Npm : 1112019039
Fakultas : Kedokteran Gigi
L.O TUTORIAL SKENARIO 2 “MALOKLUSI”
maloklusi
rencana
definisi jenis-jenis etiologi perawatan
(terapi)
maloklusi skeletal
maloklusi dental
malposisi
Edward Angle memperkenalkan satu sistem untuk mengklasifikasikan maloklusi pada tahun 1899,
tetap digunakan setelah lebih dari 100 tahun karena aplikasinya mudah. Klasifikasi Angle berdasarkan
relasi pada mesio-distal gigi, lengkung gigi dan rahang.
Menurut Angle, molar pertama rahang atas dan rahang bawah adalah kunci oklusi. Klasifikasi Angle
dibagi empat, yaitu oklusi normal, Klas I , Klas II & Klas III.
1) Oklusi Normal
Pada oklusi normal, puncak tonjol Mesio-Buccal gigi Molar 1 Rahang Atas terletak pada Buccal
groove gigi Molar 1 Rahang Bawah, dan semua gigi teratur dengan baik di atas kurva oklusi.
bibir atas yang menonjol dan dagu yang perkembangannya kurang baik.
Angle membagi maloklusi Klas II menjadi dua divisi berdasarkan sudut labiolingual gigi
insisivus rahang atas. Pembagiannya yaitu :
a. Klas II divisi I
Hubungan molar Klas II tetapi gigi insisivus rahang atas labioversi. Maloklusi ini memiliki
karakteristik dengan adanya proklinasi atau labioversi insisivus rahang atas sehingga overjet
meningkat. Konstruksi maksila berbentuk V, gigitan yang dalam (deep bite) dan bibir yang pendek.
b. Klas II divisi II
Maloklusi Klas II divisi 2 memiliki hubungan molar Klas II dengan karakteristik maloklusi ini adalah
adanya inklinasi lingual atau linguoversi gigi insisivus sentralis rahang atas dan insisivus lateral
rahang atas yang lebih ke labial ataupun mesial. Lengkung gigi rahang atas biasanya berbentuk
lain.
Klas III Angle terbagi dua, yaitu True Class III dan Pseudo Class III.
• Pada tahun 1915, Dewey memodifikasi klasifikasi Angle. Dewey memodifikasi Klas I klasifikasi
Angle ke dalam 5 tipe dan Klas III klasifikasi Angle kedalam 3 tipe. Modifikasinya adalah sebagai
berikut :
a. Modifikasi Klas I oleh Dewey
Tipe 1: Maloklusi Klas I dengan gigi anterior rahang atas berjejal (crowded).
Tipe 5: Molar permanen mengalami drifting mesial akibat ekstraksi dini molar dua desidui atau
premolar dua.
atas.
Tipe 3: Insisivus rahang atas berjejal dan menunjukkan crossbite dengan anterior rahang bawah.
• Pada tahun 1933, Lischer melakukan modifikasi terhadap klasifikasi Angle dengan mengganti nama
Klas I, II dan III Angle dengan neutro-oklusi, disto-oklusi dan mesio-oklusi. Selain itu, Lischer juga
mengklasifikasikan maloklusi gigi individual, yakni :
1. Neutro-oklusi : istilah sinonim maloklusi Klas I Angle
2. Disto-oklusi : istilah sinonim maloklusi Klas II Angle
3. Mesio-oklusi : istilah sinonim maloklusi Klas III Angle
Nomenklatur Lischer pada malposisi individual gigi adalah dengan akhiran ‘versi’ pada kata yang
diindikasikan penyimpangan dari posisi normal.
1. Mesioversi : lebih ke mesial dari posisi normal
2. Distoversi : lebih ke distal dari posisi normal
3. Linguoversi : lebih ke lingual dari posisi normal
4. Labioversi : lebih ke labial dari posisi normal
5. Infraversi : lebih ke inferior atau menjauh dari garis oklusi
6. Supraversi : lebih ke superior atau melewati garis oklusi
7. Aksiversi : inklinasi aksial abnormal, tipping
8. Torsiversi : rotasi gigi pada aksis panjangnya
9. Transversi : perubahan pada urutan posisi atau transposisi dua gigi
1. Herediter
Anak memiliki materi gen yang sama dengan orang tuanya. Faktor herediter memiliki pengaruh
terhadap sistem neuromuskular, tulang, gigi dan jaringan lunak.
2. Kongenital
Malformasi faktor kongenital terlihat pada saat mereka lahir. Malformasi paling sering terjadi adalah
mikrognasi, oligodonsia, anodonsia, celah bibir dan langit-langit.
4. Malnutrisi
Ketidakseimbangan gizi pada ibu hamil telah dikaitkan dengan malformasi tertentu pada anak.
Defesiensi nutrisi pada anak selama masa pertumbuhan dapat menyebabkan pertumbuhan yang
abnormal contohnya maloklusi.
5. Kebiasaan buruk
Beberapa kebiasaan buruk yang bisa mempengaruhi terjadinya maloklusi adalah menghisap ibu jari,
menjulurkan lidah, menghisap atau menggigit bibir dan kuku, bernapas dari mulut, bruxism. Semua
kebiasaan ini memiliki satu kesamaan yang menghasilkan kekuatan yang abnormal. Suatu kebiasaan
buruk yang dilakukan berulang dari waktu ke waktu dapat membuat deformitas permanen di
musculoskeletal.
6. Postur
Kebiasaan postural abnormal atau ketidakseimbangan otot lainnya meningkatkan risiko maloklusi.
i. Gigi supernumerari
Gigi supernumerari didefenisikan sebagai gigi tambahan pada rangkaian normal, paling umum
ditemukan pada regio anterior rahang atas. Gigi supernumerari berbeda dalam ukuran, bentuk, dan
lokasi. Gigi supernumerari paling sering terlihat adalah mesiodens, biasanya terletak diantara gigi
insisif rahang atas dan dapat bervariasi dalam bentuk. Biasanya berbentuk kerucut dengan akar dan
mahkota yang pendek, dapat terjadi pada rahang atas atau rahang bawah.
5. Kehilangan dini
Kehilangan dini gigi sulung merupakan keadaan gigi sulung yang hilang atau tanggal sebelum gigi
penggantinya mendekati erupsi yang disebabkan karena karies, trauma dan kondisi sistemik.
Kehilangan dini gigi sulung dapat menyebabkan pengurangan lengkung rahang, pergerakan atau
drifting dari gigi geligi yang berada dekat daerah hilang, gangguan perkembangan dan erupsi gigi
permanen sehingga akan menimbulkan gigi berjejal, rotasi, impaksi bahkan merubah hubungan
anteroposterior gigi molar pertama permanen rahang atas dengan rahang bawah dan terjadi
penyimpangan dari oklusi normal bila tidak dikoreksi.
9. Ankilosis
Ankilosis adalah suatu kondisi yang melibatkan penyatuan akar atau bagian dari akar langsung ke
tulang tanpa intervensi membran periodontal. Ankilosis ini ditemui relative sering selama tahap
pertumbuhan gigi bercampur. Ankilosis gigi yang terlihat lebih sering dikaitkan dengan gangguan
infeksi endokrin tertentu dan kelainan bawaan.