Anda di halaman 1dari 11

KAJIAN ACE-2 PADA PERMUKAAN PARU (SEL PNEUMOSIT TIPE II DAN

ALVEOLAR MACROPHAGE) SERTA PENGARUH PEMBERIAN OBAT ACE-


I PADA PENDERITA HIPERTENSI DAN KEMUNGKINAN TERJADINYA
PENINGKATAN RESIKO COVID-19

Sidqi Haiqal Irfansyah


NIM 1913016032
Farmasi 2019/A

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Severe acure respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) atau lebih dikenal
COVID-19 adalah virus yang pertama kali dilaporkan di Kota Wuhan, Tiongkok
tengah. Dimana virus ini akan masuk kedalam tubuh dan menempel pada sel host
sesuai tropismenya. Karena virus tidak dapat hidup tanpa sel host dan sel host untuk
COVID-19 didalam tubuh manusia adalah enzim ACE-2 (angiotensin converting enzyme
2). ACE-2 dapat ditemukan pada mukosa oral dan nasal, nasofaring, paru, lambung,
usus halus, usus besar, kulit, timus, enterosit usus halus, sel endotel arteri vena, dan
sel otot polos. Pada manusia COVID-19 akan berikatan dengan reseptor pada ACE-
2 yang terdapat pada paru. Serta dampak pemberian obat ACE-I kepada pasien
penderita hipertensi dan kemungkinan peningkatan potensi terjadinya resiko
COVID-19.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa itu SARS-CoV-2 (COVID-19) ?
2) Apa itu ACE-2 ?
3) Bagaimana adhesi SARs-CoV-2 pada ACE-2 dan silklus hidupnya ?
4) Mengapa perlunya ACE-I pada pasien hipertensi ?
5) Mengapa ACE-I dapat meningkatkan risiko COVID-19 ?
6) Mengapa hipertensi dapat berkorelasi dengan COVID-19 ?

1.3 Tujuan Penulisan


Penulisan karya ilmiah ini guna memaparkan apa itu ACE-2, dan apakah
mengkonsumsi obat golongan ACE-I dapat meningkatkan risiko COVID-19. Serta
memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia guna syarat mengikuti Ujian Akhir
Semester.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian SARS-CoV-2 (COVID-19)


Severe acure respiratory syndrome coronasvirus 2 (SARS-CoV- 2) adalah virus baru
yang pertama kali dilaporkan di Kota Wuhan, Tiongkok Tengah dan telah menyebar
ke dua kota domestik serta ke beberapa negara. Virus ini akan masuk kedalam tubuh
dan menempel pada sel host sesuai tropismenya. Karena virus tidak dapat hidup tanpa
sel host dan sel host untuk COVID-19 didalam tubuh manusia adalah enzim ACE-2
(angiotensin converting enzyme 2). ACE-2 dapat ditemukan pada mukosa oral dan nasal,
nasofaring, paru, lambung, usus halus, usus besar, kulit, timus, enterosit usus halus,
sel endotel arteri vena, dan sel otot polos.1

Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak
bersegmen. Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae.
Coronaviridae dibagi dua subkeluarga dibedakan berdasarkan serotipe dan karakteristik
genom. Terdapat empat genus yaitu alpha coronavirus, betacoronavirus, deltacoronavirus dan
gamma coronavirus. 2,3,4
Coronavirus memiliki kapsul, partikel berbentuk bulat atau elips, sering
pleimorfik dengan diameter sekitar 50-200m.3 Struktur coronavirus membentuk
struktur seperti kubus dengan protein S berlokasi dipermukaan virus. Protein S atau
spike protein merupakan salah satu protein antigen utama virus dan merupakan
struktur utama untuk penulisan gen. Protein S ini berperan dalam penempelan dan
masuknya virus kedalam sel host (interaksi protein S dengan reseptornya di sel
inang).3,4

1
Burhan, E., Fathiyah Isbaniah, Agus Dwi Susanto dkk. (2020). Diagnosis dan
Tatalaksana Pneumonia COVID-19. Jakarta : Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia
2 Huang, C., Wang, Y., Li, X., Ren, L., Zhao, J., Hu, Y., ... & Cheng, Z. (2020). Clinical

features of patients infected with 2019 novel coronavirus in Wuhan,


China. The Lancet, 395(10223), 497-506.
3 Wang, Z., Qiang, W., & Ke, H. (2020). A Handbook of 2019-nCoV Pneumonia

Control and Prevention. Hubei Science and Technologi Press. China.


4 Fehr, A. R., & Perlman, S. (2015). Coronaviruses: an overview of their replication

and pathogenesis. In Coronaviruses (pp. 1-23). Humana Press, New York,


NY.

2
Gambar 1. Struktur Coronavirus5
Coronavirus bersifat sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat
diinaktifkan oleh desinfektan mengandung klorin, pelarut lipid dengan suhu 56℃
selama 30 menit, eter, alkohol, asam perioksiasetat, detergen non-ionik, formalin,
oxidizing agent dan kloroform. Klorheksidin tidak efektif dalam menonaktifkan
virus.3,5
Sekuens genom dari Coronavirus baru (SARS-CoV-2) diketahui hampir mirip
dengan SARS-CoV dan MERS-CoV.2 Secara pohon evolusi sama dengan SARS-
CoV dan MERS-CoV tetapi tidak tepat sama. Kejadian luar biasa di Wuhan mirip
dengan kejadian luar biasa SARS di Guangdong pada tahun 2002. Keduanya terjadi
di musim dingin. Apabila dibandingkan dengan SARS, Pneumoni COVID-19
cenderung lebih rendah dari segi angka kematian. Angka kematian SARS mencapai
10% dan MERS 37%.3 Namun, saat ini tingkat infektivitas virus pneumoni COVID-
19 ini diketahui setidaknya setara atau lebih tinggi dari SARS-CoV. Hal ini
ditunjukkan oleh R0-nya, dimana penelitian terbaru menunjukkan R0 dari virus
pneumoni SARSCoV-2 ini adalah 4,08. Sebagai perbandingan, R0 dari SARS-CoV
adalah Coronavirus jenis baru ini bersifat letal namun tingkat kematian masih belum
pasti, serta saat ini masih dapat dicegah dan dikontrol.6,7,8

5
Korsman, S. N., van Zyl, G. U., Nutt, L., Andersson, M. I., & Preiser, W. (2012).
Human coronaviruses. Virology, 94.
6
Cao, Z., Zhang, Q., Lu, X., Pfeiffer, D., Jia, Z., Song, H., & Zeng, D. D. (2020).
Estimating the effective reproduction number of the 2019-nCoV in
China. medRxiv.
7
Guan, Y., Zheng, B. J., He, Y. Q., Liu, X. L., Zhuang, Z. X., Cheung, C. L., ... &
Butt, K. M. (2003). Isolation and characterization of viruses related to the
SARS coronavirus from animals in southern China. Science, 302(5643),
276-278.
8
Kan, B., Wang, M., Jing, H., Xu, H., Jiang, X., Yan, M., ... & Cui, B. (2005). Molecular
evolution analysis and geographic investigation of severe acute respiratory
syndrome coronavirus-like virus in palm civets at an animal market and
on farms. Journal of virology, 79(18), 11892-11900

3
Gambar 2. Gambaran mikroskopik SARS-CoV-2 menggunakan
transmission electron microscopy

Evolusi group dari SARS-CoV-2 ditemukan di kelelawar sehingga diduga host


alami atau utama dari SARS-CoV-2 mungkin juga kelelawar. Coronavirus tipe baru ini
dapat bertransmisi dari kelelawar kemudian host perantara kemudian manusia melalui
mutasi evolusi. Ada kemungkinan banyak host perantara dari kelelawar ke manusia
yang belum dapat diidentifikasi. Coronavirus baru, memproduksi variasi antigen baru
dan populasi tidak memiliki imunitas terhadap strain mutan virus sehingga dapat
menyebabkan pneumonia. Pada kasus ini ditemukan kasus “super-spreader” yaitu
dimana virus bermutasi atau beradaptasi di dalam tubuh manusia sehingga memiliki
kekuatan transmisi yang sangat kuat dan sangat infeksius. Satu pasien menginfeksi
lebih dari 3 orang dianggap super-spreader, jika lebih dari 10 lebih tepat lagi dikatakan
super spreader.3 Secara patofisiologi, pemahaman mengenai COVID-19 masih perlu
studi lebih lanjut. Pada SARS-CoV-2 ditemukan target sel kemungkinan berlokasi di
saluran napas bawah.2 Virus SARS-CoV-2 menggunakan ACE-2 sebagai reseptor,
sama dengan pada SARS-CoV. Sekuens dari RBD (Reseptor-binding domain) termasuk
RBM (receptorbinding motif) pada SARS-CoV-2 kontak langsung dengan enzim ACE-2
(angiotensin-converting enzyme 2). Hasil residu pada SARS-CoV-2 RBM (Gln493)
berinteraksi dengan ACE 2 pada manusia, konsisten dengan kapasitas SARS-CoV-2
untuk infeksi sel manusia.1

2.2 Pengertian ACE-2


ACE-2 adalah glikoprotein membran integral tipe 1 diekspresikan dan aktif
disebagian besar jaringan. Jumlah tertinggi ACE-2 diamati terdapat ginjal,
endotelium, paru-paru, dan di hati.9 Angiotensin converting enzyme 2 (ACE-2) adalah
enzim yang menempel pada permukaan luar (membran) sel-sel di beberapa organ,
seperti paru-paru, arteri, jantung, ginjal, dan usus. ACE-2 bekerja mengkatalisis
perubahan angiotensin II (suatu vasokonstriktor peptida) menjadi angiotensin 1-7
(suatu vasodilator). ACE-2 melawan aktivitas enzim angiotensin converting enzyme (ACE)
dengan mengurangi jumlah angiotensin-II dan meningkatkan Angiotensin (1-7).

9
Tikellis, C., & Thomas, M. C. (2012). Angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2) is a
key modulator of the renin angiotensin system in health and disease.
International journal of peptides, 2012.

4
Angiotensin (1-7) bekerja pada reseptornya dan memberikan efek vasodilatasi.
Dengan demikian, enzim ACE dan ACE-2 bekerja secara berlawanan dalam
pengaturan tekanan darah.10

2.3 Adhesi SARS-CoV-2 pada ACE-2 dan Siklus Hidup


Coronavirus pada awalnya menginfeksi hewan dan bersirkulasi di hewan.
Coronavirus meyebabkan sejumlah besar penyakit pada hewan dan kemampuannya
menyebabkan penyakit berat pada hewan seperti babi, sapi, kuda, kucing dan ayam.
Coronavirus disebut dengan virus zoonotik yaitu virus yang ditransmisikan dari hewan
ke manusia.2,3,5,7,8 Kelelawar, tikus bambu, unta dan musang merupakan host yang
biasa digunakan untuk Coronavirus. Pada kasus Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)
dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS), Coronavirus pada kelelawar merupakan
sumber utama penyakit tersebut.2,3,5
Secara umum, alur Coronavirus dari hewan ke manusia dan dari manusia ke
manusia melalui transmisi kontak, transmisi droplet, rute feses dan oral.

Gambar 3. Ilustrasi transmisi Coronavirus

Coronavirus terutama menginfeksi dewasa atau anak usia lebih tua, dengan
gejala klinis ringan seperti common cold dan faringitis sampai berat seperti SARS atau
MERS serta beberapa strain menyebabkan diare pada dewasa. Infeksi Coronavirus
biasanya sering terjadi pada musim dingin dan semi. Hal tersebut terkait dengan
faktor iklim dan pergerakan atau perpindahan populasi yang cenderung banyak
perjalanan atau perpindahan. Selain itu, terkait dengan karakteristik Coronavirus yang
lebih menyukai suhu dingin dan kelembaban tidak terlalu tinggi.3,5,8
Semua orang secara umum rentan terinfeksi. Pneumonia Coronavirus jenis
baru dapat terjadi pada pasien immunocompromis dan populasi normal, bergantung
paparan jumlah virus. Jika kita terpapar virus dalam jumlah besar dalam satu waktu,

10
Chappell, M. C., Marshall, A. C., Alzayadneh, E. M., Shaltout, H. A., & Diz, D. I.
(2014). Update on the angiotensin converting enzyme 2-angiotensin (1–
7)-Mas receptor axis: fetal programing, sex differences, and intracellular
pathways. Frontiers in endocrinology, 4, 201.

5
dapat menimbulkan penyakit walaupun sistem imun tubuh berfungsi normal. Orang-
orang dengan sistem imun lemah seperti orang tua, wanita hamil, dan kondisi
lainnya, penyakit dapat secara progresif lebih cepat dan lebih parah. Infeksi
Coronavirus menimbulkan sistem kekebalan tubuh yang lemah terhadap virus ini lagi
sehingga dapat terjadi re-infeksi.3
Coronavirus hanya bisa memperbanyak diri melalui sel host-nya. Virus tidak bisa
hidup tanpa sel host. Berikut siklus dari Coronavirus setelah menemukan sel host sesuai
tropismenya. Pertama, penempelan dan masuk virus ke sel host diperantarai oleh
Protein S yang ada dipermukaan virus.3 Protein S penentu utama dalam menginfeksi
spesies host-nya serta penentu tropisnya.3 Pada studi SARS-CoV protein S berikatan
dengan reseptor di sel host yaitu enzim ACE-2 (angiotensinconverting enzyme 2). ACE-2
dapat ditemukan pada mukosa oral dan nasal, nasofaring, paru, lambung, usus halus,
usus besar, kulit, timus,sumsum tulang, limpa, hati, ginjal, otak, sel epitel alveolar
paru, sel enterosit usus halus, sel endotel arteri vena, dan sel otot polos.11 Setelah
berhasil masuk selanjutnya translasi replikasi gen dari RNA genom virus. Selanjutnya
replikasi dan transkripsi dimana sintesis virus RNA melalui translasi dan perakitan
dari kompleks replikasi virus. Tahap selanjutnya adalah perakitan dan rilis virus.4
Setelah terjadi transmisi, virus masuk ke saluran napas atas kemudian
bereplikasi di sel epitel saluran napas atas (melakukan siklus hidupnya). Setelah itu
menyebar ke saluran napas bawah. Pada infeksi akut terjadi peluruhan virus dari
saluran napas dan virus dapat berlanjut meluruh beberapa waktu di sel gastrointestinal
setelah penyembuhan. Masa inkubasi virus sampai muncul penyakit sekitar 3-7 hari.3,5

Gambar 4. Siklus hidup Coronavirus (SARS)12

11
Hamming, I., Timens, W., Bulthuis, M. L. C., Lely, A. T., Navis, G. J., & van Goor,
H. (2004). Tissue distribution of ACE2 protein, the functional receptor
for SARS coronavirus. A first step in understanding SARS
pathogenesis. The Journal of Pathology: A Journal of the Pathological Society of
Great Britain and Ireland, 203(2), 631-637.
12
Lu, R., Zhao, X., Li, J., Niu, P., Yang, B., Wu, H., ... & Bi, Y. (2020). Genomic
characterisation and epidemiology of 2019 novel coronavirus: implications for
virus origins and receptor binding. The Lancet, 395(10224), 565-574.

6
Studi pada SARS menunjukkan virus bereplikasi di saluran napas bawah
diikuti dengan respons sistem imun bawaan dan spesifik. Faktor virus dan sistem
imun berperan penting dalam patogenesis. Pada tahap pertama terjadi kerusakan
difus alveolar, makrofag, dan infiltrasi sel T dan proliferasi pneumosit tipe 2. Pada
rontgen toraks diawal tahap infeksi terlihat infiltrat pulmonar seperti bercak-bercak.
Pada tahap kedua, organisasi terjadi sehingga terjadi perubahan infiltrat atau
konsolidasi luas di paru. Infeksi tidak sebatas di sistem pernapasan tetapi virus juga
bereplikasi di enterosit sehingga menyebabkan diare dan luruh di feses, juga urin dan
cairan tubuh lainnya.3

2.4 Pengobatan Hipertensi Menggunakan Obat Golongan ACE-I


Hipertensi merupakan penyakit peningkatan tekanan darah di atas nilai
normal. Menurut American Society of Hypertension (ASH), hipertensi adalah suatu
sindrom atau kumpulan gejala kardiovaskuler yang progresif akibat dari kondisi lain
yang kompleks dan saling berhubungan. Komplikasi yang dapat terjadi akibat
hipertensi adalah penyakit jantung koroner, gagal jantung, stroke, gagal ginjal kronik,
dan retinopati.13 Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah
sistolik lebih dari sama dengan 140 mmHg dan diastolik lebih dari sama dengan 90
mmHg setelah dua kali pengukuran terpisah.14
ACE-I merupakan salah satu antihipertensi yang sering digunakan dalam
penatalaksanaan hipertensi.15 Penggunaan angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-I)
sebagai antihipertensi dapat menyebabkan efek samping berupa batuk kering.16 ACE-
2 sendiri sudah berkerja berlawanan dengan ACE dengan mengurangi jumlah
angiotensin-II dan meningkatkan Angiotensin (1-7), saat pengguna obat golongan
ACE-I dimana obat tersebut dapat menurunkan kerja ACE dan membuat ACE-2
mendominasi.

2.5 Pengaruh Penggunaan Obat Golongan ACE-I Dihadapan SARS-CoV-2


Diaz JH17 menduga pengguna penghambat ACE (ACE-I) atau angiotensin
receptor blocker (ARB) berisiko mengalami COVID-19 yang lebih berat. Terkait dugaan
ini, European Society of Cardiology (ESC) menegaskan bahwa belum ada bukti
meyakinkan untuk menyimpulkan manfaat positif atau negatif obat golongan ACE-I

13
Nuraini, B. (2015). Risk factors of hypertension. Jurnal Majority, 4(5).
14
Sidabutar, R. P., & Essensial, W. P. H. (1999). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta:
Balai Penerbit FK-UI, 210.
15
Amir, M., Khan, B., & Tahir, M. (2005). Incidence of angiotensin converting enzyme
inhibitor induced cough. Professional Med J, 12(4), 435-439.
16
Halim, M. C., Andrajati, R., & Supardi, S. (2015). Risiko Penggunaan ACEi Terhadap
Kejadian Batuk Kering pada Pasien Hipertensi di RSUD Cengkareng dan RSUD
Tarakan DKI Jakarta. Jurnal Kefarmasian Indonesia, 5(2), 113-122.
17
Diaz, J. H. (2020). Hypothesis: angiotensin-converting enzyme inhibitors and angiotensin
receptor blockers may increase the risk of severe COVID-19. Journal of Travel
Medicine.

7
atau ARB, sehingga pengguna kedua jenis obat ini sebaiknya tetap melanjutkan
pengobatannya.18
Pasien kanker dan penyakit hati kronik lebih rentan
19,20
terhadap infeksi SARS-CoV-2. Kanker diasosiasikan dengan reaksi
imunosupresif, sitokin yang berlebihan, supresi induksi agen proinflamasi, dan
gangguan maturasi sel dendritik.21 Pasien dengan sirosis atau penyakit hati kronik juga
mengalami penurunan respons imun, sehingga lebih mudah terjangkit COVID-19,
dan dapat mengalami luaran yang lebih buruk.22 Studi Guan, dkk. menemukan
bahwa dari 261 pasien COVID-19 yang memiliki komorbid, 10 pasien di antaranya
adalah dengan kanker dan 23 pasien dengan hepatitis B.
Infeksi saluran napas akut yang menyerang pasien HIV umumnya memiliki
risiko mortalitas yang lebih besar dibanding pasien yang tidak HIV.23 Namun, hingga
saat ini belum ada studi yang mengaitkan HIV dengan infeksi SARS-CoV-2. 24
Hubungan infeksi SARS-CoV-2 dengan hipersensitivitas dan penyakit autoimun juga
belum dilaporkan.25 Belum ada studi yang menghubungkan riwayat penyakit asma
dengan kemungkinan terinfeksi SARS-CoV-2.

18
European Society of Cardiology. Position statement of the ESC Council on Hypertension
on ACE-inhibitors and angiotensin receptor blockers. Published March 13,
2020.
19
Liang, W., Guan, W., Chen, R., Wang, W., Li, J., Xu, K., ... & Li, S. (2020). Cancer
patients in SARS-CoV-2 infection: a nationwide analysis in China. The Lancet
Oncology, 21(3), 335-337.
20
Zhang, C., Shi, L., & Wang, F. S. (2020). Liver injury in COVID-19: management and
challenges. The Lancet Gastroenterology & Hepatology.
21
Xia, Y., Jin, R., Zhao, J., Li, W., & Shen, H. (2020). Risk of COVID-19 for cancer
patients. The Lancet Oncology.
22
Bangash, M. N., Patel, J., & Parekh, D. (2020). COVID-19 and the liver: little cause for
concern. The Lancet Gastroenterology & Hepatology.
23
Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M., Herikurniawan,
H., ... & Chen, L. K. (2020). Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur
Terkini. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7(1), 45-67.
24
Soriano, V., & Barreiro, P. (2020). Impact of new coronavirus epidemics on HIV-infected
patients. AIDS reviews, 22(1), 57.
25
Conforti, C., Giuffrida, R., Dianzani, C., Di Meo, N., & Zalaudek, I. (2020). COVID‐19
and psoriasis: is it time to limit treatment with immunosuppressants? A call for
action. Dermatologic Therapy, e13298.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jadi, hingga saat ini belum ditemukan masalah dalam penggunaan obat anti
hipertensi golongan ACE-I dalam kondisi pandemi Coronavirus sehingga dianjurkan
bagi pasien-pasien yang sedang menderita hipertensi tetap mengkonsumsi obat -
obatanya sampai ada informasi dan himbauan lanjutan tentang penggunaan obat
tersebut.
Serta untuk menghindari terjangkitnya Coronavirus diharapkan seluruh orang
mengkonsumsi makanan matang, sehat serta mengkonsumsi vitamin untuk
meningkatkan imun dan juga menggunakan masker saat keluar rumah, terapkan Social
Distancing, jaga selalu kebersihan, mengingat bahwa Coronavirus dapat berikatan pada
ACE-2 yang terdapat disaluran pernapasan dan saluran pencernaan.

3.2 Saran
Untuk mengetahui dampak-dampak atau pengaruh obat-obatan lain
terhadap Coronavirus harus dilakukan banyak uji klinis dan uji farmakologi pada
pasien-pasien yang mengkonsumsi beragam obat apakah obat tersebut dapat
meningkatkan risiko penularan COVID-19. Namun, sebelum kita mengujicobakan
hal tersebut pada manusia alangkah baiknya jika kita mengujikannya pada spesimen
untuk penelitian seperti mencit (tikus putih)

9
DAFTAR PUSTAKA

Amir, M., Khan, B., & Tahir, M. (2005). Incidence of angiotensin converting enzyme
inhibitor induced cough. Professional Med J, 12(4), 435-439.

Bangash, M. N., Patel, J., & Parekh, D. (2020). COVID-19 and the liver: little cause for
concern. The Lancet Gastroenterology & Hepatology.

Burhan, E., Fathiyah Isbaniah, Agus Dwi Susanto dkk. (2020). Diagnosis dan Tatalaksana
Pneumonia COVID-19. Jakarta : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia

Cao, Z., Zhang, Q., Lu, X., Pfeiffer, D., Jia, Z., Song, H., & Zeng, D. D. (2020). Estimating
the effective reproduction number of the 2019-nCoV in China. medRxiv.

Chappell, M. C., Marshall, A. C., Alzayadneh, E. M., Shaltout, H. A., & Diz, D. I. (2014).
Update on the angiotensin converting enzyme 2-angiotensin (1–7)-Mas receptor
axis: fetal programing, sex differences, and intracellular pathways. Frontiers in
endocrinology, 4, 201.

Conforti, C., Giuffrida, R., Dianzani, C., Di Meo, N., & Zalaudek, I. (2020). COVID‐19 and
psoriasis: is it time to limit treatment with immunosuppressants? A call for
action. Dermatologic Therapy, e13298.

Diaz, J. H. (2020). Hypothesis: angiotensin-converting enzyme inhibitors and angiotensin


receptor blockers may increase the risk of severe COVID-19. Journal of Travel
Medicine.

European Society of Cardiology. Position statement of the ESC Council on Hypertension


on ACE-inhibitors and angiotensin receptor blockers. Published March 13,
2020.

Fehr, A. R., & Perlman, S. (2015). Coronaviruses: an overview of their replication and
pathogenesis. In Coronaviruses (pp. 1-23). Humana Press, New York, NY.

Guan, Y., Zheng, B. J., He, Y. Q., Liu, X. L., Zhuang, Z. X., Cheung, C. L., ... & Butt, K. M.
(2003). Isolation and characterization of viruses related to the SARS coronavirus
from animals in southern China. Science, 302(5643), 276-278.

Halim, M. C., Andrajati, R., & Supardi, S. (2015). Risiko Penggunaan ACEi Terhadap
Kejadian Batuk Kering pada Pasien Hipertensi di RSUD Cengkareng dan RSUD
Tarakan DKI Jakarta. Jurnal Kefarmasian Indonesia, 5(2), 113-122.

Hamming, I., Timens, W., Bulthuis, M. L. C., Lely, A. T., Navis, G. J., & van Goor, H. (2004).
Tissue distribution of ACE2 protein, the functional receptor for SARS
coronavirus. A first step in understanding SARS pathogenesis. The Journal of
Pathology: A Journal of the Pathological Society of Great Britain and Ireland, 203(2), 631-
637.
Huang, C., Wang, Y., Li, X., Ren, L., Zhao, J., Hu, Y., ... & Cheng, Z. (2020). Clinical features
of patients infected with 2019 novel coronavirus in Wuhan, China. The
Lancet, 395(10223), 497-506.

Kan, B., Wang, M., Jing, H., Xu, H., Jiang, X., Yan, M., ... & Cui, B. (2005). Molecular
evolution analysis and geographic investigation of severe acute respiratory
syndrome coronavirus-like virus in palm civets at an animal market and on
farms. Journal of virology, 79(18), 11892-11900

Korsman, S. N., van Zyl, G. U., Nutt, L., Andersson, M. I., & Preiser, W. (2012). Human
coronaviruses. Virology, 94.

Kuba, K., Imai, Y., Rao, S., Gao, H., Guo, F., Guan, B., ... & Bao, L. (2005). A crucial role
of angiotensin converting enzyme 2 (ACE2) in SARS coronavirus–induced lung
injury. Nature medicine, 11(8), 875-879.

Liang, W., Guan, W., Chen, R., Wang, W., Li, J., Xu, K., ... & Li, S. (2020). Cancer patients
in SARS-CoV-2 infection: a nationwide analysis in China. The Lancet
Oncology, 21(3), 335-337.

Lu, R., Zhao, X., Li, J., Niu, P., Yang, B., Wu, H., ... & Bi, Y. (2020). Genomic characterisation
and epidemiology of 2019 novel coronavirus: implications for virus origins and
receptor binding. The Lancet, 395(10224), 565-574.

Nuraini, B. (2015). Risk factors of hypertension. Jurnal Majority, 4(5).

Sidabutar, R. P., & Essensial, W. P. H. (1999). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta: Balai
Penerbit FK-UI, 210.

Soriano, V., & Barreiro, P. (2020). Impact of new coronavirus epidemics on HIV-infected
patients. AIDS reviews, 22(1), 57.

Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M., Herikurniawan, H.,
... & Chen, L. K. (2020). Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur
Terkini. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 7(1), 45-67.

Tikellis, C., & Thomas, M. C. (2012). Angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2) is a key


modulator of the renin angiotensin system in health and disease. International
journal of peptides, 2012.

Wang, Z., Qiang, W., & Ke, H. (2020). A Handbook of 2019-nCoV Pneumonia Control and
Prevention. Hubei Science and Technologi Press. China.

Xia, Y., Jin, R., Zhao, J., Li, W., & Shen, H. (2020). Risk of COVID-19 for cancer
patients. The Lancet Oncology.

Zhang, C., Shi, L., & Wang, F. S. (2020). Liver injury in COVID-19: management and
challenges. The Lancet Gastroenterology & Hepatology.

Anda mungkin juga menyukai