Anda di halaman 1dari 16

MODUL

CLINICAL SKILL OF REHABILITATION MEDIC

FACULTY OF MEDICINE - BRAWIJAYA UNIVERSITY


2020

0
Chest Physical Therapy”

Lab. Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi


FK Unibraw Malang /RSU Dr. Saiful Anwar

“Chest Physical Therapy” :


Yaitu penggunaan metoda fisik untuk perawatan pernafasan pada penderita
dengan penyakit paru. Bila penderita berbaring terlentang, maka gerakan otot
diafragma dan intercostal menurun, pernafasan menjadi lebih dangkal. Juga terjadi
pengumpulan sekret di bagian bawah dan pengeluaran sekret lebih sukar karena
gerakan cilia yang kurang efektif disamping posisi terlentang tersebut. Maka akan
terjadi mikro atelektasis. Batuk juga lebih sukar dilakukan dalam posisi terlentang
tersebut.
Keadaan-keadaan tersebut diatas disertai dengan kelemahan otot abdomen
menyebabkan penderita mudah terkena infeksi saluran nafas bagian atas dan
pneumonia hipostatik. Itulah sebabnya penderita perlu “turning” setiap waktu tertentu (2
jam) untuk mencegah hal-hal tersebut di atas, juga mencegah komplikasi lain seperti :
dekubitus, tromboplebitis dll.

Tujuan :
o meningkatkan efisiensi ventilasi
o meningkatkan toleransi latihan

“Chest Physical Therapy” t.a. :


1. Teknik Relaksasi
2. Breathing Control
3. Breathing Exercise
4. Postural Drainage
5. Teknik Manual

1
Teknik Manual :
a. Perkusi
b. Shaking
c. Vibrasi

Indikasi Chest P.T. :


1. PPOM : asma, bronkhitis khronis, emfisema
2. Post OP. thoraks, sistem kardiovaskular
3. Berbaring lama
4. Penyakit neuromuskular dengan refleks batuk menurun
5. Yang tergantung alat ventilasi

Penderita Post Operasi : perlu diberikan latihan sebelum operasi, karena bila
setelah operasi maka penderita sulit kooperatif karena rasa nyeri disamping pengaruh
analgesik.
Teknik Relaksasi :
Tujuan :
1. me < tegangan otot-otot pernafasan tambahan
2. me < kecemasan karena dyspnea
3. merangsang “sense of well being”

2
Terdiri dari :
1. Posisi optimal untuk latihan pernafasan diafragma :
 Semifowler
 Miring
2. “gentle repetitive movements” : dengan peregangan manual, pasif, gentle dan
“shaking technique” oleh terapis pada leher, bahu dan lengan sehingga
mengurangi tegangan.

II. Breathing Control (gentle breathing) :


Yaitu pernafasan :
 Memakai bagian bawah dada
 Membutuhkan sedikit tenaga
 Mengurangi sesak nafas
Otot-otot yang dipakai : intercostal, scalenus, diafragma dan abdomen.
Manfaat :
1. Mengurangi kerja pernafasan
2. Mengurangi sesak nafas
3. Membantu pernafasan ke pola normal
4. Perbaiki ventilasi bagian basal paru
Cara :
 Posisi : duduk / miring
 Dinding abdomen relaks, lutut sedikit fleksi
 Tangan pada bagian ant.costal margin
 Bernafas tenang lewat hidung
 Bahu dan dada atas relaks
 Gerakkan iga-iga bawah ke bawah dan medial
 Merasakan gerakan dada bagian bawah
Penting :bernafas dengan usaha minimal dan lewat hidung.

3
Hindari :
1. “forced expiration” karena ekspirasi harus pasif
2. Ekspirasi yang memanjang yang menyebabkan pola nafas tak teratur dan tak
efisien
3. Gerakan otot-otot abdomen yang akan mengganggu pernafasan
4. Gerakan dada bagian atas dan otot-otot pernafasan yang bekerja berlebihan

III. Breathing Exercise :


Penderita aktif pada waktu fase inspirasi dan ekspirasi sesuai kebutuhan.
Tujuan :
Mencapai fungsi paru yang optimal
Manfaat :
1. Melepaskan perlekatan sekret bronkhus
2. Membantu pengeluaran sekret
3. Membantu pengembangan jar.paru (“re-expansion”)
4. Mobilisasi dinding thoraks
5. Perbaiki hubungan ventilasi-perfusi
6. Melatih otot-otot pernafasan
7. Melatih mengatasi dyspnea

4
Macam-macamnya :
1. “Thoracic Expansion Exercises” :
a. Unilateral Lower Thoracic Expansion
b. Bilateral Lower Thoracic Expansion
c. Apical Thoracic Expansion
d. Posterior Lower Expansion
2. “The Forced Expiration Technique”

1. “Thoracic Expansion Exercises”


Merupakan latihan inspirasi untuk memperbaiki gerakan dinding dada.
Dengan inspirasi, volume paru meningkat, aliran udara masuk melalui saluran
ventilasi kolateral meningkat dan membantu melepaskan perlekatan sekret
ketika melalui bronkhus yang mengandung sekret. Juga alveoli yang kolaps akan
berkembang. Waktu inspirasi penuh, tahan 3 detik, dan ini merupakan metoda
efektif untuk mengurangi terjadinya atelektasis. Metoda ini menggunakan
gerakan dinding dada pada daerah tertentu.

a. Unilateral Lower Thoracic Expansion


- Penderita duduk / setengah duduk
- Taruh telapak tangan (ipsilateral / kontralateral) pada garis mid axiliar iga
ke 7, 8, 9
- Penderita relaks, bernafas sambil merasakan iga bawah bergerak ke
bawah dan dalam
- Pada akhir espirasi, tangan menekan untuk memberi rangsangan
proprioseptif
- Pada inspirasi penuh, ditahan 2-3 detik, lalu lepaskan tekanan tangan
- Waktu menaruh telapak tangan, jangan angkat bahu
- Inspirasi : aktif, ekspirasi : pasif

5
b. Bilateral Lower Thoracic Expansion
- Posisi seperti di atas
- Tekanan pada kedua sisi garis mid axiliar bagian bawah dada dengan
telapak tangan / punggung tangan
- Teknik bernafas seperti di atas
- Tak dipakai untuk dada bagian atas karena sulit untuk relaksasi sendi
bahu adekuat
- Dilakukan terutama setelah operasi
c. Apical Thoracic Expansion
- Berguna bila ada gerakan terbatas dinding dada bagian atas, misal :
 gross pleural effusion
 pengembangan tak sempurna jaringan paru, terutama apical
pneumothoraks, misal setelah lobektomi
- Tekanan dengan ujung jari-jari di sebelah bawah clavicula
- Tarik nafas, kembangkan dada ke depan dan ke atas melawan tekanan
tersebut
- Bahu harus relaks
- Pengembangan dinding dada ditahan selama 2-3 detik
- Bila latihan ini sulit, disarankan tahan nafas sebentar pada saat inspirasi
penuh, lalu mendengus 2-3 kali sebelum ekspirasi

6
d. Posterior Lower Expansion
- Duduk bersandar ke depan, punggung lurus
- Tekanan oleh fisioterapis atau sendiri pada bagian posterior unilatral
bagian bawah iga
- Bisa memakai belt selebar 5-7 cm, panjang 2 m, penderita duduk di kursi
karena lebih efektif
- Belt diletakkan setinggi ziphisternum, dipegang oleh tangan kontra lateral
lalu dililitkan ke dinding dada
- 1 ujung dipegang tangan kontra lateral setinggi ziphisternum, sisi lain
dilibatkan ke paha dan ujungnya dipegang dengan tangan kontra lateral.

2. “The Forced Expiration Technique”


Yaitu cara untuk membantu membuang / mengeluarkan sekresi bronkhus
yang berlebihan dari jalan nafas yanpa menyebabkan spasme bronkhus. Terdiri
atas 1 atau 2 “forced expiration”, diikuti periode relaksasi dan “breaking control”.
Bila sekret mencapai saluran nafas yang besar, dibuang dengan dibatukkan
dengan “high lung volume”. Periode “breaking control” perlu mencegah terjadinya
bronkhospasme. Dengan teknik ini terjadi kompresi dan pengecilan jalan nafas
pada daerah tertentu. Misal : pada “high lung volume”, daerah tersebut terletak
pada trakhea dan bronkhus utama. Bila volume paru menurun, daerah tersebut
akan turun ke distal dan diikuti gerakan bergetar dari daerah bronkhus.
Pada penderita dengan obstruksi jalan nafas, penyempitan lebih jelas dan
tersebar tak merata. Supaya batuk, perlu usaha expirasi yang besar dengan cara
menutup glottis sehingga tekanan intra thoracic meningkat, lalu dibuka tiba-tiba,
terjadi perbedaan tekanan yang besar antara tekanan alveolar dan tekanan
trakheal atas.
Tekanan intra thoracic meningkat, menekan membran posterior trakhea
dan mengecilkan sampai 1/6 nya. Dengan aliran cepat dan penyempitan tersebut
maka mukus dan pertikel-pertikel asing terdorong ke trakhea dan dapat
dibatukkan.

7
Batuk yang efektif :
Tarik nafas dalam batuk sambil kontraksikan otot-otot abdomen.
Kemudian diikuti“breaking control”.

IV. Postural Drainage :


Penderita diberi posisi sedemikian agar gaya gravitasi membantu drainase
sekret dari daerah tertentu paru. Posisi berdasarkan anatomi bronkhial.
Tujuan :
Membersihkan sekret seefektif mungkin tanpa menyebabkan kelelahan
Lama : 10-20 menit
1-5 x sehari
Perlu partisipasi aktif disertai :
1. Thoracic Expansion Exercise : untuk membantu melepaskan sekret
bronkhus
2. Breathing Control untuk mencegah hiperventilasi dan lelah
3. The Forced Expiration Technique : untuk membersihkan sekret dan
mencegah kemungkinan peningkatan obstruksi saluran nafas
4. Teknik Manual
Penderita dimiringkan 10o atau 15 o atau diganjal bantal.

Kontra indikasi Postural Drainage :


1. Bentuk darah
2. Hipertensi berat
3. Edema Serebri
4. Aneurisma Aorta dan Serebral
5. Aritmia jantung
6. Edema paru
7. Kelainan esofagus atau diafragma (terjadi “gastric reflux”)

8
Terapi Tambahan :
1. Bronkhodilator
2. Humidifikasi
3. Obat Mukolitik
4. IPPB (Intermittent Positive Pressure Breathing)
5. PEP (Positive Expiratory Pressure)

Asma akut dan emfisema berat : dispneu meningkat dengan “postural drainage”,
jadi posisi harus dimodifikasi. Penderita osteoporosis dan deposit metastatik
pada iga / tulang belakang, maka “clapping / shaking” harus dengan “gentle”.

Penderita dengan penyakit paru unilateral :


Pertukaran gas akan meningkat dengan posisi berbaring pada paru yang sehat,
lalu diberikan perkusi dan vibrasi.

Penderita dengan penyakit paru bilateral :


Berbaring pada sisi kanan, mungkin karena tekanan jantung pada paru kiri atau
karena volume paru kiri yang kurang, lalu diberikan perkusi dan vibrasi.

“Pursed Lip Breathing”


Yaitu mengeluarkan nafas melalui mulut yang sedikit terbuka sehingga
menimbulkan obstruksi dan mengurangi kecepatan aliran udara, meningkatkan
tekanan dalam mulut. Akibatya :
1. Tekanan pada trakheobronkhial meningkat, saluran nafas tetap terbuka untuk
periode lebih lama pada waktu ekspirasi, mengurangi tekanan saluran nafas
dan “air trapping”.
2. Mengurangi dispneu.
3. Sirkulasi pada “capillary bed” paru meningkat sehingga mencegah
merembesnya serum ke dalam alveoli.

9
“Diafragmatic Breathing”
Yaitu pernafasan memakai otot pernafasan utama diafragma, posisi “semi fowler /
side lying”. 1 tangan pada bagian atas abdomen, tangan lain pada thoraks atas.
Kontraksikan diafragma, mka ia akan bergerak ke bawah, abdomen menonjol dan
bagian bawah dada melebar, tekanan pleura menurun dan udara masuk ke paru.
Guna :
1. Untuk penderita yang bernafas dengan otot-otot nafas tambahan dan sedikit
gerakan abdomen.
2. Untuk meningkatkan tidal colume dan menurunkan RR.
3. Untuk memperbaiki gas darah.

“Abdominal Breathing”
Yaitu pernafasan dengan mengontraksikan otot-otot abdomen untuk membantu
ekspirasi dan memperbaiki posisi diafragma untuk inspirasi berikutnya. Pernafasan
ini mengurangi kadar CO2 .

V. Teknik Manual :
1. Perkusi :
Dinding dada digetarkan, maka saluran nafas akan juga bergetar sehingga
mukus terlepas dan hal ini akan lebih efektif bila disertai dengan “Thoracic
Expansion Exercises”.
o Clapping :
Dengan tangan dalam posisi seperti mangkuk, lalu dengan cepat ditepukkan
pada dinding dada dengan gerakan fleksi-ekstensi pergelangan tangan. Kulit
ditutupi pakaian / handuk supaya tidak luka.
o Gentle Clapping :
Merangsang batuk pada infant dan anak-anak.
o Tapping :
Dengan ujung jari-jari tangan (ke II / III) terutama untuk “small infant”.

10
2. Shaking :
Yaitu gerakan ritmis ke bawah pada dinding dengan tekanan gentle memakai
tangan terapis.
Dilakukan waktu ekspirasi. Hal ini berguna untuk memperbaiki aerasi pada area
khusus.
3. Vibrasi :
Yaitu gerakan getaran halus pada dinding dada dengan tekanan ringan oleh
tangan fisioterapis.
Sangat efisien untuk membersihkan sekret dan dapat dipakai bila daerah
tersebut terasa nyeri.
Pada bronkhospasme berat, perlu bronkhodilator, dan bila efeknya kurang maka
“clapping” sangat bermanfaat (60x / m). “Mechanical Percussor” misalnya : “High
Frequency Oscillator”.
Kontra Indikasi Teknik Manual
1. Batuk darah.
2. Nyeri pleuritik akut.
3. TBC paru aktif.
Posisi Postural Drainage
. Upper Lobus
1. Apical Bronchus : duduk tegak dengan sedikit variasi tergantung letak lesi,
bisa bersandar ke depan, belakang dan samping.
2. Posterior Bronchus :

11
a. Kanan : tidur pada sisi kiri horizontal, kemudian berputar 45 o ke arah
wajah, istirahat pada bantal dan kepala diganjal.
b. Kiri : tidur pada sisi kanan, berputar 45 o ke arah wajah dengan 3 bantal
mengganjal bahu (30 cm) dari kasur.
3. Anterior Brochus : tidur terlentang dengan lutut sedikit fleksi.

.
. Lingula
1. Superior Bronchus : tidur terlentang dengan tubuh ¼ bagian berputar ke
kanan, diganjal bantal pada bagian kiri bahu sampai paha. Kaki tempat tidur
ditinggikan 35 cm, dada dinaikkan sampai 15 o.
2. Inferior Bronchus : idem.
.
. Lobus Medialis
1. Lateral Bronchus : tidur terlentang dengan tubuh ¼ bagian berputar ke kiri,
diganjal bantal pada bagian kanan bahu sampai paha. Kaki tempat tidur
ditinggikan 35 cm, dada dinaikkan sampai 15 o.
2. Medial Bronchus : idem.
.
. Lower Lobe
1. Apical Bronchus : tidur tengkurap dengan bantal dibawah perut.

12
2. Medial Basal Bronchus : tidur pada bagian kanan dengan bantal pada
paha, kaki tempat tidur ditinggikan 45 cm, dada dinaikkan 20 o.
3. Anterior Basal Bronchus : tidur terlentang dengan pantat diganjal bantal dan
lutut fleksi, kaki tempat tidur ditinggikan 45 cm, dada dinaikkan 20 o.
4. Lateral Basal Bronchus : tidur pada sisi berlawanan dengan bantal dibawah
paha, kaki tempat tidur ditinggikan 45 cm, dada dinaikkan 20 o.
5. Posterior Basal Bronchus : tidur tengkurap dengan bantal dibawah paha,
kaki tempat tidur ditinggikan 45 cm, dada dinaikkan 20 o.

BATUK
Batuk yang efektif diperlukan untuk menghilangkan obstruksi saluran pernapasan dan
memelihara paru-paru tetap bersih. Batuk merupakan bagian penting pada pengobatan
pasien pada kondisi penyakit paru akut maupun kronis.
Mekanisme terjadinya batuk :
1. Terjadi inspirasi dalam
2. Glottis menutup dan corda vocalis mengeras
3. Otot-otot abdomen kontraksi dan diaphragma elevasi sehingga tekanan
intrathoracal dan abdominal meningkat
4. Glottis membuka
5. Terjadi letupan udara expirasi

Daftar Kepustakaan
1. Haas F, Axen K : Pulmonary Therapy
and Rehabilitation : In Principles and Practice, Baltimore, Williams & Wilkins Co,
1979, p. 123 – 134.
2. Helmholz HF, Stonmington HH :
Rehabilitation for Respiratory Dysfunction : In Kotte FJ, Lehmann JF : Krusen’s
Handbook of Physical Medicine and Rehabilitation, 4 Ed, Philadelphia, WB
Sauders, 1990, p. 858 – 873.

13
3. Rondinelli RD, Hill NS : Rehabilitation of
the Patient with Pulmonary Disease, In Delisa : Rehabilitation Medicine, Principles
and Pratice , Philadelphia, JB Lippincott, 1988, p. 696 -697.
4. Webber BA : The Brompton Hospital
Guide to Chest Physiotherapy, Oxford, Blackwell Scientific Publication, 1988, p.
15 -36.

KETRAMPILAN MELAKUKAN CHEST PHYSICAL THERAPY

Nama : ____________________________________________
NIM : ____________________________________________
Kelompok : ____________________________________________
Tanggal : ____________________________________________

Kesempa
N
DAFTAR KETRAMPILAN tan
O
1** 2 3
PERSIAPAN
1 Mencuci tangan
Pemeriksa memperkenalkan diri dan menjelaskan tentang tujuan
2
pemeriksaan
3 Menempatkan diri di sebelah didepan pasien
( PURSED LIP ) BREATHING EXERCISE
1 Posisi pasien semifowler, comfortable, relax menghadap kedepan / tidur
terlentang
2 Menginstruksikan pasien untuk tarik napas dalam ( inspirasi ) melalui
hidung dan mulut tertutup, gerakan dada kedepan dan terangkat keatas.
3 Kemudian mengistruksikan pasien megeluarkan udara pelan pelan melalui
mulut dengan bibir ”mencucu ” dalam waktu 2 kali waktu inspirasi
4 Mengulang point 6 dan 7 minimal 10 kali
POSTURAL DRAINAGE
Posisikan pasien sesuai dengan area sputum yang paling banyak diatas
2 Lakukan teknik manual (clapping, tapping ) pada area sputum yang paling
banyak (10 – 15 menit )

14
COUGH EXERCISE
Pasien diinstruksikan napas pelan dan dalam dengan menggunakan
1
diaphragma
2 Pasien menahan napas 2 detik
3 Lakukan batuk 2 kali dengan mulut sedikit terbuka
4 Pause / berhenti
5 Tarik napas pelan
6. Istirahat
Total tindakan benar.
Prosentase ****

Keterangan

 * : Diisi dengan tanda check (√) jika dilakukan dengan benar dan tanda (-) jika
tidak dilakukan atau dilakukan tetapi salah.
 ** : Setiap mahasiswa diberi kesempatan 3 kali. Nomor 1,2,3 merupakan nomor
kesempatan pemeriksaan, jika dalam satu atau dua kali kesempatan
pemeriksaan telah dapat dilakukan dengan benar maka kolom berikutnya tidak
perlu diisi.
 *** = (total tindakan benar / 12) x 100 %

15

Anda mungkin juga menyukai