Masalah penelitian merupakan suatu pondasi dalam melakukan suatu penelitian. Singkatnya, masalah penelitian adalah adanya gap atau kesenjangan antara harapan dengan kenyataan, teori dengan praktek, yang seharusnya dengan yang terjadi. Masalah penelitian bukan merupakan suatu rumusan tujuan. Penelitan ialah suatu kegiatan untuk memilih judul, merumuskan masalah, kemudian diikuti dengan pengumpulan, pengolahan, penyajian dan analisis data yang dilakukan dengan metode ilmiah secara efisien dan sistematis yang hasilnya berguna untuk mengetahui suatu keadaan atau masalah dalam usaha pengembangan ilmu pengetahuan atau untuk membuat keputusan dalam rangka pemecahan masalah. Menurut Indriantoro dan Supomo (1999), penelitian dapat dilihat sebagai proses yang mencakup dua tahap: penemuan masalah dan pemecahan masalah. Penemuan masalah dalam penelitian meliputi: identifikasi bidang masalah, penentuan pemilihan pokok masalah (topik) dan perumusan atau formulasi masalah. Penemuan masalah merupakan tahap penelitian yang paling sulit karena masalah penelitian mempengaruhi strategi yang diterapkan dalam pemecahan penelitian. Seperti yang dikemukakan oleh Einstein dan Infield dalam (Indriantoro dan Supomo, 1999), formulasi masalah penelitian sering merupakan tahap penelitian yang jauh lebih esensial dibandingkan dengan tahap pemecahan masalah. Bahkan menurut Isaac dan Michael dalam (Indriantoro dan Supomo, 1999), formulasi masalah penelitian dengan baik merupakan setengah dari tahap pemecahan masalah. Tidak mudah bagi peneliti untuk merumuskan masalah penelitian, terutama bagi penelitian pemula. Masalah penelitian yang sering dirumuskan terlalu umum sehingga dengan pokok permasalahan yang tidak jelas akan menyulitkan tahap pemecahan masalah, yang meliputi penentuan konsep-konsep teoritis yang ditelaah dan pemilihan metode pengujian data. Semakin spesifik perumusan masalah, penelitian semakin mudah dilakukan pengujian secara empiris, perlu pendekatan sistematis untuk merumuskan masalah penelitian yang baik memudahkan tahap pemecahan masalah sehingga memudahkan pula untuk menetapkan suatu tujuan penelitian. Mengingat arti penting dari masalah tersebut, maka alangkah baiknya apabila pengetahuan mengenai masalah yang mencakup pengertian, serta proses penentuan masalah sampai proses perumusan masalah dapat dipahami secara lebih mendalam. Latar Belakang Masalah Suatu landasan teori dari suatu penelitian tertentu atau karya ilmiah sering juga disebut sebagai studi literatur atau tinjauan pustaka. Salah satu contoh karya tulis yang penting adalah tulisan itu berdasarkan riset. Melalui penelitian atau kajian teori diperoleh kesimpulan-kesimpulan atau pendapat-pendapat para ahli, kemudian dirumuskan pada pendapat baru. Penulis harus belajar dan melatih dirinya untuk mengatasi masalah-masalah yang sulit, bagaimana mengekspresikan semua bahan dari bermacam-macam sumber menjadi suatu karya tulis yang memiliki bobot ilmiah. Tinjauan Pustaka (Literature Review)merupakan salah satu bab yang hampir selalu ditemukan dalam proposal penelitian dan laporan penelitian, termasuk skripsi, tesis, dan disertasi. Tinjauan Pustaka tidak ditemukan dalam sebuah artikel jurnal ilmiah atau prosiding seminar ilmiah, dan fungsi Tinjauan Pustaka di sini diambil alih oleh bagian Pendahuluan. Di luar negeri, orang sering juga menerbitkan Literature Review sebagai artikel dalam jurnal ilmiah. BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perumusan Masalah
A. Identifikasi Topik Penelitian
Seperti telah dikemukakan bahwa pada dasarnya penelitian itu dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang antara lain dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Untuk itu setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah. Seperti dinyatakan oleh Emory ( 1985 ) bahwa, baik penelitian murni maupun terapan, semuanya berangkat dari masalah, hanya untuk penelitian terapan hasilnya langsung dapat digunakan untuk membuat keputusan. Jadi setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah, walaupun diakui bahwa memilih masalah penelitian sering merupakan hal yang paling sulit dalam proses penelitian ( Tuckman, 198 ). Masalah adalah kesenjangan (discrepancy) antara apa yang seharusnya (harapan) dengan apa yang ada dalam kenyataan sekarang. Kesenjangan tersebut dapat mengacu ke ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi, politik, sosial budaya, pendidikan dan lain sebagainya. Penelitian diharapkan mampu mengantisipasi kesenjangan-kesenjangan tersebut. Masalah yang perlu dijawab melalui penelitian cukup banyak dan bervariasi misalnya masalah dalam bidang pendidikan saja dapat dikategorikan menjadi beberapa sudut tinjauan yaitu masalah kualitas, pemerataan, relevansi dan efisiensi pendidikan (Riyanto, 2001:1) Salah satu jenis penelitian dalam bidang pendidikan adalah peneltian tindakan, yang dilakukan dengan menerapkan metode-metode pengajaran ketika proses belajar berlangsung di kelas dengan harapan meningkatkan prestasi belajar siswa. Peneliti dalam penelitian tindakan ialah melakukan identifikasi dan membuat perumusan masalah yang memungkinkan diteliti lewat penelitian tindakan (Depdikbud, 1999:11). Lebih lanjut dikemukakan bahwa kedudukan perumusan atau formulasi masalah penelitian merupakan suatu langkah awal yang menentukan keberhasilan langkah-langkah selanjutnya. Orang menyatakan bahwa jika peneliti berhasil merumuskan masalah penelitian dengan baik dan benar, berarti ia telah melampaui separo jalan. Dengan rumusan masalah yang jelas dan tajam, maka peneliti akan mampu meletakkan dasar teori dan atau kerangka konseptual pemecahan masalah, hipotesis tindakan akan dapat dirumuskan karena berdasarkan rumusan masalah dapat diidentifikasi dan ditetapkan alternatif solusinya atau tindakan tepat yang perlu dilakukan. Demikian pula data apa yang harus dikumpulkan untuk mengkaji atau sebagai bahan refleksi atas tindakan yang telah dan sedang dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan dan melakukan perubahan ke arah yang lebih baik sesuai dengan apa yang diharapkannya dalam penelitian tindakan. Perlu disadari bahwa masalah penelitian tindakan mempunyai ciri atau karakteristik yang berbeda dengan penelitian konvensional yang biasa dilakukan para peneliti pendidikan di perguruan tinggi. Peneliti tidak berada di luar apa yang diteliti, tetapi berada di dalamnya (as an inquiry on practice from within), di mana guru sebagai peneliti terlibat langsung dalam pelaksanaan penelitian tindakan. Oleh karena itu, diharapkan dengan memilih masalah yang tepat, guru sebagai peneliti selain dapat melakukan perbaikan, peningkatan dan atau perubahan proses pembelajaran yang lebih baik, berdampak pula terhadap diri guru, yaitu menumbuhkan sikap dan kemauan untuk selalu berupaya memperbaiki, meningkatkan dan melakukan perubahan atau timbulnya budaya berdinamika dan menimbulkan budaya untuk meneliti atau menjadikan dirinya sebagai guru peneliti (teacher as researcher in his/ her classroom). B. Sumber Penemuan Masalah Penelitian Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa yang benar – benar terjadi, antara teori dengan praktek, antara aturan dengan pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksanaan. Stonner ( 1982 ) mengemukakan bahwa masalah-masalah dapat diketahui atau dicari apabila terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan, antara apa yang direncanakan dengan kenyataan, adanya pengaduan, dan kompetensi. Jika masalah penelitian konvensional peneliti dapat diperoleh dari bahan bacaan, laporan penelitian, makalah, diskusi dan lain sebagainya, dan pencarian dilakukan secara induktif-deduktif, maka masalah penelitian tindakan harus bersumber dari guru sendiri. Harus merupakan hasil refleksi atau masalahnya sendiri dan bukan berasal dan orang lain, misalnya lembaga riset. Hopkins (dalam Wiriaatmadja, 2007:80), mengemukakan pertanyaan- pertanyaan berikut untuk menolong mencari fokus permasalahan. a. Apa yang sekarang sedang terjadi? b. Apakah yang sedang berlangsung itu mengandung permasalahan? c. Apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasinya? d. Saya ingin memperbaiki . . . e. Saya mempunyai gagasan yang ingin saya cobakan di kelas . .. f. Apa yang dapat saya lakukan dengan hal semacam itu? Apabila pertanyaan-pertanyaan di atas diperhatikan, dan guru atau dosen menemukan pertanyaan tentang apa yang sebenarnya terjadi di kelas, maka benarlah guru atau dosen telah menemukan fokus permasalahan untuk penelitian kelas. Bersiap-siaplah untuk melakukan langkah-langkah selanjutnya. Sebagai contoh, ada beberapa kemungkinan dalam permasalahan yang ditemukan terjadi dalam aspek-aspek pembelajaran seperti: a. Suasana kelas yang kurang mendukung kelancaran proses belajar mengajar. b. Metode pembelajaran yang kurang tepat untuk membahas pokok kajian. c. Buku teks yang tidak mendukung. d. Media pembelajaran yang tidak ada atau kurang. e. Sistem penilaian yang tidak sesuai, dan aspek lain yang mungkin dinilai kurang. Sebagai contoh, salah satu masalah yang disebutkan di atas ialah sistem penilaian yang kurang tepat sehingga mengganggu proses belajar peserta didik. Hal ini perlu dipikirkan sebagai suatu permasalahan yang mungkin dapat diperiksa melalui tindakan karena memang hal itu tercakup dalam bidang Penelitian Tindakan Kelas, dan guru berpendapat juga bahwa sistem penilaian itu perlu diperbaiki. Untuk lebih menjelaskan bagaimana mengidentifikasi dan mencari permasalahan dan kemudian dipilih guru atau dosen sebagai fokus masalah yang akan dijadikan bidang penelitian, berikut ini beberapa contoh: 1. Pengembangan model teknik non-tes bentuk inkuiri dalam evaluasi hasil belajar bahasa Indonesia di kelas 5 SD. 2. Upaya meningkatkan keterampilan menulis paragraf induktuf melalui pendekatan cooperative learning 3. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam berbicara melalui pembelajaran isu-isu kontroversial 4. Pendekatan inkuiri dalam pembelajaran membaca pemahaman sebagai upaya untuk menigkatkan proses belajar mengajar dan prestasi akademik mahasiswa Banyak hal dalam aspek-aspek yang disebut di atas yang dapat secara terinci terus dikembangkan menjadi fokus permasalahan. Sumber masalahnya dari mana datangnya? Sumber masalah penelitian bisa muncul dari tiga hal (Ranjit Kumar, 1996): 1. Masalah Yang Ada di Manusianya Sendiri (People and Problem) Kita harus hati-hati supaya tidak terjebak ke masalah di sekitar manusia yang bukan penelitian. Tapi juga jangan "saklek”, karena masalah manusia yang tadinya bukan masalah penelitian bisa kita "goyang sedikit" menjadi masalah penelitian. Contoh, mahasiswa punya masalah pokok yaitu "kekurangan uang". Ini bisa kita "konversi" menjadi masalah penelitian misalnya menjadi : a. Mendeteksi raut muka mahasiswa bokek dengan face recognition system b. Model bisnis di Internet dengan modal kecil untuk mahasiswa 2. Masalah di Cara, Teknik dan Struktur Kerja (Program) Teknik dan struktur kerja yang bermasalah tentu juga bisa menjadi masalah penelitian. Contoh, dosen-dosen saking sibuknya ternyata kesulitan menemukan satu waktu yang pas untuk meeting bulanan di universitas. Nah ini jadi masalah penelitian, approachnya nanti kita bisa kembangkan satu aplikasi scheduling dengan sedikit sistem pakar didalamnya yang secara otomatis memberikan beberapa alternatif waktu meeting yang pas untuk semua. Masalah lain misalnya, sistem informasi manajemen di universitas kita ada masalah. Nggak bisa online bekerjanya dan nggak sesuai dengan business process sebenarnya yang dilakukan oleh para staff dalam mengelola administrasi sekolah. Nah software dan sistem ini kita perbaiki supaya sesuai dengan yang dibutuhkan. Sistem parkir di Mal yang tidak bisa mendeteksi mana area parkir yang kosong, bisa jadi masalah penelitian yang menarik juga. 3. Fenomena yang Terjadi (Phenomenon) Fenomena yang ada di sekitar kita juga bisa menjadi masalah penelitian yang menarik. Contoh, fenomena bahwa situs portal yang dikembangkan di perusahaan-perusahaan ternyata sepi pengunjung. Nah ini adalah sebuah fenomena, untuk meningkatkan traffic, misalnya bisa dengan memainkan bebrapa teknik supaya search engine mau menengok situs kita, ini sering disebut dengan Search Engine Optimization. Nah dari sini kita sudah dapat judul: "Mengembangkan situs portal traffic tinggi dengan teknik Search Engine Optimization (SEO)”. Fenomena lain lagi, proses pendeteksian golongan darah untuk skala besar (massal) misalnya untuk seluruh mahasiswa universitas yang mencapai 5000 orang ternyata memakan waktu yang sangat lama. Ini sebuah fenomena, kita beri solusi dengan software sistem yang menggunakan beberapa teknik artificial intelligence yang memungkinkan pendeteksian golongan darah ini. Sehingga 5000 orang bisa kita proses dalam beberapa jam misalnya. C. Identifikasi Masalah Rumusan masalah berbeda dengan masalah. Kalau masalah merupakan kesenjangan antara yang di harapkan dengan yang terjadi, maka rumusan masalah itu merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Namun demikian terdapat kaitan erat antara masalah dengan rumusan masalah, karean setiap rumusan masalah penelitian harus didasarkan pada masalah. Sebelum diuraikan bagaimana merumuskan masalah penelitian, terlebih dahulu akan dibahas apa yang dimaksud dengan masalah. Masalah adalah kesenjangan (gap) antara harapan dengan kenyataan, antara apa yang diinginkan atau yang dituju dengan apa yang terjadi atau faktanya. Kembali kepada contoh judul penelitian tersebut diatas, itu bersumber kepada masalah penelitian yang ada, yakni kesenjangan antara harapan (imunisasi polio pada anak akan selalu berkesinambungan memperoleh imunisasi polio I, polio II dan polio III), tetapi kenyataannya atau yang terjadi tidak demikian (sebagian besar dari anak balita hanya memperoleh imunisasi polio I saja). Contoh lain adalah penyuluhan dan kampanye tentang posyandu di Indonesia telah meluas. Berbagai media dan cara telah dilakukan baik oleh instansi kesehatan maupun diluar kesehatan, baik oleh petugas maupun masyarakat sendiri. Dengan upaya-upaya tersebut diharapkan posyandu menjadi milik masyarakat dan dimanfaatkan, dikembangkan dan dipelihara oleh masyarakat. Tetapi dari hasil penelitian Jurusan Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku FKM-UI pada tahun 1990, baru sekitar 40% masyarakat mengembangkan, memelihara dan memanfaatkan posyandu. Disinilah adanya kesenjangan atau gap dan inilah masalah penelitian. Mengenai bagaimana memilih masalah penelitian yang baik, pada uraian-uraian sebelumnya telah dijelaskan. Memilih masalah penelitian yang baik dan yang akan digunakan untuk kepentingan program maupun untuk kepentingan penulisan ilmiah dapat digunakan kriteria-kriteria yang akan diuraikan dalam bab lain. Merumuskan masalah penelitaian ini dapat dilakukan dalam bentuk pernyataan (problema statement) dan juga dalam bentuk pertanyaan (research question). Contoh : Posyandu di wilayah Kabupaten Bogor sudah merata, hampir tiap RW telah mempunyai posyandu. Penyuluhan-penyuluhan tentang imunisasi telah berjalan dengan baik di posyandu-posyandu. Namun angka drop out imunisasi polio masih tinggi, sekitar 75%. Hal ini berarti, kesinambungan imunisasi polio bagi anak balita di Kabupaten Bogor tersebut rendah. Dari pernyataan penelitian ini kemudian dapat dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian : a. Mengapa kesinambungan imunisasi polio bagi anak balita di Kabupaten Bogor rendah (mengapa angka drop out imunisasi polio tinggi) ? b. Faktor-faktor apa yang menyebabkan atau mempengaruhi ketidaksinambungan imunisasi polio bagi anak balita di Kabupaten Bogor ? D. Tipe Masalah Penelitian Seperti telah dikemukakan bahwa rumusan masalah itu merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Bentuk-bentuk rumusan masalah penelitian ini di kembangkan berdasarkan penelitian menurut tingkat eksplanasi. Bentuk masalah dapat dikelompokkan kedalam bentuk masalah deskriptif, komparatif, dan asosiatif. a. Rumusan masalah Deskriptif Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variable atau lebih ( variable yang berdiri sendiri ). Jadi dalam penelitian ini penelitian tidak membuat pernamdingan variable itu pada sampel yang lain, dan mencari hubungan variable itu dengan variable yang lain. Penelitian semacam ini untuk selanjutnya dinamakan penelitian deskriptif. Contoh rumusan masalah deskriptif : 1. Seberapa baik kinerja Departemen Pendidikan Nasional 2. Bagaimanakah sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi negri Berbadan Hukum ? 3. Seberapa tinggi efektivitas kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah di Indonesia ? 4. Seberapa tinggi tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan pemerintah daerah di bidang pendidikan ? 5. Seberapa tinggi tingkat produktivitas dan keuntungan financial Unit Produksi pada Sekolah-sekolah Kejuruan ? 6. Seberapa tinggi minat baca dan lama belajar rata-rata per hari murid- murid sekolah di Indonesia ? Dari beberapa contoh di atas terlihat bahwa setiap pertanyaan penelitian berkenaan dengan satu variable atau lebih secara mandiri ( bandingkan dengan masalah komparatif dan asosiatif ). Peneliti yang bermaksud mengetahui kinerja Departemen Pendidikan Nasional, sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi berbadan hokum, efektifitas kebijakan MBS, tingkat produktivitas dan keuntungan financial Unit Produksi pada Sekolah-sekolah Kejuruan, minat baca dan lama belajar rata-rata per hari murid-murid sekolah di Indonesia adalah contoh penelitian deskriptif. b. Rumusan Masalah Komparatif Rumusan komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang membandingkan keberadaan suatu variable atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda. Contoh rumusan masalah komparatif : 1. Adakah perbedaan prestasi belajar antara murid dari sekolah negeri dan swasta ? ( variable penelitian adalah prestasi belajar pada dua sampel yaitu sekolah negeri dan swasta ) 2. Adakah perbedaan disiplin kerja guru antara sekolah di Kota dan di Deasa ? ( satu variable dua sampel ) 3. Adakah perbedaan, motivasi belajar dan hasil belajar antar murid yang berasal dari keluarga Guru, Pegawai Swasta, dan Pedagang ? ( dua variable tiga sampel ) 4. Adakah perbedaan kompetensi professional guru dan kepala sekolah antara SD, SMP, dan SLTA ? ( satu variable untuk dua kelompok, pada tiga sampel ) 5. Adakah perbedaan daya tahan berdiri pelayan took yang berasal dari Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Menengah Atas ? ( satu variable dua sampel ) 6. Adakah perbedaan produktivitas karya ilmiah antara Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta ? ( satu variable dua sampel ) c. Rumusan Masalah Asosiatif Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variable atau lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan yaitu : 1. Hubungan Simetris Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variable atau lebih yang kebetulan munculnya bersamaan. Jadi bukan hubungan kausal maupun interaktif. Contoh rumusan masalah adalah sebagai berikut : a. Adakah hubungan antara jumlah es yang terjual dengan jumlah kejahatan terhadap murud sekolah ? ( variable pertama adalah penjual es dan ke dua adalah kejahatan ). Hal ini berarti yang menyebabkan jumlah kejahatan bukan karena es yang terjual . mungkin logikanya adalah sebagai berikut : pada saat es banyak terjual itu pada musim liburan sekolah, pada saat murid-murid banyak yang piknik ke tempat wisata. Karena banyak murid yang piknik maka di situ banyak kejahatan. b. Adakah hubungan anatara rumah yang dekat rel kereta api dengan jumlah anak ? c. Adakah hubungan antara jumlah payung yang terjual dengan jumlah murid sekolah ? 2. Hubungan Kausal Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi disini ada variabel independen t(variabel yang mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi), contoh : a. Adakah pengaruh pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar anak ? (pendidikan orang tua variabel independen dan prestasi belajar variabel dependen) b. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala SMK terhadap kecepatan lulusan memperoleh pekerjaan? (kepemimpinan variabel independen dan kecepatan memperoleh pekerjaan variabel dependen) c. Seberapa besar pengaruh tata ruang kelas terhadap efisiensi pembelajaran di SMA ? 3. Hubungan interaktif/resiprocal/timbal balik Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Di sini tidak diketahui mana variabel independen dan dependen. Contoh : a. Hubungan antara mativasi dan prestasi belajar anak SD di Kecamatan A. Di sini dapat dinyatakan motivasi mempengaruhi prestasi tetapi juga prestasi dapat mempengaruhi motivasi. b. Hubungan anatara kecerdasan dengan kekayaan. Kecerdasan dapat menyebabkan kaya, demikian juga orang yang kaya dengan meningkatkan kecerdasan karena gizi terpenuhi. E. Kriterian Masalah 1. Permasalah adalah kesenjangan (gap) antara das sollen (apa yang seharusnya) dan das sein ( apa yang ada) 2. Uraikan pendekatan konsep untuk menjawab masalah yang diteliti, hipotesis yang akan diuji atau dugaan yang akan dibuktikan. Dalam perumusan masalah dapat dijelaskan defenisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi batasan penelitian. 3. Telah memunculkan konsep-konsep tertentu. Misal: attitudes, social distence, effectiveness, credibility, dll. 4. Sumber permasalahan dapat diperoleh dari : a. Bacaan : jurnal, laporan hasil penelitian, skripsi, tesis, disertasi, buku teks, internet, dll. b. Seminar, lokakarya, diskusi, dll. c. Pernyataan pemegang otoritas d. Pengamatan e. Pengalaman f. Intuisi, dll Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih permasalahan : 1. Masalah harus memberi sumbangan pada pengembangan ilmu atau untuk kepentingan praktis 2. Biaya, waktu, tenaga, sarana dan prasarana yang tersedia 3. Bekal kemampuan teknis 4. Penguasaan metode yang diperlukan Rumusan masalah disusun dengan memperhatikan : 1. Sebaiknya dalam bentuk kalimat tanya 2. Hendaknya informasi (pada makna). 3. Memberi petunjuk untuk pengumpulan datanya. Dalam memformulasikan atau merumuskan masalah, kiranya peneliti perlu memperhatikan beberapa ketentuan yang biasanya berlaku yaitu dengan memperhatikan: 1. aspek substansi; 2. aspek formulasi; dan aspek teknis. Dari sisi aspek substansi atau isi yang terkandung, perlu dilihat dari bobot atau nilai kegunaan manfaat pemecahan masalah melalui tindakan seperti nilai aplikatifnya untuk memecahkan masalah serupa/mirip yang dihadapi guru, kegunaan metodologik dengan diketemukannya model tindakan dan prosedurnya, serta kegunaan teoritik dalam memperkaya atau mengoreksi teori pembelajaran yang berlaku. Sedang dari sisi orisinalitas, apakah pemecahan dengan model tindakan itu merupakan suatu hal baru yang belum pernah dilakukan guru sebelumnya. Jika sudah pernah berarti hanya merupakan pengulangan atau replikasi saja. Pada aspek formulasi, seyogyanya masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat interogatif (pertanyaan), meskipun tidak dilarang dirumuskan dalam bentuk deklaratif (pernyataan). Hendaknya dalam rumusan masalah tidak terkandung masalah dalam masalah, tetapi lugas menyatakan secara eksplisit dan spesifik tentang apa yang dipermasalahkan. Dan aspek teknis, menyangkut kemampuan dan kelayakan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap masalah yang dipilih. Pertimbangan yang dapat diajukan seperti kemampuan teoritik dan metodologik pembelajaran, penguasaan materi ajar, kemampuan metodologi penelitian tindakan, kemampuan fasilitas untuk melakukan penelitian seperti dana, waktu, tenaga, dan perhatian terhadap masalah yang akan dipecahkan. Oleh karena itu, disarankan untuk berangkat dari permasalahan sederhana tetapi bermakna, guru dapat melakukan di kelasnya dan tidak memerlukan biaya, waktu, dan tenaga yang besar.
2.2 Tinjauan Pustaka
A. Pengertian Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka atau disebut juga kajian pustaka ( literature review ) merupakan sebuah aktivitas untuk meninjau atau mengkaji kembali berbagai literatur yang telah dipublikasikan oleh akademisi atau peneliti lain sebelumnya terkait topik yang akan kita teliti. Dalam rangkaian proses penelitian, baik sebelum, ketika atau setelahmelakukan penelitian, peneliti biasanya diminta untuk menyusun tinjauan pustaka umumnya sebagai bagian pendahuluan dari usulan penelitian ataupun laporan hasil penelitian.Menyusun sebuah tinjauan pustaka sama halnya dengan menyarikan berbagai hasil penelitian terdahulu untuk mendapat gambaran tentang topik atau permasalahan yang akan diteliti sekaligus untuk menjawab berbagai tantangan yang muncul ketika memulai sebuah penelitian. Namun demikian, satu hal yang perlu diingat adalah bahwa tinjauan pustaka bukan sekedar sebuah tulisan diskursif yang berisi daftar sejumlah publikasi atau penelitian terdahulu yang ditulis berurutan secara deskriptif semata. Tinjauan pustaka juga bukan sekedar laporan yang berisi rangkaian simpulan atas berbagai literatur yang telah dibaca dalam topik terkait. Lebih dari itu, sebuah tinjauan pustaka seyogyanya merupakan sebuah tulisan yang mampu memaparkan tema dan mengidentifikasi trend, termasuk teori-teori yang relevan. Oleh karenanya, dalam menyusun tinjauan pustaka, peneliti tidak hanya berusaha untuk membuat daftar tentang semua publikasi dan penelitian terkait tetapi harus sekaligus dapat melakukan sintesis dan evaluasi terhadap berbagai publikasi dan penelitian tersebut seusai dengan permasalahan dalam penelitian yang akan dilakukan. Dengan menyusun tinjauan pustaka seperti ini, maka peneliti berupaya untuk dapat mengintegrasikan apa saja yang telah dikatakan atau dilakukan oleh peneliti lain sebelumnya, mengkritisi hasil penelitian atau publikasi ilmiah yang ada, dan menjembatani berbagai area topik terkait, ataupun mengidentikasi isu utama dalam bidang terkait. Uraian di atas menunjukkan bahwa tinjauan pustaka diperlukan untuk memberikan pemantapan dan penegasan tentang ciri khas penelitian yang hendak dikerjakan. Ciri khas sebuah penelitian akan tampak dengan menunjukkan bahwa buku-buku, artikel, skripsi, tesis hingga disertasi yang ditelaah belum atau tidak menjawab persoalan yang diajukan oleh peneliti. Dengan demikian, tinjauan pustaka memiliki manfaat yang besar bagi calon peneliti untuk menelusuri lebih jauh apa yang akan dipermasalahkan dan bagaimana penelitian yang akan ia lakukan dapat mengisi kekosongan karena belum adanya penelitian serupa yang dilakukan sebelumnya. B. Tujuan Tinjauan Pustaka Ada banyak sekali pendapat-pendapat tentang tujuan tijauan pustaka. Drs. Colid Narbuko memberikan pernyataan tentang tujuan tinjauan pustaka yaitu : a. Memperdalam pengetahuan tentang masalah yang akan diteliti sehingga dapat melakukan kontrol. b. Menegaskan kerangka teoretis yang menjadi landasan jalan pemikiran peneliti. c. Mempertajam konsep-konsep yang digunakan sehingga memudahkan perumusan hipotesisnya (teori). d. Menghindari terjadinya pengulangan suatu penelitian sehingga dapat dihindari pemborosan mengenai waktu, tenaga dan biaya. Kami juga menemukan tujuan tinjauan pustaka secara lebih sedernana, yaitu untuk menginformasikan kepada pembaca tentang hasil-hasil penelitian terdahulu. Gunanya adalah untuk mendukung topik penelitian yang akan kita lakukan. Seperti menghubungkan penelitian dengan literatur yang ada, mengisi celah-celah dalam penelitian sebelumnya, dan kita dapat meyediakan kerangka kerja dan tolak ukur untuk mempertegas pentingnya penelitian tersebut dengan membandingkan hasil-hasil penelitian yang lain. C. Cara Penyusunan Tinjauan Pustaka Sebelum kita menyusun tinjauan pustaka, kita harus menentukan topik penelitian. Topik penelitian adalah pokok permasalahan dari suatu penelitian atau sebagai tema pokok dari suatu penelitian. Ada beberapa cara agar dapat memperoleh pemahaman mengenai topik penelitian. Seperti : a. Menulis judul yang jelas b. Topik akan menuntun dan memberikan petunjuk atas apa yang akan kita teliti dan merancang judul yang baik terlebih dahulu sebelum menulis penelitian. c. Membuat sejelas mungkin dan menghindari pernyataan-pernyataan yang berlebihan dan memastikan bahwa judul tersebut sudah mencakup topik utama penelitian. Setelah kita mengetahui topik penelitiannya, maka kita mulai menyusun tinjauan pustaka. Adapun langkah langkah menyusun tinjauan pustaka adalah sebagai berikut : a. Mencari kata kunci ( key words ) penelitian. b. Mengunjungi perpustakaan untuk materi-materi referensi ( seperti jurnal-jurnal dan buku-buku). c. Membaca sepintas sekumpulan artikel dan bab-bab dalam buku yang memang relefan dengan topik penelitian. d. Pengumpulan bahan seperti data base terkomputerisasi. Data base gratis adalah google schoolar. e. Membuat peta literatur. Peta literatur merupakan sejenis gambar visual yang menampilkan pengelompokan literatur berdasarkan topik penelitian. Peta inilah yang nantinya akan menggambarkan bagaimana penelitian tersebut akan memberikan kontribusi pada literatur-literatur yang ada. f. Memberi petunjuk gaya ( style manual) menyediakan arahan – arahaan bagi para peneliti untuk menulis penelitian bergaya akademis seperti format yang konsisten dalam mengutip referensi, seperti menggunakan catatan kaki atau catatan perut, membuat judul, menyajikan tabel dan gambar serta menggunakan bahasa yang tidak diskriminatif. Landasan utama dalam melakukan tinjauan pustaka adalah menggunakan gaya referensi yang tepat dan konsisten. BAB III
PENUTUP
Berdasarkan literatur-literatur yang ada mengenai identifikasi perumusan
masalah dan tujuan penelitian, maka kesimpulan yang diperoleh dari bahasan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tahap-tahap yang perlu diperhatikan dalam proses identifikasi perumusan
masalah ialah: a. Memilih/menetapkan masalah sebagai landasan/pangkal penelitian berdasarkan syarat-syarat tertentu yang diperoleh dari berbagai sumber permasalahan yang terkait. b. Merumuskan masalah yang berarti proses penyederhanaan masalah yang kompleks, menjadi masalah yang dapat diteliti menggambarkan suatu pernyataan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah. 2. Tujuan penelitian harus selalu konsisten dengan rumusan masalah. Berapa banyak masalah dirumuskan, sebanyak itu pula tujuan yang akan dicapai. Untuk itu, perlu ditetapkan suatu tujuan penelitian berdasarkan persoalan yang dipilih, baik penelitian yang bertujuan mencari familiaritas/ hubungan baru (Familiarity/ New Relationship), Descriptive Studies, Experimental Studies, dan atau Forecast Studies. Dari beberapa uraian ini, dapat kita simpulkan bahwa pengertian tinjauan pustaka adalah meninjau kembali berbagai literatur yang telah di publikasikan oleh peneliti lain sebelumnya terkait topik penelitian yang akan kita teliti. Tujuan dari tinjauan pustaka adalah untuk menginformasikan kepada pembaca tentang penelitian-penelitan terdahulu. Hal ini berguna untuk menunjang topik penelitian yang akan kita teliti. Seperti menghubungkan penelitian dengan literatur yang ada, mengisi celah-celah dalam penelitian sebelumnya, agar kita terhindar dari terjadinya pengulangan suatu penelitian yang dapat menyebabkan pemborosan mengenai waktu, tenaga dan biaya. Proses penyusunan tinjauan pustaka adalah : a. Mencari topik penelitian. b. Mencari kata kunci penelitian. c. Membaca dan mengumpulkan literatur yang memang relefan dengan topik penelitian kita. d. Membuat peta literatur. e. Memberi petunjuk gaya. Seperti catatan perut dan catatan kaki. DAFTAR PUSTAKA
Indriantoro, N dan B. Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi
dan Bisnis. Yogyakarta: BPFE. Notohadiprawiro, T. 2006. Metode Penelitian dan Penulisan Ilmiah. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Purwanto, E. 2008. Metode Penelitian Remaja. http://metodekir.blogspot.com [20 Desember 2009]. Subiyanto. 1999. Metode Penelitian Akuntansi. Yogyakarta: STIE YKPN. Sugiono. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Suryabrata, I. 2000. Langkah-Langkah Penelitian. http://ibnurusdi.wordpress.com [20 Desember 2009]. Drs. Cholid Narbuko, Drs. H. Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, PT Buni Aksara, Jakarta, 2012, hlm 139-140 (Taylor &Procter 2010: 1-2). Yang dikutip oleh Titien Diah Soelistyarini pada file pdf, Pedoman Penyusunan Tinjauan Pustaka dalam Penelitian dan Penulisan Ilmiah, Universitas Airlangga. (Shavelson & Towne 2002: 144). Yang dikutip oleh Titien Diah Soelistyarini pada file pdf Pedoman Penyusunan Tinjauan Pustaka dalam Penelitian dan Penulisan Ilmiah, Universitas Airlangga. (Cooper 1998: 3) Yang dikutip oleh Titien Diah Soelistyarini pada file pdf Pedoman Penyusunan Tinjauan Pustaka dalam Penelitian dan Penulisan Ilmiah, Universitas Airlangga. Titien Diah Soelistyarini pada file pdf, Pedoman Penyusunan Tinjauan Pustaka dalam Penelitian dan Penulisan Ilmiah, Universitas Airlangga. Ramita Hapsari, dalam vidionya yang di unggah di youtube, Menyusun Tinjauan Pustaka Penelitian Komunikasi.mp4 (Wilkinson dalam creswell, 2009 : 38.) Yang dikutip oleh Ramita Hapsari, dalam vidionya yang di unggah di youtube, Menyusun Tinjauan Pustaka Penelitian Komunikasi.mp4