Anda di halaman 1dari 14

Laporan Penelitian Dampak Pengembangan Pariwisata Pulau Bokori, Kab.

Konsel Provinsi
Sultra
PENGARUH PARIWISATA PULAU BOKORI TERHADAP PERKEMBANGAN
EKONOMI MASYARAKAT SETEMPATBAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki kekayaan
sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan tersebut menjadi modal
penting dalam pembangunan bangsa Indonesia khususnya dalam sektor
pariwisata. Indonesia juga dikenal dengan keaneka ragaman budaya, suku,
agama serta sejarah, hal ini yang menjadikan Indonesia sebagai suatu
Negara yang multi dimensi.
Dilihat dari sektor Pariwisata, Indonesia sudah memiliki potensi
yang besar untuk dikembangkan secara maksimal. Pariwisata di Indonesia
juga mempunyai andil besar dalam membangun perekonomian
masyarakat dan hal tersebut merupakan salah satu dampak
pengembangan pariwisata.
Pengembangan sektor pariwisata yang dilakukan dengan baik akan
mampu menarik wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Para
wisatawan yang datang, diharapkan berkeinginan untuk tinggal lebih lama
di Indonesia karena semakin lama para wisatawan tinggal untuk berwisata,
maka semakin banyak pula biaya yang akan mereka keluarkan.
Selain Pulau Bali dan Jawa yang dikenal sebagai destinasi utama
wisatawan di Indonesia, terdapat juga salah satu pulau yang juga memiliki
potensi wisata. Pulau ini cukup populer karena juga termasuk dalam
gugusan pulau besar yang ada di Indonesia. Pulau tersebut adalah Pulau
Sulawesi.
Pulau Sulawesi adalah pulau besar yang terbagi menjadi 6 provinsi,
yaitu Provinsi Sulawesi Utara dengan ibu kota Manado, Provinsi Sulawesi
Barat ber-ibu kota Mamuju, Provinsi Sulawesi Tenggara dengan ibu kota
Kendari, Provinsi Sulawesi Tengah ibu kota Palu, Provinsi Sulawesi
Selatan dengan ibu kota Makassar dan Gorontalo dengan ibu kotaGorontalo.
Adapun dari ke-6 provinsi tersebut, salah satu provinsi yang juga
terkenal dengan keberagaman budaya dan sumber daya alamnya, adalah
Provinsi Sulawesi Tenggara. Kepariwisataan di Provinsi Sulawesi
Tenggara, boleh dikatakan sudah cukup berkembang dengan baik.
Partisipasi masyarakat akan pariwisata sudah terlihat cukup jelas. Hal ini
dapat dibuktikan jika wisatawan berkunjung di Kabupaten Konawe
khususnya dipulau Bokori.
Kabupaten Konawe khususnya pulau bokori, apabila kita menyebut
pulau bokori pastinya kita akan menyebut masyarakat yang tinggal
diwilayah setempat adalah masyarakat Bajo dan mempunyai akan
keindahan lautnya. Kabupaten ini juga merupakan daerah tingkat III di
Provinsi Sulawesi Tenggara. Adapun kepariwisataan Bokori di Kabupaten
Konawe sebenarnya belum maju secara meluas, hal ini dapat dibuktikan
dengan pengembangan pariwisata yang belum gencar dilakukan oleh para
stakeholder dan kesadaran masyarakat terhadap pariwisata.
Pariwisata yang belum berkembang di Kabupaten Konawe, tidak
berarti bahwa dampak akan adanya pariwisata belum dirasakan oleh
masyarakat setempat, hanya saja mereka yang belum menyadari bahwa
hampir sebagian besar dari mata pencaharian mereka adalah bentuk dari
usaha pariwisata.
Pengembangan pariwisata yang selama ini dilakukan baik oleh
Pemerintah Daerah maupun dari stakeholder lainnya, hanya terfokus pada
daya tarik wisata alam. Karena memang Kabupaten Konawe terkenal akan
wisata baharinya. Hal inilah yang menyebabkan pengembangan terhadap
wisata budaya masih tersisihkan atau belum tersentuh oleh para
stakeholder.
Salah satu daya tarik wisata budaya yang merupakan aset dari
Kabupaten Konawe tetapi belum dikembangkan secara maksimal adalah
Pulau Bokori. Itulah mengapa pada penelitian ini, penulis tertarik untukmengkaji
pengembangan yang sesuai terhadap salah satu daya tarik wisata
budaya yang dimiliki oleh Kabupaten Konawe yaitu Pulau Bokori dan
dampak dimasa yang akan datang dari pengembangannya.
A. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana kondisi aktual dari Pulau Bokori sebagai daya tarik
wisata budaya di Kabupaten Konawe?
2. Bagaimana konsep pengembangan yang sebaiknya diterapkan di
daya tarik wisata pulau bokori?
3. Apa saja yang akan menjadi dampak dari pengembangan
pariwisata di Pulau Bokori?
B. BATASAN MASALAH
1. Pengembangan pariwisata di Pulau bokori, Kabupaten Konawe
2. Dampak dari pengembangan pariwisata di Pulau Bokori,
Kabupaten Konawe.
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui konsep pengembangan yang sesuai, untuk
diterapkan di Pulau bokori.
2. Untuk mengetahui dampak dari pengembangan pariwisata di Pulau
Bokori
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Untuk menerapkan ilmu yang telah diterima oleh penulis,
sebagai mahasiswa Sosiologi, serta wawasan dan pengetahuan
penulis mengenai konsep pengembangan dari suatu daya tarik
wisata budaya. Dan dampak yang akan terjadi ketika
pengembangan tersebut diterapkan di suatu daya tarik wisata
2. Manfaat Praktis
Konsep ide pengembangan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan, diharapkan dapat menjadi masukan dan sebagai bahan
pertimbangan untuk selanjutnya diterapkan di daya tarik wisatabudaya Pulau Bokori,
Kabupaten Konawe.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Pariwisata
Pariwisata merupakan konsep yang sanagt multidimensional. Tak
bisa dihindari bahwa beberapa pengertian pariwisata dipakai oleh beberapa
praktisi dengan tujuan yang ingin dicapai. Definisi pariwisata memang
tidak dapat sama persis diantara para ahli. Berikut adalah beberapa
pengertian pariwisata :
1. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah (UU No.10 Tahun
2009 tentang Kepariwisataan).
2. Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara
waktu, yang diselenggarakan dari satu tempat ketempat lain,
dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah
ditempat yang dikunjungi tetapi semata-mata untuk menikmati
perjalanan hidup guna bertamsya dan rekreasi atau memenuhi
keinginan yang beraneka ragam (Oka Yoeti, 1997).
B. Daya Tarik Wisata
Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,
keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, dan
hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan
wisatawan . berhasilnya suatu tempat berkembang menjadi Daerah Tujuan
Wisata (DTW) sangat tergantung kepada tiga factor utama antara lain :
1. Atraksi, dapat dibedakan menjadi :
a. Tempat : Umpamanya tempat dengan iklim yang baik,
pemandangan yang indah atau tempat-tempat bersejarah.b. Kejadian / peristiwa : kongres,
pameran atau peristiwa-
perisitiwa olahraga, festival dan sebagainya.
c. Mudah dicapai (Aksesibilitas) :
Tempat tersebut dekat jaraknya, atau tersedianya
transportasi ke tempat itu secara teratur, sering, mudah,
nyaman, dan aman.
2. Amenitas :
Tersedianya fasilitas-fasilitas seperti tempat penginapan,
restoran, hiburan, transportasi local yang memungkinkan
wisatawan bepergian ke tempat itu serta alat-alat komunikasi
lainnya.
C. Pengembangan Pariwisata
Ada beberapa hal yang menunjang atau menentukan
pengembangan suatu obyek wisata. Menurut Hadinoto, 1996, ada lima
jenis komponen dalam pariwisata yaitu :
1. Atraksi Wisata
Atraksi adalah daya tarik wisatawan untuk berlibur. Atraksi
yang diidentifikasikan (sumber daya alam, sumber daya manusia,
budaya dan sebagainya) perlu dikembangkan untuk menjadi atraksi
wisata. Tanpa atraksi wisata, tidak ada peristiwa, bagian utama lain
tidak akan diperlukan.
2. Promosi dan Pemasaran
Promosi merupakan suatu rancangan untuk
memperkenalkan atraksi wisata yang ditawarkan dan cara
bagaimana atraksi dapat dikunjungi. Untuk perencanaan, promosi
merupakan bagian penting.
3. Transportasi
Pendapat dan keinginan wisatawan adalah berbeda dengan
pendaapt penyuplai transportasi. Transportasi mempunyai dampak
besar terhadap volume dan lokasi pengembangan pariwisata.4. Masyarakat Penerima
Wisatawan yang Menyediakan Akomodasi
dan Pelayanan Jasa Pendukung Wisata (fasilitas dan pelayanan)
D. Dampak Pengembangan Pariwisata
1. Definisi Dampak
Dampak menurut kosa kata Bahasa Indonesia berarti akibat.
Dampak positif adalah dampak yang menguntungkan dan dampak
negatif adalah dampak yang merugikan.
2. Dampak Pengembangan Pariwisata
Pengembanagn pariwisata tentu saja akan memberikan
dampak baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Suatu
tempat wisata tentu memiliki dampak-dampak terhadap lingkungan
sekitarnya. Pengembangan pariwisata dan kunjungan wisatawan
yang meningkat dapat menimbulkan dampak atau pengaruh positif
maupun negatif dan yang terkena dampak tersebut adalah
masyarakat, lingkungan, ekonomi serta social.
Masyarakat dalam lingkungan suatu obyek wisata sangatlah
penting dalam kehidupan suatu obyek wisata karena mereka
memiliki kultur yang dapat menjadi daya tarik wisata, dukungan
masyarakat terhadap tempat wisata berupa sarana kebutuhan pokok
untuk tempat daya tarik wisata, tenaga kerja yang memadai dimana
pihak pengelola obyek wisata memerlukannya untuk menunjang
keberlangsungan hidup daya tarik wisata dan memuaskan
masyarakat yang memerlukan pekerjaan dimana membuat
kehidupan masyarakat menjadi lebih baik.. Berikut adalah dampak-
dampak dari pengembangan pariwisata :
a. Segi Lingkungan
Seperti dampak social budaya, segi lingkungan
lebih disoroti dampak negatifnya, walaupun terdapat jugadampak positifnya. Adapun dampak
positif dan negatif
adalah sebagai berikut :
Menurut Mill (dalam Landasan Teori Kepariwisataan, 2009
, diperoleh dari www. Digilib.petra.ac.id) :
a) Dampak positif :
 Terpeliharanya kebersihan alam lingkungan
untuk menarik datangnya wisatawan
 Terjaganya keistimewaan lingkungan,
seperti hutan-hutan, pantai-pantai, hewan
serta pemandangan alam.
b) Dampak Negatif :
 Lingkungan yang rusak, seperti :
meningkatnya kadar polusi baik air, udara,
suara dan kemacetan lalu lintas.
 Pembukaan hutan untuk ladang luas, lokasi
perumahan, jalan dan parkir.
 Hilangnya suasana alam karena hilangnya
area hutan, kehidupan satwa liar dan
kesejukan udara.
b. Dampak Sosial Budaya
Menurut Mill (dalam Landasan Teori
Kepariwisataan, 2009, diperoleh dari www. digilib. petra.
ac.id). Dampak ini seringkali disorot sebagi dampak negatif
dari perkembangan pariwisata, padahal sebenarnya
pariwisata juga membawa dampak positif dalam segi social
dan budaya. Adapun dampak positif dan negatif yaitu :
a) Dampak Positif :
 Terpeliharanya monument yang menyimpan
nilai-nilai budaya dan tempat tempat yangbersejarah
 Terpeliharanya kebudayaan tradisional, seni,
tarian, adat istiadat dan cara berpakaian.
b) Dampak Negatif :
 Rusaknya monument dan kebudayaan dan
tempat-tempat bersejarah karena ulah
manusia.
 Komersialisasi budaya.
 Meningkatnya kriminalitas, konsumerisme
masyarakat lokal dan prostitusi.
 Terkikisnya nilai-nilai budaya dan norma-
norma masyarakat karena interaksi dengan
masyarakat asing.
c. Dampak Ekonomi
Menurut Mill (dalam Landasan Teori
Kepariwisataan, 2009, diperoleh dari www. Di gilib. petra.
ac. id). Secara ringkas, kegiatan pariwisata dapat
memberikan dampak dibidang ekonomi khususnya
mengenai :
a) Dampak Positif :
 Terbukanya lapangan pekerjaan
 Meningkatnya taraf hidup dan pendapatan
masyarakat
 Meningkatkan nilai tukar mata uang rupah
terhadap mata uang asing
 Membantu menanggung beban
pembangunan sarana dan prasarana setempat.
 Meningkatkan kemampuan manajerial dan
keterampilan masyarakat yang memacu
kegiatan ekonomi lainnya.
b) Dampak Negatif :
 Meningkatkan biaya pembangunan saranan
dan prasarana
 Meningkatkan harga barang-barang local
dan bahan-bahan pokok
 Peningkatan yang sangat tinggi tetapi hanya
musiman, sehingga pendapatan masyarakat
naik dan turun
 Mengalirnya uang keluar negeri karena
konsumen menuntut barang-barang impor
untuk bahan konnsumsi tertentu.BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
1. lokasi Penelitian
Penelitian ini terletak di atraksi wisata Pulau Bokori yang
terletak di Kabupaten Konawe yang berjarak ±70 kilometer dari
Kota kendari.
2. Waktu Penelitian
Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah bulan 11
November 2017.
B. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif.
Deskriptif diartikan melukiskan variabel demi variabel, satu demi satu.
Pada hakikatnya, metode deskriptif mengumpulkan data secara univariat.
Menurut Jalaluddin Rakhmat, penelitian deskriptif kualitatif
memerlukan kualifikasi yang memadai. Pertama, peneliti harus memiliki
sifat yang reseptif. Ia harus selalu mencari, bukan menguji. Kedua, ia
harus memiliki kekuatan yang integratif, kekuatan untuk memadukan
berbagai macam informasi yang diterimanya menjadi satu kesatuan
penafsiran. Jadi, penelitian deskriptif bukan saja menjabarkan (analitis),
tetapi juga memadukan (sintesis).
C. METODE PENGUMPULAN DATAUntuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam
penelitian,
maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
1. Interview (Wawancara)
Interview adalah teknik penelitian yang paling sosiologis
karena bentuknya yang berasal dari interaksi verbal antara peneliti
dan responden. Percakapan dengan maksud tertentu yang
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas
pertanyaan tersebut. percakapan in-formal menunjuk pada
kecenderungan sifat sangat terbuka sehingga wawancara benar-
benar mirip dengan percakapan (Pawito, 2007: 132). Dalam
wawancara ini peneliti menggunakan wawancara tersruktur yaitu
wawancara yang terdiri dari suatu daftar pertanyaan yang telah
direncanakan dan telah disusun sebelumnya.
2. Instrumen Penelitian
Kebenaran data yng objektif diperoleh dengn menggunakan
instrumen penelitian yang tepat. Instrument dalam penelitian ini
adalah penulis atau peneliti sendiri. Sebagaimana diungkapkan
Nasution (2000:9) bahwa pada penelitian kualitatif peneliti adalah
keyinstrument yakni peneliti sebagai pengamat. Namun disamping
peneliti bertindak sebagai instrumen, peneliti juga menggunakan
instrumen lainnya yakni instrument peneliti yang telah disusun
kemudian dikaji oleh dua orang ahli untuk diberikan penilaian atas
butir-butir item yang telah dibuat.
Adapun instrumen yang digunakan untuk mengetahui
kondisi aktual Pulau Bokori sebagai daya tarik wisata budaya dan
menganalisa konsep pengembangan pariwisata yang sesuai untuk
diterapkan di Pulau Bokori, pada penelitian ini antara lain :
a. Pedoman wawancara, merupakan lembaran yang berisi
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal yangmana diharapkan dari hasil
wawancara, peneliti dapat
memperoleh gambaran mengenai kondisi aktual daya tarik
wisata Pulau Bokori dan dapat menganalisa konsep
pengembangan seperti apa yang sesuai, untuk diterapkan di
Pulau Bokoro dan apa yang menjadi dampak dari
pengembangan tersebut.
Berikut ini merupakan pedoman wawancara yang
digunakan peneliti :
a) sejak kapan Pulau Bokori dibuka atau diresmikan
sebagai daya tarik wisata budaya di Kabupaten
Konawe?
b) Siapa yang mengelola Pulau Bokori sebagai daya
tarik wisata budaya?
c) Apa yang menjadi atraksi atau daya tarik tersendiri
bagi para wisatawan ketika berkunjung di Pulau
Bokori?
d) Jenis kegiatan apa saja yang dapat dilakukan oleh
para wisatawan ketika berkunjung di Pulau Bokori?
e) Apakah sudah ada konsep pengembangan yang
telah diterapkan di Pulau Bokori?
f) Jika ya, Bagaimana konsep pengembangan yang
telah diterapkan sebelumnya oleh pihak pengelola di
Pulau Bokori sebagai daya tarik wisata budaya?
g) Jika tidak, mengapa belum dilakukan
pengembangannya?
D. METODE PENENTUAN SAMPEL
Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden,
tetapi sebagai narasumber atau partisipan, informan, teman dan dosen
dalam penelitan. Sampel dalam penelitian kualitatif juga disebut sebagai
sampel konstruktif, karena dengan sumber data dari sampel itu dapatdikonstruksikan
fenomena yang semula masih belum jelas (Sugiyono,
2010).
Dalam penelitian ini, penulis mengambil masyarakat yang
bermukim disekitar daya tarik wisata Pulau Bokori sebagai populasi.
Sedangkan yang menjadi sampel dari penelitian ini adalah pihak yang
berwenang untuk menjaga keamanan dari daya tarik wisata Pulau Bokori,
yang mana pihak yang berwenang tersebut juga turut bermukim di dalam
area daya tarik wisata.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. KONDISI AKTUAL DAYA TARIK WISATA PULAU BOKORI
Taman Wisata Laut atau biasa disebut orang-orang sekitar dengan
kawasan “Pulau Bokori (Penyu Dalam bahasa Bahasa Bugis artinya
Bokori)” terletak di Desa Tapulga dalam hal ini berada di Lingkungan
Sarue Jaya atau kurang lebih 3 km dari kawasan wisata pantai Toronipa,
merupakan salah satu destinasi menarik untuk dikunjungi di Konawe.
Fasilitas yang tersedia berupa kazebo dan rumah panggung yang dibangun
di pinggir pantai dengan konstruksi rumah berciri khas Rumah bajo. Daya
tarik wisata ini memiliki view berupa keindahan laut.
B. KONSEP PENGEMBANGAN PARIWISATA PULAU BOKORI
Pulau Bokori sebagai salah satu daya tarik wisata budaya yang
berada di antara wisata alam dan buatan sangat tidak menguntungkan
karena rata-rata wisatawan domestic dan wisatawan lokal lebih tertarik
dengan wisata alam dan buatan daripada budaya. Maka dari itu, dalam
mengembangkan daya tarik wisata Pulau Bokori dibutuhkan kehati-hatian
agar nilai-nilai budaya yang tercermin dari daya tarik wisata tersebut tidak
hilang dan tergantikan dengan wisata buatan.
Dalam merumuskan konsep untuk mengembangkan Pulau Bokori
sebaiknya menggunakan konsep pengembangan berbasis masyarakat di
kawasan Pulau Bokori yang memiliki cara pandang dalam melihatketerlibatan masyarakat
dalam pariwisata. Pengembangan konsep
pariwisata berbasis masyarakat tidak saja ditekankan pada Rumah
Panggung saja akan tetapi disertakan juga dengan wisata budaya agar
masyarakat dapat terlibat secara langsung dalam pariwisata.
Peran aktif masyarakat sangat dibutuhkan dalam pengembangan
Pulau Bokori yang didukung dengan menonjolkan masyarakat yang
mempunyai produk lokal seperti Makanan khas masyarakat setempat yaitu
taripang. Namun kepedulian masyarakat terhadap lingkungan harus ada
penyuluhan dan pelatihan kepada masyarakat dalam menjaga lingkungan.
Agar terciptanya budaya bersih untuk perkembangan rumah Panggung
kedepan. Secara politik, sebagian kawasan wisata masih tergantung
terhadap pemerintah daerah. Perlu adanya komitmen kerja sama antara
masyarakat dan pemerintah daerah dalam pengembangan Pulau Bokori.
Terjaminnya hak dalam pengelolaan sebagai modal utama untuk
mengembangkan potensi SDA yang ada. Sarana dan prasarana yang
kurang harus segera dibuat untuk mendukung pengembangan Pulau
Bokori. Apalagi dilihat dari kondisi yang ada, Pulau Bokori masih sangat
minim perhatian dari Pemerintah.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, maka dapat
dirumuskan konsep pengembangan pariwisata berbasis masyarakat yang
efektif dikembangkan di kawasan Pulau Bokori. Berdasarkan potensi dan
karakteristik penduduk yang ada akan dikembangkan konsep taman wisata
Laut. Dimana stakeholder (Kepala Desa, Masyarakat, Pemerintah) yng
terlibat dalam sektor pariwisata harus mempunyai komitmen dalam
memperkuat dan menjadikan potensi budaya dan ekonomi yang ada untuk
dikelola secara lebih menarik dan menjual, sehingga potensi yang ada
dapat diterima dan dinikmati secara baik dan nyaman oleh wistawan.
Untuk memperkuat dan menjaga potensi budaya dan ekonomi
tersebut, diperlukan usaha bersama dari penggiat seni dan budaya dan
ekonomi untuk mengemas produk tersebut agar memiliki kualitas dan
kuantitas baik. Dengan menjaga kualitas dan kuantitas dari produk inimaka dapat
memberikan nilai tambah bagi masyarakat secara ekonomi.
Untuk menjaga kualitas produk tersebut, maka pemerintah sebagai
fasilitator dengan kewenangan yang mempunyai tanggung jawab untuk
tidak saja memberikan perhatian khusus terhadap pelaku budaya,
melainkan juga melakukan penguatan kapasitas (capacity building) dari
pengrajin budaya melalui pelatihan-pelatihan yang diberikan.
Untuk mempromosikan potensi yang ada, maka perlu dilaksanakan
even-even budaya berskala besar di kawasan Pulau Bokori. Hanya saja
pemerintah hanya melakukan event event besar di beberapa tempat yang
bisa menampung lebih banyak wisatawan ataupun pengunjung. Dilihat
dari lokasi Pulau Bokori berada di pinggir pantai sebaiknya diadakan event
seperti Festival Sandeq atau festival yang bisa dilakukan di pantai.
C. DAMPAK-DAMPAK DARI KONSEP PENGEMBANGAN
PARIWISATA DI PULAU BOKORI
Dampak-dampak yang mungkin timbul dari adanya pengembangan
di Pulau Bokori akan mencakup kedalam tiga sektor yaitu lingkungan,
sosial budaya dan dari sektor ekonomi.
Dalam segi ekonomi dampak positif pengembangan Pulau Bokori
diharapkan akan mendatangkan keuntungan bagi pihak pengelola yang
dalam hal ini adalah Dinas Pariwisata Kabupaten Konawe dengan adanya
penerapan sistem tiket masuk bagi wisatawan yang akan berkunjung ke
daya tarik wisata ini, selain itu berdasarkan konsep pengembangan
tersebut diatas dapat dibuka pula beberapa lapangan pekerjaan bagi
masyarakat sekitar sehingga diharapkan akan menyejahterakan
perekonomian masyarakat sekitar.
Apabila dilihat dari sisi social budaya maka perkembangan Pulau
Bokori kedepannya diharapkan mampu menjadi salah satu area yang dapat
menjadi cerminan dari kebudayaan lokal Kabupaten Konawe dengan
adanya rumah Panggung terlebih jika daya tarik wisata tersebut dijadikan
sebagai lokasi untuk pementasan budaya budaya lokal. Selain itu, PulauBokori diharapkan
menjadi area dimana wisatawan dapat berinteraksi dengan masyarakat lokal sehingga dapat
menambah wawasan bagi pengunjung dan pendatang. Namun dilihat dari segi negatif sosial
budayanya, maka Pulau Bokori dikhawatirkan akan menjadi lokasi tempat terjadinya
komersialisasi budaya karena adanya kegiatan pementasan kebudayaan yang dapat
menghilangkan nilai nilai penting dari adat yang ditampilkan.
Dan dalam segi lingkungan, dilihat dari sisi positifnya maka Pulau Bokori diharapkan akan
menjadi salah satu lokasi ruang terbuka hijau yang mengedukasi masyarakt dan wisatawan
dalam pentingnya menjaga lingkungan. Namun dari segi negatifnya, perkembangan Pulau
Bokori dikhawatirkan akan merusak lingkungan sekitar pantai karena seperti yang diketahui
Pulau Bokori berlokasi sangat dekat dengan wisata alam Pantai Toronipa

Anda mungkin juga menyukai