Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MAKALAH BAHASA INDONESIA

RAGAM BAHASA INDONESIA TULIS ILMIAH

Disusun oleh (semester 1 kelas D)


Pendidikan Matematika
- Nur Afifatus Sakiah (1710631050022)
- Harya Prasetyo (1710631050085)
- Juleka Sari (1710631050098)
- Muhammad Rijal Kamil (1710631050122)
- Vivih Atikah Sari (1710631050175)

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG


TAHUN AKADEMIK 2017
Jl. HS. Ronggowaluyo. Telukjambe Timur, Karawang 41316 Jawa Barat
telp (0267) 641177 website www.cs.unsika.ac.id e-mail indo@cs.unsika.ac.id
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja
dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tugas bahasa Indonesia tentang ragam bahasa
Indonesia tulis ilmiah.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tugas bahasa Indonesia tentang ragam bahasa Indonesia
tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

    
                                                                                     Karawang, 22 September 2017
    
                                                                                             

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................................................2
Daftar Isi...................................................................................................................................................3

BAB I (PENDAHULUAN) 4
1.1 latar belakang 4
1.2 rumusan masalah 4
1.3 tujuan ......................................................................................................................................................4

1.4 manfaat....................................................................................................................................................4

BAB II (PEMBAHASAN) 5
A. Ragam Bahasa Ilmiah 5
1. Pengertian ragam bahasa tulis 5
2. Jenis - Jenis Ragam Bahasa..................................................................................................................5
A. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan media..............................................................................5
B. Ragam bahasa berdasarkan Situasi..............................................................................................7
C. Ragam bahasa berdasarkan Penutur............................................................................................7
D. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan topik pembicaraan..........................................................8
3. Gaya Bahasa keilmuan........................................................................................................................9
4. Penggunaan Ragam Bahasa Ilmiah....................................................................................................10
A. Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Ilmiah..................................................................................10
1. Konsep, istilah, dan kosa kata.........................................................................................................10
2. Parameter Kemampuan Berkomunikasi.........................................................................................12

B. Bahasa Indonesa Sebagai Bahasa Ilmu...........................................................................................14


1. Latar Belakang Penutur Bahasa Indonesia.........................................................................................16
2. Bahasa Indonesia Lisan dan Tulis........................................................................................................16
3. Kosa Kata Bahasa Daerah...................................................................................................................16
4. Peran bahasa asing.............................................................................................................................17

BAB III (PENUTUP)...................................................................................................................................18

a. Kesimpulan.................................................................................................................................18
b. Saran...........................................................................................................................................1
8

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................................19
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
      Bahasa merupakan hal yang penting bagi manusia, tanpa bahsa manusia tidak dapat berkomunikasi
baik dengan yang satu dan yang lain. Begitu pentingnya bahasa bagi manusia menjadikan bahasa
memiliki banyak cara untuk mempelajarinya, hal yang dilakukan agar bisa komunikasi Indonesia
memiliki berbagai macam bahasa. Perkembangan dalam bahasa Indonesia baik dikalangan dewasa,
remaja, dan anak-anak telah mengalami perubahanyang sangat luas. Seiring dengan perkembangan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dan semakin maraknya tingkat pergaulan dikalangan remaja.
Kemudian lahirlah bahasa gaul seperti loe, gue, and, dan sebagainya. Banyak penyimpangan dalam
penggunaaan bahasa yang tidak sesuai dengan aturan yang baku yaitu bahasa daerah. Bahasa yang
lahir dari berbagai hal yang diuraikan diatas dan diperkenalkan yaitu bahasa yang terbiasa digunakan
pada situasi santai dengan teman atau keluarga. Namun tulisan pribadi, dan pergaulan sehari-hari,
tidak cocok digunakan dalam situasi resmi seperti penulisan ilmiah, diskusi, berbicara dalam lingkungan
yang formal, dan lain-lain. Oleh sebab itu , guanakan bahsa indonesia atau daerah dengan baik dan
benar untuk memperdalam pemahaman mengenai bahasa ilmiah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian ragam bahasa tulis?
2. Apakah pengertian jenis-jenis ragam bahasa?
3. Apa saja ciri ciri ragam bahasa ilmiah?
4. Apa kegunaan ragam bahasa ilmiah

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian ragam bahasa tulis
2. Mengetahui pengertian jenis-jenis ragam bahasa
3. Mengetahui ciri ciri ragam bahasa ilmiah
4. Dapat mengaplikasikan ragam bahasa ilmiah dalam kehidupan sehari hari

1.4 Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengerti apa yang dimaksud dengan ragam bahasa tulis
2. Mahasiswa dapat mengerti apa yang dimaksud pengertian jenis-jenis ragam bahasa
3. Mahasiswa dapat mengerti apa yang dimaksud ciri-ciri ragam bahasa ilmiah
4. Mahasiswa dapat mengaplikasian ragam bahasa ilmiah dalam kehidupan sehari hari
BAB II PEMBAHASAN
A. Ragam bahasa Ilmiah
1. Pengertian ragam bahasa tulis
Pengertian ragam bahasa tulis Ragam bahasa tulis adalah variasi bahasa yang digunakan melalui
media tulisan, yang tidak terikat oleh ruang dan waktu, sehingga diperlukan kelengkapan struktur sampai
pada sasaran secara visual (KBBI, 1989: 715). Ragam bahasa tulis ini dibangun oleh sistem tanda atau
lambang ujaran. Dengan demikian, bahasa tulis tidak lebih daripada bentuk sekunder atau representasi
grafis bahasa (Langacker, 1973: 59; Wilkins, 1976: 62). Bahasa tulis tidak identik pada keseluruhannya
dengan bahasa lisan terutama pada aspek bunyi. Bahasa lisan sangat kompleks, yang tidak mungkin
terlambangkan sepenuhnya secara akurat. Beberapa ahli bahasa menyebut hal ini sebagai sisi lemah
bahasa ragam ragam tulisan. Di sisi lain, bahasa ragam tulis memiliki kelebihan. Bahasa tulis relatif lebih
cermat, tata bahasanya lebih terkontrol (Nafiah, 1981: 4) daripada bahasa lisan. Kemudahan pengontrolan
itu karena dalam proses ekspresi dan produksinya bahasa tulis mengalami penyuntingan dan tidak
digunakan secara spontan. Oleh karena itu, bahasa tulis relatif lebih stabil dan dapat menggambarkan
kemampuan optimal pemakaian bahasa seseorang.

Menurut kelompok 1 bahasa Indonesia mahasiswa universitas singaperbangsa. Ragam bahasa tulis
adalah ragam bahasa yang digunakan melalui media tulis, tidak terkait ruang , waktu, berurusan dengan
tata cara penulisan dan kosakata sehingga memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya.

2. Jenis - Jenis Ragam Bahasa


A. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan media
Ditinjau dari media atau sarana yang digunakan untuk menghasilkan bahasa, ragam bahasa
terdiri
 Ragam bahasa lisan
 Ragam bahasa tulis
Bahasa yang dihasilkan melalui alat ucap (organ of speech) dengan dinamakan ragam
bahasa lisan, sedangkan bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf
sebagai unsur dasarnya, dinamakan ragam bahasa tulis. Jadi dalam ragam bahasa lisan, kita
berurusan dengan lafal, dalam ragam bahasa tulis, kita berurusan dengan bahasa yang
dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya.

a. Ragam Lisan
Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar
terjadi pelesapan kalimat. Namun, hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun
demikian, ketepatan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-unsur di
dalam kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam
ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung di dalam
memahami makna gagasan yang disampaikan secara lisan.
Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan
pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan,
ragam bahasa itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai ragam
lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu, bahasa yang dilihat dari ciri-
cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis,
ragam bahasa serupa itu tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu masing-
masing, ragam tulis dan ragam lisan memiliki ciri kebakuan yang berbeda.

Ciri-ciri ragam lisan:


a. Memerlukan orang kedua/teman bicara;
b. Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu;
c. Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu intonasi serta bahasa tubuh.
d. Berlangsung cepat;
e. Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu;
f. Kesalahan dapat langsung dikoreksi;
g. Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi
Contoh ragam lisan adalah ‘Sudah saya baca buku itu.’

b. Ragam Tulis
Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang diungkapkannya tidak
ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan ragam bahasa baku lisan makna kalimat yang
diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar terjadi
pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu, dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis
diperlukan kecermatan dan ketepatan di dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan,
struktur bentuk kata dan struktur kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam
struktur kalimat.

Ciri-ciri ragam tulis :


1.Tidak memerlukan orang kedua/teman bicara;
2.Tidak tergantung kondisi, situasi & ruang serta waktu;
3.Harus memperhatikan unsur gramatikal;
4.Berlangsung lambat;
5.Selalu memakai alat bantu;
6.Kesalahan tidak dapat langsung dikoreksi;
7.Tidak dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik muka, hanya terbantu dengan tanda
baca.
Contoh ragam tulis adalah ’Saya sudah membaca buku itu.’
B. Ragam bahasa berdasarkan Situasi
a. Ragam Baku
Ragam baku adalah ragam bahasa yang dipakai dalam forum resmi. Ragam ini bisa juga disebut
ragam resmi.
b. Ragam Tidak Baku
Ragam tidak baku adalah ragam bahasa yang menyalahi kaidah-kaidah yang terdapat dalam
bahasa baku.

C. Ragam bahasa berdasarkan Penutur


 Ragam resmi dan Ragam tak resmi
 Ragam terpelajar
 Ragam dialek

a. Ragam bahasa resmi dan tidak resmi


Ragam bahasa resmi digunakan pada saat situasi atau saat-saat yang bersifat resmi, atau
bisa digunakan saat membuat karya ilmiah. Sedangkan ragam bahasa tidak resmi digunakan
pada kehidupan sehari-hari.

Contoh :
Ragam bahasa resmi :
Pak Agus : “Bagaimana keadaan keuangan perusahaan di akhir tahun ini?”
Manager : “Keadaanya sangat stabil pengeluaran dan pemasukan sangat seimbang.”
Pak Agus : “Terima kasih atas laporanya.”
Ragam bahasa tak resmi :
Olga : “Woi,, bro gimana kabarnya, lagi oke kan!”
Oni : “Ye,,ni so pasti lagi baik donk, eh giman plannya?”
Olga : “Dah lo tenang ja dah gua urus mua,,tinggal acc dan beres deh…!”
Oni : “Gile,, sip pokoknya”

b. Ragam bahasa terpelajar


Ragam bahasa terpelajar biasanya digunakan oleh siswa atau mahasiswa di lingkungan
sekolah atau kampus. Mereka mendapat bimbingan dari guru atau dosen sehingga dalam
berbicara mereka bisa lebih mengatur tata bicaranya. Ragam bahasa terpelajar umumnya
digunakan pada saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung.
Contoh : 
Roven    : “Pak, sebelumnya saya memohon maaf ,bolehkah saya mengajukan saran atas
keputusan ini.”
Pak Guru : “Silahkan, saran dan kritik sangat saya harapkan!.”
c. Ragam bahasa daerah/ dialek
Ragam daerah/ dialek digunakan oleh sekelompok masyarakat di suatu wilayah. Antara
wilayah atau daerah yang satu dengan yang lain tentunya berbeda. Karena mereka
menggunakan bahasa daerahnya berdasarkan situasi dan kondisi daerah masing-masing.

Contoh : 
Roven : “Di, inyong rep lunga semarang ngesuk, ko lunga kapan?”
Didi     : “Inyong rung genah we ven, anu ramane rung bali!”

D. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan topik pembicaraan


Berdasarkan topik pembicaraan, ragam bahasa terdiri dari beberapa ragam diantara nya adalah
:
1. Ragam bahasa ilmiah, yaitu bahasa yang biasa digunakan dalam pembuatan suatu karya
ilmiah dan penggunaan pengejaan dan tanda baca yang benar.
2. Ragam hukum, adalah bahasa Indonesia yang corak penggunaan bahasanya khas dalam
dunia hukum
3. Ragam bisnis, adalah ragam yang di gunakan dalam berbisnis, bahasanya cenderung resmi
digunakan pebisnis untuk menjalankan bisnisnya.
4. Ragam agama, ragam bahasa yang berkaitan dengan suatu ilmu dari agama yang di anut.
5. Ragam social, yaitu ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya di dasarkan
kesepakatan bersama dalam lingkungan.
6. Ragam kedokteran, yaitu ragam bahasa atau penjelasan yang berkaitan dengan keadaan
atau kesehatan makhluk hidup.
7. Ragam sastra, yaitu bahasa yang biasa digunakan oleh seorang sastrawan untuk membuat
sebuah sastra seperti pada cerpen,novel,puisi dll
8. Ragam Iklan, umumnya ragam bahasa yang digunakan untuk menjelaskan suatu produk
yang dikemas secara menarik agar pembaca atau pendengar tertarik untuk membelinya.
9. ragam psikologi adalah ragam bahasa yang digunakan untuk menjelaskan keadaan atau
kejiwaan seseorang.

Contoh ragam bahasa berdasarkan topik pembicaraan:

- barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu
ciptaan atau memberi izin untuk itu, di pidana penjara pagar lama 7 tahun dan / denda
pagar sebanyak Rp. 100.000.000,00. (ragam hukum)
- bismillahirrohmanirrohim yang artinya dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang ( ragam agama )
- ragam social : misalnya mahasiswa UNSIKA sepakat untuk bahasa yang di gunakan dalam
percakapan di lingkungan kampus menggunakan bahasa sunda dan Indonesia.
- Setiap pembelian di atas nilai tertentu akan diberikan diskon.(ragam bisnis)
- Cerita itu menggunakan unsur flashback. (ragam sastra)
- gejala penyakit liver adalah suatu istilah untuk sekumpulan kondisi- kondisi dan infeksi-
infeksi yang mempengaruhi sel-sel (ragam kedokteran)
- Penderita autis perlu mendapatkan bimbingan yang intensif. (ragam psikologi)
- Esia sepuasssnyaaaa..segalanya tanpa batas (ragam iklan)

3. Gaya Bahasa keilmuan


menurut johannes gaya bahasa keilmuan, pada dasarnya sama pengertiannya dengan ragam
bahasa fungsional baku. Ragam bahasa yang ditandai oleh ciri ciri

1. bahasa resmi

2. sifatnya formal dan objektif

3. nadanya tidak emosianal

4. Keindahan bahasa diperhatikan

5. kemubaziran dihindari,

6. isinya lengkap, bayan, ringkasm meyakinkan, dan tepat.

Menurut Anton moeliono ciri ciri bahasa keilmuan yag menonjol adalah kecendekiaannya (proses
penyesuaianya menjadi bahasan yang membuat pernyataan yang tepat, saksama, dan abstrak. Bentuk
kalimatnya mencerminkan ketelitian penalaran yang objektif. Ada hubungan logis antara kalimat yang satu
dengan kalimat yang lain. Hubungan antarkalimat yang logis meliputi relasi sebab dan akibat., lantarandan
tujuan, hubungan kesejahteraan, kemungkinan, kementakan (probabilitas), dan darurat (necessity) yang
diekspresikan lewat bangun kalimat yang khusus.

Menurut Ahmad Slamet Harjasujana berpendapat, pengunaan bahasa dalam ilmu pengetahuan itu
khas dan khusus. Ciri karakteristiknya yang utama adalah lugas, lurus, monosemantik, dan ajeg. Bahasa ilmu
pengetahuan itu juga harus hemmat dan cermat karena menghendaki respons yang pasti dari
pembacanya. Kaidah kaidah sintaktis dan bentukan bentukan bahasa dan ranah penggantinyaharus mudah
dipahami. Kehematan penggunaan kata, kecermatan dan kejelasan sintaktis yang berpadu dengan
penghapusan unsur unsur yang bersifat pribadi dapat menghasilkan ragam bahasa ilmu pengetahuan yang
umum. Kelugasan, keobjektifan, dan keajegan bahasa ilmu pengetahuan itulah yang membedakannya
dengan bahasa sastra yang subjektif, halus, dan lentur, sehingga interpretasi pembaca yang satu kerap kali
sangat berbeda dengan interpretasi dan apresiasi pembaca.

4. Penggunaan Ragam Bahasa Ilmiah

Penggunaan dalam bahasa ilmiah yang disampaikan dalam bentuk karya tulis ilmiah, misalnya,
laporan penelitian (studi), makalah, skripsi, tesis, dan disertasi adalah bersifat formal. Oleh karena itu,
ragam bahasa yang digunakan dalam karya tulis ilmiah adalah ragam bahasa baku (standar). Bahasa dalam
percakapan sehari-hari (colloquial) serta percakapan lisan tidak tepat apabila digunakan untuk
menyampaikan informasi dan konsep-konsep yang berkadar ilmiah. Demikian pula bahasa ragam sastra
(puisi, prosa, dan drama) disusun sedemikian rupa, sehingga dapat menimbulkan berbagai efek emosional,
imajinatif, estetik, dan artistic, yang dapat membangkitkan rasa haru baik bagi penulis maupun pembaca.
Bahasa yang bersifat ilmiah tidak mempertimbangkan efek-efek perasaan yang timbul, seperti yang
dipertimbangkan dalam bahasa ragam sastra (Oka, 1971: 14). Sifat bahasa ragam ilmiah yang
khusus/spesifik tampak pada pemilihan dan pemakaian kata serta bentuk-bentuk gramatika terutama
dalam tataran sintaksis. Kata-kata yang digunakan dalam bahasa ilmiah bersifat denotative. Artinya, setiap
kata hanya mempunyai satu makna yang paling sesuai dengan konsep keilmuan tersebut atau fakta yang
disampaikan. Demikian pula kalimat-kalimat yang digunakan dalam bahasa ragam ilmiah bersifat logis.
Hubungan antara bagian-bagian kalimat dalam kalimat tunggal atau hubungan antara klausa-klausa dalam
kalimat majemuk (kompleks) mengikuti pola-pola bentuk hubungan logis.

B. Bahasa Indonesia Dalam Komunikasi Ilmiah


1. Konsep, istilah, dan kosa kata

a. Pengertian Bahasa Komunikasi Ilmiah

Bahasa komunikasi ilmiah adalah bagian dari ilmu informasi dan sosiologi ilmu yang mempelajari


penggunaan saluran informasi formal dan informal oleh peneliti, peran komunikasinya (e.g. "penjaga
gerbang"), pemanfaatan sistem penerbitan formal, dan hal-hal sejenisnya.

Bahasa Indonesia dalam Komunikasi Ilmiah Para ilmuwan, khususnya yang berasosiasi dengan
lingkungan kampus (perguruan tinggi) merupakan masyarakat wacana ilmiah. Salah satu yang membedakan
mereka dari masyarakat lain ialah penguasaan bahasa ragam ilmiah. Dapat dinyatakan bahwa bahasa
komunikasi ilmiah adalah dialek sosial mereka. Tanpa penguasaan bahasa komunikasi ilmiah, sang ilmuwan
tampak jinak dan kurang vokal (Alwasilah, 1993: 41). Hakikat bahasa komunikasi ilmiah sekurang-kurangnya
didukung oleh tiga variabel: (1) kemampuan berpikir kritis (critical thinking), (2) penguasaan bahasa, dan (3)
pengetahuan umum yang luas. Penguasaan pengetahuan umum tampaknya lebih mudah dikejar. Tinggal ia
membaca buku, jurnal, majalah, surat kabar, dan akses melalui internet.

b. Hakikat Bahasa Sebagai Sarana Komunikasi Ilmiah

Sebagai mahluk sosial manusia harus dapat  berkomunikasi dengan manusia lainnya. Komunikasi
berarti upaya untuk membuat pendapat, menyatakan perasaan, menyampaikan informasi dan sebagainya
agar diketahui atau dipahami oleh orang lain. Proses komunikasi dikatakan efektif jika pesan atau informasi
yang akan disampaikan oleh seorang komunikator sama dengan yang didapatkan oleh komunikan. Syarat
utama bahasa digunakan sebagai sarana komunikasi ilmiah adalah Komunikatif.

Komunikasi terbagi menjadi komunikasi verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal yaitu komunikasi
melalui bahasa. Sedangkan komunikasi nonverbal melalui isyarat (gestur), gerak-gerik, suatu barang atau
hal yang lainnya. Dalam komunikasi ilmiah yang digunakan tentu komunikasi verbal. Komunikasi verbal
yaitu komunikasi yang mengunakan bahasa sebagai hasil transformasi dari objek yang bersifat faktual
menjadi simbol yang abstrak. Hal inilah yang kemudian menyebabkan manusia mampu memikirkan
sesuatu.

c. Penerapan dan Peran Bahasa Indonesia dalam Komunikasi Ilmiah

Bahasa Indonesia dalam komunikasi ilmiah bertujuan untuk menyampaikan informasi yang
berbentuk pengetahuan. Hal yang perlu diperhatikan dalam komunikasi ilmiah adalah bahwa bahasa harus
terhindar dari unsur-unsur emotif. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi adanya salah informasi atau
informasi yang didapat tidak sesuai dengan informasi yang ingin disampaikan. Bahasa dalam komunikasi
ilmiah bersifat reproduktif artnya apa yang disampaikan oleh komunikator maka itu pula yang didapatkan
oleh komunikan. Oleh karena itu bahasa dalam komunikasi ilmiah  harus jelas dan objektif.
Komunikasi ilmiah menuntut kemampuan berbahasa dengan jelas. Hal ini berarti kata-kata yang
digunakan harus diungkapkan secara eksplisit untuk mencegah kasalahpahaman makna. Oleh karena itulah
dalam komunikasi ilmiah sering ditemukan definisi dari kata-kata yang dipergunakan. Hal ini dilakukan agar
komunikan tidak memberi arti atau definisi yang berbeda dari makna yang dimaksudkan komunikator. Jika
hal tersebut terjadi, maka akan menghasilkan proses berpikir yang berbeda pula.

Kemampuan berbahasa yang baik dan benar merupakan syarat mutlak untuk melakukan kegiatan
ilmiah. Tanpa penguasaan tata bahasa dan kosakata yang baik, maka akan sulit bagi ilmuan untuk dapat
mengkomunikasikan gagasan kepada pihak lain. Karya ilmiah pada dasarnya merupakan kumpulan
pernyataan yang mengemukakan informasi tentang pengetahuan maupun jalan pikiran dalam
mendapatkan pengetahuan itu. Agar dapat mengemukakan informasi dan jalan pikirannya, seorang
ilmuwan dituntut mampu menguasaai pengunaan ejaan dan tanda baca yang benar serta mampu membuat
kalimat-kalimat yang efektif.

Melalui  bahasa sebagai alat komunikasi ilmuwan bukan hanya menyampaikan informasi, gagasan,
atau pengetahuan saja tetapi juga harus menyertakan argumentasi yang menuntut kejelasan kosakata dan
logika tata bahasa. Charlton laird dalam Jujun mengatakan bahwa  tata bahasa merupakan alat dalam
mempergunakan aspek logis dan kreatif dari pikiran untuk mengungkapkan arti dan emosi dengan
mempergunakan aturan-aturan tertentu. Hal ini berarti penguasaan tata bahasa yang baik  harus dimiliki
dalam komunikasi ilmiah.

Bahasa Indonesia, sebagai bidang ilmu yang diajarkan sejak pendidikan dasar sampai perguruan
tinggi, berfungsi sebagai sarana komunikasi ilmiah, sarana penalaran, 4 dan berpikir kritis para peserta
didik. Oleh karena itu, dalam pertumbuhan dan perkembangannya, bahasa Indonesia saling bersinergi
dengan perkembangan budaya, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, yang secara otomatis akan
memperoleh dampak pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan dan teknologi-informasi maju. Hal itu
merupakan kondisi yang memungkinkan bahasa Indonesia memperkaya konsep-konsep keilmuan baru
yang belum terdapat dalam khasanah bahasa Indonesia. Dengan demikian, semua produk budaya dan
teknologi akan tumbuh dan berkembang pula sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks), termasuk bahasa dan sastra Indonesia. Dalam hal ini bahasa
Indonesia sekaligus berperan sebagai sarana berpikir kritis dan sarana pendukung pertumbuhan dan
perkembangan ipteks (Sunaryo, 1993). Tanpa adanya bahasa, termasuk bahasa Indonesia dengan fungsi-
fungsi tersebut, ipteks tidak akan tumbuh dan berkembang. Di samping berfungsi sebagai alat komunikasi
ilmiah, bahasa Indonesia juga bersifat terbuka (transparan). Adanya sifat keterbukaan bahasa Indonesia
memungkinkan dirinya menjadi bahasa yang modern, bahasa yang fleksibel, sesuai dengan pertumbuhan
dan perkembangan ipteks. Dampak keterbukaan itu tampak pada pertumbuhan dan perkembangan jumlah
kosakata, istilah, dan konsep-konsep keilmuan baru dalam khasanah bahasa Indonesia.

Konsep-konsep, istilah, dan kosakata bahasa Indonesia tampak dalam berbagai bidang ilmu seperti berikut.

1) Teknologi komunikasi

komputer,media massa elektronik, media massa cetak, jurnal elektronik UFO (unidentified flying object) dll

2) Kedokteran/kesehatan

kardiologi,ultrasonografi (usg) , malapraktik (malpractice), rawat inap (opname), genekolog (i),dll

3) Matematika/statistika

variable, peubah, segitiga ,trapezium, bilangan ganjil, kelipatan tiga, desimal, grafik,tabel, standar deviasi,
dll

4) Ekonomi dan keuangan

akuntansi, akuntan publik ,bursa efek ,upah minimum ,PPN (pajak pertambahan nilai),dll

5) Pendidikan dan pembelajaran


kejar (kelompok belajar) ,didaktik ,metodik, paedagogis,dll

6) Politik

suaka politik, referendum, persuasif ,bebas aktif, hubungan bilateral,dll

2. Parameter Kemampuan Berkomunikasi

Menurut Savignon, 5 parameter kemampuan berkomunikasi sebagai berikut :


1. Dinamis dan Interpersonal
Yang dimaksud disini adalah bahwa komunikasi itu tidak statis dan mesti melibatkan pihak lain atau
mitra komunikasi (pembaca).
2. Ada pada setia sistem simbol
Kemampuan berkomunikasi sesesorang tampak dalam berbagai simbol, misalnya dalam ujaran,
tulisan, isyarat, dan lain lain. Dalam aspek ini, kemampuan berkomunikasi sangat diperlukan dan
sangat berpengaruh.
3. Kontekstual
Kemampuan komunikasi juga bersifat kontekstual. Artinya, konteks peristiwa komunikasi akan
memengaruhi derajat kemampuan berkomunikasi.
4. Kemampuan dasar dan manifestasi lahiriyah.
5. Relatif
Relatif disini adalah kemampuan berkomunikasi itu bersifat relatif. Hal ini bergantung pada
beberapa faktor. Sesorang mungkin lebih komunikatif dalam berbicara daripada menulis, hal ini
dikarenakan bahasa dalam komunikasi memiliki keberagaman yang begitu banyak.

Kelemahan Parameter

Satu kelemahan parameter yang diajukan Savignon adalah tidak eksplisitnya aspek budaya. Dalam
komunikasi antar bangsa, justru aspek budaya yang tampak sebagai penyebab dari penampilan yang malu
malu, minder, kurang artikulasi, dan kurang percaya diri. Misalnya pada kesempatan diskusi dan
pembahasan serta penajaman masalah, mayoritas peserta hanya berdiam diri saja, enggan meninjolkan
pandangan pandangan mereka.

Bobot keilmuan serta keampuhan dalam menyampaikannya sebenarnya merupakan akumulasi dari
hasil pembawaan, keiasaan atau tradisi, belajar atau pendidikan, displin diri, serta pengaruh keluarga atau
lingkungan.

Hal ini dikarenakan karena praktik pembelajaran disekola dan perguruan tinggi yang kurang
demokratif karena guru diartikan sebagai sosok yang mesti digugu (ditaati) dan di tiru (diteladani). Survei
menunjukkan bahwa 68,8% dari responden sepakat bahwa sistem pendidikan di Indonesia (termasuk sitem
perkuliahan Bahasa Indonesia di perguruan tinggi) tiak melatih berpikir krisis mahasiswanya. Oleh karena
itu, sudah selayaknya dalam perkuliahan bahasa Indonesia di perguruan tinggi dilakukan Transformasi.

Transformasi dimaksud adalah : (1) belajar untuk berfikir (learning to think), (2) belajar untuk
berbuat (learning to do), (3) belajar untuk menjadi diri sendiri dan sebagai warga masyarakat yang
berkepribadian (learning to be), (4) belajar untuk hidup secara bersama sama dalam komunitas yang lebih
luas (learning to live together).

Parameter Kemampuan Beromunikasi


Savignon dalam bukunya Communicative Commpetence : Theory and Classroom Practice (1983)
menyebutkan 5 parameter kemampuan berkomunikasi, sebagai berikut :

1. Dinamis dan Interpersonal


 Dinamis adalah suatu hal yang terus berubahh dan berkembang secara aktif.
Implikasi dari komunikasi sebagai proses yang dinamis adalah para peserta kkomunikasi
akan mengalami perubahan sebagai hasil terjadinya komunikasi (dari sekedar berubah
pengetahuan hingga pandangan dunia dan perilakunya).
Contoh : Si A adalah sosok mahasiswa yang pendiam. Ia tidak pernah berbaur dengan
dengan orang orang disekitarnya. Namun setelah si B datang mendekatinya, mengajak si A
untuk berkomunikasi dan berbincang bincang mengenai kelebihan dan keuntungan yang di
dapat apabila kita mengikuti organisasi di kampus. Hal tersebut membuat si A tertarik dan
merubah pandangannya secara drastic. Bahkan si A akan cenderung lebih aktif dalam
berorganisasi dan menjadi anggota yang baik.
 Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara 2 orang atau lebih yang
biasanya tida diatur secara formal. Misalnya, masing masing pihak akan membicarakan
latar belakang dan pengalaman masing masing dalam percakapan tersebut.
Contoh : ketika seseorang memiliki masalah, ia akan cenderung membicarakannya pada
orang terdekat seperti orang tua, kakak/adik, atau sahabat untuk mencari solusi.

2. Ada pada Setiap Simbol


Kemampuan berkomunikasi seseorang tampak pada berbagai symbol, misalnya :
 Simbol lisan
Merupakan komunikasi yang dilakukan oleh 2 orang atau lebih yang saling bertatap muka
secara langsung dan tidak ada arak yang membatasi mereka. Seperti halnya pada saat
seseorang melakukan wawancara, rapat, dan berpidato. Disini kemampuan berkomunikasi
sangat diperlukan. Karna bukan hal yang mudah untuk berbicara di depan seseorang atau
orang banyak. Kebanyakan dari mereka merasa gugup dan hilang kepercayaan.
 Simbol Tulisan
Komunikasi yang dilakukan dengan perantara tulisan tanpa adanya pembicaraan secara
lansung dan menggunakan bahasa yang singkat, jelas dan mudah dimengerti oleh pembaca
atau penerima.
 Komunikasi Nonverbal
Proses komunikasi dimana pesan disampaikan tidak menggunakan kata kata. Contohnya
menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan kontak mata.

3. Kontekstual
Maksudnya dalah kemampuan mengatasi apa yang dibicarakan/ditulis/diucapkan terkait dengan
konteks yang sedang dibahas/dibicarakan. Konteks dalam komunikasi akan sangat memengaruhi
derajat kemampuan berkomunikasi.

4. Kemampuan Dasar dan Manifestasi Lahiriah


Manifestasi (ide, konsep, pemikiran) adalah tindakan yang jelas memperlibatkan atau mewujudkan
sesuatu yang abstrak atau teoritis.
Setiap orang mempunyai konsep ide ataupun pemikiran mengenai segala sesuatu. Segala macam
konsep ini dapat diwujudkan secara nyata, tergantung orang tersebut. Ada yang ide idenya
cemerlang akan tetapi tidak pernah di wujudkan dalam aksi nyata. Ada pula orang yang idenya
biasa saja tetapi ia mampu mewujudkan sehingga memberi manfaat bagi dirinya dan orang
sekitarnya.

5. Relatif
Kemampuan berkomunikasi itu relative. Relative artinya belum diketahui kepastiannya atau tidak
mutlak. Banyak orang yang bilang cantik itu relative. Jadi maksudnya, ada orang yang bilang bahwa
si A itu cantik, tapi belom tentu orang lain bilang kalau si A itu juga cantik. Begitu uga dalam
kemampuan dalam berkomunikasi.
Satu kelemahan parameter yang di ajukan Savignon di atas adalah tidak eksplisitnya aspek budaya.
Dalam konteks komunikasi antar bangsa, Muchtar Buchori mengamati justru aspek budaya yang tampak
menadi penyebab dari penampilan yang malu malu, minder, kurang artikulasi, dan kurang percaya diri.
Kendatipun karya tulisnya (katakanlah makalahnya) cukup berbobot, namun apabila penyajiannya tanpa
artikulasi, mereka hanya memcabakannya dengan monoton.

Bobot keilmuan serta kemampuan penyampaian keilmuan seseorang sebenarnya merupakan


akumulasi dari hasil pembawaan, kebiasaan, pembelajaran, disiplin diri, serta pengaruh keluarga dan
lingkungan. Chaedar Alwasilah membuktikan membuktikan bahwa mahasiswa Indonesia yang belajar di
Amerika Serikat cenderung berdiam diri, terlampau hormat dan patuh, kurang partisipatif, dan kurang
berani mementang dosen secara terbuka. Apakah karena hal ini kesulitan bahasa? Mungkin juga. Akan
tetapi juga disebabkan karena system pendidikan di Indonesia yang kurang menuntut peserta didiknya
untuk “vocal” atau berani berbicara, tidak melatih berfikir krisis peserta didiknya, serta tidak melatih
kemampuan berdiskusi dan presentasi di depan kelas. Hal ini selanjutnya dipekuad dengan praktik
pembelaaran disekolah dan perguruan tinggi yang kurang demokratis karena guru diartikan sebagai sosok
yang mesti di gugu (ditaati) dan ditiru.

Oleh karena itu, sudah selayaknya oendidikan di Indonesia melakukan Transformasi. Transformasi
dimaksud, meminjam istilah UNESCO adalah : (1) belajar untuk berfikir (learning to think), (2) belajar untuk
berbuat (learning to do), (3)belajar untuk menjadi diri sendiri (learning to be), dan (4) blaar untuk hidup
secara bersama sama dalam komunitas yang lebih luas (learning to live together).

C. Bahasa Indonesa Sebagai Bahasa Ilmu


Bahasa indonesia sebagai bahasa ilmu dapat dinyatakan sebagai ragam bahasa yang dibentuk oleh para
ilmuan secara disengaja dan diniati. Semakin tinggi kekerapan penelitian, penulisan dan publikasi ilmiah,
semakin beragam bidang keilmuan yang ditulis dan dipublikasikan; dan semakin gencar serta menasional
dan mengglobal penyebaran dan pemasyarakatannya, maka semakin mantap dan kokohlah ragam bahasa
ilmu itu. Makin jelas wujud ragam bahasa ilmiah dengan enam karakteristik: jelas, deskriptip, bernalar,
dapat dikontrol, sederhana, dan kearah bahasa yang abstrak (Rusyana, 1989).

Bahasa merupakan budaya dari masyarakat yang berfungsi sebagai alat komunikasi. Bahasa dan
masyarakat adalah dua hal yang saling berpengaruh. Apabila suatu masyarakat berkembang dengan baik,
maka bahasa akan berkembang dengan baik, Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa suatu bahasa akan
berkembang dengan baik apabila masyarakat pemakainya memberikan perhatian positif. Sebaliknya,
apabila masyarakat mengacuhkan atau melupakan bahasa, maka bahasa itu akan musnah atau setidaknya
bahasa itu sulit berkembang. Dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, bahasa berfungsi sebagai
wahana untuk menyampaikan imformasi dengan cepat dan sekecil-kecilnya, sehingga kita dapat menguasai
ilmu tersebut.

Menurut para bahasawan kelompok praha (Dalam Davis, 1973: 228), ciri utama ragam bahasa ilmiah
adalah kecermatan serta intelektualisasi. Ciri lain yang diungkapkan oleh lepschy (1972) adalah
kelengkapannya sebagai sarana komunikasi, yakni tanpa perlu dibantu oleh unsur-unsur nonlinguistik yang
melingkupi proses komunikasi.

Dalam kedudukannya sebagai bahasa ilmu, Alex dan Ahmad HP menyampaikan bahwa bahasa
Indonesia berfungsi sebagai pendukung ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kepentingan pembangunan
nasional. Penyebarluasan teknologi dan pemanfaatannya kepada perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan Negara dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia. Penulisan dan penerjemahan
buku-buku.
teks serta penyajian pelajaran dan perkuliahan di lembaga-lembaga pendidikan untuk masyarakat
umum dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia. Dengan demikian masyarakat Indonesia tidak
lagi sepenuhnya bergantung kepada bahasa asing dalam upaya mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

Politik Bahasa Nasional


Pada prinsipnya, politik bahasa nasional adalah pengelolaan penggunaan bahasa nasional, untuk
diteliti dan dikembangkan sesuai dengan kedudukan dan fungsinya.
Kebijakan bahasa nasional itu perlu dirumuskan berdasarkan penelitian berbagai aspek bahasa dan
sastra, baik masa lalu (diakronis) maupun masa kini (sinkronis). 

Minto Rahayu selanjutnya menyampaikan bahwa dalam penetapan politik bahasa nasional,
beberapa hal yang harus diperhatikan adalah: 

1. Latar Belakang Penutur Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia digunakan oleh seluruh bangsa Indonesia yang memiliki keanekaragaman dalam
bahasa Ibu, adat istiadat, budaya, pendidikan, bahkan kepentingan. Mungkinkah bahasa Indonesia
memiliki satu corak untuk seluruh pemakainya?
2. Bahasa Indonesia Lisan dan Tulis
Bahasa Indonesia mengenal bentuk lisan dan bentuk tulis, yang memiliki karakteristik perbedaan.
Bahasa lisan di setiap daerah memiliki dialek/ corak yang tersendiri karena pengaruh adat dan budaya
setempat.Bahasa lisan jauh lebih sulit dibakukan daripada bahasa tulis.
3. Kosa Kata Bahasa Daerah
Perekayasaan bahasa Indonesia oleh bahasa daerah dan bahasa asing telah menyerap berbagai
unsur fonologi, morfologi, dan sintaksis serta kosa kata yang tidak sedikit jumlahnya. Bahasa daerah
hendaknya diajarkan sebagai pendukung bahasa nasional.
Fonologi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) dinyatakan bahwa fonologi adalah bidang
dalam linguistik yang menyelidiki bunyi – bunyi bahasa menurut fungsinya. Dengan demikian
fonologi adalah merupakan sistem bunyi dalam bahasa Indonesia atau dapat juga dikatakan bahwa
fonologi adalah ilmu tentang bunyi bahasa.

Fonologi dalam tataran ilmu bahasa dibagi dua bagian, yakni:

1. Fonetik
Fonetik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi – bunyi bahasa yang dihasilkan alat
ucap manusia, serta bagaimana bunyi itu dihasilkan.
Macam –macam fonetik :
a. fonetik artikulatoris yang mempelajari posisi dan gerakan bibir, lidah dan organ-organ manusia
lainnya yang memproduksi suara atau bunyi bahasa
b. fonetik akustik yang mempelajari gelombang suara dan bagaimana mereka didengarkan
oleh telinga manusia
c. fonetik auditori yang mempelajari persepsi bunyi dan terutama bagaimana otak mengolah
data yang masuk sebagai suara

2. Fonemik
Fonemik adalah ilmu bahasa yang membahas bunyi – bunyi bahasa yang berfungsi
sebagai pembeda makna.
Jika dalam fonetik kita mempelajari segala macam bunyi yang dapat dihasilkan oleh alat-
alat ucap serta bagaimana tiap-tiap bunyi itu dilaksanakan, maka dalam fonemik kita
mempelajari dan menyelidiki kemungkinan-kemungkinan, bunyi-ujaran yang manakah yang
dapat mempunyai fungsi untuk membedakan arti.

MORFOLOGI
Morfologi Adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai
satuan gramatikal

Morfologi mempelajari seluk beluk bentuk serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu,
baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik

        

SINTAKSIS
Kata sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti “dengan” dan katatattein yang
berarti “menempatkan”. Jadi, secara etimologi berarti: menempatkan bersama-sama kata-kata
menjadi kelompok kata atau kalimat.

STRUKTUR SINTAKSIS
Secara umum struktur sintaksis terdiri dari susunan subjek (S), predikat (P), objek
(O), dan keterangan (K) yang berkenaan dengan fungsi sintaksis. Nomina, verba,
ajektifa, dan numeralia berkenaan dengan kategori sintaksis. Sedangkan pelaku,
penderita, dan penerima berkenaan dengan peran sintaksis.

Eksistensi struktur sintaksis terkecil ditopang oleh urutan kata, bentuk kata,dan intonasi; bisa


juga ditambah dengan konektor yang biasanya disebut konjungsi

4. Peran bahasa asing


Peranan bahasa asing dalam bahasa indonsia membuktikan adanya kontak atau hubungan antar
bahasa yang dapat dijadikan sebagai ilmu untuk memelajari bahasa asing agar masyarakat indonesia
bisa dengan mudah berkomunikasi dengan bangsa asing begitu juga sebaliknya

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan

Ragam Bahasa Ilmiah adalah salah satu ragam bahasa indonesia yang digunakan dalam sebuah
pertemuan dan penulisan karya ilmiah. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, seorang presenter ilmih
ketentuan lembaga (Universitas), kemampuan personal, dan kemampuan teknis. Ragam Ilmiah juga
memiliki ciri-ciri yaitu : a) cendekia, b) lugas dan jelas, c) bertolak dari gagasan, d) formal dan objektif, e)
ringkas dan padat, f) konsisten. Selain itu ragam bahasa terbagi bedasarkan : a) ragam bahasa bedasarkan
media atau sarana, b) ragam bahasa bedasarkan penutur, c) ragam bahasa bedasarkan sikap penutur, d)
ragam bahasa bedasarkan pokok persoalan bidang pemakaian. Penggunaan Ragam Bahasa dalam menulis
presentasi ilmiah berarti memanfaatkan potensi bahasa indonesia untuk memaparkan fakta konsep,
prinsip, teori atau gabungan dari empat hal tersebut secara tertulis dan lisan. Ciri-ciri penggunaan ragam
ilmiah dalam pennulisan diantaranya baku, logis, kuantitatif, tepat, denotatif dan runtun.

B. Saran

Ragam bahasa Ilmiah merupakan ragam bahasa yang menggunakan bahasa baku. Setiap orang
seharusnya memahami dan mengetahui ragam bahasa ilmiah, sehingga suatu waktu dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai mahaiswa ragam bahasa ini sangat diperlukan guna membuat karya ilmiah, diskusi, percakapan
keformalan dan lain sebagainya.

Saran Kami sarankan kepada pembaca maupun pendengar agar dapat memahami bahasa ragam ilmiah
dengan lugas dan baik, sebab bahasa ilmiah sangat penting dan berguna terkhusus bagi kalangan pelajar
terkhusus bagi mahasiswa
DAFTAR PUSTAKA
BUKU : BAHASA INDONESIA KEILMUAN UNTUK PERGURUAN TINGGI NEGERI
http://2015belajarbahasaindonesia.blogspot.co.id/2015/11/bahasa-indonesia.html
http://aristhaserenade.blogspot.co.id/2011/01/fonologi-morfologi-dan-sintaksis-bahasa.html
https://biyasane.blogspot.co.id/2016/07/pengertian-persamaan-dan-perbedaan-ragam-dan-laras-
bahasa.html
http://blog.unnes.ac.id/suparno/2016/04/26/ragam-bahasa-ilmiah/
https://fadjarsantosa.wordpress.com/2014/10/04/ragam-bahasa-indonesia-dan-perbedaan-
ragam-bahasa-ilmiah-non-ilmiah-dan-semi-ilmiah/
http://hermancenter.blogspot.co.id/2014/03/bahasa-indonesia-sebagai-bahasa-ilmu.html
http://www.academia.edu/11735208/Ragam_Bahasa_Beserta_Contohnya
http://www.inirumahpintar.com/2016/10/pengertian-ciri-ciri-macam-contoh-ragam-bahasa.html

Anda mungkin juga menyukai