Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah penelitian merupakan suatu pondasi dalam melakukan suatu
penelitian. Singkatnya, masalah penelitian adalah adanya gap atau kesenjangan
antara harapan dengan kenyataan, teori dengan praktek, yang seharusnya dengan
yang terjadi. Masalah penelitian bukan merupakan suatu rumusan tujuan.
Penelitan ialah suatu kegiatan untuk memilih judul, merumuskan masalah,
kemudian diikuti dengan pengumpulan, pengolahan, penyajian dan analisis data
yang dilakukan dengan metode ilmiah secara efisien dan sistematis yang hasilnya
berguna untuk mengetahui suatu keadaan atau masalah dalam usaha
pengembangan ilmu pengetahuan atau untuk membuat keputusan dalam rangka
pemecahan masalah.
Menurut Indriantoro dan Supomo (1999), penelitian dapat dilihat sebagai
proses yang mencakup dua tahap: penemuan masalah dan pemecahan masalah.
Penemuan masalah dalam penelitian meliputi: identifikasi bidang masalah,
penentuan pemilihan pokok masalah (topik) dan perumusan atau formulasi
masalah. Penemuan masalah merupakan tahap penelitian yang paling sulit karena
masalah penelitian mempengaruhi strategi yang diterapkan dalam pemecahan
penelitian. Seperti yang dikemukakan oleh Einstein dan Infield dalam
(Indriantoro dan Supomo, 1999), formulasi masalah penelitian sering merupakan
tahap penelitian yang jauh lebih esensial dibandingkan dengan tahap pemecahan
masalah. Bahkan menurut Isaac dan Michael dalam (Indriantoro dan Supomo,
1999), formulasi masalah penelitian dengan baik merupakan setengah dari tahap
pemecahan masalah.
Tidak mudah bagi peneliti untuk merumuskan masalah penelitian, terutama
bagi penelitian pemula. Masalah penelitian yang sering dirumuskan terlalu umum
sehingga dengan pokok permasalahan yang tidak jelas akan menyulitkan tahap
pemecahan masalah, yang meliputi penentuan konsep-konsep teoritis yang
ditelaah dan pemilihan metode pengujian data. Semakin spesifik perumusan
masalah, penelitian semakin mudah dilakukan pengujian secara empiris, perlu
pendekatan sistematis untuk merumuskan masalah penelitian yang baik
memudahkan tahap pemecahan masalah sehingga memudahkan pula untuk
menetapkan suatu tujuan penelitian.
Mengingat arti penting dari masalah tersebut, maka alangkah baiknya apabila
pengetahuan mengenai masalah yang mencakup pengertian, serta proses
penentuan masalah sampai proses perumusan masalah dapat dipahami secara
lebih mendalam.
Latar Belakang Masalah Suatu landasan teori dari suatu penelitian tertentu
atau karya ilmiah sering juga disebut sebagai studi literatur atau tinjauan pustaka.
Salah satu contoh karya tulis yang penting adalah tulisan itu berdasarkan riset.
Melalui penelitian atau kajian teori diperoleh kesimpulan-kesimpulan atau
pendapat-pendapat para ahli, kemudian dirumuskan pada pendapat baru. Penulis
harus belajar dan melatih dirinya untuk mengatasi masalah-masalah yang sulit,
bagaimana mengekspresikan semua bahan dari bermacam-macam sumber
menjadi suatu karya tulis yang memiliki bobot ilmiah.
Tinjauan Pustaka (Literature Review)merupakan salah satu bab yang hampir
selalu ditemukan dalam proposal penelitian dan laporan penelitian, termasuk
skripsi, tesis, dan disertasi. Tinjauan Pustaka tidak ditemukan dalam sebuah
artikel jurnal ilmiah atau prosiding seminar ilmiah, dan fungsi Tinjauan Pustaka
di sini diambil alih oleh bagian Pendahuluan. Di luar negeri, orang sering juga
menerbitkan Literature Review sebagai artikel dalam jurnal ilmiah.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perumusan Masalah

A. Identifikasi Topik Penelitian


Seperti telah dikemukakan bahwa pada dasarnya penelitian itu
dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang antara lain dapat
digunakan untuk memecahkan masalah. Untuk itu setiap penelitian yang
akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah. Seperti dinyatakan oleh
Emory ( 1985 ) bahwa, baik penelitian murni maupun terapan, semuanya
berangkat dari masalah, hanya untuk penelitian terapan hasilnya langsung
dapat digunakan untuk membuat keputusan. Jadi setiap penelitian yang akan
dilakukan harus selalu berangkat dari masalah, walaupun diakui bahwa
memilih masalah penelitian sering merupakan hal yang paling sulit dalam
proses penelitian ( Tuckman, 198 ).
Masalah adalah kesenjangan (discrepancy) antara apa yang seharusnya
(harapan) dengan apa yang ada dalam kenyataan sekarang. Kesenjangan
tersebut dapat mengacu ke ilmu pengetahuan dan teknologi, ekonomi,
politik, sosial budaya, pendidikan dan lain sebagainya. Penelitian diharapkan
mampu mengantisipasi kesenjangan-kesenjangan tersebut. Masalah yang
perlu dijawab melalui penelitian cukup banyak dan bervariasi misalnya
masalah dalam bidang pendidikan saja dapat dikategorikan menjadi
beberapa sudut tinjauan yaitu masalah kualitas, pemerataan, relevansi dan
efisiensi pendidikan (Riyanto, 2001:1) Salah satu jenis penelitian dalam
bidang pendidikan adalah peneltian tindakan, yang dilakukan dengan
menerapkan metode-metode pengajaran ketika proses belajar berlangsung di
kelas dengan harapan meningkatkan prestasi belajar siswa.
Peneliti dalam penelitian tindakan ialah melakukan identifikasi dan
membuat perumusan masalah yang memungkinkan diteliti lewat penelitian
tindakan (Depdikbud, 1999:11). Lebih lanjut dikemukakan bahwa
kedudukan perumusan atau formulasi masalah penelitian merupakan suatu
langkah awal yang menentukan keberhasilan langkah-langkah selanjutnya.
Orang menyatakan bahwa jika peneliti berhasil merumuskan masalah
penelitian dengan baik dan benar, berarti ia telah melampaui separo jalan.
Dengan rumusan masalah yang jelas dan tajam, maka peneliti akan mampu
meletakkan dasar teori dan atau kerangka konseptual pemecahan masalah,
hipotesis tindakan akan dapat dirumuskan karena berdasarkan rumusan
masalah dapat diidentifikasi dan ditetapkan alternatif solusinya atau tindakan
tepat yang perlu dilakukan.
Demikian pula data apa yang harus dikumpulkan untuk mengkaji atau
sebagai bahan refleksi atas tindakan yang telah dan sedang dilakukan untuk
memperbaiki, meningkatkan dan melakukan perubahan ke arah yang lebih
baik sesuai dengan apa yang diharapkannya dalam penelitian tindakan. Perlu
disadari bahwa masalah penelitian tindakan mempunyai ciri atau
karakteristik yang berbeda dengan penelitian konvensional yang biasa
dilakukan para peneliti pendidikan di perguruan tinggi. Peneliti tidak berada
di luar apa yang diteliti, tetapi berada di dalamnya (as an inquiry on practice
from within), di mana guru sebagai peneliti terlibat langsung dalam
pelaksanaan penelitian tindakan. Oleh karena itu, diharapkan dengan
memilih masalah yang tepat, guru sebagai peneliti selain dapat melakukan
perbaikan, peningkatan dan atau perubahan proses pembelajaran yang lebih
baik, berdampak pula terhadap diri guru, yaitu menumbuhkan sikap dan
kemauan untuk selalu berupaya memperbaiki, meningkatkan dan melakukan
perubahan atau timbulnya budaya berdinamika dan menimbulkan budaya
untuk meneliti atau menjadikan dirinya sebagai guru peneliti (teacher as
researcher in his/ her classroom).
B. Sumber Penemuan Masalah Penelitian
Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang
seharusnya dengan apa yang benar – benar terjadi, antara teori dengan
praktek, antara aturan dengan pelaksanaan, antara rencana dengan
pelaksanaan. Stonner ( 1982 ) mengemukakan bahwa masalah-masalah dapat
diketahui atau dicari apabila terdapat penyimpangan antara pengalaman
dengan kenyataan, antara apa yang direncanakan dengan kenyataan, adanya
pengaduan, dan kompetensi.
Jika masalah penelitian konvensional peneliti dapat diperoleh dari
bahan bacaan, laporan penelitian, makalah, diskusi dan lain sebagainya, dan
pencarian dilakukan secara induktif-deduktif, maka masalah penelitian
tindakan harus bersumber dari guru sendiri. Harus merupakan hasil refleksi
atau masalahnya sendiri dan bukan berasal dan orang lain, misalnya lembaga
riset. Hopkins (dalam Wiriaatmadja, 2007:80), mengemukakan pertanyaan-
pertanyaan berikut untuk menolong mencari fokus permasalahan.
a. Apa yang sekarang sedang terjadi?
b. Apakah yang sedang berlangsung itu mengandung permasalahan?
c. Apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasinya?
d. Saya ingin memperbaiki . . .
e. Saya mempunyai gagasan yang ingin saya cobakan di kelas . ..
f. Apa yang dapat saya lakukan dengan hal semacam itu?
Apabila pertanyaan-pertanyaan di atas diperhatikan, dan guru atau
dosen menemukan pertanyaan tentang apa yang sebenarnya terjadi di kelas,
maka benarlah guru atau dosen telah menemukan fokus permasalahan untuk
penelitian kelas. Bersiap-siaplah untuk melakukan langkah-langkah
selanjutnya. Sebagai contoh, ada beberapa kemungkinan dalam
permasalahan yang ditemukan terjadi dalam aspek-aspek pembelajaran
seperti:
a. Suasana kelas yang kurang mendukung kelancaran proses belajar
mengajar.
b. Metode pembelajaran yang kurang tepat untuk membahas pokok kajian.
c. Buku teks yang tidak mendukung.
d. Media pembelajaran yang tidak ada atau kurang.
e. Sistem penilaian yang tidak sesuai, dan aspek lain yang mungkin dinilai
kurang.
Sebagai contoh, salah satu masalah yang disebutkan di atas ialah
sistem penilaian yang kurang tepat sehingga mengganggu proses belajar
peserta didik. Hal ini perlu dipikirkan sebagai suatu permasalahan yang
mungkin dapat diperiksa melalui tindakan karena memang hal itu tercakup
dalam bidang Penelitian Tindakan Kelas, dan guru berpendapat juga bahwa
sistem penilaian itu perlu diperbaiki.
Untuk lebih menjelaskan bagaimana mengidentifikasi dan mencari
permasalahan dan kemudian dipilih guru atau dosen sebagai fokus masalah
yang akan dijadikan bidang penelitian, berikut ini beberapa contoh:
1. Pengembangan model teknik non-tes bentuk inkuiri dalam evaluasi hasil
belajar bahasa Indonesia di kelas 5 SD.
2. Upaya meningkatkan keterampilan menulis paragraf induktuf melalui
pendekatan cooperative learning
3. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam berbicara
melalui pembelajaran isu-isu kontroversial
4. Pendekatan inkuiri dalam pembelajaran membaca pemahaman sebagai
upaya untuk menigkatkan proses belajar mengajar dan prestasi akademik
mahasiswa
Banyak hal dalam aspek-aspek yang disebut di atas yang dapat secara
terinci terus dikembangkan menjadi fokus permasalahan. Sumber
masalahnya dari mana datangnya? Sumber masalah penelitian bisa muncul
dari tiga hal (Ranjit Kumar, 1996):
1. Masalah Yang Ada di Manusianya Sendiri (People and Problem)
Kita harus hati-hati supaya tidak terjebak ke masalah di sekitar
manusia yang bukan penelitian. Tapi juga jangan "saklek”, karena
masalah manusia yang tadinya bukan masalah penelitian bisa kita
"goyang sedikit" menjadi masalah penelitian. Contoh, mahasiswa punya
masalah pokok yaitu "kekurangan uang". Ini bisa kita "konversi"
menjadi masalah penelitian misalnya menjadi :
a. Mendeteksi raut muka mahasiswa bokek dengan face recognition
system
b. Model bisnis di Internet dengan modal kecil untuk mahasiswa
2. Masalah di Cara, Teknik dan Struktur Kerja (Program)
Teknik dan struktur kerja yang bermasalah tentu juga bisa
menjadi masalah penelitian. Contoh, dosen-dosen saking sibuknya
ternyata kesulitan menemukan satu waktu yang pas untuk meeting
bulanan di universitas. Nah ini jadi masalah penelitian, approachnya
nanti kita bisa kembangkan satu aplikasi scheduling dengan sedikit
sistem pakar didalamnya yang secara otomatis memberikan beberapa
alternatif waktu meeting yang pas untuk semua. Masalah lain misalnya,
sistem informasi manajemen di universitas kita ada masalah. Nggak bisa
online bekerjanya dan nggak sesuai dengan business process sebenarnya
yang dilakukan oleh para staff dalam mengelola administrasi sekolah.
Nah software dan sistem ini kita perbaiki supaya sesuai dengan yang
dibutuhkan. Sistem parkir di Mal yang tidak bisa mendeteksi mana area
parkir yang kosong, bisa jadi masalah penelitian yang menarik juga.
3. Fenomena yang Terjadi (Phenomenon)
Fenomena yang ada di sekitar kita juga bisa menjadi masalah
penelitian yang menarik. Contoh, fenomena bahwa situs portal yang
dikembangkan di perusahaan-perusahaan ternyata sepi pengunjung. Nah
ini adalah sebuah fenomena, untuk meningkatkan traffic, misalnya bisa
dengan memainkan bebrapa teknik supaya search engine mau menengok
situs kita, ini sering disebut dengan Search Engine Optimization. Nah
dari sini kita sudah dapat judul: "Mengembangkan situs portal traffic
tinggi dengan teknik Search Engine Optimization (SEO)”. Fenomena
lain lagi, proses pendeteksian golongan darah untuk skala besar (massal)
misalnya untuk seluruh mahasiswa universitas yang mencapai 5000
orang ternyata memakan waktu yang sangat lama. Ini sebuah fenomena,
kita beri solusi dengan software sistem yang menggunakan beberapa
teknik artificial intelligence yang memungkinkan pendeteksian
golongan darah ini. Sehingga 5000 orang bisa kita proses dalam
beberapa jam misalnya.
C. Identifikasi Masalah
Rumusan masalah berbeda dengan masalah. Kalau masalah
merupakan kesenjangan antara yang di harapkan dengan yang terjadi, maka
rumusan masalah itu merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan
jawabannya melalui pengumpulan data. Namun demikian terdapat kaitan
erat antara masalah dengan rumusan masalah, karean setiap rumusan
masalah penelitian harus didasarkan pada masalah.
Sebelum diuraikan bagaimana merumuskan masalah penelitian,
terlebih dahulu akan dibahas apa yang dimaksud dengan masalah. Masalah
adalah kesenjangan (gap) antara harapan dengan kenyataan, antara apa yang
diinginkan atau yang dituju dengan apa yang terjadi atau faktanya. Kembali
kepada contoh judul penelitian tersebut diatas, itu bersumber kepada
masalah penelitian yang ada, yakni kesenjangan antara harapan (imunisasi
polio pada anak akan selalu berkesinambungan memperoleh imunisasi polio
I, polio II dan polio III), tetapi kenyataannya atau yang terjadi tidak
demikian (sebagian besar dari anak balita hanya memperoleh imunisasi polio
I saja). Contoh lain adalah penyuluhan dan kampanye tentang posyandu di
Indonesia telah meluas. Berbagai media dan cara telah dilakukan baik oleh
instansi kesehatan maupun diluar kesehatan, baik oleh petugas maupun
masyarakat sendiri.
Dengan upaya-upaya tersebut diharapkan posyandu menjadi milik
masyarakat dan dimanfaatkan, dikembangkan dan dipelihara oleh
masyarakat. Tetapi dari hasil penelitian Jurusan Pendidikan Kesehatan dan
Ilmu Perilaku FKM-UI pada tahun 1990, baru sekitar 40% masyarakat
mengembangkan, memelihara dan memanfaatkan posyandu. Disinilah
adanya kesenjangan atau gap dan inilah masalah penelitian. Mengenai
bagaimana memilih masalah penelitian yang baik, pada uraian-uraian
sebelumnya telah dijelaskan. Memilih masalah penelitian yang baik dan
yang akan digunakan untuk kepentingan program maupun untuk
kepentingan penulisan ilmiah dapat digunakan kriteria-kriteria yang akan
diuraikan dalam bab lain. Merumuskan masalah penelitaian ini dapat
dilakukan dalam bentuk pernyataan (problema statement) dan juga dalam
bentuk pertanyaan (research question). Contoh : Posyandu di wilayah
Kabupaten Bogor sudah merata, hampir tiap RW telah mempunyai
posyandu. Penyuluhan-penyuluhan tentang imunisasi telah berjalan dengan
baik di posyandu-posyandu. Namun angka drop out imunisasi polio masih
tinggi, sekitar 75%. Hal ini berarti, kesinambungan imunisasi polio bagi
anak balita di Kabupaten Bogor tersebut rendah.
Dari pernyataan penelitian ini kemudian dapat dilanjutkan dengan
pertanyaan penelitian :
a. Mengapa kesinambungan imunisasi polio bagi anak balita di Kabupaten
Bogor rendah (mengapa angka drop out imunisasi polio tinggi) ?
b. Faktor-faktor apa yang menyebabkan atau mempengaruhi
ketidaksinambungan
imunisasi polio bagi anak balita di Kabupaten Bogor ?
D. Tipe Masalah Penelitian
Seperti telah dikemukakan bahwa rumusan masalah itu merupakan
suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan
data. Bentuk-bentuk rumusan masalah penelitian ini di kembangkan
berdasarkan penelitian menurut tingkat eksplanasi. Bentuk masalah dapat
dikelompokkan kedalam bentuk masalah deskriptif, komparatif, dan
asosiatif.
a. Rumusan masalah Deskriptif
Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang
berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variable atau lebih
( variable yang berdiri sendiri ). Jadi dalam penelitian ini penelitian tidak
membuat pernamdingan variable itu pada sampel yang lain, dan mencari
hubungan variable itu dengan variable yang lain. Penelitian semacam ini
untuk selanjutnya dinamakan penelitian deskriptif.
Contoh rumusan masalah deskriptif :
1. Seberapa baik kinerja Departemen Pendidikan Nasional
2. Bagaimanakah sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi negri
Berbadan Hukum ?
3. Seberapa tinggi efektivitas kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah
di Indonesia ?
4. Seberapa tinggi tingkat kepuasan masyarakat terhadap pelayanan
pemerintah daerah di bidang pendidikan ?
5. Seberapa tinggi tingkat produktivitas dan keuntungan financial Unit
Produksi pada Sekolah-sekolah Kejuruan ?
6. Seberapa tinggi minat baca dan lama belajar rata-rata per hari murid-
murid sekolah di Indonesia ?
Dari beberapa contoh di atas terlihat bahwa setiap pertanyaan
penelitian berkenaan dengan satu variable atau lebih secara mandiri
( bandingkan dengan masalah komparatif dan asosiatif ).
Peneliti yang bermaksud mengetahui kinerja Departemen Pendidikan
Nasional, sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi berbadan hokum,
efektifitas kebijakan MBS, tingkat produktivitas dan keuntungan financial
Unit Produksi pada Sekolah-sekolah Kejuruan, minat baca dan lama
belajar rata-rata per hari murid-murid sekolah di Indonesia adalah contoh
penelitian deskriptif.
b. Rumusan Masalah Komparatif
Rumusan komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang
membandingkan keberadaan suatu variable atau lebih pada dua atau
lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda.
Contoh rumusan masalah komparatif :
1. Adakah perbedaan prestasi belajar antara murid dari sekolah negeri
dan swasta ? ( variable penelitian adalah prestasi belajar pada dua
sampel yaitu sekolah negeri dan swasta )
2. Adakah perbedaan disiplin kerja guru antara sekolah di Kota dan di
Deasa ?
( satu variable dua sampel )
3. Adakah perbedaan, motivasi belajar dan hasil belajar antar murid
yang berasal dari keluarga Guru, Pegawai Swasta, dan Pedagang ?
( dua variable tiga sampel )
4. Adakah perbedaan kompetensi professional guru dan kepala sekolah
antara SD, SMP, dan SLTA ? ( satu variable untuk dua kelompok,
pada tiga sampel )
5. Adakah perbedaan daya tahan berdiri pelayan took yang berasal dari
Sekolah Menengah Kejuruan dan Sekolah Menengah Atas ? ( satu
variable dua sampel )
6. Adakah perbedaan produktivitas karya ilmiah antara Perguruan
Tinggi Negeri dan Swasta ? ( satu variable dua sampel )
c. Rumusan Masalah Asosiatif
Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah penelitian yang
bersifat menanyakan hubungan antara dua variable atau lebih. Terdapat
tiga bentuk hubungan yaitu :
1. Hubungan Simetris
Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variable
atau lebih yang kebetulan munculnya bersamaan. Jadi bukan
hubungan kausal maupun interaktif. Contoh rumusan masalah adalah
sebagai berikut :
a. Adakah hubungan antara jumlah es yang terjual dengan jumlah
kejahatan terhadap murud sekolah ? ( variable pertama adalah
penjual es dan ke dua adalah kejahatan ). Hal ini berarti yang
menyebabkan jumlah kejahatan bukan karena es yang terjual .
mungkin logikanya adalah sebagai berikut : pada saat es banyak
terjual itu pada musim liburan sekolah, pada saat murid-murid
banyak yang piknik ke tempat wisata. Karena banyak murid yang
piknik maka di situ banyak kejahatan.
b. Adakah hubungan anatara rumah yang dekat rel kereta api
dengan jumlah anak ?
c. Adakah hubungan antara jumlah payung yang terjual dengan
jumlah murid sekolah ?
2. Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat.
Jadi disini ada variabel independen t(variabel yang mempengaruhi)
dan dependen (dipengaruhi), contoh :
a. Adakah pengaruh pendidikan orang tua terhadap prestasi belajar
anak ? (pendidikan orang tua variabel independen dan prestasi
belajar variabel dependen)
b. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala SMK terhadap
kecepatan lulusan memperoleh pekerjaan? (kepemimpinan
variabel independen dan kecepatan memperoleh pekerjaan
variabel dependen)
c. Seberapa besar pengaruh tata ruang kelas terhadap efisiensi
pembelajaran di SMA ?
3. Hubungan interaktif/resiprocal/timbal balik
Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling
mempengaruhi. Di sini tidak diketahui mana variabel independen dan
dependen. Contoh :
a. Hubungan antara mativasi dan prestasi belajar anak SD di
Kecamatan A. Di sini dapat dinyatakan motivasi mempengaruhi
prestasi tetapi juga prestasi dapat mempengaruhi motivasi.
b. Hubungan anatara kecerdasan dengan kekayaan. Kecerdasan
dapat menyebabkan kaya, demikian juga orang yang kaya dengan
meningkatkan kecerdasan karena gizi terpenuhi.
E. Kriterian Masalah
1. Permasalah adalah kesenjangan (gap) antara das sollen (apa yang
seharusnya) dan das sein ( apa yang ada)
2. Uraikan pendekatan konsep untuk menjawab masalah yang diteliti,
hipotesis yang akan diuji atau dugaan yang akan dibuktikan. Dalam
perumusan masalah dapat dijelaskan defenisi, asumsi, dan lingkup yang
menjadi batasan penelitian.
3. Telah memunculkan konsep-konsep tertentu. Misal: attitudes, social
distence, effectiveness, credibility, dll.
4. Sumber permasalahan dapat diperoleh dari :
a. Bacaan : jurnal, laporan hasil penelitian, skripsi, tesis, disertasi, buku
teks, internet, dll.
b. Seminar, lokakarya, diskusi, dll.
c. Pernyataan pemegang otoritas
d. Pengamatan
e. Pengalaman
f. Intuisi, dll
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih permasalahan :
1. Masalah harus memberi sumbangan pada pengembangan ilmu atau
untuk kepentingan praktis
2. Biaya, waktu, tenaga, sarana dan prasarana yang tersedia
3. Bekal kemampuan teknis
4. Penguasaan metode yang diperlukan
Rumusan masalah disusun dengan memperhatikan :
1. Sebaiknya dalam bentuk kalimat tanya
2. Hendaknya informasi (pada makna).
3. Memberi petunjuk untuk pengumpulan datanya.
Dalam memformulasikan atau merumuskan masalah, kiranya
peneliti perlu memperhatikan beberapa ketentuan yang biasanya berlaku
yaitu dengan memperhatikan:
1. aspek substansi;
2. aspek formulasi; dan aspek teknis.
Dari sisi aspek substansi atau isi yang terkandung, perlu dilihat
dari bobot atau nilai kegunaan manfaat pemecahan masalah melalui
tindakan seperti nilai aplikatifnya untuk memecahkan masalah
serupa/mirip yang dihadapi guru, kegunaan metodologik dengan
diketemukannya model tindakan dan prosedurnya, serta kegunaan teoritik
dalam memperkaya atau mengoreksi teori pembelajaran yang berlaku.
Sedang dari sisi orisinalitas, apakah pemecahan dengan model tindakan
itu merupakan suatu hal baru yang belum pernah dilakukan guru
sebelumnya. Jika sudah pernah berarti hanya merupakan pengulangan
atau replikasi saja. Pada aspek formulasi, seyogyanya masalah
dirumuskan dalam bentuk kalimat interogatif (pertanyaan), meskipun
tidak dilarang dirumuskan dalam bentuk deklaratif (pernyataan).
Hendaknya dalam rumusan masalah tidak terkandung masalah dalam
masalah, tetapi lugas menyatakan secara eksplisit dan spesifik tentang apa
yang dipermasalahkan.
Dan aspek teknis, menyangkut kemampuan dan kelayakan peneliti
untuk melakukan penelitian terhadap masalah yang dipilih. Pertimbangan
yang dapat diajukan seperti kemampuan teoritik dan metodologik
pembelajaran, penguasaan materi ajar, kemampuan metodologi penelitian
tindakan, kemampuan fasilitas untuk melakukan penelitian seperti dana,
waktu, tenaga, dan perhatian terhadap masalah yang akan dipecahkan.
Oleh karena itu, disarankan untuk berangkat dari permasalahan sederhana
tetapi bermakna, guru dapat melakukan di kelasnya dan tidak
memerlukan biaya, waktu, dan tenaga yang besar.

2.2 Tinjauan Pustaka


A. Pengertian Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka atau disebut juga kajian pustaka ( literature review )
merupakan sebuah aktivitas untuk meninjau atau mengkaji kembali
berbagai literatur yang telah dipublikasikan oleh akademisi atau peneliti
lain sebelumnya terkait topik yang akan kita teliti. Dalam rangkaian proses
penelitian, baik sebelum, ketika atau setelahmelakukan penelitian, peneliti
biasanya diminta untuk menyusun tinjauan pustaka umumnya sebagai
bagian pendahuluan dari usulan penelitian ataupun laporan hasil
penelitian.Menyusun sebuah tinjauan pustaka sama halnya dengan
menyarikan berbagai hasil penelitian terdahulu untuk mendapat gambaran
tentang topik atau permasalahan yang akan diteliti sekaligus untuk
menjawab berbagai tantangan yang muncul ketika memulai sebuah
penelitian.
Namun demikian, satu hal yang perlu diingat adalah bahwa tinjauan
pustaka bukan sekedar sebuah tulisan diskursif yang berisi daftar sejumlah
publikasi atau penelitian terdahulu yang ditulis berurutan secara deskriptif
semata. Tinjauan pustaka juga bukan sekedar laporan yang  berisi
rangkaian simpulan atas berbagai literatur yang telah dibaca dalam topik
terkait. Lebih dari itu, sebuah tinjauan pustaka seyogyanya merupakan
sebuah tulisan yang mampu memaparkan tema dan mengidentifikasi trend,
termasuk teori-teori yang relevan. Oleh karenanya, dalam menyusun
tinjauan pustaka, peneliti tidak hanya berusaha untuk membuat daftar
tentang semua publikasi dan penelitian terkait tetapi harus sekaligus dapat
melakukan sintesis dan evaluasi terhadap berbagai publikasi dan penelitian
tersebut seusai dengan permasalahan dalam penelitian yang akan
dilakukan. Dengan menyusun tinjauan pustaka seperti ini, maka peneliti
berupaya untuk dapat mengintegrasikan apa saja yang telah dikatakan atau
dilakukan oleh peneliti lain sebelumnya, mengkritisi hasil penelitian atau
publikasi ilmiah yang ada, dan menjembatani berbagai area topik terkait,
ataupun mengidentikasi isu utama dalam bidang terkait.
Uraian di atas menunjukkan bahwa tinjauan pustaka diperlukan untuk
memberikan pemantapan dan penegasan tentang ciri khas penelitian yang
hendak dikerjakan. Ciri khas sebuah penelitian akan tampak dengan
menunjukkan bahwa buku-buku, artikel, skripsi, tesis hingga disertasi yang
ditelaah belum atau tidak menjawab persoalan yang diajukan oleh peneliti.
Dengan demikian, tinjauan pustaka memiliki  manfaat yang besar bagi
calon peneliti untuk menelusuri lebih jauh apa yang akan dipermasalahkan
dan bagaimana penelitian yang akan ia lakukan dapat mengisi kekosongan
karena belum adanya penelitian serupa yang dilakukan sebelumnya.
B. Tujuan Tinjauan Pustaka
Ada banyak sekali pendapat-pendapat tentang tujuan tijauan pustaka.
Drs. Colid Narbuko memberikan pernyataan tentang tujuan tinjauan
pustaka  yaitu :
a. Memperdalam pengetahuan tentang masalah yang akan diteliti
sehingga dapat melakukan kontrol.
b. Menegaskan kerangka teoretis yang menjadi landasan jalan pemikiran
peneliti.
c. Mempertajam konsep-konsep yang digunakan sehingga memudahkan
perumusan hipotesisnya (teori).
d. Menghindari terjadinya pengulangan suatu penelitian sehingga dapat
dihindari pemborosan mengenai waktu, tenaga dan biaya.
Kami juga menemukan tujuan tinjauan pustaka secara lebih sedernana,
yaitu untuk menginformasikan kepada pembaca tentang hasil-hasil
penelitian terdahulu. Gunanya adalah untuk mendukung topik penelitian
yang akan kita lakukan. Seperti menghubungkan penelitian dengan literatur
yang ada, mengisi celah-celah dalam penelitian sebelumnya, dan kita dapat
meyediakan kerangka kerja dan tolak ukur untuk mempertegas pentingnya
penelitian tersebut dengan membandingkan hasil-hasil penelitian yang lain.
C. Cara Penyusunan Tinjauan Pustaka
Sebelum kita menyusun tinjauan pustaka, kita harus menentukan topik
penelitian. Topik penelitian adalah pokok permasalahan dari suatu
penelitian atau sebagai tema pokok dari suatu penelitian. Ada beberapa
cara agar dapat memperoleh pemahaman mengenai topik penelitian.
Seperti :
a. Menulis judul yang jelas
b. Topik akan menuntun dan memberikan petunjuk atas apa yang akan
kita teliti dan merancang judul yang baik terlebih dahulu sebelum
menulis penelitian.
c. Membuat sejelas mungkin dan menghindari pernyataan-pernyataan
yang berlebihan dan memastikan bahwa judul tersebut sudah
mencakup topik utama penelitian.
Setelah kita mengetahui topik penelitiannya, maka kita mulai
menyusun tinjauan pustaka. Adapun langkah langkah menyusun tinjauan
pustaka adalah sebagai berikut :
a. Mencari kata kunci ( key words ) penelitian.
b. Mengunjungi perpustakaan untuk materi-materi referensi ( seperti
jurnal-jurnal dan buku-buku).
c. Membaca sepintas sekumpulan artikel dan bab-bab dalam buku yang
memang relefan dengan topik penelitian. 
d. Pengumpulan bahan seperti data base terkomputerisasi. Data base
gratis adalah google schoolar.
e. Membuat peta literatur. Peta literatur merupakan sejenis gambar visual
yang menampilkan pengelompokan literatur berdasarkan topik
penelitian. Peta inilah yang nantinya akan menggambarkan bagaimana
penelitian tersebut akan memberikan kontribusi pada literatur-literatur
yang ada.
f. Memberi petunjuk gaya ( style manual) menyediakan arahan – arahaan
bagi para peneliti untuk menulis penelitian bergaya akademis seperti
format yang konsisten dalam mengutip referensi, seperti menggunakan
catatan kaki atau catatan perut, membuat judul, menyajikan tabel dan
gambar serta menggunakan bahasa yang tidak diskriminatif. Landasan
utama dalam melakukan tinjauan pustaka adalah menggunakan gaya
referensi yang tepat dan konsisten.
BAB III

PENUTUP

Berdasarkan literatur-literatur yang ada mengenai identifikasi perumusan


masalah dan tujuan penelitian, maka kesimpulan yang diperoleh dari bahasan
tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tahap-tahap yang perlu diperhatikan dalam proses identifikasi perumusan


masalah ialah:
a. Memilih/menetapkan masalah sebagai landasan/pangkal penelitian
berdasarkan syarat-syarat tertentu yang diperoleh dari berbagai sumber
permasalahan yang terkait.
b. Merumuskan masalah yang berarti proses penyederhanaan masalah yang
kompleks, menjadi masalah yang dapat diteliti menggambarkan suatu
pernyataan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang
akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah.
2. Tujuan penelitian harus selalu konsisten dengan rumusan masalah. Berapa
banyak masalah dirumuskan, sebanyak itu pula tujuan yang akan dicapai.
Untuk itu, perlu ditetapkan suatu tujuan penelitian berdasarkan persoalan yang
dipilih, baik penelitian yang bertujuan mencari familiaritas/ hubungan baru
(Familiarity/ New Relationship), Descriptive Studies, Experimental Studies,
dan atau Forecast Studies.
Dari beberapa uraian ini, dapat kita simpulkan bahwa pengertian
tinjauan pustaka adalah meninjau kembali berbagai literatur yang telah di
publikasikan oleh peneliti lain sebelumnya terkait topik penelitian yang akan
kita teliti.
Tujuan dari tinjauan pustaka adalah untuk menginformasikan kepada
pembaca tentang penelitian-penelitan terdahulu. Hal ini berguna untuk
menunjang topik penelitian yang akan kita teliti. Seperti menghubungkan
penelitian dengan literatur yang ada, mengisi celah-celah dalam penelitian
sebelumnya, agar kita terhindar dari terjadinya pengulangan suatu penelitian
yang dapat menyebabkan pemborosan mengenai waktu, tenaga dan biaya.
Proses penyusunan tinjauan pustaka adalah :
a. Mencari topik penelitian.
b. Mencari kata kunci penelitian.
c. Membaca dan mengumpulkan literatur yang memang relefan dengan topik
penelitian kita.
d. Membuat peta literatur.
e. Memberi petunjuk gaya. Seperti catatan perut dan catatan kaki.
DAFTAR PUSTAKA

Indriantoro, N dan B. Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi


dan Bisnis. Yogyakarta: BPFE.
Notohadiprawiro, T. 2006. Metode Penelitian dan Penulisan Ilmiah. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada.
Purwanto, E. 2008. Metode Penelitian Remaja. http://metodekir.blogspot.com [20
Desember 2009].
Subiyanto. 1999. Metode Penelitian Akuntansi. Yogyakarta: STIE YKPN.
Sugiono. 1999. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Suryabrata, I. 2000. Langkah-Langkah Penelitian. http://ibnurusdi.wordpress.com [20
Desember 2009].
Drs. Cholid Narbuko, Drs. H. Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, PT Buni Aksara,
Jakarta, 2012, hlm 139-140
(Taylor &Procter 2010: 1-2). Yang dikutip oleh Titien Diah Soelistyarini pada file
pdf, Pedoman Penyusunan Tinjauan Pustaka dalam Penelitian dan Penulisan Ilmiah,
Universitas Airlangga.
(Shavelson & Towne 2002: 144). Yang dikutip oleh Titien Diah Soelistyarini pada
file pdf Pedoman Penyusunan Tinjauan Pustaka dalam Penelitian dan Penulisan
Ilmiah, Universitas Airlangga.
(Cooper 1998: 3) Yang dikutip oleh Titien Diah Soelistyarini pada file pdf Pedoman
Penyusunan Tinjauan Pustaka dalam Penelitian dan Penulisan Ilmiah, Universitas
Airlangga.
Titien Diah Soelistyarini pada file pdf, Pedoman Penyusunan Tinjauan Pustaka dalam
Penelitian dan Penulisan Ilmiah, Universitas Airlangga.
Ramita Hapsari, dalam vidionya yang di unggah di youtube, Menyusun Tinjauan
Pustaka Penelitian Komunikasi.mp4
(Wilkinson dalam creswell, 2009 : 38.) Yang dikutip oleh Ramita Hapsari, dalam
vidionya yang di unggah di youtube, Menyusun Tinjauan Pustaka Penelitian
Komunikasi.mp4

Anda mungkin juga menyukai