PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indeks Pembangunan Manusia (IMP) menurut Unitied Nation Development
Programme (UNDP) mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah
komponen dasar kualitas hidup. IMP dibangun melalui pendekatan tiga dimensi
dasar, sebagai ukuran kualitas hidup, yaitu umur panjang dan sehat (dimensi
kesehatan) digunakan angka harapan hidup waktu lahir. Dengan metode baru
selama periode 2010-2015, nilai IMP Indonesia telah meningkat. Pertumbuhan
IMP yang tinggi pada tahun 2015 didorong oleh peningkatan semua indeks
komponen pembentuknya. Indeks pendidikan merupakan komponen IMP yang
mengalami akselerasi paling tinggi. Sementara itu indeks kesehatan yang diwakili
oleh angka harapan hidup saat lahir peningkatannya yang tidak terlalu signifikan.
Drajat kesehatan masyarakat suatu Negara salah satunya dipengaruhi oleh
keberadaan sarana kesehatan. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
kesehatan masyarakat bahwa fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan
atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan,
baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitative yang dilakukan oleh
pemerintah, pemerintah daerah, dan atau masyarakat.
Meningkatkan drajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan
masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani; melindungi kesehatan
masyarakat dengan menjamin tersediaanya upaya kesehatan yang paripurna,
merata, bermutu dan berkeadilan; menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber
daya kesehatan; dan menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.
Meningkatkan pelayanan kesehatan merata, terjangkau, bermutu, dan berkeadilan
serta berbasis bukti dengan mengutamakan pada upaya promitif dan preventif.
Penurunan AKI di Indonesia terjadi sejak 1991 sampai dengan 2007, yaitu
dari 390 sampai menjadi 288. Namun demikian, SDKI tahun 2012 menunjukkan
peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000
kelahiran hidup. AKI kembali menunjukkan penuurunan menjadi 305 kematian
ibu per 100.000 keliharan hidup. Berdasarkan hasil Survey Penduduk Antar
Sensus (SUPAS) 2015. Persentasi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
di Indonesia menunjukkan kecenderungan peningkatan dari tahun 2005 sampai
2015. Namun demikian, terdapat penurunan dari 90,88% pada tahun 2013
menjadi 88,55% pada tahun 2015. Namun demikian meskipun persalinan
ditolong oleh tenaga kesehatan tetapi tidak dilaksanakan difasilitas pelayanan
kesehatan, dianggap menjadi salah satu penyebab masih tingginya Angka
Kematian Ibu.
Berdasarkan hasil Riskesdes 2013 NTB termasuk lima provinsi terendah
dalam pengelolaan air sebelum diminum, lima provinsi dengan ISPA tertinggi,
lima provinsi terendah perilaku BAB dijamban, 18 provinsi memiliki prevalensi
gizi buruk kurang, 16 provinsi dengan prevalensi resiko KEK diatas nasional.
Profil Dinas Kesehatan Provinsi NTB menyebutkan jumlah kematian ibu pada
tahubn 2014 sebanyak 111 kasus, kematian maternal sebanyak 49 kasus, bayi
lahir meninggal sebanyak 795 kasus, serta berat bayi lahir rendah sebanyak 1756
kasus, kematian dikarenakan BBLR sebanyak 394 kasus, gizi buruk terdapat 490
kasus, pra lansia yang mendapatkan pelayanan kesehatan sebanyak 13,94%,
lansia 62,09% mendapat pelayanan.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) YARSI Mataram dalam
melaksanakan pendidikan, proses belajar mengajar yang berlangsung tidak hanya
pada ruang kelas saja, namun proses pembelajaran diruang kelas baik di lahan
praktik maupun dimasyarakat merupakan bagian yang tidak terpisahkan sebagai
pengaplikasian dari apa yang telah diperoleh didalam kelas atau dibangku kuliah.
Lahan praktik baik rumah sakit, puskesmas dan atau daerah binaan sebagai sarana
belajar mengajar utama untuk mewujudkan profesionalisme bagi mahasiswa dan
juga sebagai wahana meningkatkan keterampilan secara utuh dari seorang
mahasiswa yang telah mendapatkan pelajaran teori dikelas atau praktik
dilaboratorium. Untuk mewujudkan hal tersebut maka, Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan YARSI Mataram akan menyelenggarakan Praktik Kerja Lapangan
(PKL) di Desa Penimbung, Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat.
1.2 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memberikan pengalaman belajar dan kemampuan kepada mahasiswa
untuk memberikan asuhan keluarga, keperawatan komunitas dan kebidanan
komunitas dengan memperhatikan aspek budaya yang berfokus pada upaya
preventif, promitif, deteksi dini dan rujukan serta berorientasi pada
pemberdayaan masyarakat yang didasari oleh pengetahuan, sikap dan
keterampilan.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep pelayanan keperawatan keluarga dan komunitas
sebagai konsep pelayanan.
b. Menjelaskan tugas dan tanggung jawab perawat dan dikeluarga dan
komunitas.
c. Memberikan asuhan keperawatan keluarga, keperawatan komunitas.
d. Mengelola program pemerintah yang berkaitan dengan kesehatan keluarga
dan komunitas diwilayah kerja.
e. Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan pelayanan keluarga dan
komunitas.
f. Melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan keluarga, keperawatan
komunitas.
1.3 MANFAAT
1. Teoritis
Memperoleh pengalaman nyata dalam kehidupan bermasyarakat
khususnya dalam pengembangan Desa Siaga dan pergerakan masyarakat
untuk mengatasi permasalahan kesehatannya sendiri dikaitkan dengan
pelayanan manajemen keperawatan komunitas.
2. Praktis
Mampu mengenal budaya dan adat kebiasaan masyarakat Desa
Penimbung Khususnya Penimbung Timur sehari-hari. Dan memperoleh
kenangan yang tak terlupakan dan menjadi media pendewasaan karakteristik
dan budi pekerti mahasiswa sebagai bekal bekerja.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Keperawatan Komunitas yang terdiri atas:
2.1.1 Pengertian
Komunitas berarti sekelompok individu yang tinggal pada wilayah
tertentu, memiliki nilai-nilai keyakinan dan minat yang relative sama,
serta berinteraki satu sama lain untuk mencapai tujuan. (Mubarak &
Chayatin, 2009). Keperawatan komunitas merupakan suatu sintesis dari
praktik keperawatan dan praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan
untuk meningkatkan serta memelihara kesehatan penduduk. Sasaran dari
keperawatan kesehatan komunitas adalah individu yaitu balita gizi buruk,
ibu hamil resiko tinggi, usia lanjut, penderita penyakit menular. Sasaran
keluarga yaitu keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah kesehatan
dan prioritas. Sasaran kelompok khusus, komunitas baik yang sehat
maupun sakit yang mempunyai masalah kesehatan atau perawatan (Ratih
Dwi Ariani, 2015).
Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional
yang ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada kelompok
resiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal
melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan dengan
menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan
melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pelayanan keperawatan. Pelayanan Keperawatan Komunitas
adalah seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga dan kelompok
yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk didaerah kumuh, daerah
terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi,
balita, lansia dan ibu hamil (Veronica, Nuraeni, & Supriyono, 2017).
Selain itu komunitas juga dipandang sebagai target pelayanan
kesehatan, yang bertujuan mencapai kesehatan komunitas sebagai suatu
peningkatan kesehatan dan kerjasama sebagai suatu mekanisme untuk
mempermudah pencapaian tujuan yang berarti masyarakat atau komunitas
tersebut dilibatkan secara aktiv untuk mencapai tujuan tersebut. (Hidayat,
2010).
Bantuan yang diberikan karena ketidakmampuan, ketidaktahuan dan
ketidakmauan dengan menggunakan potensi lingkungan untuk mendirikan
masyarakat, sehingga pengembangan wilayah setempat merupakan bentuk
pengorganisasian yang tepat digunakan. Dalam praktik keperawatan
komunitas pendekatan ilmiah yang digunakan adalah proses keperawatan
komunitas yang terdiri dari 4 tahapan yaitu : Pengkajian, Perencanaan,
Pelaksanaan dan Evaluasi. Intervensi keperawatan dilakukan haruslah
yang dapat dilakukan oleh perawat secara mandiri, maupun dengan
berkolaborasi dengan tim kesehatan lain melalui lintas program atau lintas
sektoral. (George, 2011).
2.1.2 Sasaran Keperawatan Kesehatan Komunitas
Sasaran yang dituju untuk keerawatan komunitas dibagi menjadi
beberapa, diantaranya :
a. Individu
Individu adalah bagian dati anggota keluarga. Apabila individu
tersebut mempunyai masalah kesehatan/keperawatan karena
ketidakmampuan merawat diri sendiri oleh suatu hal dan sebab, maka
akan dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara fisik,
mental maupun sosial.
b. Keluarga
Merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara
terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara
perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya
sendiri atau masyarakat secara keseluruhan (Ariani, Nuraeni, &
Supriyono, 2015).
c. Kelompok Khusus
Kelompok hkusus adalah kumpulan individu yang mempunyai
kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang
terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan.
Termasuk diantaranya adalah:
1) Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat
perkembangan dan pertumbuhannya, seperti;
a.Ibu hamil
b. Bayi baru lahir
c.Balita
d. Anak usia sekolah
e.Usia lanjut
2) Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan
pengawasan dan bimbingan serta asuhan keperawatan,
diantaranya adalah:
a.Penderita penyakit menular, seperti TBC, lepra, AIDS,
penyakit kelamin lainnya.
b. Penderita dengan penynakit tak menular, seperti:
penyakit diabetes mellitus, jantung koroner, cacat fisik,
gangguan mental dan lain sebagainya.
3) Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit,
diantaranya:
a.Wanita tuna susila
b. Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
c.Kelompok-kelompok pekerja tertentu, dan lain-lain.
4) Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:
a.Panti wredha
b. Panti asuhan
c.Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial)
d. Penitipan balita
2.1.3 strategi Keperawatan Kesehatan Komunitas
1. Proses kelompok ( group process)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya
setelah belajar dari pengelaman sebelumnya, selain dari faktor
pendidikan/ pengetahuan individu, media massa, televisi, penyuluhan
yang dilakukan oleh pettugas kesehatan, dan sebagainya. Begitu juga
dengan masalah kesehatan lingkungan sekitar masyarakat, tentunya
gambaran penyakit yang paling sering mereka temukan sebelumnya
sangat memengaruhi upaya penanganan atau pencegahan penyakit
yang mereka lakukan. Jika masyarakat sadar bahwa penanganan yang
bersifat individual tidak akan mampu mencegah, apalagi memberantas
penyakit tertentu, maka mereka telah melakukan pendekatan
pemecahan masalah kesehatan menggunakan proses kelompok.
2. Pendidikan kesehatan (health promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang
dinamis, dimana perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer
materi/ teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat
prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi adnya kesadaran dari
dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri. Tujuan utama
pendidikan kesehatan adalah agar seorang mampu:
a. Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri
b. Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap maslaahnya,
dengan sumberdaya yang ada pada mereka dan di tambah dengan
dukungan dari luar
c. Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna, untuk
meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat.
Dari table di atas dari 263 KK yang di data terdapat pasangan usia dengan
keadaan tidak hamil dengan persenan 91,5% dan dalam keadaan hamil persenan
8,5%.
1 a. hamil - 0
2 b. melahirkan - 0
3 c. kurun 40 hari setelah melahirkan - 0
JUMLAH - 0
Berdasarkan data yang di dapatkan dari table di atas menunjukan tidak ada
kemtian ibu saat, hamil, melahirkan. Atau kurun waktu 40 hari setelah
melahirkan.
3. Distribusi ibu hamil menurut usia kehamilan
N Status KB Jumlah %
o
a. Trimester I 2 20,0
b. Trimester II 4 40,0
c. Trimester III : 4 40,0
Jumlah 10 100,0
Dari table di atas di dapatkan dari 263 KK, hanya ada 10 KK yang terdapat
ibu hamil dengan usia kehamilan, yang dimana di Trimester 1 ada 2 orang
(20,0%), trimester 2 ada 4 orang (40,0%), dan trimester 3 ada 4 orang (40,0%).
N
o Status KB Jumlah %
c. Trimester III :
a. Tidak pernah
periksa - -
b. 1 kali - 0,0
c. 2 kali 4 100,0
d. 3 kali - 0,0
e. > 3 kali - 0,0
Jumlah 4 100,0
a. 1 bulan 3 0,3
b. 2 bulan 1 0,1
c. 3bulan 6 0,6
Jumlah 10 100,0
Dari table di atas 10 ibu hamil yang memiliki usia kehamilan yang berbeda
dengan uasia 3 bulan sebnyak 6 (0,6%) orang, usia kehamilan 1 bulan sebnyak
3 (0,3%) orang, dan 2 bulan sebanyak 1 (0,1%) orang.
Dari table di atas status ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT dari 10
KK yang terdapat ibu hamil hanya ada 2 (20,0%) ibu hamil yang lengkap
imunisas TT sedangkan 8 (80,0%) ibu hamil yang lain tidak lengkap
mendapatkan imunisasi TT.
Dari hasil pendataan di dapatkan tempat persalinan ibu hamil sebagian besar
di puskesamas terdekat khususnya di wialayah penimbung untuk warga
penimbung timur dengan persen (80,0%), dan sebagian ada yang proses
persalinanannya di rumah sakit (6,7%), polindes (6,7%), rumah bidan (6,7%).
Berdasarkan hasil yang di dapatkan pada status gizi bayi sebagian besar
dengan gizi yang baik dengan persen (80,0%) dan dengan bayi yang kurang gizi
denga persen (13,3%).
Dari table di atas di dapatakan data pemberian ASI pada bayi dengan rentan
usia bayi ekslusif 0-4 bulan lebih banyak dengan persen (60,0%), dibandingkan
dengan dari usia 0-2 tahun dengan persen (33,3%).
20. Distribusi bayi yang diberi ASI menurut umur mulai di beri ASI
No Kelompok Umur Mulai Diberi ASI Jumlah %
a. < 2 jam (segera setelah lahir) 14 80,0
b. 2 jam - 12 jam 2 13,3
c. 12 jam - 1 hari - 0,0
d. 1 - 2 hari 1 6,7
e. 2 - 3 hari - 0,0
f. 3 - 7 hari - 0,0
g. > 7 hari - 0,0
Jumlah 17 100,0
Dari table diatas di dapatkan data bayi yang diberi asi menurut umur mulai
di beri ASI dengan sabagian besar yaitu < 2 jam lebih banyak dengan persen
(80%), dibandingkan dengan 1-2 hari dengan persen (6,7%).
Dari table diatas di dapatkan data data yang tidak diberi ASI menurut
alasannya yaitu ASI tidak keluar dengan persen (1,0%).
Berdasarkan dari tabel diatas di dapatkan data bayi menurut mulai diberi
PASI/makanan padat dengan rentan usia > 4 bulan 46,7%, dan sebagian di usia
3-4 bulan 33,3%
Berdasarkan table diatas didapatkan data balita menurut status gizi yaitu
lebih banyak status gizi balita keadaan sedang dengan persen (51,2%),
dibandingkan dengan status gizi balita keadaan baik dengan persen (48,8%).
Dari tabel diatas didapatkan data remaja yang mengisi waktu luang dengan
persentase berolahraga yang sebesar 38,9 % dan sebanyak 13,9 % yang tidak
ada kegiatan/ menganggur
Berdasarkan tabel diatas alasan remaja tidak ada kegiatan yaitu malas
derngan persentase 70%.
3. Masalah Remaja
N
o Masalah Remaja Jumlah %
a. Kenakalan - -
b. Narkoba - -
c. Pergaulan bebas - -
d. Krisis perkembangan - -
e. Masalah Kejiwaan - -
f. Lain – lain - -
Jumlah - -
Berdasarkan tabel diatas penyakit yang dialami saat ini untuk darah tinggi
memiliki persentasse sebesar 42,2 % , angka ini memiliki persentase tertinggi
dari penyakit-penyakit lainnya.
Dari tabel diatas data kesehatan lansia yang menderita penyakit dalam kurun
waktu 1 tahun terakhir darah tinggi sebanyak 52 orang dengan persentase
33,7%, asam urat sebanyak 28 orang dengan persentase sebesar 32,5 %.
Persentase kedua penyakit ini memiliki perserntase yang tersebesar dari
penyakit lainnya.
Berdasarkan tabel diatas kegiatan waktu luang yang dilakukan oleh lansia
sebagian besar tidak ada kegiatan yang di lakukan dengan persentase sebesar
32,5% dan hanya 1 % yang memilih menonton tv.
Dari tabel diatas status kebutuhan nutrisi pada lansia dengan kebutuhan
nutrisi yang normal dengan persentase 85,5% dan nutrisi kurang sebesar 14,5
%.
7. Kualitas Makan
N
o Kualitas Makan Jumlah %
a. Baik 66 72,3
b. Cukup 24 15,7
c. Kurang 17 12,0
Jumlah 107 100,0
8. KebiasaanMakan
N
o Kebiasaan Makan Jumlah %
a. Tinggi Garam 78 84,3
b. Tinggi Lemak 17 10,8
c. Tinggi Purin 0 0,0
d. Tinggi Gula 12 4,8
Jumlah 84 100,0
Dari kebiasaan makan pada lansia, persentase untuk kebiasaan makan tinggi
makan garam dengan persentase 84,3 %, dimana angka ini tergolong sangat
besar untuk beresiko teradinya hipertensi.
9. Produktifitas Lansia
N
o Prokduktifitas Lansia Jumlah %
a. Ada 45 51,8
b. Tidak ada 62 48,2
Jumlah 107 100,0
Dari tabel diatas produktifitas lansia yang ada sebesar 43% dan tidak ada
produktifitas sebeasar 48,2%. Angka ini dibilang memiliki selisih yang tidak
terlalu jauh namun dapat disimpulkan dari data diatas lansia masih mampu
berproduktifitas di usia lanjut.
Berdasarkan data diatas jenis pekerjaan lansia yang terdiri dari wira usaha
sebesar 40,2%, keagamaan sebesar 29,9% dan lain-lain sebesar 29,9%.
6. DATATEMPAT TINGGAL
1. Distribusi kepala keluarga (KK) menurut status kepemilikan rumah
No Status Kepemilikan Rumah Jumlah %
a. Rumah sendiri 235 91,5
b. Kontrak / sewa 2 0,5
c. Menumpang 26 8,0
Jumlah 263 100,0
Dari tabel di atas, di dapatkan sebagian kecil rumah yang memiliki ventilasi
rumah baik dengan persen (47,8%), dan sebagian besar terbagi menjadi rumah
yang memiliki ventilasi cukup dan kurang dengan persenan (46,7%) berbanding
(5,4%).
5. Kebersihan Rumah
N
o Kebersihan Rumah Jumlah %
a. Baik 64 28,8
b. Cukup 139 59,2
c. Kurang 32 12,0
Jumlah 235 100,0
Dari tabel di atas, sebagian besar rumah warga dengan tingkat kebersiahan
rumah masih dalam penilaian cukup dengan persenan (59,2%), dan untuk
penilaian rumah dengan tingkat kebersihan yang baik masih dengan persen
(28,8%). Beresiko akan mempengaruhi Tingkat Perilaku Hidup Berish Dan
Sehat (PHBS).
Menurut data yang di dapatkan dari 235 Rumah yang di data hanya 20
rumah yang terdapat jentik nyamuk dengan persen (9,8%), sendangkan 215
rumah tidak ada terdapat jentik nyamuk di sekitar rumahnya dengan persen
(90,2%)
7. Tempat jentik
N
o Tempat Jentik Jumlah %
a. Bak Mandi 9 38,9
b. Gentong 3 16,7
c. Kolam 3 16,7
d. Lain – lain 5 27,8
Jumlah 20 100,0
Berdasarkan data yang di dapatkan dari 20 rumah yang terdapat jentik
nyamuk ada pun tempat-tempat jentik naymuk berada seperti, bak mandi
(38,9%), gentong (16,7%), kolam (16,7%), Lain-lain (27,8%)
Dari data yang di dapatkan, bedasarkan tabel di atas, dari 263 KK hanya 235
yang memiliki rumah dan untuk kepemilikan kamar mandi hanya memiliki 174
dengan kondisi kebersihan kamar mandi yang berbeda, bersih tidak licin dengan
persen (47,1%), bersih licin (19,0%), kurang bersih licin (33,9%).
Berdasarkan data yang di dapatkan dari 235 rumah yang di data sebagian
besar kualitas air yang digunakan baik dengan persen (59,8%), dan adapun yang
menugnakan air dengan kualitas kurang dengan persenan (40,2%). Dengan
begitu warga yang mengunakan air dengan kuliatas kurang bersih berisiko akan
terkena penyakit kulit.
N
o Personal Hygiene Jumlah %
2. Tempat mandi 0,0
a. Kamar mandi 174 71,0
b. Pancuran 39 9,0
c. Kali 50 20,0
d. Kolam 0 0,0
Jumlah 263 100,0
N
o Personal Hygiene Jumlah %
3. Kebersihan gigi dan
mulut 0,0
3.1. Frekwensi sikat
gigi 0,0
a. Tidak pernah 2 1,0
b. 1 kali sehari 26 14,5
c. 2 kali sehari 201 69,0
d. 3 kali sehari 33 16,5
e. lebih dari 3 kali
sehari 0 0,0
Jumlah 263 101,0
N
o Personal Hygiene Jumlah %
3.2. Pola menyikat gigi 0,0
a. Sebelum makan 32 12,2
b. Sesudah makan 46 17,5
c. Sebelum tidur 79 30,0
d. Setiap bangun tidur 95 35,0
e. dan lain - lain 14 5,3
Jumlah 263 100,0
Berdasarkan tabel diatas didapatkan data KK menurut kebiasaan
memelihara personal hygiene pola menyikat gigi warga lebih banyak setiap
bangun tidur dengan persen (35,0%), dibandingkan
N
o Personal Hygiene Jumlah %
3.3. Jenis pasta gigi
yang digunakan 0,0
a. Pasta gigi 261 99,0
b. Batu bata - 0,0
c. Sabun - 0,0
d. lain - lain 2 1,0
Jumlah 263 100,0
N
o Personal Hygiene Jumlah %
4. Frekwensi cuci
rambut 0,0
a. 1 kali seminggu 65 32,5
b. 2 kali seminggu 173 55,5
c. 3 kali seminggu 24 12,0
d. Tidak pernah /
kadang - kadang 0 0,0
Jumlah 263 100,0
N
o Personal Hygiene Jumlah %
5. Jenis bahan untuk
cuci rambut 0,0
a. Shampo 262 99,5
b. Parutan kelapa 1 0,5
c. lain - lain - 0,0
Jumlah 262 100,0
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa 199 KK menggunakan
shampo untuk mencuci rambut, dan 1 orang dari 263 KK menggunakan parutan
kelapa sebagai alat untuk mencuci rambut.
Dari data yang diperoleh diatas didapatkan bahwa distribusi penduduk yang
menderita penyakit terbanyak yaitu penyakit lain sejumlah 26 orang(16,9%) dan
penyakit yang diderita dengan jumlah yang paling sedikit yaitu asma dengan
jumlah 3 orang penduduk (1,95%).
Menurut data yang diperoleh diatas, didapatkan bahwa jarak rumah dengan
tempat berobat yaitu 75 KK dengan jarak berobat dari rumah kurang dari 1 km.
(22,5%) , 78 KK dengan jarak rumah ke tempat berobat 1-5km. (39%), dan 110
KK dengan jarak berobat Lebih dari 5 km.(38,5%).
Menurut data diatas, distribusi kepala keluarga yang dirawat menurut cara
pembayaran yaitu 91 kk dengan cara pembayaran langsung (45,5%), dan 172 kk
dengan cara pembayaran tidak langsung (54,5%).
Dari data di atas diketahui bahwa seluruh kepala keluarga dengan jumlah
200 KK (100%) menyetujui tentang pengorganisasian pelayanan kesehatan.
8. Distribusi pendapat kepala keluarga yang setuju menurut jenis iuran dana
sehat
N
o Jenis Iuran Dana Sehat Jumlah %
a. Iuran Rutin berupa uang 263 100
b. Iuran Rutin berupa 0 0,0
barang
c. Iuran Tidak Rutin
berupa uang 0 0,0
d. Iuran Tidak Rutin
berupa Barang 0
Jumlah 263 100,0
Menurut data di atas, dari 263 kepala keluarga yang menikuti JKN semua
kepala keluarga setuju dengan iuran dada kesehatan secara utin berupa uang
(100%).
8. DATA KEMATIAN
N
o Kematian Penduduk 1 tahun terakhir Jumlah %
a. Tidak ada 233 85
b. Ada penyebab 30 15
Jumlah 200 -
Menurut data yang diperoleh siatas diketahui bahwa data kematian 233 KK
tidak ada penyebab ( 85%) dan 30 orsng dengan penyebab (15%).
Menurut data diatas, dari penyebab kematian penduduk yang mati dengan
penyebab yaitu 10 orang meninggal disebabkan karena penyakit jantung (33%),
dan 20 lainnya disebabkan oleh penyakit lainnya (64%).
Dari data di atas dapat ditentukan bahwa sarana pendidikan yang ada
sebagai sarana penunjang yaitu berjumlah 4.
2. SaranaPeribadatan
N
o Sarana Peribadatan Jumlah %
a. Bangunan Musholla 2 75
b. Bangunan Masjid 1 15
c. Bangunan Gereja - -
d. Bangunan Pura - -
Jumlah 3 100,0
Dari data di atas dikethui bahwa jumlah sarana peribadatan ada 3 yaitu 2
musholla dan 1 masjid .
4. Organisasi Potensial
No Organisasi Potensial Jumlah %
a. Karang Taruna 1 50
b. Dasa Wisma - 0,0
c. Kelompok Tani 1 50
d. Kelompen capir - 0,0
Jumlah 2 100,0
5. Sarana Kesehatan
N
o Sarana Kesehatan Jumlah %
a. Puskesmas 1 10
b. Puskesmas Pembantu -
c. Balai Pengobatan Swasta -
d. Jumlah Posyandu -
e. Jumlah Kader Posyandu 4 60
f. Jumlah Dukun Paraji -
g. Jumlah Dukun Sunat - 0,0
h. Perawat Desa 2 30
i. Bidan Desa - 0,0
Jumlah 7 100,0
I. MASALAH
1. Analisa Data
No Data Subyektif Data Obyektif Masalah Kesehatan
Lingkungan Fisik : 1) pembungan air Kurangnya kesadaran
Lingkungan yang limbah ada terbuka masyarakat tentang
kurang Sehat di dan tergenang 33,7%, PHBS.
Dusun Penimbung tidak ada saluran
Timur pembungan 10,3%.
2) Jumlah rumah yang
memiliki ventilasi
tidak di buka 46,7%,
tidak ada ventilasi
5,4%
3) Jumlah rumah
dengan tingkat
kebersihan cukup
59,2%, dan tingkat
kebersihan kurang
12,0%
4) Kondisi rumah yang
memiliki kamar
mandi bersih namun
licin 19,0%, dan
kurang bersih dan
licin 33,9
5) Kualitas air yang di
gunakan denga
tingkat kurang baik
40,2%
6) Tempat pembuangan
air limbah ada
terbuka tergenang
33,7%, tidak ada
saluran pembungan
10,0%, dan tidak ada
13,6%
7) Tempat pembuangan
sampah di sungai
44,6%, lobang
sampah 17,4%,
kebun 33,2%
8) Rumah yang tidak
memiliki jamban
47,1%
9) Tempat BAB sungai
36,0%, lain-lain
10,0%, kebun atau
sawah 8,0%
10) Sumber air yang di
gunakan oleh
masyarakat mata air
44,6%
11) Kebiasaan air yang
di minum tidak di
rebus 60,5%
2. PenapisanMasalah
KriteriaPenapisan
Ketersediaan
Jumlaj skor
Sumber daya peralatan
Keperawatan
Komunitas
komunitas
Risiko timbulnya 5 5 3 5 5 5 5 5 4 5 4 4 55
Kurangnya pengetahuan
dan kesadaran lansia dalam 5 3 3 3 4 4 5 4 3 4 3 3 44
memelihara kesehatan
Keterangan:
Skor 0-5
0 Paling rendah
5 Paling tinggi
3. Perumusan Masalah
No Masalah Kesehatan Skor
4. Prioritas Masalah
a. Risiko timbulnya penyakit: diare, DHF, typhoid, ISPA, clan lain-lain yang
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat dalam memelihara
lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan ditandai dengan:
1) pembungan air limbah ada terbuka dan tergenang 33,7%, tidak ada
saluran pembungan 10,3%.
2) Jumlah rumah yang memiliki ventilasi tidak di buka 46,7%, tidak ada
ventilasi 5,4%
3) Jumlah rumah dengan tingkat kebersihan cukup 59,2%, dan tingkat
kebersihan kurang 12,0%
4) Kondisi rumah yang memiliki kamar mandi bersih namun licin 19,0%,
dan kurang bersih dan licin 33,9
5) Kualitas air yang di gunakan denga tingkat kurang baik 40,2%
6) Tempat pembuangan air limbah ada terbuka tergenang 33,7%, tidak ada
saluran pembungan 10,0%, dan tidak ada 13,6%
7) Tempat pembuangan sampah di sungai 44,6%, lobang sampah 17,4%,
kebun 33,2%
8) Rumah yang tidak memiliki jamban 47,1%
9) Tempat BAB sungai 36,0%, lain-lain 10,0%, kebun atau sawah 8,0%
10) Sumber air yang di gunakan oleh masyarakat mata air 44,6%
11) Kebiasaan air yang di minum tidak di rebus 60,5%
5. Diagnosa keperawataan
a. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
(PHBS) di tandai dengan Distribusi KK keadaan tempat pembungan air
limbah ada terbuka dan tergenang 33,7%, tidak ada saluran pembungan
10,3%.Sistem pembuangan sampah disungai sebanyak 44,6%, kebun 33,2
%.Distribusi kerbersihan rumah setiap KK dengan tingkat kebersihan
59,2%.Kebiasaan penduduk BAB berdasarkan kepemilikan jamban. BAB
di sungai 36,0%, kebun/sawah 8,0%, lain-lain 10,0% jamban 46,0%.
b. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran lansia dalam memelihara
kesehatan, ditandai dengan Jumlah lansia sebanyak 83 jiwaLansia yang
mengalami Darah tinggi sebanyak 42,2%, Lansia yang mengalami asam
urat sebanyak 19,3%, Lansia jarang mengikuti posyandu lansia 39,0%, dan
tidak pernah ikut posyandu 30,0%