Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Di dalam bidang pengolahan hasil perikanan yang menyangkut masalah
teknologi hasil perikanan untuk meningkatkan kualitas produksi tidak bisa
lepas dari penelitian dan pengujian. Pengujian tersebut tentunya
menggunakan alat-alat laboratorium yang berteknologi canggih, mulai dari
proses pengujian awal sampai tahap produksi, pengemasan dan penyimpanan.
Berawal dari kemajuan IPTEK maka sangat diharapkan terutama bagi orang-
orang yang berkecimpung di bidang perikanan khusunya industri pengolahan
harus benar-benar menguasai semua jenis teknologi yang berhubungan
dengan bidang perikanan demi mengembangkan potensi dan sumber daya
alam Indonesia khusunya sumber daya perikanan.
Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia memiliki potensi di bidang
perikanan dan sektor kelautan yang sangat besar untuk dikembangkan, akan
tetapi sampai saat ini potensi tersebut belum dimanfaatkan secar optimal
bahkan ada yang belum tereksplorasi. Ditambah lagi kebutuhan akan produk-
produk perikanan belum mampu menyediakan secara optimal untuk negeri
dan sampai sekarang bangsa Indonesia masih mengandalkan impor dari
negara lain. Selain itu, seandainya bisa memproduksi sendiri kualitasnyapun
masih cukup rendah. Itu semua merupakan tanggung jawab bersama terutama
orang-orang perikanan untuk terus mengembangkan dan menciptakan inovasi
baru dalam meningkatkan potensi, kualitas produksi dan sumber daya
manusia agar perikanan Indonesia dapat berkembang pesat dan mampu
memenuhi kebutuhan dalam negeri utamanya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan kromatografi gas ?
2. Bagaimana prinsip kromatografi gas ?
3. Bagaimana cara kerja dari kromatografi gas ?
4. Apa kelebihan dan kelemahan dari kromatografi gas ?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari kromatografi gas.
2. Untuk mengetahui prinsip kerja kromatografi gas.
3. Untuk mengetahui cara pemisahan campuran berdasarkan metode
kromatografi gas.
4. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan kromatografi gas.

1.4 Manfaat
1. Mampu menganalisis suatu senyawa dengan benar menggunakan
kromatografi gas.
2. Mampu memahami cara kerja kromatografi gas.
3. Mampu memahami prinsip pemisahan dan alat-alat yang digunakan.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Kromatografi adalah suatu metode fisika yang merupakan proses
pemisahan dimana komponen-komponen yang terkandung didalam suatu
sampel terdistribusi diantara dua fase, yaitu fase diam (stationery phase) dan
fase gerak (mobile phase) (A.I.M. Kleumans, 1959).
Selain pengertian kromatografi di atas, di lain sumber kromatografi
didefinisikan sebagai suatu metode analiitik untuk pemisahan dan pemurnian
senyawa organik dan anorganik. Metode ini berguna untuk fraksionasi
campuran kompleks dan pemisahan untuk senyawa- senyawa yang sejenis
(Konsep Dasar Kimia Analitik, S.M.Khopkor, 2008).
Kromatografi gas adalah suatu proses yang mana suatu campuran
menjadi komponen- komponennya oleh fasa gas yang bergerak melewati
suatu lapisan serapan (sorben) yang stasioner. Jadi teknik ini mirip dengan
kromatografi cair kecuali fasa cair yang bergerak digantikan oleh fasa gas
yang bergerak. Kromatografi dibagi menjadi dua kategori utama yaitu
Kromatografi Gas Cair (GLC) dimana pemisahan terjadi oleh dibaginya
contoh antara fasa gas yang bergerak dan lapisan tipis cair yang tidak atsiri
yang disalurkan pada suatu penopang yang tidak aktif, dan Kromatografi Gas
Padat (GSC) yang mengutamakan permukaan padat yang luas sebagai fasa
stasioner (Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, J.Basset,
1994).

2.2 Prinsip Kerja Kromatografi Gas


Kromatografi gas mempunyai prinsip yang sama dengan kromatografi
lainnya, tapi memiliki beberapa perbedaan misalnya proses pemisahan
campuran dilakukan antara stasionary fase cair dan gas fase gerak dan pada
oven temperatur gas dapat dikontrol sedangkan pada kromatografi kolom
hanya pada tahap fase cair dan temperatur tidak dimiliki. Kromatografi gas
merupakan teknik pemisahan yang mana solut-solut yang mudah menguap

3
(dan stabil terhadap panas) bermigrasi melalui kolom yang mengandung fase
diam dengan suatu kecepatan yang tergantung pada rasio distribusinya.
Pemisahan pada kromatografi gas didasarkan pada titik didih suatu senyawa
dikurangi dengan semua interaksi yang mungkin terjadi antara solute dengan
fase diam. Selain itu juga penyebaran cuplikan diantara dua fase. Salah satu
fase ialah fase diam yang permukaannya nisbi luas dan fase yang lain yaitu
gas yang mengelusi fase diam. Fase gerak yang berupa gas akan mengelusi
solute dari ujung kolom lalu menghantarkannya ke detector. Prinsip utama
pemisahan dalam kromatografi gas adalah berdasarkan perbedaan laju
migrasi masing-masing komponen dalam melalui kolom. Komponen-
komponen yang terelusi dikenali (analisa kualitatif) dari nilai waktu
retensinya (Tr).
Gas pembawa (biasanya digunakan Helium, Argon atau Nitrogen)
dengan tekanan tertentu dialirkan secara konstan melalui kolom yang berisi
fase diam. Selanjutnya sampel di injeksikan kedalam injektor (Injection Port)
yang suhunya dapat diatur. Komponenkomponen dalam sampel akan segera
menjadi uap dan akan dibawa oleh aliran gas pembawa menuju kolom.
Komponen- komponen akan teradopsi oleh fase diam pada kolom kemudian
akan merambat dengan kecepatan berbeda sesuai dengan nilai Kd masing-
masing komponen sehingga terjadi pemisahan. Komponen yang terpisah
menuju detektor dan akan terbakar menghasilkan sinyal listrik yang besarnya
proporsional dengan komponen tersebut. Sinyal lau diperkuat oleh amplifier
dan selanjutnya oleh pencatat (recorder) dituliskan sebagai kromatogram
berupa puncak. Puncak konsentrasi yang diperoleh menggambarkan arus
detektor terhadap waktu. Secara sederhana prinsip kromatografi gas adalah
udara dilewatkan melalui nyala hydrogen (hydrogen flame) selanjutnya uap
organik tersebut akan terionisasi dan menginduksi terjadinya aliran listrik
pada detektor, kuantitas aliran listrik sebanding dengan ion (Frayekti, 2013)
Campuran gas dapat dipisahkan dengan kromatografi gas. Fasa
stationer dapat berupa padatan (kromatografi gas padat) atau cairan
(kromatografi gas cair). Umumnya untuk kromatografi kromatografi gas
padat sejumlah kecil padatan inert misalnya karbon teraktivasi, silika gel atau

4
saringan molekular diisikan ke dalam tabung logam gulung yang panjang (2-
10 m) dan tipis. Fasa mobil adalah gas semacam hidrogen, nitrogen atau
argon dan disebut gas pembawa. Pemisahan gas bertitik didih rendah seperti
oksigen, karbonmonoksida dimungkinkan dengan teknik ini. Campuran
senyawa yang mudah menguap dicampur dengan gas pembawa disuntikkan
kedalam kolom,dan setiap senyawa akan dipartasi pada fase gas dan fase cair
mengikuti hukum partisi. Senyawa yang kurang larut pada fase diam akan
keluar lebih dahulu. Metode ini sangat baik untuk analisis senyawa organik
yang mudah menguap seperti hidrokarbon dan ester (James, 2003).
2.3 Komponen Utama
Sistem peralatan dari kromatografi gas terdiri dari 7 bagian utama diantaranya
1. Tabung gas pembawa
2. Pengontrolan aliran dan regulator tekanan
3. Injection port (tempat injeksi cuplikan)
4. Kolom
5. Detektor
6. Rekorder (pencatat)

Cara pemisahan dari sistem ini sangat sederhana sekali, cuplikan yang
akan dipisahkan diinjeksikan kedalam injektor, aliran gas pembawa yang
inert akan membawa uap cuplikan kedalam kolom. Kolom akan memisahkan
komponen-komponen cuplikan tersebut. Komponen-komponen yang telah
terpisah tadi dapat dideteksi oleh detektor sehingga memberikan sinyal yang
kemudian dicatat pada rekorder dan berupa puncak-puncak (kromatogram).

5
1. Gas Pembawa
Gas pembawa ditempatkan dalam tabung bertekanan tinggi. Biasanya
tekanan dari silinder sebesar 150 atm.
Adapun persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh gas pembawa
adalah :
1. Inert, agar tidak terjadi interaksi dengan pelarut.
2. Murni, mudah didapat dan murah harganya.
3. Dapat mengurangi difusi dari gas
4. Cocok untuk detektor yang digunakan.
Gas-gas yang sering dipakai adalah : helium, argon, nitrogen, karbon
dioksida dan hidrogen.Gas helium dan argon sangat baik, tidak mudah
terbakar, tetapi sangat mahal. H2 mudah terbakar, sehingga harus berhati-hati
dalam pemakaiannya. Kadang-kadang digunakan juga CO2.
Pemilihan gas pengangkut atau pembawa ditentukan oleh detektor yang
digunakan. Tabung gas pembawa dilengkapi dengan pengatur tekanan keluaran
dan pengukur tekanan
2. Tempat Injeksi
Dalam pemisahan dengan GLC cuplikan harus dalam bentuk fase uap.
Gas dan uap dapat dimasukkan secara langsung. Tetapi kebanyakan senyawa
organik berbentuk cairan dan padatan. Hingga dengan demikian senyawa yang
berbentuk cairan dan padatan pertama-tama harus diuapkan. Ini membutuhkan
pemanasan sebelum masuk dalam kolom.
Tempat injeksi dari alat GLC selalu dipanaskan. Dalam kebanyakan alat,
suhu dari tempat injeksi dapat diatur. Aturan pertama untuk pengaturan suhu
ini adalah bahwa suhu tempat injeksi sekitar 50°C lebih tinggi dari titik didih
campuran dari cuplikan yang mempunyai titik didih yang paling tinggi.
Cuplikan dimasukkan ke dalam kolom dengan cara menginjeksikan
melalui tempat injeksi.Hal ini dapat dilakukan dengan pertolongan jarum
injeksi yang sering disebut "a gas tight syringe". Perlu diperhatikan bahwa
kita tidak boleh menginjeksikan cuplikan terlalu banyak, karena GC sangat
sensitif. Biasanya jumlah cuplikan yang diinjeksikan pada waktu kita
mengadakan analisa 0,5 -50 ml gas dan 0,2 - 20 ml untuk cairan.

6
Ketepatan volum injeksi menjadi sangat penting untuk analisa kuantitatif
di mana jumlah analit yang diukur oleh detektor tergantung pada konsentrasi
analit dalam cuplikan. Apabila prosedur dikehendaki hanya untuk identifikasi
(analisis kualitatif), maka ketepatan volum injeksi menjadi kurang penting.
Untuk mengisi alat injeksi dapat dipakai teknik sebagai berikut:
 Alat injeksi dibersihkan.
 Alat injeksi dikuras dengan menghisap cuplikan beberapa kali (dan
mengeluarkan isinya di luar tempat cuplikan).
 Jumlah cuplikan yang diperlukan dihisap. Cara untuk mengeluarkan
gelembung-gelembung udara yang masih tertinggal pada tabung injeksi
adalah dengan jalan menekan torak injeksi secepatnya beberapa kali dan
ujung jarum harus selalu berada di dalam cairan.
 Udara 1/10 dari volum maksimum dihisap lagi.
 Jarum bagian luar dibersihkan dengan kain yang tidak mudah lepas serat-
seratnya.
 Cuplikan diinjeksikan dengan menusukkan jarum menembus septum, dan
menekan penghisap sampai ujungnya dengan gerakan yang cepat dan tidak
terputus-putus, kemudian tarik jarum keluar dari septum.
 Torak injeksi ditarik kembali sedikit dan lihat berapa banyak cairan yang
masih tertinggal.
 Diameter kolom yang digunakan tetap diperhatikan dalam melakukan
pemisahan agar sesuai dengan batasan volum penyuntikan. Kolom yang
memiliki diameter ¼ in. (packed column) maka volum injeksi
maksimumnya 100 μl , sedangkan kolom dengan diameter 1/8 in. (packed
column) volum injeksi maksimumnya 20 μl, dan Kapiler (open tubular)
volume injeksi maksimumnya 0,1 μl
3. Kolom
Kolom merupakan jantung dari kromatografi gas. Bentuk dari kolom dapat
lurus, bengkok, misal berbentuk V atau W, dan kumparan/spiral. Biasanya
bentuk dari kolom adalah kumparan. Kolom ini dapat terbuat dari :
a. Tembaga (murah dan mudah diperoleh)
b. Plastik (teflon), dipakai pada suhu yang tidak terlalu tinggi.

7
c. Baja (stainless steel), (mahal)
d. Alumunium
e. Gelas
Panjang kolom dapat dari 1 m sampai 3 m. Diameter kolom mempunyai
berbagai ukuran, biasanya pengukuran berdasarkan diameter dalam dari kolom
gelas yaitu antara 0,3 mm hingga 5 min. Kebanyakan kolom yang digunakan
berupa stainles steel dengan diameter luar (OD) dari I/S atau 1/4 inch (0,3 atau
0,6 cm). Pada GSC kolom diisi dengan penyerap (adsorbent), sedangkan pada
GLC kolom diisi dengan "solid support" (padatan pendukung) yang diikat oleh
fase diam.
Ada 2 jenis kolom yang digunakan dalam kromatografi gas secara umum,
yaitu kolom jejal (packed columns) dan kolom tubuler terbuka (open tubular
columns). Kolom jejal (packed columns) adalah kolom metal atau gelas yang
diisi bahan pengepak terdiri dari penunjang padatan yang dilapisi fase cair
yang tidak menguap (untuk kromatografi gas-padatan). Kolom tubuler terbuka
sangat berbeda dengan kolom jejal, yaitu gas yang mengalir sepanjang kolom
tidak mengalami hambatan, karena kolomnya merupakan tabung tanpa bahan
pengisi.
4. Detektor
Detektor berfungsi sebagai pendeteksi komponen-komponen yang telah
dipisahkan dari kolom secara terus-menerus, cepat, akurat, dan dapat
melakukan pada suhu yang lebih tinggi. Fungsi umumnya mengubah sifat-sifat
molekul dari senyawa organik menjadi arus listrik kemudian arus listrik
tersebut diteruskan ke rekorder untuk menghasilkan kromatogram. Detektor
yang diinginkan adalah detektor yang mempunyai sensitifitas yang tinggi,
noisenya rendah, responnya linear, dapat memberikan respon dengan setiap
senyawa, tidak sensitif terhadap perubahan temperatur dan kecepatan aliran
dan juga tidak mahal harganya.
Detektor dalam GC digunakan untuk memunculkan sinyal listrik hasil
elusi gas pembawa dari kolom. Berbagai jenis detektor dibuat untuk melakukan
deteksi. Tidak hanya berupa variasi disain, tapi juga variasi sensitivitas dan
selektivitas. Sensitivitas mengacu pada kuantitas terkecil komponen campuran

8
di mana sensitivitas menghasilkan sinyal yang masih teramati. Sementara,
selektivitas mengacu pada jenis senyawa di mana sinyalnya dapat
dimunculkan. Detektor yang umum digunakan:
 Detektor hantaran panas (Thermal Conductivity Detector_ TCD)
Prinsip kerja TCD :
TCD berdasar atas prinsip, suatu benda yang panas akan kehilangan
panasnya pada suatu kecepatan yang tergantung kepada komposisi gas di
sekitarnya. Jadi, kecepatan hilangnya panas itu dapat digunakan sebagai
ukuran tentang komposisi gas. Gas pembawa yang mengandung sample atau
analit masuk ke dalam kolom, maka konduktivitas gas akan turun dan suhu
filamen akan meningkat serta resistansi. Lewatnya sampel melalui kolom
menyebabkan Jembatan Wheatstone yang tak seimbang sehingga terjadi
signal yang terbaca pada detektor.
 Detektor ionisasi nyala (Flame Ionization Detector_ FID)
Prinsip kerja detector FID :
Pada detector ini, komponen-komponen sampel yang keluar dari
kolom dibakar dalam nyala (campuran gas hidrogen dan udara atau
oksigen). Sejumlah besar ion yang terbentuk dalam nyala masuk ke dalam
celah elektrode dan menurunkan tegangan listrik dari celah elektrode mula-
mula. Penurunan tegangan ini yang kemudian dicatat sebagai sinyal oleh
rekorder. Intensitas sinyal ini berbanding lurus dengan konsentrasi solute
dalam gas pembawa.
 Detektor penangkap elektron (Electron Capture Detector _ECD)
Prinsip kerja detector ECD :
Mekanisme deteksi melibatkan emisi partikel radioaktif (β) dari 63Ni.
Partikel β menghasilkan elektron termal dari gas pembawa. Berdasarkan
penangkapan elektron termal oleh molekul sampel. Pada ECD terdapat
pemancar radioaktif β, seperti 3H atau 63Ni yang akan mengionisasi gas
pembawa. Aliran elektron sebagai hasil ionisasi gas pembawa (nitrogen atau
argon/methan) dalam ECD memberikan sinyal yang berupa baseline suatu
kromatogram. Bila kemudian suatu senyawa masuk ke dalam detektor,
sebagian dari elektron tersebut akan ditangkap oleh senyawa sebelum

9
mereka mencapai plat detektor. Ini mengakibatkan aliran arus listrik dalam
detektor berkurang, yang oleh rekorder akan dicatat sebagai suatu peak.
 Detektor fotometrik nyala (Falame Photomertic Detector _FPD)
 Detektor nyala alkali
 Detektor spektroskopi massa
Detektor yang peka terhadap senyawa organik yang mengandung fosfor
adalah FID, ECD, dan FPD. Detektor penangkap elektron (Electron Capture
Detector – ECD). Pada penetapan ini, digunakan detektor penangkap elektron.
Detektor ini merupakan modifikasi dari FID yaitu pada bagian tabung ionisasi.
Dasar dari ECD ialah terjadinya absorbsi e- oleh senyawa yang mempunyai
afinitas terhadap e- bebas (senyawa-senyawa elektronegatif). Dalam detektor
gas terionisasi oleh partikel yang dihasilkan dari 3H atau 63Ni. Detektor ini
mengukur kehilangan sinyal ketika analit terelusi dari kolom kromatografi.
Detektor ini peka terhadap senyawa halogen, karbonil terkoyugasi, nitril, nitro,
dan organo logam, namun tidak peka terhadap hidrokarbon, ketone, dan
alkohol.
5. Recorder (pencatat)
Recorder berfungsi sebagai pengubah sinyal dari detektor yang diperkuat
melalui elektrometer menjadi bentuk kromatogram. Dari kromatogram yang
diperoleh dapat dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif
dengan cara membandingkan waktu retensi sampel dengan standar. Analisis
kuantitatif dengan menghitung luas area maupun tinggi dari kromatogram
(Hendayana, 2001). Sinyal analitik yang dihasilkan detektor dikuatkan oleh
rangkaian elektronik agar bisa diolah oleh rekorder atau sistem data. Sebuah
rekorder bekerja dengan menggerakkan kertas dengan kecepatan tertentu. di
atas kertas tersebut dipasangkan pena yang digerakkan oleh sinyal keluaran
detektor sehingga posisinya akan berubah-ubah sesuai dengan dinamika
keluaran penguat sinyal detektor. Hasil rekorder adalah sebuah kromatogram
berbentuk pik-pik dengan pola yang sesuai dengan kondisi sampel dan jenis
detektor yang digunakan.
Rekorder biasanya dihubungkan dengan sebuah elektrometer yang
dihubungkan dengan sirkuit pengintregrasi yang bekerja dengan menghitung

10
jumlah muatan atau jumlah energi listrik yang dihasilkan oleh detektor.
Elektrometer akan melengkapi pik-pik kromatogram dengan data luas pik atau
tinggi pik lengkap dengan biasnya.
Sistem data merupakan pengembangan lebih lanjut dari rekorder dan
elektrometer dengan melanjutkan sinyal dari rekorder dan elektrometer ke
sebuah unit pengolah pusat (CPU,Central Procesing Unit).

11
BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Metoda Analisis


Bila volum atau konsentrasi dari masing-masing komponen yang
terpisah sudah tertentu, hal itu disebut penentuan volumetrik (volumetric
determination). GC didasarkan pada prinsip bahwa komponen target yang
terdeteksi adalah murni karena sudah dipisahkan dari komponen-komponen
lain dalam cuplikan. Bila pemisahan ini betul-betul sempurna, volumnya
(konsentrasinya) dapat ditentukan dengan tingkat keakuratan yang sangat
tinggi.
Berikut 4 pokok metoda analisis (penentuan volumetrik) yang
digunakan dalam GC:
1. Metoda persentase luas permukaan (surface area percentage method)
2. Metoda pengaturan persentase luas permukaan (adjusted surface area
percentage method)
3. Metoda kurva kalibrasi absolut (absolute calibration curve method)
4. Metoda internal standard (internal standard method)
Keuntungan dan kekurangan masing-masing metoda di atas dan
pemilihan metodanya menjadi penting dalam mempertimbangkan analisis
yang ingin dihasilkan
3.2 Cara Kerja Kromatografi Gas

12
A. Mengaktifkan GC
1. Aktifkan Un-Interrupable Power Supply (UPS) jika ada.
2. Buka katup gas (alirka gas ke GC).
 Gas Helium (He) sebagai pembawa.
 Gas Nitrogen (N2) sebagai pembawa (carrier) dan sebagai make up
gas.
 Gas Hydrogen (H2) sebagai gas pembakar.
 Gas Compress air sebagai pembakar.
3. Aktifkan komputer.
4. Aktifkan Gas Chromatography (GC) dengan tombol on/off berada di
sisi kiri bawah, tunggu hingga GC selesai initialisasi dan self test (kira-
kira 2 menit).
5. Aktifkan software chemstation dengan double Program klik kiri icon
instrument 1 online atau klik start Instrument 1 online chemstation.
6. Pastikan menu berada pada Load Method (Conditioning Methode)
Method “ Method and Run Control” pilih metode yang diinginkan.
7. Sebelum digunakan pastikan column sudah diconditioning dengan suhu
20º C di bawah suhu maksimum kolom atau di atas suhu operasional
tetapi tidak diperbolehkan melewati suhu maksimum kolom seperti
yang tertera di tag kolom.
8. Conditioning GC selama 30 menit. Pilih metode yang akan digunakan
untuk analisa (Methode and Run Control).
B. Analisis Sampel
1. Isi Operator Sampel Info isi identitas sampel melalui : Run Control
Name, Sub Directory (untuk memudahkan pecarian data gunakan
tanggal hari ini), nama signal, nama sampel, komentar bila ada.
2. Apabila menggunakan Sequence, isi identitas sampel melalui :
Sequence Isi Operator Name, sub directory (untuk memudahkan
parameter pencarian data gunakan tanggal hari ini), pastikan data file
Prefix/Counter, nama signal, counter sequence table.
3. Pastikan Part of Methodn to Run berada pada According to Runtime
Checklist : Sequence

13
 Location : isiskan lokasi via sampel
 Sample Name : sampel yang akan dianalisa
 Method Name : method yang digunakan untuk analisa
 Inj/Location : jumlah injeksi pada satu lokasi vial
 Inj/Volume : jumlah sampel yang diinjeksikan
 Injector : Front atau Back
 Sample Info : apabila diperlukan
 Save Sequence
4. Tunggu hingga status layar di komputer ready (warna hijau) atau pada
dispaly GC : Ready for Injection dan lampu indikator “not ready”
(warna merah) pada panel GC off, Run Sequence.
5. Pastikan icon sequence aktif dengan cara pilih Run Control.
6. Tunggu hingga analisa selesai, hasil analisa kaan tertarik secraa
otomatis.
C. Kalibrasi Standar
1. Setelah selesai “Running” standard pada menu View klik menu Data
Analysis, double klik data yang diingikan.
2. Ambil data yang akan dianalisa melalui : File
3. Bila data yang dipilih terdapat “Peak” yang tidak dikehendaki (Autu
Integration), klik Integration, save lalu isi nilai parameter yang cocok
selanjutnya klik Yes.
4. Isi Calibration Table melalui Calibration lalu isi kolom dengan nama
“Auto Calibration Table Concentrasi” masing-masing compound lalu
klik Yes.
5. Bila data sudah terkalibrasi dan ingin di edit cukup melalui Replace, bila
pada RT (Waktu retensi) yang berubah ganti dengan RT yang baru.
6. Simpan data yang sudah terkalibrasi.
7. Cetak hasil kalibrasi melalui menu Report.
D. Mematikan GC
1. Turunkan suhu inlet dan detector tanpa mematikan gas carrier.
2. Tunggu hingga suhu di Oven, Inlet dan Detector berada pada suhu di
bawah 50º C.

14
3. Tutup software Chemstation : File.
4. Matikan GC (tekan tombol off).
5. Matikan UPS jika ada..
6. Tutup kembali katup gas Helium (He), Nitrogen (N2), Hydrogen (H2)
dan Compress Air.

3.3 Kelebihan dan Kelemahan Kromatografi Gas


Kelebihan :
1. Waktu analisis yang singkat dan ketajaman pemisahan yang tinggal.
2. Dapat menggunakan kolom lebih panjang untuk menghasilkan
efisiensi pemisahan yang tinggi.
3. Gas mempunyai vikositas yang rendah.
4. Kesetimbangan partisi antara gas dan cairan berlangsung cepat
sehingga analisis relatif cepat dan sensitifitasnya tinggi.
5. Pemakaian fase cair memungkinkan kita memilih dari sejumlah fase
diam yang sangat beragam yang akan memisahkan hampir segala
macam campuran.
Kelemahan :
1. Teknik Kromatografi gas terbatas untuk zat yang mudah menguap
2. Kromatografi gas tidak mudah dipakai untuk memisahkan campuran
dalam jumlah besar. Pemisahan pada tingkat mg mudah dilakukan,
pemisahan pada tingkat gram mungkin dilakukan, tetapi pemisahan
dalam tingkat pon atau ton sukar dilakukan kecuali jika ada metode
lain.
3. Fase gas dibandingkan sebagian besar fase cair tidak bersifat reaktif
terhadap fase diam dan zat terlarut (Frayekti, 2013).

3.4 Penerapan kromatografi gas


1. Untuk identifikasi senyawa
Dengan suatu kolom tertentu dan dengan semua variabelnya seperti
temperatur dan laju alir, dikendalikan secara cermat, waktu retensi atau
volume retensi suatu zat terlarut merupakan suatu besaran dari zat terlarut

15
tersebut, seperti halnya titk didih atau halnya indek bias adalah besaran. Ini
menunjukkan bahwa sifat retensi dapat digunakan untuk mengetahui suatu
senyawa.
2. Analisis kuantitatif
Dengan GC tergantung pada hubungan antara jumlah suatu zat
terlarut dan ukuran dari pita elusi yang dihasilkan. Secara umum dengan
detektor diferensial, ukuran jumlah zat terlarut yang paling baik adalah
luas dibawah pita elusi. Jumlah zat terlarut = faktor kalibrasi x luas
dibawah pita elusi. Keterbasan GC adalah volatilitas sampel itu harus
mempunyai tekanan uap yang cukup pada temperatur kolom tersebut, dan
ini segera menghilangkan banyak jenis sampel. Suatu perhitungan yang
aktual tidak mungkin dilakukan tetapi harus diperkirakan bahwa sekitar
20% senyawa kimia yang diketahui kurang cukup volatil.kebanyakan
sampel organik tidak cukup volatil untuk memungkinkan penerapan
langsung dari GC (Frayekti, 2013).

3.5 Aplikasi Kromatografi Gas


Kromatografi gas telah digunakan pada sejumlah besar senyawa-senyawa
dalam berbagai bidang. Dalam senyawa organic dan anorganik, senyawa
logam, karena persyaratan yang digunakan adalah tekanan uap yang cocok
pada suhu saat analisa dilakukan. Berikut beberapa kegunaan kromatografi
gas pada bidang-bidangmya adalah :
1. Polusi udara
Kromatografi gas merupakan alat yang penting karena daya
pemisahan yang digabungkan dengan daya sensitivitas dan pemilihan
detector GLC menjadi alat yang ideal untuk menentukan banyak senyawa
yang terdapat dalam udara yang kotor, KGCdipakai untuk menetukan
Alkil-Alkil Timbal, Hidrokarbon, aldehid, keton SO, H 2S, dan beberapa
oksida dari nitrogen dll.
2. Klinik
Di klinik kromatografi gas menjadi alat untuk menangani senyawa-
senyawa dalam klinik seperti : asam-asam amino, karbohidrat, CO , dan O

16
dalam darah, asam-asam lemak dan turunannya, trigliserida-trigliserida,
plasma steroid, barbiturate, dan vitamin
3. Bahan-bahan pelapis
Digunakan untuk menganalisa polimer-polimer setelah dipirolisa,
karet dan resin-resin sintesis.
4. Minyak atsiri
Digunakan untuk pengujian kulaitas terhadap minyak permen,
jeruk sitrat, dll.
5. Bahan makanan
Digunakan dengan TLC dan kolom-kolom, untuk mempelajari
pemalsuanatau pencampuran, kontaminasi dan pembungkusan dengan
plastic pada bahan makanan, juga dapat dipakai unutk menguji jus, aspirin,
kopi dll.
6. Sisa-sisa peptisida
KGC dengan detector yang sensitive dapat menentukan atau
pengontrolan sisa-sisa peptisida yang diantaranya senyawa yang
mengandung halogen, belerang, nitrogen, dan fosfor.
7. Perminyakan
Kromatografi gas dapat digunakan unutk memisahkan dan
mengidentifikasi hasil-hasil dari gas-gas hidrokarbon yang ringan.
8. Bidang farmasi dan obat-obatan
Kromatografi gas digunakan dalam pengontrolan kualitas, analisa
hasil-hasilbaru dalam pengamatan metabolisme dalam zat-zatalir biologi
9. Bidang kimia/ penelitian
Digunakan untuk menentukan lama reaksi pada pengujian
kemurnian hasil (Frayekti, 2013)

17

Anda mungkin juga menyukai