawatan
3. Menghubungkan prinsip moral/pelajaran yang baik dan dapat di pertanggungjawabkan
pada diri sendiri, keluarga, masyarakat dan kepada Tuhan, sesuai dengan kepercayaannya

Perawat membutuhkan kemampuan untuk menghubungkan dan mempertimbangkan peran


prinsip moralitas, yaitu keyakinannya terhadap tindakan yang dihubungkan dengan ajaran agama
dan perintah Tuhan dalam:

1. Pelaksanaan kode perilaku yang disepakati oleh kelompok profesi, perawat sendiri,
maupun masyarakat
2. Cara mengambil keputusan yang didasari oleh sikap kebiasaan dan pandangan (hal yang
dianggap benar).

Menurut Veatch, yang mengambil keputusan tentang etika profesi keperawatan adalah perawat
sendiri, tenaga kesehatan lainnya; dan etika yang berhubunngan dengan pelayanan keperawatan
ialah masyarakat/orang awam yang menggunakan ukuran dan nilai umum sesuai dengan tuntutan
masyarakat.

5
 Menurut National League for Nursing (NLN [Pusat pendidikan keperawatan milik
perhimpunan perawat Amerika]) dalam buku Suhaemi, 2010, pendidikan etika
keperawatan bertujuan :
1. Meningkatkan pengertian peserta didik tentang hubungan antar profesi kesehatan lain dan
mengerti tentang peran dan fungsi anggota tim kesehatan tersebut.
2. Mengembangkan potensi pengambilan keputusan yang bersifat moraliltas, keputusan
tentang baik dan buruk yang akan dipertanggungjawabkan kepada Tuhan sesuai dengan
kepercayaannya
3. Mengembangkan sifat pribadi dan sikap profesional peserta didik
4. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang penting untuk dasar praktik
keperawatan profesional. Diakui bahwa pengembangan keterampilan ini melalui dilemma
etika, artinya konflik yang dialami, yang memerlukan pengambilan keputusan yang baik
dan benar dipandang dari sudut profesi, kemanusiaan, kemasyarakatan, kesehatan dan
keperawatan.
5. Memberi kesempatan kepada peserta didik menerapkan ilmu dan prinsip etika
keperawatan dalam praktik dan dalam situasi nyata.

Pendidikan etika sangat penting dalam pendidikan keparawatan yang berfungsi untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik tentang perbedaan nilai, norma yang timbul dalam
keputusan keperawatan. Namun, etika keperawatan tidak cukup hanya diajarkan, tetapi harus
ditanamkan dan diyakini oleh peserta didik melalui pembinaan, tidak saja di pendidikan, tetapi
dalam lingkungan pekerjaan dan lingkungan profesi.

C. Pendekatan dalam Etika Keperawatan

Sebelum membahas tentang masalah etika, perawat penting memahami metode pendekatan yang
digunakan dalam diskusi permasalahan etika. Ladd.J (1978 dikutip oleh Frell; lih. McCloskey,
1990 dalam buku Suhaemi, 2010) menyatakan ada empat metode utama; otoritas, consensus
hominum, pendekatan intuisi atau self-evidence, dan metode argumentasi.

Metode otoritas menyatakan bahwa dasar setiap tindakan atau keputusan berdasarkan pada
otoritas. Otoritas dapat berasal dari manusia atau kepercayaan supernatural, kelompok manusia,

6
atau institusi seperti majelis ulama, dewan gereja, atau pemerintah. Penggunaan metode ini
terbatas hanya pada penganut yang percaya.

Metode consensum hominum menggunakan pendekatan berdasarkan pada persetujuan


masyarakat luas atau peda sekelompok manusia yang terlibat dalam pengkajian suatu masalah.
Segala sesuatu yang diyakini bijak, dan secara etika dapat diterima, dimasukkan dalam
keyakinan.

Metode pendekatan intuisi atau self-evidence --dinyatakan oleh para ahli filsafat-- berdasarkan
pada apa yang mereka kenal sebagai konsep teknikintuisi. Metode initerbatas hanya pada orang-
orang yang mempunyaiintuisi tajam.

Metode argumentasi atau metide sokratik menggunakan pendekatan dengan mengajukan


pertanyaan atau mencari jawaban yang mempunyai alasan tepat. Metode analitik ini digunakan
untuk memahami fenomena etika.

D. Tipe-tipe Etika Keperawatan

Menurut Dalami (2010), tipe-tipe etika keperawatan terbagi menjadi tiga, yaitu:

1. Bioetik
Bioetik merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi dalam
etik,menyangkut masalah biologi dan pengobatan. Lebih lanjut, bioetik difokuskan pada
pertanyaan etik yang muncul tentang hubungan antara ilmu kehidupan, bioteknologi,
pengobatan, politik, hukum, dan theologi.
Pada lingkup yang lebih sempit,bioetik merupakan evaluasi etik pada moralitas treatment
atau inovasi teknologi, dan waktu pelaksanaan pengobatan pada manusia. Pada lingkup
yang lebih luas, bioetik mengevaluasi pada semua tindakan moral yang mungkin
membantu atau bahkan membahayakan kemampuan organisme terhadap pengobatan dan
biologi. Isu dalam bioetik antara lain: peningkatan mutu genetik, etika lingkungan,
pemberiaan pelayanan kesehatan. Dapat disimpulkan bahwa bioetik lebih berfokus pada
dilema yang menyangkut perawatan kesehatan,kesehatan modern,aplikasi teori etik,dan
prinsip etik terhadap masalah-masalah pelayanan kesehatan
2. Clinical Ethics/Etik Klinik

7
Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan pada masalah etik
selama pemberian pelayanan pada klien.
Contoh clinical ethics: adanya persetujuan atau penolakan,dan bagaimana seseorang
sebaiknya merespons permintaan medis yang kurang bermanfaat (sia-sia).
3. Nursing Ethics/Etik Keperawatan
Bagian dari bioetik,yang merupakan studi formal tentang isu etik dan dikembangkan
dalam tindakan serta dianalisis untuk mendapatkan keputusan etik.

E. Prinsip- prinsip Etika Keperawatan

Prinsip bahwa dasar kode etik adalah menghargai hak dan martabat manusia, tidak akan pernah
berubah. Prinsip ini juga diterapkan baik dalam bidang pendidikan maupun pekerjaan. Juga
dalam hak-haknya memperoleh pelayanan kesehatan (Suhami,2010).

Apabila menghadapi suatu situasi yang melibatkan keputusan yang bersifat etis dan moralitas,
perawat hendaknya bertanya kepada dirinya sendiri:

1. Bagaimana pengaruh tindakan saya kepada pasien?


2. Bagaimana pengaruh tindakan saya terhadap atasan dan orang-orang yang bekerja sama
dengan saya?
3. Bagaimana pengaruh tindakan saya terhadap diri saya sendiri?
4. Bagaimana pengaruh tindakan saya terhadap profesi?

Bila jawaban atas pertanyaan diatas positif berdasarkan ukuran yang seharusnya, perilaku yang
ditampilkan akan berkenan dan sesuai dengan hak-hak pasien, dan haknya sendiri untuk
mempertahankan kewibawaan. Fungsi kode etik menurut Hipocrates :

1. Menghindari ketegangan antar-manusia


2. Memperbaiki status kepribadian
3. Menopang pertumbuhan dan perkembangan kehidupan

Kode etik penting dalam sistem pelayanan kesehatan dan dalam praktik keperawatan menurut
Kozier & Erb (1990) dalam Suhaemi, (2010):

8
1. Etika akan menunjukkan standar profesi untuk kegiatan keperawatan. Standar ini akan
melindungi perawat dan pasien
2. Kode etik menjadi alat untuk menyusun standar praktik profesional, memperbaiki, dan
memelihara standar tersebut
3. Kode etik adalah pedoman resmi untuk tindakan profesional, akan diikuti orang-orang
dalam profesi dan harus diterima sebagai nilai pribadi bagi anggota profesional
4. Kode etik memberi kerangka pikir kepada anggota profesi untuk membuat keputusan
dalam situasi keperawatan

Jadi, kode etik mengimbau perawat tentang hal yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh
dilakukan.Sebetulnya bukan soal paksaan, semuanya bergantung pada perawat sendiri. Perawat
bebas mendengarkan kata hatinya bila telah menerima nilai yang baik, kata hati akan
menuntunnya, dan akan tertanam nilai moral.

Prinsip moral mempunyai peran yang penting dalam menentukan perilaku yang etis dan dalam
pemecahan masalah etik. Prinsip moral merupakan standar umum dalam melakukan sesuatu
sehingga membentuk suatu sistem etik.Prinsip moral berfungsi untuk membuat secara spesifik
apakah suatu tindakan dilarang, diperlukan, atau diizinkan dalam suatu keadaan.Terdapat tiga
prinsip moral yang sering digunakan dalam diskusi moral, yaitu autonomy, non-maleficience,
dan justice (Johnstone, 1989 dalam buku Suhaemi, 2010).

1. Otonomi

Otonomi berasal dari bahasa Latin, yaitu autos, yang berarti sendiri dan nomos, artinya
aturan.Otonomi berarti kemampuan untuk menentukan sendiri atau mengatur diri
sendiri.Menghargai otonomi berarti menghargai manusia sebagai sebagai seseorang yang
mempunyai harga diri dan martabat yang mampu menentukan sesuatu bagi dirinya.Prinsip
otonomi sangat penting dalam keperawatan.Perawat harus menghargai harkat dan martabat
manusia sebagai individu yang dapat memutuskan hal yang terbaik bagi dirinya. Perawat harus
melibatkan klien untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan yang berhubungan dengan
asuhan keperawatan klien tersebut.

Beberapa tindakan yang tidak memperhatikan otonomi adalah :

1. Melakukan sesuatu bagi klien tanpa mereka diberitahu sebelumnya

9
2. Melakukan sesuatu tanpa memberi informasi relevan yang penting diketahui klien dalam
membuat suatu pilihan
3. Memberitahukan klien bahwa keadaanya baik, padahal terdapat gangguan atau
penyimpangan
4. Tidak memberikan informasi yang lengkap walaupun klien menghendaki informasi
tersebut
5. Memaksa klien memberi informasi tentang hal-hal yang mereka sudah tidak bersedia
menjelaskannya

Perawat yang menghargai manusia dalam penerapan otonomi, termasuk juga menghargai profesi
lain dalam lingkup tugas perawat, misalnya dokter, ahli farmasi, dan sebagainya.

2. Non-maleficience

Non-maleficience berarti tidak melukai atau tidak menimbulkan bahaya/cedera bagi orang lain.
Johnson (1989) dalam buku Suhaemi (2010) menyatakan bahwa prinsip untuk tidak melukai
orang lain berbeda dan lebih keras daripada prinsip untuk melakukan yang baik.

Beneficience merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan orang
lailn.Contoh : seorang klien yang mempunyai kepercayaan bahwa pemberian transfusi darah
bertentangan dengan keyakinannya, mengalami pendarahan hebat akibat penyakit hati yang
kronis. Sebelum kondisi klien bertambah berat, klien sudah memberikan pernyataan tertulis
kepada dokter bahwa ia tidak mau dilakukan transfuse darah. Pada suatu saat, ketika kondisi
klien bertambah buruk dan terjadi pendarahan hebat, dokter seharusnya mengintruksikan untuk
memberikan transfusi darah.Dalam hal ini, akhirnya transfusi darah tidak diberikan karena
prinsip beneficience, walaupun sebenarnya pada saat yang bersamaan terjadi penyalahgunaan
prinsip maleficienc.

3. Keadilan

Keadilan (justice) merupakan prinsip moral berlaku adil untuk semua individu. Tindakan yang
dilakukan untuk semua orang sama. Tindakan yang sama tidak selalu identic, tetapi dalam hal ini
persamaan mempunyai kontribusi yang relative sama untuk kebaikan kehidupan seseorang.
Dalam aplikasinya, prinsip moral ini tidak berdiri sendiri, tetapi bersifat komplementer sehingga
kadang-kadang menimbulkan masalah dalam berbagai situasi.

10
Hubungan perawat-klien.Kontak yang terus-menerus antara perawat dengan klien membutuhkan
suatu hubungan perawat-klien yang spesiifik, yang dibina atas dasar saling percaya.Hubungan
yang spesifik ini merupakan dasar dalam etika keperawatan. Hubungan perawat klien didasarkan
pada penghargaan atas harkat dan martabak manusia, penumbuhan rasa saling percaya, cara
pemecahan masalah, dan kolaborasi. Dalam hubungan perawat-klien, perawat dapat berfungsi
sebagai narasumber dalam memberi informasi yang relevan dengan masalah klien.Perawat juga
dapat berfungsi sebagai konselor, yaitu ketika klien menjelaskan perasaannya dan hal-hal yang
berkaitan dengan keadaan sakitnya.

Disamping itu, perawat juga dapat berfungsi sebagai pengganti orang tua, saudara kandung, atau
orang yang paling dekat dengan klien sehingga memungkinkan klien mengeksplorasi perasaanya
sesuai dengan sifat hubungan tersebut. Fungsi lain yang dilaksanakan perawat adalah sebagai
seorang ahli yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan dalam mengatasi masalah dalam
kebutuhan kllien. Pada proses hubungan perawat-klien, klien mengutarakan masalahnya dalam
rangka mendapatkan pertolongan, artinya klien mempercayakan dirinya terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan, untuk ini perawat mempunyai kewajiban menghargai kepercayaan
klien dengan memberikan asuhan secara kompeten, melindungi harkat dan martabat klien, dan
menjaga kerahasian klien. Hubungan ini memerlukan perlakuan yang adil dan penghargaan atats
hak dan kewajiban kedua belah pihak.

Dalam hubungan saling percaya terdapat kewajiban untuk mengatakan kebenaran dan kewajiban
untuk tidak menipu. Perawat diharapkan berinteraksi dengan klien dengan cara selalu
mengatakan yang sebenarya. Kepercayaan ini dibutuhkan klien dalam menghadapi keadaan
sakitnya dan hal ini sangat penting dalam menjamin kolaborasi perawat-klien yang
optimal.Hubungan perawat-klien ini menjadi dasar dalam peran perawat sebagai pembela klien.

Menurut Dalami (2010), prinsip-prinsip etika keperawatan adalah sebagai berikut:

1. Otonomy (Autonomy)

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu
membuat keputusan sendiri.Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat
sendiri,memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang
lain.Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang,atau dipandang sebagai

11
persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian
dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktik profesional merefleksikan

otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan
dirinya.

 Sikap:
1. Mandiri
2. Disiplin
3. Terbuka
 perilaku:
1. Menghargai hak pasien dalam membuat keputusan tentang perawatannya
2. Datang tepat waktu
3. Tidak mengobrol saat operan, disiplin untuk mendengarkan
4. Menerima masukan, kritikan, saran, baik dari pasien maupun perawat dan tenaga
kesehatan lain
2. Berbuat Baik (Beneficience)

Beneficience berarti,hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan pencegahan


dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan
oleh diri dan orang lain. Terkadang dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara
prinsip ini dengan otonomi.

 Contoh perilaku:
1. Memberi nasihat tentang program latihan pada pasien, tetapi perawat juga menasihati
pasien yang berisiko serangan jantung untuk tidak mengikuti latihan
2. Menghargai klien yang tidak mau ditransfusi karena keyakinan dalam agamanya

3. Keadilan (Justice)

Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapainya sesuatu yang sama dan adil terhadap orang lain
yang menjunjung prinsip-prinsip moral,legal,dan kemanusiaan.Nilai ini Direfleksikan dalam
praktik profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum,standar praktik
dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.

12
 Sikap:
1. Objektif
2. Integritas diri
3. Bersemangat
 Contoh perilaku:
1. Tidak membeda bedakan pasien
2. Memperlihatkan wajah berseri walaupun sudah habis jam dinas
3. Menjaga agar semua perilaku sesuai aturan, SPO (integritas diri)

4. Tidak Merugikan (Non Maleficienci)

Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis selama perawat
memberikan asuhan keperawatan pada klien dan keluarga.

 Contoh perilaku:
1. Tidak menimbulkan cedera / bahaya fisik dan psikologis pada klien
2. Menganjurkan pasien yang perdarahan untuk ditransfusi

5. Kejujuran (Veracity)

Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran.Nilai diperlukan oleh pemberi pelayanan
kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien
sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan
kebenaran.Informasi harus ada agar menjadi akurat,komprehensif,dan objektif untuk
memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada,dan mengatakan yang sebenarnya
kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani
perawatan.Walaupun demikian,terdapat beberapa argumen mengatakan adanya batasan untuk
kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau adanya
hubungan paternalistik bahwa “doctors know best” sebab individu memiliki otonomi,mereka

13
memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan
dasar dalam membangun hubungan saling percaya.

 Contoh perilaku:
1. Memberikan pelayanan kepewaratan yang penuh kebenaran
2. Informasi yang disampaikan akurat, komprehensif, objektif untuk memfasilitasi
pemahaman dan penerimaan materi yang ada

6. Menepati Janji (Fidelity)

Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap orang
lain.Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia
klien.Ketaatan,kesetiaan,adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmennya yang
dibuatnya. Kesetiaan,menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan
bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan,mencegah
penyakit,memulihkan kesehatan,dan meminimalkan penderitaan.

 Contoh perilaku:
1. Kerahasiaan dokumentasi, hanya boleh dibaca untuk pengobatan klien
2. Infomasi hanya dengan izin klien

7. Kerahasian (Confidentiality)

Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi
klien.Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca
dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut
kecuali jika diijinkan oleh klien diluar area pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga
tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus dihindari.

 Contoh perilaku:
1. Kerahasiaan dokumentasi, hanya boleh dibaca untuk pengobatan klien
2. Infomasi hanya dengan izin klien

14
8. Akuntabilitas (Accountability)

Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat dinilai
dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

 Contoh perilaku:
1. Melakukan asuhan dan tindakan keperawatan sesuai standar
2. Perawat bertanggung jawab pada diri sendiri, profesi, klienm teman sejawat, masyarakat

Jika perawat salah melakukan prosedur, perawat harus menerima konsekuensi digugat oleh
pasien

9. Peduli (Altruism)

Peduli bagi kesejahteraan orang lain

 Sikap:
1. Caring
2. Ramah
3. Komitmen
4. Tekun
 Contoh perilaku:
1. Memperkenalkan diri, senyum, memanggil nama klien dengan nama kesukaan
2. Merawat dengan sabar
3. Tidak menunda kebutuhan pasien yang harus dipenuhi
4. Tanggap terhadap kebutuhan pasien

10. Kebenaran (Truth)

Kesesuaian dengan fakta, peraturan, dan realitas

 Sikap:

15
1. Bertanggung jawab
2. Rasional
3. Rasa ingin tahu
4. Jujur
 Contoh perilaku:
1. Tindakan dilakukan berdasarkan SPO/ teori yang didapatkan
2. Mengetahui setiap rasional tindakan
3. Menerapkan prinsip 7 benar pada pemberian obat
4. Mencari penjelasan dari CI / perawat lain bila menemukan hal hal yang tidak diketahui
5. Melaporkan dengan segera kepada CI atau pembimbing bila membuat kesalahan

11. Menghargai Martabat Manusia (Human Dignity)

Menghargai martabat manusia dan keunikan individu

 Sikap:
1. Empati
2. Menghargai
3. Dapat dipercaya
 Contoh perilaku:
1. Memberi kesempatan pada pasien untuk menceritakan apa yang dikeluhkan
2. Menepati janji kepada pasien
3. Secara hati-hati melakukan perawatan jenazah
4. Menjaga privasi klien

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Etika profesi keperawatan adalah filsafat yang mengarahkan tanggung jawab moral yang
mendasari pelaksanaan praktik keperawatan. Etika profesi keperawatan adalah milik dan
dilaksanakan oleh semua anggota profesi keperawatan, yaitu perawat.
Secara umum tujuan etika profesi keperawatan adalah menciptakan dan mempertahankan
kepercayaan klien kepada perawat, kepercayaan diantara sesama perawat, dan
kepercayaan masyarakat kepada profesi keperawatan.
B. Saran
Sebagai seorang calon perawat, hendaknya dapat memahami konsep dari etika
keperawatan agar dapat mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasari pelaksanaan
praktik keperawatan nantinya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, E, dkk. 2010. Etika Keperawatan. Jakarta: TIM


Nisya, R. 2013. Prinsip-prinsip Dasar Keperawatan. Jakarta: Dunia Cerdas
Suhaemi, M. 2010. Etika Keperawatan Aplikasi pada Praktik. Jakarta: EGC
Wulan,K. 2011. Pengantar Etika Keperawatan. Jakarta: PT Prestasi Pustaka Raya
Hendrik. 2013. Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta:EGC
Aziz Alimul Hidayat. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba      Medika

Meidiana Dwidiyanti. 1998. Aplikasi Model Konseptual Keperawatan. Edisi 1.      Semarang:


Akper Depkes Semarang

18

Anda mungkin juga menyukai