Anda di halaman 1dari 11

ASAL-USUL DUNIA RISET KEPERAWATAN

A. Definisi
Riset berasal dari kata research yang berarti meneliti kembali atau memeriksa secara teliti. Lebih spesifik lagi,
riset dipandang sebagai sebuah penyelidikan atau investigasi yang tekun dan sistematik untuk memvalidasi dan
menyaring ilmu pengetahuan yang sudah ada dan menemukan ilmu baru. Riset terdiri dari implikasi perencanaan,
organisasi, dan berjalan terus-menerus. Secara sistematik, riset diarahkan kepada pertanyaan-pertanyaan sebagai
berikut:
Apa yang perlu diketahui?
Metode apa yang digunakan untuk mengembangkan sebuah ilmu?
Metode pengukuran apa yang dapat digunakan?
Bagaimana pencegahan terhadap intervensi elemen-elemen dalam pengukuran?
Apa pemaknaan dari sebuah pengukuran?

Berbagai macam disiplin ilmu berperan dalam sebuah riset sehingga sering muncul pertanyaan: apakah yang
membedakan riset keperawatan dengan riset pada disiplin ilmu yang lainnya? Sebenarnya, tidak terdapat
perbedaan karena ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam sebuah riset tidak pula berbeda
antara satu bidang ilmu dengan ilmu lainnya. Namun bagaimanapun juga, jika dilihat dari dimensi yang berbeda,
maka perbedaan tersebut akan terlihat.

Riset dalam bidang ilmu apapun harus konsisten dengan tujuan filosofis dan teori dari disiplin ilmu tersebut.
Tujuan filosofis keperawatan, teori dan eksistensi batang tubuh keilmuan menyediakan sebuah dasar untuk
mengidentifikasi kesenjangan dalam dasar ilmu dan menentukan apa yang sebenarnya ingin diketahui.fokus dari
batang tubuh ilmu keperawatan yang unik tersebut mencakup respon seseorang secara keseluruhan terhadap
kesehatan dan penyakit dalam interaksinya dengan lingkungan yang selalu mengalami perubahan. Tindakan
keperawatan dimplementasikan untuk mempromosikan kesehatan seseorang secara holistik fan memfasilitasi
perkembangan seseorang sesuai dengan potensi dalam lingkungan (Keller, 1981). Dari sudut pandang holistik,
jumlah manusia (populasi) lebih banyak daripada sampel. Hal ini menjadi sebuah gagasan penting dari sudut
pandang peneliti. Populasi akan selalu lebih besar dan sampel tidak akan pernah mewakili seluruhnya. Oleh
karena itu, studi keperawatan selalu kompleks dan multidimensional. Variabel multipel acap kali dipelajari secara
simultan, menggunakan analisa statistik. Perspektif holistik juga memandu interpretasi sebuah penemuan.

Pendefinisian riset keperawatan juga membutuhkan sebuah pandangan pembeda mengenai ilmu apa yang relevan
dengan keperawatan. Pandangan pertama yaitu bahwa riset keperawatan sebaiknya dibatasi hanya untuk studi
yang menghasilkan ilmu baru yang dapat digunakan langsung dalam praktek klinik. Pandangan ini didukung pada
tahun 1980-an dan tetap memberi pengaruh yang kuat terhadap riset keperawatan hingga tahun 1990-an. Dalam
American Nurse’s Association, 1981), riset keperawatan didefinisikan sebagai perkembangan ilmu pengatahuan
1
kesehatan dan promosi kesehatan untuk memenuhi harapan hidup, perawatan kesehatan orang yang mempunyai
masalah kesehatan dan kecacatan, serta tindakan untuk meningkatkan kemampuan individu dalam merespon
resiko atau potensial dalam masalah kesehatan secara efektif.

Pandangan lain mengatakan bahwa riset keperawatan terdiri dari pendidikan keperawatan, pelayanan kesehatan,
karakteristik perawat dan peran perawat dalam klinik. Pendukung pandangan ini beranggapan bahwa temuan dari
studi semacam ini mempengaruhi praktek keperawatan secara tidak langsung dan melengkapi batang tubuh ilmu
keperawatan. Pendidikan riset sangat penting untuk menyediakan sebuah latar belakang pendidikan yang efisien
dan efektif. Studi administrasi keperawatan dan pelayanan kesehatan juga penting untuk meningkatkan kualitas
dalam sistem pelayanan kesehatan. Studi manajemen mempengaruhi organisasi dan ketetapan dalam
keperawatan.

Dari kedua pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa riset keperawatan didefinisikan sebagai proses ilmiah
yang memvalidasi dan menyaring ilmu pengetahuan yang sudah ada dan menemukan ilmu baru yang
mempengaruhi praktek keperawatan secara langsung maupun tidak langsung.

B. Kegunaan Riset Keperawatan


Tujuan utama dari riset keperawatan adalah untuk mengembangkan pengetahuan ilmiah berdasarkan praktek
keperawatan. Secara umum, keperawatan bertanggung jawab terhadap komunitas dalam menyediakan perawatan
yang berkualitas dan mencari jalan untuk mengimprovisasinya. Secara spesifik, perawat bertanggungjawab
terhadap kliennya. Sebuah riset dengan dasar yang kokoh akan menjadi fakta atas tindakan keperawatan yang
efektif dalam mempromosikan status positif seorang pasien. Jika tindakan keperawatan membatasi prediksi
ilmiahnya, perawat akan menghasilkan rasional yang tidak adekuat ketika mengambil tindakan spesifik dalam
sebuah situasi. Walau praktek keperawatan akan selalu melibatkan derajat ketidakpastian, riset akan mampu
menguranginya.

Dasar pengetahuan ilmiah keperawatan berasal dari fokus atau keunikan perspektif disiplin ilmu yang
menyediakan kerangka kerja bagi praktek keperawatan (McMurray, 1982). Saat ini, batang tubuh pengetahuan
keperawatan relatif kecil tapi berkembang secara konstan dari generasi ke generasi melalui perkembangan
informasi dengan memakai berbagai metode. Ilmu yang dihasilkan oleh proses riset sangatlah penting untuk
mendeskripsikan, menerangkan, memprediksi dan mengontrol fenomena keperawatan.
a. Deskripsi
Deskripsi terdiri dari identifikasi lingkungan dan sifat fenomena keperawatan dan terkadang juga
mengidentifikasi keterkaitan antara fenomena-fenomena tersebut (Chinn & Kramer, 1991). Melalui riset, para
perawat dapat menjelaskan hal apa yang muncul dalam praktek keperawatan, menemukan informasi baru atau
mengklasifikasikan informasi untuk digunakan dalam disiplin ilmu. Riset deskriptif dapat dicontohkan dalam
bentuk sebuah studi yang mengidentifikasi etiologi dan kriteria dalam diagnosa keperawatan dan menentukan
2
sebuah sistem untuk mengkategorikan diagnosa tersebut. Riset deskriptif merupakan dasar kerja dalam studi
yang berfokus pada penjelasan (eksplanasi), prediksi, dan kontrol terhadap fenomena keperawatan.
b. Keterangan / Penjelasan
Dalam penjelasan (explanation), peneliti mengklarifikasi hubungan antara satu fenomena dengan yang lainnya
dan mengidentifikasi alasan terjadinya suatu hal. Sebagai contoh, etiologi dan kriteria diagnosa keperawatan
dijelaskan melalui penelitian deskriptif, sedangkan hubungan antara etiologi dan kriteri tersebut diuji melalui
penelitian eksplanasi. Melalui identifikasi hubungan antar fenomena keperawatan, terbentuklah dasar
pengantar riset untuk prediksi dan kontrol.
c. Prediksi
Seseorang dapat memperkirakan kemungkinan yang terjadi dalam suatu situasi melalui proses prediksi (Chinn
& Kramer, 1991). Prediksi seseorang terhadap hasil tidak selalu membuatnya mampu memodifikasi atau
mengontrol hasil tersebut. Melalui kemampuan memprediksi, perawat dapat mengantisipasi efek dari
intervensi keperawatan terhadap klien dan keluarganya.
d. Kontrol
Jika sesorang telah dapat memprediksi hasil, langkah selanjutnya adalah mengontrol atau memanipulasi
situasi untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Kontrol didefinisikan sebagai kemampuan untuk
menuliskan ketentuan dalam mencapai hasil yang diinginkan (Dickoff, James & Wiedenbach, 1968). Perawat
mampu menentukan intervensi-intervensi tertentu untuk membantu klien dan keluarganya untuk mencapai
tujuan dalam perawatan.

C. Kerangka Kerja Keterhubungan Riset Keperawatan dengan Dunia Keperawatan


Kerangka kerja dalam riset keperawatan sangat dibutuhkan dalam pengembangan hubungan antara riset dengan
berbagai macam elemen keperawatan. Kerangka kerja yang menghubungkan riset keperawatan dengan dunia
keperawatan disajikan dalam bentuk sebagai berikut:

Dalam model kerangka tersebut, riset keperawatan bukanlah sebuah kesatuan yang terpisah dari bagian
keperawatan lainnya, tetapi saling mempengaruhi. Konsep dari model tersebut digambarkan dalam sebuah
rangkaian kesatuan pemikiran dari konkrit ke abstrak.

1. Rangkaian Kesatuan Konkrit-Abstrak


Rangkaian kesatuan konkrit – abstrak memperlihatkan bahwa pemikiran keperawatan mengalir baik dari
pemikiran konkrit ke abstrak maupun abstrak ke konkrit.
Pemikiran Konkrit
Pemikiran konkrit ditujukan dan dibatasi oleh bentuk-bentuk nyata serta dapat diobservasi dan dialami
dalam kondisi yang sebenarnya. Fokus dari pemikiran konkrit adalah kejadian saat ini yang dibatasi oleh
waktu dan ruang. Pemikiran dan perilaku konkrit semacam ini dinilaidan dihargai. Problem solving

3
menjadi hal yang sangat penting jika hasil yang diinginkan segera muncul. Dasar pemikiran ini masih
digunakan dalam beberapa tingkat pendidikan dan praktek keperawatan.
Pemikiran Abstrak
Pemikiran abstrak diorientasikan kearah pengembangan gagasan tanpa aplikasi maupun asosiasi dengan
hal-hal yang khusus. Pemikir abstark lebih mengarah kepada arti, pola, hubungan, implikasi filosofis. Tipe
pemikiran ini terlepas dari waktu dan ruang. Pemikiran abstrak membantu dalam pengembangan teori dan
riset. Pemikiran abstrak juga melibatkan kemampuan dalam merespon masalah pada berbagai situasi di
dalam praktek klinik.

Riset keperawatan membutuhkan kedua kemampuan berpikir tersebut. Pemikiran abstrak dibutuhkan dalam
mengidentifikasi masalah yang dapat diteliti, dan menginterpretasikan sebuah penemuan. Pemikiran konkrit
diperlukan dalam perencanaan implementasi langkah konkrit dalam pengumpulan dan analisa data. Hubungan
timbal balik antara pemikiran abstrak dan konkrit ini dapat menjadi salah satu alasan mengapa riset
keperawatan tampak asing dan kompleks.

2. Dunia Empirik
Dunia empirik didapatkan melalui pengalaman berpikir dan merupakan bentuk konkrit dari keberadaan kita.
Hal ini sering disebut sebagai realita dan melakukan hal semacam itu merupakan bagian dari dunia. Ada
sebuah keyakinan mengenai empirisme atau dunia nyata: yaitu dapat dipahami, dapat diperkirakan dan dapat
dikendalikan. Pemikiran konkrit lebih mengarah kepada dunia empiris dan sifat-sifat yang ada padanya antara
lain praktis, membumi, solid dan faktual.

Praktek keperawatan mengambil tempat di dunia empirik seperti yang terlihat pada model. Beberapa
komponen dari proses riset juga berada pada dunia empirik. Pengumpulan data bahkan melibatkan beberapa
aspek dunia empirik (pengukuran realitas). Maka dari itu, hasil penemuan riset digunakan dalam praktek
klinis.

3. Uji Realita
Manusia cenderung untuk memvalidasi atau menguji keberadaannya melalui perasaan mereka. Mereka secara
konstan menanyakan kembali pemikirannya. Maka itulah berbagai instrumen dikembangkan untuk
membuktikan pemikiran tersebut secara lebih akurat.

Riset merupaakn sebuah cara untuk memvalidasi realita. Ukuran realita didapatkan dalam tahap persepsi
peneliti. Dalam kenyataannya, riset keperawatan tidak selalu membenarkan apa yang telah dipraktekkan
sebelumnya (Winslow, Lane & Grafney, 1984). Karena itu, riset keperawatan menjadi sebuah cara untuk
menguji realita, yaitu sebagai sebuah sarana pemahaman terhadap dunia empirik.

4
4. Proses Berpikir Abstrak
Proses berpikir abstrak mempengaruhi setiap elemen dalam dunia keperawatan dan menghubungakan setiap
elemen yang ada di dalamnya. Tanpa keterampilan dalam berpikir abstrak, seseorang terperangkap dalam
batas tipis dalam dunia empirik, dimana ia mengetahui keberadaannya, tetapi tidak dapat memaknainya
(Abbot, 1952). Melalui pemikiran abstrak, teori-teori keperawatan dapat diuji dan dimasukkan dalam batang
tubuh ilmu pengetahuan. Pemikiran abstrak juga membantu dalam penemuan-penemuan ilmiah untuk
kemudian dikembangkan menjadi teori. Pemikiran abstrak menggabungan teori dan ilmu dalam sebuah batang
tubuh pengetahuan yang berpegang pada kerangka kerja filosofikal dan diaplikasikan dalam praktek
keperawatan.

Proses berpikir abstrak terbagi atas tiga bagian yaitu (Sylvia, 1977):
a. Instropeksi (Instropection)
Instropeksi adalah suatu proses yang mengarahkan perhatian batin kepada pemikiran pribadi. Hal ini
terbagi dalam 2 tingkatan, yaitu:
1. Menyadari pemikiran yang muncul dalam diri pribadi berupa perasaan dan ide-ide denga
pola yang sering berubah-ubah. Pemikiran semacam ini dapat hilang bila tidak segera dituliskan.
2. Saat instropeksi ditelaah lebih dalam, pemikiran menjadi lebih kritis dan detail. Ketika
pemikiran dan gagasan digabungkan, maka kita dapat melihat kesalahan dan kelemahan dalam
proses berpikir kita.

b. Intuisi (Intuition)
Intuisi adalah sebuah pengetahuan mendalam atau pemahaman terhadap situasi atau kejadian secara
keseluruhan yang tidak dapat dijelaskan secara logika (Rew & Barrow, 1987). Intuisis dapat juga
disebut ebagai firasat. Intuisi tidak dapat dijelaskan secara ilmiah sehingga kebanyakan orang tidak
nyaman terhadap keberadaannya, sehingga intuisi sering kali diabaikan, ditekan atau bahkan
dihilangkan.

Intuisi biasanya dianggap tidak ilmiah dan tidak dapat diterima, tetapi ada gunanya dalam sebuah
penelitian. Intuisi mamap umengidentifikasi masalah dalam sebuah studi, mengindikasikan variabel
penting dalam sebuah pengukuran, atau menghubungkan dua gagasan dalam menginterpretasikan
sebuah penemuan. Kuncinya adalah mengenali perasaa, menilainya dan tuangkan dalam sebuah
gagasan agar mudah diingat.

c. Pertimbangan (Reasoning)
Pertimbangan adalah memproses dan mengorganisir gagasan untuk membuat sebuah kesimpulan.
Proses berpikir semacam ini sering disampaikan secara verbal dalam argumen logis dimana setiap
bagiannya saling berhubungan untuk mencapai kesimpulan yang logis. Pola pertimbangan dipakai
5
untuk mengembangkan teori dan merencanakan implementasi penelitian. Pola pertimbangan dibagi
atas 4 pola (Stevens, 1984), yaitu:
1. Pertimbangan Problematika
Pertimbangan problematika mengidentifikasi masalah dan faktor-faktor yang mempengaruhi
permasalahan, memilih solusi dari permasalahan dan menyelesaikan permasalahan. Pola ini dapat
digunakan dalam mengidentifikasi masalah dalam penelitian.
2. Pertimbangan Operasional
Pertimbangan operasional mengidentifikasi dan mendiskriminasi diantara banyak sekali alternatif
dan sudut pandang. Fokusnya adalah pada pemilihan alternatif, bukan kepada pemecahannya.
3. Pertimbangan Dialetik
Pertimbangan dialetik melihat persoalan secara keseluruhan, dimana terdapat pandangan bahwa
jumlah keseluruhan lebih besar dari pada jumlah bagian-bagian, keseluruhan tersebut akan
mengendalikan bagian-bagian.
4. Pertimbangan Logistik
Logika adalah ilmu yang melibatkan ide-ide terkait untuk meningkatkan pemahaman, bertujuan
untuk menentukan kebenaran atau menerangkan dan memprediksi fenomena. Ilmu logika
berdampingan dengan proses berpikir baik abstrak maupun konkrit serta metode berpikir induktif,
deduktif maupun logis.

Pertimbangan logistik digunakan untuk memecah bgian besar menjadi bagian yang lebih kecil.
Logistik dianggap sebagai kebalikan dari dialetik, dimana bagian-bagian akan mengendalikan
keseluruhan. Pertimbangan logistik biasanya digunakan dalam penelitian untuk memilih design
penelitian, perencanaan dan implementasi kumpulan data dan memilih teknik analisa.

Pertimbangan Induktif dan Deduktif


Cara berpikir induktif dimulai dari hal spesifik menuju hal umum dimana fakta-fakta diobservasi
dan lalu dikombinasikan menjadi bagian yang lebih luas atau umum (Brandman & Brandman,
1988: Chinn & Kramer, 1991)

Cara berpikir deduktif dimulai dari hal umum menujuhal-hal spesifik atau dari premis umum
menjadi pecahan fakta atau kesimpulan (Brandman & Brandman, 1988: Chinn & Kramer, 1991).
Sebuah premis atau hipotesa adalah sebuah pernyataan yang menyatakan hubungan antara dua atau
lebih variabel.

5. Ilmu
Ilmu adalah Batang tubuh ilmu yang saling berkaitan, dibentuk oleh penemuan riset dan uji teori untuk
membentuk ilmu yang lebih spesifik. Ilmu, merupakan produk dan proses. Tujuan utama dari ilmu adalah
6
untuk dapat menjelaskan dunia empirik sehingga terdapat kontrol di dalamnya. Untuk mencapai tujuannya,
seorang ilmuan harus menemukan pengetahuan baru, mengembangkan pengetahuan yang sudah ada, dan
mengokohkan kembali dasar pengetahuan dalam sebuah disiplin ilmu.

Riset merupakan suatu proses yang diterima dalam sebauh ilmu yang digunakan untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan keperawatan. Metoda yang biasa diterima dalam riset keperawatn adalah proses penelitian
tradosional atau penelitian kuantitatif. Informasi yang didapat melalui metode ini tidaklah cukup untuk
dicantumkan dalam batang tubuh ilmu. Penelitian harus diulang beberapa kali dan harus mendapatkan hasil
yang relatif sama setiap waktunya sebelum hasil dari penelitian tersebut dinyatakan sebagai sebuah fakta.
Fakta dalam penelitian berhubungan satu sama lain secara sistematik. Pemikiran abstrak sangat berpengaruh
dalam pembentukan hubungan ini, yaitu hukum, prinsip dan aksioma., tergantung pada keyakinan terhadap
fakta dan hubungan itu sendiri.

Ilmu keperawatan secara garis besar, dikembangkan melalui metode penelitian kuantitatif. Penelitian kualitatif
didasarkan kepada orientasi filosofis yang berbeda dengan penelitian kuantitatif. Penelitian kualitatif lebih
diarahkan kepada pemahaman terhadap fenomena yang kompleks, sedangkan kuantitatif menentukan
hubungan sebab-akibat antara variabel-variabel spesifik.

6. Teori
Teori adalah suatu cara untuk menjelaskan beberapa segmen dunia empirik dan dapat digunakan untuk
menggambarkan, menerangkan dan atau mengendalikan segmen-segmen tersebut (Dubin, 1978). Teori terdiri
dari seperangkat konsep yang didefinisikan dan dihubungkan untuk menampilkan sebuah fenomena.

Penelitian menggunakan pemikiran abstrak dan konkrit untuk mengembangkan atau menguji teori. Walaupun
begitu, banyak perawat peneliti yang tidak memahami hubungan antara ilmu dan penelitian. Akibatnya,
banyak studi keperawatan yang tidak didasarkan kepada teori dan hasil temuannya tidak berhubungan dengan
teori (Moody, Wilson, Smyth, Schwartz, Tittle & Van Cott, 1988). Untuk itu, informasi-informasi yang
didapatkan melalui riset keperawatan harus dikembangkan menjadi teori keperawatan. Teori tersebut
menjelaskan makna dari temuan penelitian dan harus diuji melalui penelitian yang lebih lanjut dan dapat
digunakan secepatnya dalam praktek keperawatan. Namun tentu saja, tidak semua teori keperawatan berasal
dari pengembangan temuan penelitian, terkadang, teori didapatkan dari gagasan dan kemudian penelitian
dilakukan untuk menguji akurasinya. Kesimpulannya, riset memiliki peran yang penting dalam
pengembangan teori keperawatan.

7. Pengetahuana
Pengetahuan adalah konsep yang kompleks dan dapat dipandang melalui banyak sudut. Dalam sejarahnya,
Cara mendapatkan pengetahuan keperawatan yaitu:
7
a. Tradisi
Tradisi disini merupakan kebenaran atau kepercayaan. Tradisi dapat mempersempit dan membatasi proses
pencarian pengetahuan untuk praktek keperawatan. Tradisi sulit diubah karena ia telah ada untuk periode
yang sangat lama dan biasanya didukung oleh orang-orang yang memilki kekuatan dan otoritas. Banyak
tradisi yang belum terbukti efisiensi dan efektivitasnya. Karena itulah, batang tubuh pengetahuan
keperawatan diharapkan lebih mengacu pada dunia empiris dibandingkan kepada tradisi sehingga perawat
memiliki pengaruh yang kuat dalam pelayanan kesehatan dan kesembuhan pasien.

b. Otoritas
Otoritas adalah kemampuan seseorang dengan keahlian dan kekuatan untuk mempengaruhi opini dan
kebiasaan. Seseorang diberikan otoritas karena dia dianggap mengetahui lebih banyak hal dalam suatu
bidang dibandngkan dengan yang lain. Pengetahuan yang didapat melalui otoritas diilustrasikan ketika
seseorang mendapatkan informasi dari orang lain. Contoh lainnya adalah, para perawat yang memberikan
informasi melalui pembuatan sebauh buku atau artikel keperawatan. Sebagai sumber pengetahuan, otoritas
harus didukung dengan keahlian dan kekuatan. Ilmu yang didapat melalui otoritas biasanya belum
tervalidasi sehingga sebaiknya diverifikasi terlebih dahulu melalui proses riset.

c. Peminjaman
Beberapa bagian dari ilmu keperawatan berasal dari disiplin ilmu lain seperti kedokteran, sosiologi,
psikologi, fisilogi dan pendidikan (Andreoli & Thompson, 1977; Fieldman, 1981; McMurrey, 1982;
Paletta, 1980). Peminjaman in dilihat dari kesesuaian dan penerapan pengetahuan dari disiplin ilmu yang
lain terhadap praktek keperawatan. Proses peminjaman ini terbagi atas 2 cara yaitu:
1. Meminjam ilmu lain dan langsung diaplikasikan dalam praktek keperawatan. Informasi yang
didapatkan tidak diintegrasikan terlebih dahulu dengan fokus keperawatan. Tipe peminjaman ini
dilakukan dalam penggunaan teknologi
2. Meminjam ilmu lain dengan mengintegrasikannya kepada fokus keperawatan sehingga menjadi
lebih fungsional.
Walaupun begitu, meminjam pengetahuan tidaklah adekuat untuk menjawab banyak pertanyaan yang
muncul dalam keperawatan.

d. Trial dan Error


Trial and error adalah sebauh pendekatan dimana hasilnya belum diketahui dengan situasi yang tidak jelas.
Karena ketidakjelasan itu, perawat harus mencoba-coba dalam memberikan layanan keperawatan. Namun
begitu, trial dan error tidak memberikan dokumentasi formal mengenai efektivitas suatu tindakan
keperawatan. Melalui cara ini, pengetahuan didapatkan melalui pengalaman yang tidak dibagi denga
orang lain. Akan ada beberapa resiko dalam implementasi hasil trial dan error ini yangmungkin
membahayakan keselamatan pasien.
8
e. Pengalaman Personal
Pengetahuan yang didapat dengan cara ini berasal dari keterlibatan langsung seorang perawat dalam
sebuah kejadian situasi atau keadaan. Pengalaman personal daat menjadi sarana bagi seorang perawat
untuk mendapatkan keterampilan dan keahlian dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien
dan keluarga dalam lingkup klinis. Benner (1984) mengemukakan lima tingkat pengalaman dalam
pengembangan ilmu pengetahuan, yaitu;
1. Orang baru (Novice)
2. Pemula
3. Orang yang Kompeten
4. Cakap (Proficient)
5. Ahli (Expert)

f. Role modelling dan Mentorship


Role modelling dipelajari dengan cara mengimitasi sikap sebagai sebuah contoh. Sebuah contoh atau role
model dipandang sebagai peran yang sesuai dan dihargai dalam profesi dan contoh ini merefleksikan sikap
termasuk standar dan norma perilaku dalam profesi (Bidwell & Brasler, 1989). Role model dapat menjadi
pegangan bagi perawat pemula untuk mempelajari pola interaksi dan kompetensi yang harus dimiliki oleh
seorang perawat.

Bentuk konkrit dari role model ini adalah mentorship yang diberikan oleh perawat ahli (expert) yang
berperan sebagai guru, sponsor, pembimbing, contoh dan penasehat bagi perawat pemula.

8. Filosofi

D. KESIMPULAN

9
TUGAS RISET KEPERAWATAN

ASAL USUL DUNIA RISET KEPERAWATAN

Oleh :
Kelompok I

1. Nurul Fauziah ( 04121001 )


2. Muthia Prima ( 04121014 )
3. Tri Nofriyatik ( 04121027 )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTA KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2007

10
11

Anda mungkin juga menyukai