Anda di halaman 1dari 63

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indeks Pembangunan Manusia (IMP) menurut Unitied Nation Development
Programme (UNDP) mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah
komponen dasar kualitas hidup. IMP dibangun melalui pendekatan tiga dimensi
dasar, sebagai ukuran kualitas hidup, yaitu umur panjang dan sehat (dimensi
kesehatan) digunakan angka harapan hidup waktu lahir. Dengan metode baru
selama periode 2010-2015, nilai IMP Indonesia telah meningkat. Pertumbuhan
IMP yang tinggi pada tahun 2015 didorong oleh peningkatan semua indeks
komponen pembentuknya. Indeks pendidikan merupakan komponen IMP yang
mengalami akselerasi paling tinggi. Sementara itu indeks kesehatan yang diwakili
oleh angka harapan hidup saat lahir peningkatannya yang tidak terlalu signifikan.
Drajat kesehatan masyarakat suatu Negara salah satunya dipengaruhi oleh
keberadaan sarana kesehatan. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
kesehatan masyarakat bahwa fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan
atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan,
baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitative yang dilakukan oleh
pemerintah, pemerintah daerah, dan atau masyarakat.
Meningkatkan drajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan
masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani; melindungi kesehatan
masyarakat dengan menjamin tersediaanya upaya kesehatan yang paripurna,
merata, bermutu dan berkeadilan; menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber
daya kesehatan; dan menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.
Meningkatkan pelayanan kesehatan merata, terjangkau, bermutu, dan berkeadilan
serta berbasis bukti dengan mengutamakan pada upaya promitif dan preventif.
Penurunan AKI di Indonesia terjadi sejak 1991 sampai dengan 2007, yaitu
dari 390 sampai menjadi 288. Namun demikian, SDKI tahun 2012 menunjukkan
peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000
kelahiran hidup. AKI kembali menunjukkan penuurunan menjadi 305 kematian
ibu per 100.000 keliharan hidup. Berdasarkan hasil Survey Penduduk Antar
Sensus (SUPAS) 2015. Persentasi pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
di Indonesia menunjukkan kecenderungan peningkatan dari tahun 2005 sampai
2015. Namun demikian, terdapat penurunan dari 90,88% pada tahun 2013
menjadi 88,55% pada tahun 2015. Namun demikian meskipun persalinan
ditolong oleh tenaga kesehatan tetapi tidak dilaksanakan difasilitas pelayanan
kesehatan, dianggap menjadi salah satu penyebab masih tingginya Angka
Kematian Ibu.
Berdasarkan hasil Riskesdes 2013 NTB termasuk lima provinsi terendah
dalam pengelolaan air sebelum diminum, lima provinsi dengan ISPA tertinggi,
lima provinsi terendah perilaku BAB dijamban, 18 provinsi memiliki prevalensi
gizi buruk kurang, 16 provinsi dengan prevalensi resiko KEK diatas nasional.
Profil Dinas Kesehatan Provinsi NTB menyebutkan jumlah kematian ibu pada
tahubn 2014 sebanyak 111 kasus, kematian maternal sebanyak 49 kasus, bayi
lahir meninggal sebanyak 795 kasus, serta berat bayi lahir rendah sebanyak 1756
kasus, kematian dikarenakan BBLR sebanyak 394 kasus, gizi buruk terdapat 490
kasus, pra lansia yang mendapatkan pelayanan kesehatan sebanyak 13,94%,
lansia 62,09% mendapat pelayanan.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) YARSI Mataram dalam
melaksanakan pendidikan, proses belajar mengajar yang berlangsung tidak hanya
pada ruang kelas saja, namun proses pembelajaran diruang kelas baik di lahan
praktik maupun dimasyarakat merupakan bagian yang tidak terpisahkan sebagai
pengaplikasian dari apa yang telah diperoleh didalam kelas atau dibangku kuliah.
Lahan praktik baik rumah sakit, puskesmas dan atau daerah binaan sebagai sarana
belajar mengajar utama untuk mewujudkan profesionalisme bagi mahasiswa dan
juga sebagai wahana meningkatkan keterampilan secara utuh dari seorang
mahasiswa yang telah mendapatkan pelajaran teori dikelas atau praktik
dilaboratorium. Untuk mewujudkan hal tersebut maka, Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan YARSI Mataram akan menyelenggarakan Praktik Kerja Lapangan
(PKL) di Desa Penimbung, Kecamatan Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat.
1.2 TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memberikan pengalaman belajar dan kemampuan kepada mahasiswa
untuk memberikan asuhan keluarga, keperawatan komunitas dan kebidanan
komunitas dengan memperhatikan aspek budaya yang berfokus pada upaya
preventif, promitif, deteksi dini dan rujukan serta berorientasi pada
pemberdayaan masyarakat yang didasari oleh pengetahuan, sikap dan
keterampilan.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep pelayanan keperawatan keluarga dan komunitas
sebagai konsep pelayanan.
b. Menjelaskan tugas dan tanggung jawab perawat dan dikeluarga dan
komunitas.
c. Memberikan asuhan keperawatan keluarga, keperawatan komunitas.
d. Mengelola program pemerintah yang berkaitan dengan kesehatan keluarga
dan komunitas diwilayah kerja.
e. Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan pelayanan keluarga dan
komunitas.
f. Melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan keluarga, keperawatan
komunitas.
1.3 MANFAAT
1. Teoritis
Memperoleh pengalaman nyata dalam kehidupan bermasyarakat
khususnya dalam pengembangan Desa Siaga dan pergerakan masyarakat
untuk mengatasi permasalahan kesehatannya sendiri dikaitkan dengan
pelayanan manajemen keperawatan komunitas.
2. Praktis
Mampu mengenal budaya dan adat kebiasaan masyarakat Desa
Penimbung Khususnya Penimbung Timur sehari-hari. Dan memperoleh
kenangan yang tak terlupakan dan menjadi media pendewasaan karakteristik
dan budi pekerti mahasiswa sebagai bekal bekerja.
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Keperawatan Komunitas yang terdiri atas:
2.1.1 Pengertian
Komunitas berarti sekelompok individu yang tinggal pada wilayah
tertentu, memiliki nilai-nilai keyakinan dan minat yang relative sama,
serta berinteraki satu sama lain untuk mencapai tujuan. (Mubarak &
Chayatin, 2009). Keperawatan komunitas merupakan suatu sintesis dari
praktik keperawatan dan praktik kesehatan masyarakat yang diterapkan
untuk meningkatkan serta memelihara kesehatan penduduk. Sasaran dari
keperawatan kesehatan komunitas adalah individu yaitu balita gizi buruk,
ibu hamil resiko tinggi, usia lanjut, penderita penyakit menular. Sasaran
keluarga yaitu keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah kesehatan
dan prioritas. Sasaran kelompok khusus, komunitas baik yang sehat
maupun sakit yang mempunyai masalah kesehatan atau perawatan (Ratih
Dwi Ariani, 2015).
Keperawatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional
yang ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan pada kelompok
resiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal
melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan dengan
menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan
melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi pelayanan keperawatan. Pelayanan Keperawatan Komunitas
adalah seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga dan kelompok
yang beresiko tinggi seperti keluarga penduduk didaerah kumuh, daerah
terisolasi dan daerah yang tidak terjangkau termasuk kelompok bayi,
balita, lansia dan ibu hamil (Veronica, Nuraeni, & Supriyono, 2017).
Selain itu komunitas juga dipandang sebagai target pelayanan
kesehatan, yang bertujuan mencapai kesehatan komunitas sebagai suatu
peningkatan kesehatan dan kerjasama sebagai suatu mekanisme untuk
mempermudah pencapaian tujuan yang berarti masyarakat atau komunitas
tersebut dilibatkan secara aktiv untuk mencapai tujuan tersebut. (Hidayat,
2010).
Bantuan yang diberikan karena ketidakmampuan, ketidaktahuan dan
ketidakmauan dengan menggunakan potensi lingkungan untuk mendirikan
masyarakat, sehingga pengembangan wilayah setempat merupakan bentuk
pengorganisasian yang tepat digunakan. Dalam praktik keperawatan
komunitas pendekatan ilmiah yang digunakan adalah proses keperawatan
komunitas yang terdiri dari 4 tahapan yaitu : Pengkajian, Perencanaan,
Pelaksanaan dan Evaluasi. Intervensi keperawatan dilakukan haruslah
yang dapat dilakukan oleh perawat secara mandiri, maupun dengan
berkolaborasi dengan tim kesehatan lain melalui lintas program atau lintas
sektoral. (George, 2011).
2.1.2 Sasaran Keperawatan Kesehatan Komunitas
Sasaran yang dituju untuk keerawatan komunitas dibagi menjadi
beberapa, diantaranya :
a. Individu
Individu adalah bagian dati anggota keluarga. Apabila individu
tersebut mempunyai masalah kesehatan/keperawatan karena
ketidakmampuan merawat diri sendiri oleh suatu hal dan sebab, maka
akan dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara fisik,
mental maupun sosial.
b. Keluarga
Merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat secara
terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara
perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya
sendiri atau masyarakat secara keseluruhan (Ariani, Nuraeni, &
Supriyono, 2015).
c. Kelompok Khusus
Kelompok hkusus adalah kumpulan individu yang mempunyai
kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang
terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan.
Termasuk diantaranya adalah:
1) Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat
perkembangan dan pertumbuhannya, seperti;
a.Ibu hamil
b. Bayi baru lahir
c.Balita
d. Anak usia sekolah
e.Usia lanjut
2) Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan
pengawasan dan bimbingan serta asuhan keperawatan,
diantaranya adalah:
a.Penderita penyakit menular, seperti TBC, lepra, AIDS,
penyakit kelamin lainnya.
b. Penderita dengan penynakit tak menular, seperti:
penyakit diabetes mellitus, jantung koroner, cacat fisik,
gangguan mental dan lain sebagainya.
3) Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit,
diantaranya:
a.Wanita tuna susila
b. Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
c.Kelompok-kelompok pekerja tertentu, dan lain-lain.
4) Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:
a.Panti wredha
b. Panti asuhan
c.Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial)
d. Penitipan balita
2.1.3 strategi Keperawatan Kesehatan Komunitas
1. Proses kelompok ( group process)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya
setelah belajar dari pengelaman sebelumnya, selain dari faktor
pendidikan/ pengetahuan individu, media massa, televisi, penyuluhan
yang dilakukan oleh pettugas kesehatan, dan sebagainya. Begitu juga
dengan masalah kesehatan lingkungan sekitar masyarakat, tentunya
gambaran penyakit yang paling sering mereka temukan sebelumnya
sangat memengaruhi upaya penanganan atau pencegahan penyakit
yang mereka lakukan. Jika masyarakat sadar bahwa penanganan yang
bersifat individual tidak akan mampu mencegah, apalagi memberantas
penyakit tertentu, maka mereka telah melakukan pendekatan
pemecahan masalah kesehatan menggunakan proses kelompok.
2. Pendidikan kesehatan (health promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang
dinamis, dimana perubahan tersebut bukan sekedar proses transfer
materi/ teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat
prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi adnya kesadaran dari
dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri. Tujuan utama
pendidikan kesehatan adalah agar seorang mampu:
a. Menetapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri
b. Memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap maslaahnya,
dengan sumberdaya yang ada pada mereka dan di tambah dengan
dukungan dari luar
c. Memutuskan kegiatan yang paling tepat guna, untuk
meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat.

Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-


Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun WHO yaitu
“meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan ; baik fisik, mental, dan sosialnya ;
sehingga produktif secara ekonomi maupun secara social.

3. Kerja Sama (Partner Ship)


Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan
masyarakat jika tidak di tangani dengan baik akan menjadi ancaman
bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat
dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan
komunitas, melalui upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan
masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih cepat
2.1.4 Falsafah Keperawatan Komunitas
Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar
tersebut, maka dapat kembangkan falsafah keperawatan komunitas
sebagai lamdasan praktik keperawatan komunitas. Dalam falsafah
keperawatan komunitas, keperawatan komunitas merupakan pelayanan
yang memberikan perhatian terhadapnpengaruhlingkungan (bio-psiko-
sosio-kultural-spritual) terhadap kesehatan komunitas dan memberikan
prioritas pada strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.
Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada
paradigm keperawatan yang terdiri dari hal penting, yatu : manusia,
kesehatan, lingkungan dan keperawatan sehingga dapat dirumuskan
sebagai berikut : (George, 2011)
a. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang
luhur dan manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat.
b. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasarkan
kemanusiaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
bagi terwujudnya manusia yang sehat khususnya dan masyarkat yang
sehat pada umumnya.
c. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat
diterima oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya
kesehatan.
d. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa
mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitative.
e. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan
nerlangsung secara berkesinambungan.
f. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai
consumer pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu
hubungan yang saling mendukung dan mempengaruhi perubhan dalam
kebijaksanaan dan pelayanan kesehatan ke arah peningkatan status
kesehatan masyarakat.
g. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakn
secara berkesinambungan dan terus menerus.
h. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas
kesehatannya, ia harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik dan
berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.
2.2 Proses Asuhan Keperawatan Kesehatan Komunitas
2.2.1 Definisi Proses Keperawatan Kesehatan Komunitas
Keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari tiga kata yaitu
keperawatan, kesehatan dan komunitas, dimana setiap kata memilaki arti
yang cukup luas. Azrul Azwar (2000) mendefinisikan ketiga kata tersebut
sebagai berikut : (Hidayat, 2010)
a. Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi
perubahan, penyimpangan atau tidak berfungsinya secara optimal
setiap unit yang terdapat dalam system hayati tubuh manusia, baik
secara individu, keluarga, ataupun masyarakat dan ekosistem.
b. Kesehatan adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan manusia
mulai dari tingkat individu sampai tingkat eko-sistem serta perbaikan
fungsi setiap unit dalam system hayati tubuh manusia mulai dari
tingkat sub sampai dengan tingkat system tubuh.
c. Komunitas adalah kelompok manusia yang saling berhubungan lebih
sering dibandingkan dengan manusia lain yang berada diluarnya serta
saling ketergantungan untuk memenuhi keperluan barang dan jasa
yang penting untuk menunjang kehidupan sehari-hari.

Menurut WHO, keperawatan komunitas adalah bidang perawatan


khusus yang merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu
kesehatan masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian dari program
kesehatan masyarakat secara keseluruhan guna meningkatkan kesehatan,
penyempurnaan kondisi sosia, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi,
pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditujukan kepada
individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu
mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.
Keperawatan kesehatan komunitas adlah pelayanan keperawatan
professional yang ditujukan kepada masyarakat dengan pendekatan
padakelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan
yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan
dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi pelayanan keperawatan. (Mubarak,2009)
Keperawatan kesehatan komunitas menurut ANA (1973) adlah suatu
sintesa dari praktik kesehatan masyarakat yang dilakukan untuk
meningkatkan dan memelihara kesehatan masyarakat. Praktik
keperawatan kesehatan komunitas ini bersifat menyeluruh dengan tidak
membatasi pelayanan yang diberikan kepada kelompok umur tertentu,
berkelanjutan dan melibatkan masyarakat. (Anderson, 2008)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan kesehatan
komunitas adalah suatu bidang dalam ilmu keperawatan yang merupakan
keterpaduan antara keperawatauan dan kesehatan masyarakat dengan
dukungan peran serta masyarakat, serta mengutamakan pelayanan
promotif dan preventif, secara menyeluruh dan terpadu ditujukan kesatuan
yang utuh melalui proses keperawatan untuk ikut meningkatkan fungsi
kehidupan manusia secara optimal.(Allender,2006)
2.2.2 Tujuan dan Fungsi Proses Keperawatan Kesehatan Komunitas
a. Tujuan keperawatan komunitas
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk
pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-
upaya sebagai berikut.
1) Pelayanan keperawatan secara lngsung (direct csre) terhadap
individu, keluarga, dan kelompok dalam kontrks komunitas.
2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health
general community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau
isu kesehatan masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga,
individu, dan kelompok.

Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga,


kelompok, dan masyarakat mempunyai kemmpuan untuk :
(Mubarak,2009)
a) Mengidentifikasin masalah kesehatan yang dialami
b) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah
tersebut
c) Merumuskan serta memecahkan masalah kesehatan
d) Menanggulangi masalah keehatan yang mereka hadapi
e) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang meka hadapi,
yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam memelihara
kesehatan secara mandiri (self care)
b. Fungsi keperawatan komunitas
1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dam ilmiah
bagi kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan
masalah klien melalui asuhan keperawatan.
2) Agar masyarakat mendapat pelayaanan yang optimal ssuai dengan
kebutuhan dibidang kesehatan.
3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan
maslah, komunikasi yang efektif dan efesien serta melibatkan
peran serta masyarakat.
4) Agar masyarakat bebas mengemukankan pendapat berkaitan
dengan permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan
penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat
mempercepat proses penyembuhan (Mubarak,2006).
2.3 Langkah-Langkah Proses Keperawatan Kesehatan Komunitas
Proses Keperawatan Komunitas
Setelah klien (individu, keluarga, masyarakat) kontak dengan pelayanan
kesehatan (di rumah, di puskesmas), perawat melakukan praktik keperawatan
dengan cara menggunakan proses keperawatan komunitas.sesuai dengan teori
Neuman, kelompok atau komunitas dilihat sebagai klien dipengaruhi oleh dua
factor utama yaitu komunitas yang merupakan klien dan penggunaan proses
keperawatan sebagai pendekatan, yang terdiri dari ilmu tahapan (Hidayat,
2010).
a. Pengkajian
Pada tahap pengkajian, perawat melakukan pengumpulan data ang
bertujuan mengidentifikasi data yang penting mengenai klien.
Yang perlu dikaji pada kelompok atau komunitas adalah :
1) Core atau inti: data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri:
umur, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-nilai, keyakinan,
serta riwayat timbulnya kelompok atau komunitas.
2) Delapan subsistem yang mempengaruhi komunitas (Betty Neuman):
a) Perumahan: rumah yang dihuni oleh penduduk, penerangan, sirkulasi,
dan kepadatan.
b) Pendidikan: apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan
untuk meningkatkan pengetahuan.
c) Keamanan dan keselamatan dilingkungan tempat tinggal: apakah tidak
menimbulkan stress.
d) Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan: apakah
cukup menunjang sehingga memudahkan komunitas mendapat
pelayanan diberbagai bidang termasuk kesehatan.
e) Pelayanan kesehatan yang tersedia untuk melakukan deteksi dini
gangguan atau merawat atau memantau apabila gangguan sudah
terjadi.
f) System komunikasi: sarana komunikasi apa saja yang dapat
dimanfaatkan dikomunitas tersebut untuk meningkatkan pengetahuan
terkait dengan gangguan mutrisi misalnya televise, radio, Koran atau
leaflet yang diberikan kepada komunitas.
g) Ekonomi: tingkat social ekonomi komunitas secara keseluruhan
apakah sesuai dengan UMR(Upah Minimum Regional), dibawah
UMR atau diatas UMR sehingga upaya pelayanan kesehatan yang
diberikan dapat terjangkau, misalnya anjuran untuk konsumsi jenis
makanan sesuai status ekonomi tersebut.
h) Rekreasi: apakah tersedia saranna, kapan saja dibuka, dan apakah
biayanya terjangkau oleh komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat
digunakan komunitas untuk mengurangi stress.
i) Status kesehatan komunitas: dapat dilihat dari biostatistik dan vital
statistic, antara lain angka mortalitas, angka mordibilitas, IMR, MMR,
serta cakupan imunisasi.
b. Diagnose keperawatan komunitas atau kelompok dan analisa data setelah
dilakukan pengkajian yang sesuai dengan data-data yang dicari, maka
kemudian dikelompokkan dan dianalisa seberapa besar stressor yang
mengancam masyarakat dan seberapa berat reaksi yang timbul pada
masyarakat tersebut. Berdasarkan hal tersebut diatas dapat disusun
diagnose keperawatan komunitas dimana terdiri dari: masalah kesehatan,
karakteristik populasi, karakteristik lingkungan.
c. Perencanaan (Intervensi)
Tahap kedua dari proses keperawatan merupakan tindakan
menetapkan apa ang harus dilakukan untuk membantu sasaran dalam
upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabiltatif. Langkah pertama
dalam tahap perencanaan adalah menetapkan tujuan dan sasaran kegiatan
untuk mengatasi masalah ang telah ditetapkan sesuai dengan diagnosis
keperawatan. Dalam menentukan tahap berikut yaitu rencana pelaksanaan
kegiatan maka ada dua factor yang mempengaruhi dan dipertimbangkan
dalam menyusun rencana tersebut yaitu sifat masalah dan sumber atau
potensi masyarakat seperti dana, sarana, tenaga yang tersedia.
Dalam pelaksanaan pengembangan masyarakat dilakukan melalui
tahapan sebagai berikut:
1) Tahap persiapan
Dengan dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas
menentukan cara untuk berhubungan dengan masyarakat, mempelajari
dan bekerjasama dengan masyarakat.
2) Tahap pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok kerja kesehatan untuk
menumbuhkan kepedulian terhadap kesehatan dalam masyarakat.
Kelompok kerja kesehatan (Pokjakes) adalah suatu wadah kegiatan
yang dibentuk oleh masyarakat secara bergotong royong untuk
menolong diri mereka sendiri dalam mengenal dan memecahkan
masalah atau kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan, meningkatkan
kemampuan masyarakat berperanserta dalam pembangunan kesehatan
diwilayahnya.
3) Tahap pendidikan dan latihan
a) Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat
b) Melakukan pengkajian
c) Membuat program berdasarkan masalah atau diagnose
keperawatan
d) Melatih kader
e) Keperawatan langsung terhadap individu, keluarga dan masyarakat
4) Tahap formasi kepemimmpinan
5) Tahap koordinasi intersektoral
6) Tahap akhir
Dengan melakukan supervisi atau kunjungan bertahap untuk
mengevaluasi serta memberikan umpan balik untuk perbaikan kegiatan
kelompok kerja kesehatan lebih lanjut. Untuk lebih singkatnya
perencanaan dapat diperoleh dengan tahapan sebagai berikut:
a) Pendidikan kesehatan tentang gangguan nutrisi
b) Demonstrasi pengolahan dan pemilihan makanan yang baik
c) Melakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan kurang gizi melalui
pemeriksaan fisik dan laboratorium
d) Bekerjasama dengan aparat pemda setempat untuk mengamankan
lingkungan atau koomunitas bila stressor dari lingkungan
e) Rujukan kerumah sakit bila diperlukan
d. Pelaksanaan (Implementasi)
Perawat bertanggung jawab untuk melaksanakan tindakan yang telah
direncanakan yang sifatnya:
1) Bantuan dalam upaya mengatasi masalah-masalah kurang nutrisi,
mempertahankan kondisi seimbang atau sehat dan meningkatkan
kesehatan.
2) Mendidik komunitas tentang perilaku sehat untuk mencegah kurang
gizi.
3) Sebagai advokat komunitas, untuk sekaligus mempasilitasi
terpenuhinya kebutuhan komunitas.
Pada kegiatan praktik keperawatan komunitas berfokus pada tingkat
pencegahan, yaitu :
a) Pencegahan primer yaitu pencegahan sebelum sakit dan difokuskan pada
populasi sehat, mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum serta
perlindungan khusus terhadap penyakit, contoh : imunisasi, penyuluhan
gizi, simulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan keluarga.
b) Pencegahan sekunder yaitu kegiatan yang dilakukan pada saat terjadinya
perubahan derajat kesehatan masyarakat dan ditemukan masalah
kesehatan. Pencegahan sekunder ini menekan pada diagnose dini dan
tindakan untuk menghambat proses penyakit, Contoh : Mengkaji
keterbelakangan tumbuh kembang anak, memotivasi keluarga untuk
melakukan pemeriksaan kesehatan seperti mata, gigi, telinga, dll.
c) Pencegahan tertier yaitu kegiatan yang menekankan pengembalian
individu pada tingkat berfungsinya secara optimal dari ketidakmampuan
keluarga, Contoh : Membantu keluarga yang mempunyai anak dengan
resiko gangguan kurang gizi untuk melakukan pemeriksaan secara teratur
ke posyandu.
e. Evaluasi
Evaluasi merupakan penelitian terhadap program yang telah
dilaksanakan dibandingkan dengan tujuan semula dan dijadikan dasar
untuk memodifikasi rencana berikutnya. Evaluasi proses dan evaluasi
hasil. Sedangkan focus dari evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan
komunitas adalah :
1) Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan target
pelaksanaan
2) Perkembangan atau kemajuan proses : kessesuaian dengan
perencanaan, peran staf atau pelaksanaan tindakan, fasilitas dan
jumlah peserta.
3) Efisiensi biaya. Bagaimanakah pencarian sumber dana dan
penggunaannya serta keuntungan program.
4) Efektifitas krtja. Apakah tujuan tercapai dan apakah klien atau
masyarakat puas terhadap tindakan yang dilaksanakan.
5) Dampak. Apakan status kesehatan meningkat setelah dilaksanakan
tindakan, apa perubahan yang terjadi dalam 6 bulan atau 1 tahun.
BAB 3
TABULASI DATA PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)
MAHASISWA STIKES YARSI MATARAM PROGRAM STUDI
KEPERAWATAN JENJANG DIPLOMA III
TAHUN AKADEMIK 2019/2020

Asuhan keperawatan komunitas yang telah dilaksanakan oleh mahasiswa


Stikes Yarsi Mataram dalam praktik kerja lapangan di masyarakat berlangsung mulai
tanggal 25 November 2019 s/d 14 Desember 2019 di Dusun Penimbung Timur
Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat.

3.1 Tahap Pelaksanaan


Kegiatan Praktik Keperawatan Dan Kebidanan Komunitas Diawali Dengan
Kegiatan Penerimaan Mahasiswa Yang Dilaksanakan Pada Tanggal 25 November
2019 Di Kantor Desa Penimbung. Setelah acara tersebut dilanjutkan dengan orientasi
ke masing-masing , selanjutnya mahasiswa merencanakan kegiatan survey mawas
diri.
3.2 Tahap Pelaksanaan Pengkajian
1. GAMBARAN UMUM WILAYAH
A. Keadaan Geografis
a. Luas Wilayah Dusun/Desa
b. Batas – batas wilayah
- Sebelah Utara : Penimbung Utara
- Sebelah Timur : Kali
- Sebelah Barat : Jalan Raya Besar
- Sebelah Selatan : Penimbung Muhajirin
B. Keadaan Demografis
Keadaan penduduk Dusun/Desa sampai dengan Triwulan IV tahun 2019
adalah :
Terdiri atas :
- Jumlah penduduk : 767 Penduduk
- Laki – laki : 414 orang
- Perempuan : 353 orang
- Jumlah Kepala Keluaraga : 263 keluarga
- Jumlah keluarga yang didata : 263 keluarga
- Jumlah RT : 9 (sembilan)
C. Keadaan Agama
a. Islam : 572
b. Kristen :-
c. Budha :-
d. Hindu :-
e. Konghucu :-

2. DATA DEMOGRAFI / KEPENDUDUKAN


1. Distribusi Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin
No Kelompok Umur Laki – laki Perempuan Jumlah %
1 a. 0 - 1 tahun 12 5 17 2
2 b. 2 - 5 tahun 31 35 66 7,4
3 c. 6 - 12 tahun 49 17 66 7,4
4 d. 13 - 18 tahun 45 22 67 8,4
5 e. 19- 35 tahun 118 137 255 12
6 f. .36 - 54 tahun 105 84 189 10,4
7 g. 55 thn keatas 54 53 107 9,6 
  Jumlah 414 353 767 100

Menurut hasil pendataan distribusi penduduk menurut golongan umur dan


jenis kelamin, presentasi tertinggi adalah umur 19-35 tahun dengan jumlah
persentasi 12% dari 100%.

2. Distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan


No Tingkat Penduduk Jumlah %
1 Belum sekolah 68 7,7
2 Tidak sekolah 164 25,2
3 Belum tamat SD 138 17,8
4 Tidak tamat SD 91 12,2
5 Tamat SD 84 8,9
6 Tamat SLTP 97 11,7
7 Tamat SLTA 111 14,5
8 Tamat Akademi/Perguruan Tinggi 14 1,9
  Jumlah 767 100,0

Berdasarkan table di atas, dari 767 jiwa sebagian besar penduduk


penimbung timur tidak menempu pendidikan atau tidak sekolah sebesar 25,2 %
sedangkan penduduk yang memiliki pendidikan tinggi  menempati jumlah yang
terkecil yaitu 14 jiwa (3,1 % ). Hal ini dapat mempengaruhi tingkat
pengetahuan, perilaku dan penerimaan informasi yang berkaitan dengan
kesehatan.

3. Distribusi kepala keluarga menurut jenis mata pencarian


N
o Mata Pencaharian Jumlah %
1 Petani 17 7,0
2 Pedagang 66 28,0
3 Buruh 121 40,5
4 PNS 4 2,0
5 ABRI - 0,0
6 Pensiunan 2 1,0
7 Lain – lain 53 21,5
  Jumlah 263 100,0

Berdasarkan table di atas, distribusi kepala keluarga mata pencarian


atau pekerjaan dari 263 KK yang di data, sebagian besar mata pencarian atau
pekerjaan setiap kepala keluarga adalah buruh dengan jumlah 40,5% (121) dan
sebagian dengan mata pencarian sebagai pedagang 66 (28,0%).

4. Distribusi penduduk menurut agama


N
o Menurut Agama Jumlah %
a. Islam 767 100,0
b. Katolik - 0,0
c. Kristen Protestan - 0,0
d. Hindu - 0,0
e. Budha - 0,0
  Jumlah 767 100,0
Menurut hasil pendataan yang di lakukan di penimbung timur dari 767 jiwa,
semua mayoritas beragama islam dengan persen 100%

3. Data KIA –KB

1. Distribusi menurut pasangan usia subur (PUS) menurut kehamilan


N
o Status KB Jumlah %
  a. Hamil 10 8,5
  b. Tidak hamil 221 91,5
  Jumlah 231 100,0

Dari table di atas dari 263 KK yang di data terdapat pasangan usia dengan
keadaan tidak hamil dengan persenan 91,5% dan dalam keadaan hamil persenan
8,5%.

2. Distribusi Kematian Ibu


No Kemtian ibu Jumlah %

1 a. hamil - 0
2 b. melahirkan - 0
3 c. kurun 40 hari setelah melahirkan - 0
JUMLAH - 0

Berdasarkan data yang di dapatkan dari table di atas menunjukan tidak ada
kemtian ibu saat, hamil, melahirkan. Atau kurun waktu 40 hari setelah
melahirkan.
3. Distribusi ibu hamil menurut usia kehamilan
N Status KB Jumlah %
o
  a. Trimester I 2 20,0
  b. Trimester II 4 40,0
  c. Trimester III : 4 40,0
  Jumlah 10 100,0

Dari table di atas di dapatkan dari 263 KK, hanya ada 10 KK yang terdapat
ibu hamil dengan usia kehamilan, yang dimana di Trimester 1 ada 2 orang
(20,0%), trimester 2 ada 4 orang (40,0%), dan trimester 3 ada 4 orang (40,0%).

4. Distribusi usia kehamilan K1 (Kunjungan Pertama)


No Distribusi usia kehamilan K1 Jumlah %
(kunjungan pertama)
1 a. 5 minggu 2 20,0
2 b. 6-8 minggu 4 40,0
3 c. 9-12 minggu 4 40,0
JUMLAH 10 100

Berdasarkan data yang di dapatkan dari 10 ibu hamil yang melakukan


kunjungan pertama di usian 5 minggu 20,0%, di usia 6-8 minggu 40,0%, dan di
usia 9-12 minggu 40,0%.

5. Distribusi ibu hamil menurut pemeriksaan kehamilan


N
o Status KB Jumlah %
  a. Trimester I
  a. Tidak pernah periksa - 0,0
  b. 1 kali 2 100,0
  c. 2 kali - 0,0
  d. 3 kali - 0,0
  e. > 3 kali - 0,0
  Jumlah 2 100,0
N
o Status KB Jumlah %
  b. Trimester II :
a. Tidak pernah
  periksa 2 50,0
  b. 1 kali - 0,0
  c. 2 kali 2 50,0
  d. 3 kali - 0,0
  e. > 3 kali - 0,0
  Jumlah 4 100,0

N
o Status KB Jumlah %
  c. Trimester III :
a. Tidak pernah
  periksa - -
  b. 1 kali - 0,0
  c. 2 kali 4 100,0
  d. 3 kali - 0,0
  e. > 3 kali - 0,0
  Jumlah 4 100,0

Dari table di atas di dapatkan ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya


dari trimester 1 hanya 2 kali memeriksakan ke hamilannya (100%), trimester 2
hanya 2 kali memeriksaan kehamilannya (25,0%), dan trimester 3 hanya 2 kali.

6. Distribusi usia kehamilan saat kunjungan pertama (K1)


No Usia Kehamilan Jumlah %

a. 1 bulan 3 0,3
b. 2 bulan 1 0,1
c. 3bulan 6 0,6

Jumlah 10 100,0
Dari table di atas 10 ibu hamil yang memiliki usia kehamilan yang berbeda
dengan uasia 3 bulan sebnyak 6 (0,6%) orang, usia kehamilan 1 bulan sebnyak
3 (0,3%) orang, dan 2 bulan sebanyak 1 (0,1%) orang.

7. Distribusi ibu hamil menurut status imunisasi TT


No Status Imunisasi TT Jumlah %
  a. Lengkap sesuai usia kehamilan 2 20,0
  b. Tidak lengkap 8 80,0
  Jumlah 10 100,0

Dari table di atas status ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT dari 10
KK yang terdapat ibu hamil hanya ada 2 (20,0%) ibu hamil yang lengkap
imunisas TT sedangkan 8 (80,0%) ibu hamil yang lain tidak lengkap
mendapatkan imunisasi TT.

8. Distribusi ibu hamil menurut pemberian tablet zat besi


No Pemberian Tablet Zat Besi Jumlah %
  a. dapat, dan diminum 7 70,0
  b. Dapat, tidak diminum 2 20,0
  c. Tidak dapat 1 10,0
  Jumlah 10 100,0

berdasarkan hasil pendataan yang di lakukan dari 10 ibu hamil yang di


berikan tablet zat besi, 1 (10,0%) ibu hamil yang tidak pernah mendapatkan
tablet zat besi, 2 (20,0%) orang ibu hamil pernah mendapatkan tablet zat besi
namun tidak pernah di minum, dan 7 (70,0%) orang ibu hamil setiap pemberian
tablet zat besi selalu di minum.

9. Status gizi ibu hamil


N
o Gizi Ibu Hamil Jumlah %
  a. Baik 7 70,0
  b. Cukup 3 30,0
  c. Kurang 0 0,0
  d. Anemia 0 0,0
  Jumlah 10 100,0

Berdasarkan dari hasil pendataan yang di lakukan, di dapatkan status gizi


ibu hamil dari table di atas menunjukan bahwa sebagian besar dengan setatus
gizi yang baik 7 (70,0%), sedangan dengan status gizi yang cukup hanya
(30,0%) dari data ibu hamil yang di dapatkan, dan tidak ada yang menunjukan
gizi kurang dan anemis pada ibu hamil.

10. Distribusi bayi menurut penolong persalinan


N
o Penolong Persalinan Jumlah %
a. Dokter -   0,0
  b. Bidan 17   100,0
  c. Dukun -   0,0
  d. Lain – lain -   0,0
  Jumlah 17   100,0

Dari table di atas menunjukan penolong untuk proses persalinan sebagian


besar di lakukan oleh tenaga kesehatan atau Bidan (100%), sehingga tidak di
temukan ibu hamil yang melakukan proses persalinannya di dukun atau lain-
lain.

11. Distribusi bayi menurut tempat persalinan


N
o Tempat Persalinan Jumlah %
  a. Rumah sakit 1   6,7
  b. Puskesmas 14   80,0
  c. Polindes 1   6,7
  d. Rumah Bidan 1   6,7
  e. Rumah Sendiri -   0,0
  f. Lain – lain -   0,0
  Jumlah 17   100,0

Dari hasil pendataan di dapatkan tempat persalinan ibu hamil sebagian besar
di puskesamas terdekat khususnya di wialayah penimbung untuk warga
penimbung timur dengan persen (80,0%), dan sebagian ada yang proses
persalinanannya di rumah sakit (6,7%), polindes (6,7%), rumah bidan (6,7%).

12. Distribusi bayi menurut kepemilikan KMS


N
o Kepemilikan KMS Jumlah %
  a. Punya dan diisi lengkap 13 73,3
  b. Punya dan diisi tidak lengkap 3 20,0
  c. Punya tidak diisi 1 6,7
  d. Tidak punya 0 0,0
  Jumlah 17 100,0

Dari table di atas di dapatakan menurut kepemilikan KMS hampir sebagian


memiliki KMS dan di isi lengakap dengan persen (73,3%), dan terdapat bayi
yang tidak memiliki KMS dengan persen (6,7%).

13. Distribusi factor resiko dan komplikasi kehamilan


No Factor resiko dan komplikasi kehamilan Jumlah %
  a. Usia menikah - -
  b. Usia hamil - -
  a) c. pertama - -
  b) d. kedua - -
  c) e. ketiga - -
  c. jarak kehamilan - -
  a) g. 1 tahun - -
b) 2 tahun - -
c) 3 tahun - -
d) >3 tahun - -
  Jumlah - -

Berdasarkan data di atas bahwa tidak di temukannya factor resiko atau


komplikasi kehamilan pada ibu hamil.

14. Distribusi kunjungan nifas (KF)


N
o Kunjungan Nifas (KF) Jumlah %
  a. 6 jam – 3 hari 4   6,7
  b. 8-14 hari 6   13,3
  c. 36-42 hari 7   80,0
  Jumlah 17   100,0

Berdasarkan dari data yang di dapatkan menurut distribusi kujungan Nifas


6-3 hari 6,7%, 8-14 hari 13,3% dan 36-42 hari sebanyak 80,0%.

15. Distribusi kunjungan Neonatus (KN)


No Kunjungan Neonatus (KN) Jumlah %
  a. 6 – 48 jam - -
  b. 8- 14 hari - -
  c. hari ke -3 - -
  d. hari ke -8 - -
  e. hari ke -48 - -
  Jumlah - -

Berdasarkan data yang di dapatkan bahwasanya kebanyakan ibu- ibu yang


baru melahirkan tidak pernah melakukan kunjungan nenonatus selain saat
posyandu.

16. Distribusi bayi menurut status gizi


N
o Status Gizi Jumlah %
  a. Baik 12   80,0
  b. Sedang 2   13,3
  c. Kurang 1   6,7
  Jumlah 17   100,0

Berdasarkan hasil yang di dapatkan pada status gizi bayi sebagian besar
dengan gizi yang baik dengan persen (80,0%) dan dengan bayi yang kurang gizi
denga persen (13,3%).

17. Kunjungan posyandu


N
o Ke Posyandu Jumlah %
  a. Rutin 17 100,0
  b. Jarang 0 0,0
  c. Tidak pernah 0 0,0
  Jumlah 17 100,0

Berdasarkan table di atas dari masing-masing KK yang di data dan di


dapatkan 17 yang memiliki bayi rutin melakukan kunjungan posyandu dengan
persen (100%).

18. Distribusi bayi menurut status imunisasi


N
o Status Imunisasi Jumlah %
  a. Lengkap 11 73,3
  b. Belum lengkap 5 20,0
  c. Tidak lengkap 1 6,7
  Jumlah 17 100,0

Berdasarkan table di atas di dapatkan pemenuhan imunisasi pada bayi


sebagian besar data yang di dapatkan telah terpenuhi untuk imunisasinya
dengan persen (73,3%), sedangkan yang tidak lengkap (20,0%), dan tidak
lengkap dengan persen (6,7%).
19. Distribusi bayi menurut pemberian ASI
N
o Pemberian ASI Jumlah %
  a. Diberi (ekslusif 0 - 4 bulan) 9 60,0
  b. Tidak diberi 1 6,7
  c. 0 - 2 tahun 7 33,3
  d. lebih dari 2 tahun 0 0,0
 
Jumlah 17 100,00%

Dari table di atas di dapatakan data pemberian ASI pada bayi dengan rentan
usia bayi ekslusif 0-4 bulan lebih banyak dengan persen (60,0%), dibandingkan
dengan dari usia 0-2 tahun dengan persen (33,3%).

20. Distribusi bayi yang diberi ASI menurut umur mulai di beri ASI
No Kelompok Umur Mulai Diberi ASI Jumlah %
  a. < 2 jam (segera setelah lahir) 14 80,0
  b. 2 jam - 12 jam 2 13,3
  c. 12 jam - 1 hari - 0,0
  d. 1 - 2 hari 1 6,7
  e. 2 - 3 hari - 0,0
  f. 3 - 7 hari - 0,0
  g. > 7 hari - 0,0
  Jumlah 17 100,0

Dari table diatas di dapatkan data bayi yang diberi asi menurut umur mulai
di beri ASI dengan sabagian besar yaitu < 2 jam lebih banyak dengan persen
(80%), dibandingkan dengan 1-2 hari dengan persen (6,7%).

21. Distribusi bayi yang tidak diberi ASI Menurut alasannya


No Pemberian ASI Menurut Alasannya Jumlah %
  a. ASI tidak keluar 1 1,0
  b. Ibu tidak mau menyusui - 0,0
  c. Bayi tidak mau mengisap - 0,0
  d. Ada alasan lain - 0,0
  Jumlah 1,00 1,00

Dari table diatas di dapatkan data data yang tidak diberi ASI menurut
alasannya yaitu ASI tidak keluar dengan persen (1,0%).

22. Distribusi bayi menurut mulai di beri PASI/ makanan padat


No Pemberi PASI / Makanan Padat Jumlah %
  a. < 2 minggu 2 13,3
  b. 2 minggu - 1 bulan - 0,0
  c. 1 - 2 bulan - 0,0
  d. 2 - 3 bulan 1 6,7
  e. 3 - 4 bulan 6 33,3
  f. > 4 bulan 8 46,7
  Jumlah 17 100,0

Berdasarkan dari tabel diatas di dapatkan data bayi menurut mulai diberi
PASI/makanan padat dengan rentan usia > 4 bulan 46,7%, dan sebagian di usia
3-4 bulan 33,3%

23. Distribusi bayi menurut jenis makanan padat yang di berikan


No Jenis Makanan padat yang diberikan Jumlah %
  a. Bubur saring / susu 10   53,3
  b. Bubur 6   40,0
  c. Nasi 1   6,7
  d. Lain – lain 0   0,0
  Jumlah 17   100,0
Berdasarkan tabel diatas didapatkan data bayi menurut jenis makanan padat
yang diberikan yaitu bubur saring/ susu lebih banyak dengan persen (53%),
dibandingkan dengan nasi lebih sedikit dengan persen (6,7%).

24. Distribusi balita menurut kepemilikan KMS


No Kepemilikan KMS Jumlah %
  a. Punya 59 83,7
  b. Tidak punya 7 16,3
  Jumlah 66 100,0

Berdasarkan tabel diatas didapatkan data balita balita menurut kepemilikan


KMS yaitu lebih banyak yang punya dengan persen (83,7%), dibandingkan
dengan yang tidak punya dengan persen (16,%).

25. Distribusi balita menurut status gizi


No Nama BB PB Jumlah %
  21 48,8
  22 51,2
  Jumlah 43 100,0

Berdasarkan table diatas didapatkan data balita menurut status gizi yaitu
lebih banyak status gizi balita keadaan sedang dengan persen (51,2%),
dibandingkan dengan status gizi balita keadaan baik dengan persen (48,8%).

26. Distribusi balita menurut status imunisasi (dilihat KMS bayi)


No Status Imunisasi (dilihat KMS Bayi) Jumlah %
a. Lengkap 54 72,1
  b. Belum lengkap 10 23,3
  c. Tidak lengkap 2 4,7
  Jumlah 66 100,0

Berdasarkan table diatas didapatkan data balita menurut status imuniasi


lengkap lebih banyak dengan persen (72,1%), dibandingkan yang tidak lengkap
dengan persen (4,7%).
27. Distribusi PUS menurut keikutsertaan menjadi akseptor KB
No Akseptor KB Jumlah %
  a. Ya / Akseptor 228 97,5
  b. Tidak /Non Akseptor 3 2,5
  Jumlah 231 100,0

Berdasarkan table diatas didapatkan data PUS menurut keikutsertaan


menjadi akseptor KB yang menggunkan akseptor lebih banyak dengan persen
(97,5%), dibandingkan dengan non akseptor lebih sedikit dengan persen (2,5%).

28. Distribusi PUS Non Akseptor KB menurut alasannya


No Akseptor KB Menurut Alasannya Jumlah %
  a. Ingin punya anak lagi 3   100,0
  b. Belum punya anak -   0,0
  c. Dilarang suami -   0,0
  d. Takut -   0,0
  e. Trauma akibat KB -   0,0
  f. Lagi hamil -   0,0
  g. Lain – lain -   0,0
  Jumlah 3   100,0

Berdasarkan table diatas didapatkan data PUS non akseptor KB menurut


alasannya yang ingin punya anak lagi sebanyak dengan persen (100,0%).

29. Distribusi keikutsertaan JKN/BPJS Kesehatan


No Keikutsertaan JKN/BPJS Jumlah %
  a. Ikut 263 100,0
  b. Tidak ikut 0 0,0
  Jumlah 263 100,0
Berdasarkan data yang di dapatkan dari 263 KK yang di data semuanya
memiliki ata mengikuti JKN atau BPJS kesehatan.

30. Distribusi alasan tidak ikut JKN/BPJS kesehatan


No Alasan tidak ikut JKN/BPJS Jumlah %
  a. Tidak memiliki uang 0 0,0
  b. Tidak setuju program 0 0,0
c. memiliki asuransi lain
  Jumlah 0 0,0

Berdasarkan data yang di dapatkan dari 263 KK yang di dapatkan bahwa


tidak ada data yang menunjukan warga penimbung timur yang tidak mengikuti
JKN/BPJS kesehatan.

31. Distribusi PUS Akseptor KB menurut alat jenis Kontrasepsi yang


digunakan
No Alat Kontrasepsi yang diguanakan Jumlah %
  a. Kondom -   0,0
  b. Pil -   0,0
  c. Suntik 231   100,0
  d. Implant -   0,0
  e. MOW -   0,0
  f. MOP -   0,0
  g. AKDR -   0,0
  h. Lain – lain -   0,0
  Jumlah 231   100,0

Berdasarkan table diatas didapatkan data PUS akseptor KB alat jenis


kontrasepsi yang digunakan sebagian besar warga desa penimbung timur
menggunakan suntik dengan persen (100,0%).
4. DATA KESEHATAN REMAJA

1. Kegiatan Waktu Luang


N
o Waktu Luang Jumlah %
  a. Olah Raga 50 38,9
  b. Keagamaan 27 20,8
  c. Interaksi social 20 26,4
  d. kesenian 0 0,0
e. Menganggur/tidak ada
  kegiatan 10 13,9
  f. Lain – lain 0 0,0
  Jumlah 107 100,0

Dari tabel diatas didapatkan data remaja yang mengisi waktu luang dengan
persentase berolahraga yang sebesar 38,9 % dan sebanyak 13,9 % yang tidak
ada kegiatan/ menganggur

2. Alasan Remaja Tidak Ada Kegiatan


N
o Alasan tidak ada kegiatan Jumlah %
  a. Tidak kuliah/sekolah -   0,0
  b. Tidak ada pekerjaan -   0,0
  c. Malas 7   70,0
  d. Lain – lain 3   30,0
  Jumlah 10   100,0

Berdasarkan tabel diatas alasan remaja tidak ada kegiatan yaitu malas
derngan persentase 70%.
3. Masalah Remaja
N
o Masalah Remaja Jumlah %
  a. Kenakalan -   -  
  b. Narkoba -   -  
  c. Pergaulan bebas -   -  
  d. Krisis perkembangan -   -  
  e. Masalah Kejiwaan -   -  
  f. Lain – lain -   -  
  Jumlah -   -  

Berdasarkan tabel diatas tidak ada masalah remaja yang di temukan.

4. Distribusi perkumpulan remaja


No Perkumpulan remaja Jumlah %
  a. Posyandu remaja 0 0
  b. Remaja masjid 34 40,3
  c. Karang Taruna 73 59,7
  D. Lain – lain 0 0
  Jumlah 107 100,0

Berdasarkan data yang di dapatkan dari 263 KK yang di dapatkan


yang memiliki usia remaja 107 jiwa dengan perkumpulan remaja masjid
40,3% dan dengan perkumpulan karang taruna 59,7%

5. Distribusi gizi remaja


N
o Perkumpulan remaja Jumlah %
  a. LILA 0 0
  b. Nilai HB 0 0
  c. Menarch (usia) 0 0
  Jumlah 0 0

Berdasarkan data yang di dapatakan dari distribusi gizi remaja tidak


untuk LILA tidak di lakukannya pengukuran, dan pada remaja rata – rata tidak
pernah melakukan pengecekan Hb, serta pada remaja perempuan kebanyakan
tidak tau atau lupa usia menarchnya.

5. DATA KESEHATAN LANSIA

1. Keluhan Saat Ini


No Keluhan saat ini Jumlah %
  a. Pusing 27 30,1
  b. Batuk 18 13,3
  c. Kesemutan 38 33,7
  d. Sesak 5 6,0
  e. Lain – lain 19 16,9
  Jumlah 107 100,0

Berdasarkan tabel di atas untuk kesehatan lansia dengan keluhan yang


dialami saat ini pusing dan kesemetun memiliki persentasi sebesar 30 % dan 33
%. Untuk keluhan batuk sebesar 13,3 5, sesak sebesar 6 % dan keluhan lain-lain
sebesar 16, 9 %.

2. Keluhan 1 tahun terakhir


N
o Keluhan 1 tahun terakhir Jumlah %
  a. Pusing 20 16,9
  b. Batuk 18 13,3
  c. Kesemutan 37 32,5
  d. Sesak 6 6,0
  e. Lain – lain 26 31,3
  Jumlah 107 100,0
Dari tabel diatas keluihan yang di alami tahun terakhir pada lansia yaitu
kesemutan sebanyak 37 orang dengan persentase tertinggi sebesar 32,5% dan
mengeluh sesak sebanyak 6 orang dengan persentase terendah sebesar 6 %.

3. Penyakit Saat Ini


No Penyakit saat ini Jumlah %
  a. Darah tinggi 50 42,2
  b. Sesak napas 5 6,0
  c. Kencing manis 10 12,0
  d. Stroke 2 2,4
  e. Asam urat 25 19,3
  f. Lain – lain 15 18,1
  Jumlah 107 100,0

Berdasarkan tabel diatas penyakit yang dialami saat ini untuk darah tinggi
memiliki persentasse sebesar 42,2 % , angka ini memiliki persentase tertinggi
dari penyakit-penyakit lainnya.

4. Penyakit 1 tahun terakhir


N
o Penyakit 1 tahun terakhir Jumlah %
  a. Darah tinggi 52 33,7
  b. Sesak napas 15 21,7
  c. Kencing manis 3 3,6
  d. Stroke 2 2,4
  e. Asam urat 28 32,5
  f. Lain – lain 7 6,0
  Jumlah 107 100,0

Dari tabel diatas data kesehatan lansia yang menderita penyakit dalam kurun
waktu 1 tahun terakhir darah tinggi sebanyak 52 orang dengan persentase
33,7%, asam urat sebanyak 28 orang dengan persentase sebesar 32,5 %.
Persentase kedua penyakit ini memiliki perserntase yang tersebesar dari
penyakit lainnya.

5. Kegiatan Waktu Luang


N
o Kegiatan waktu luang Jumlah %
  a. Membantu rumah tangga 22   21,7
  b. Mengasuh cucu 10   8,4
  c. nonton TV 1   1,2
  d. Tidak ada kegiatan 46   36,1
  e. Lain – lain 28   32,5
  Jumlah 107   100,0

Berdasarkan tabel diatas kegiatan waktu luang yang dilakukan oleh lansia
sebagian besar tidak ada kegiatan yang di lakukan dengan persentase sebesar
32,5% dan hanya 1 % yang memilih menonton tv.

6. Kebutuhan Nutrisi Frekuensi


N
o Kebutuhan Nutrisi Frekuensi Jumlah %
a. Kurang 29 14,5
  b. Normal 78 85,5
  c. Berlebihan 0 0,0
  Jumlah 107 100,0

Dari tabel diatas status kebutuhan nutrisi pada lansia dengan kebutuhan
nutrisi yang normal dengan persentase 85,5% dan nutrisi kurang sebesar 14,5
%.

7. Kualitas Makan
N
o Kualitas Makan Jumlah %
a. Baik 66 72,3
  b. Cukup 24 15,7
  c. Kurang 17 12,0
  Jumlah 107 100,0

Berdasarkan tabel diatas kualitas makanan yang dikonsumsi oleh lansia


dengan kategori baik sebesar 72,3%. Angka ini memiliki persentase tertinngi
dan lansia masih mendapatkan kualitas makanan yang baik.

8. KebiasaanMakan
N
o Kebiasaan Makan Jumlah %
a. Tinggi Garam 78 84,3
  b. Tinggi Lemak 17 10,8
  c. Tinggi Purin 0 0,0
  d. Tinggi Gula 12 4,8
 
  Jumlah 84 100,0

Dari kebiasaan makan pada lansia, persentase untuk kebiasaan makan tinggi
makan garam dengan persentase 84,3 %, dimana angka ini tergolong sangat
besar untuk beresiko teradinya hipertensi.

9. Produktifitas Lansia
N
o Prokduktifitas Lansia Jumlah %
a. Ada 45 51,8
  b. Tidak ada 62 48,2
  Jumlah 107 100,0

Dari tabel diatas produktifitas lansia yang ada sebesar 43% dan tidak ada
produktifitas sebeasar 48,2%. Angka ini dibilang memiliki selisih yang tidak
terlalu jauh namun dapat disimpulkan dari data diatas lansia masih mampu
berproduktifitas di usia lanjut.

10. Jenis Pekerjaan Lansia


N Jenis Pekerjaan Lansia Jumlah %
o
a. Wira usaha 43   40,2
  b. Organisasi -   0,0
  c. Sosial -   0,0
  d. Keagamaan 32   29,9
  e. Lain – lain 32   29.9
  Jumlah 84   100,0

Berdasarkan data diatas jenis pekerjaan lansia yang terdiri dari wira usaha
sebesar 40,2%, keagamaan sebesar 29,9% dan lain-lain sebesar 29,9%.

11. Kunjungan Posyandu Lansia


No Kunjungan Posyandu Lansia Jumlah %
a. Rutin 28   28,0
  b. Jarang 45   45,0
  c. Tidak Pernah 34   34,0
  Jumlah 107   100

Berdasarkan data diatas rata-rata lansia jarang mengunjungi posyandu lansia


dengan persentase yang tertinggi sebesar 45,0% dan sebesar 34,0% tidak pernah
mengikuti posyandu lansia.

12. AlasanTidak Pernah


N
o Alasan Tidak Pernah Jumlah %
a. Malas keluar rumah 2   1,9
  b. Tidak ada yang mengantar 4   3,7
  c. Tidak ada sempat 53   49,5
  d. Lain – lain 48   44,9
  Jumlah 107   100
Berdasarkan tabel diatas alasan lansia tidak pernah mengunjungi posyandu
lansia yaitu tidak ada sempat dengan persentase sebesar 49,5%, lain-lain sebesar
44,9%, tidak ada yang mengantar sebesar 3,7 % dan malas keluar rumah 1,9%.

6. DATATEMPAT TINGGAL
1. Distribusi kepala keluarga (KK) menurut status kepemilikan rumah
No Status Kepemilikan Rumah Jumlah %
  a. Rumah sendiri 235 91,5
  b. Kontrak / sewa 2 0,5
  c. Menumpang 26 8,0
  Jumlah 263 100,0

Berdasarakan data yang di dapatkan menurut kepemilikan rumah dari 263


KK yang di data hanya 235 KK (91,5%) yang memiliki rumah sendiri, 26 KK
(8,0%) yang menumpang, dan 2 KK (0,5%) yang menyewa atau mengontrak
rumah.

2. Distribusi KK menurut pencahayaan sinar matahari


No Pencahayaan Sinar Matahari Jumlah %
a. Bisa membaca tanpa
  menyalakan 165 82,1
  Lampu
b. Tidak bisa membaca tanpa
  lampu 70 17,9
  Jumlah 235 100,0
Berdasarkan data yang di dapatkan yang di dapatkan di tabel diatas menurut
pencahayaan sinar matahari sebagian besar warga dapat membaca di dalam
rumah tanpa harus menyalakan lampu di rumahnya dengan persen (82,1%) dan
hanya (17,9%) rumah yang harus menyalakan lampu saat membaca di dalam
rumah.

3. Distribusi KK menurut keadaan ventilasi rumah


N
o Ventilasi Rumah Jumlah %
a. Baik (ventilasi ada dan
  dibuka) 118 47,8
b. Cukup (ventilasi ada tidak
  dibuka) 97 46,7
  c. Kurang (tidak ada ventilasi) 20 5,4
  Jumlah 235 100,0

Dari tabel di atas, di dapatkan sebagian kecil rumah yang memiliki ventilasi
rumah baik dengan persen (47,8%), dan sebagian besar terbagi menjadi rumah
yang memiliki ventilasi cukup dan kurang dengan persenan (46,7%) berbanding
(5,4%).

4. Distribusi KK menurut keadaan lantai rumah


N
o Lantai Rumah Jumlah %
  a. Teraso/Keramik 183 83,2
  b. Tegel / Plester / Ubin 42 13,6
  c. Tanah 10 3,3
  d. Kayu / Papan - 0,0
  Jumlah 235 100,0

Berdasarkan data yang di dapatkan dari hasil kepemilikan rumah dengan


jumlah 235, sebagian besar 183 (83,2%) rumah yang menggunakan
teraso/keramik, dan yang menggunakan tegel/plaster/ubin dengan persenan
13,6, sedangan rumah warga masih ada yang mengunkan tanah dengan persen
(3,3%).

5. Kebersihan Rumah
N
o Kebersihan Rumah Jumlah %
  a. Baik 64 28,8
  b. Cukup 139 59,2
  c. Kurang 32 12,0
  Jumlah 235 100,0

Dari tabel di atas, sebagian besar rumah warga dengan tingkat kebersiahan
rumah masih dalam penilaian cukup dengan persenan (59,2%), dan untuk
penilaian rumah dengan tingkat kebersihan yang baik masih dengan persen
(28,8%). Beresiko akan mempengaruhi Tingkat Perilaku Hidup Berish Dan
Sehat (PHBS).

6. Keberadaan jentik nyamuk


N
o Keberadaan Jentik Nyamuk Jumlah %
  a. Ada 20 9,8
  b. Tidak Ada 215 90,2
  Jumlah 235 100,0

Menurut data yang di dapatkan dari 235 Rumah yang di data hanya 20
rumah yang terdapat jentik nyamuk dengan persen (9,8%), sendangkan 215
rumah tidak ada terdapat jentik nyamuk di sekitar rumahnya dengan persen
(90,2%)

7. Tempat jentik
N
o Tempat Jentik Jumlah %
  a. Bak Mandi 9 38,9
  b. Gentong 3 16,7
  c. Kolam 3 16,7
  d. Lain – lain 5 27,8
  Jumlah 20 100,0
Berdasarkan data yang di dapatkan dari 20 rumah yang terdapat jentik
nyamuk ada pun tempat-tempat jentik naymuk berada seperti, bak mandi
(38,9%), gentong (16,7%), kolam (16,7%), Lain-lain (27,8%)

8. Kondisi kamar mandi


N
o Kondisi Kamar Mandi / Wc Jumlah %
  a. Bersih Tidak Licin 82 47,1
  b. Bersih Licin 33 19,0
  c. Kurang Bersih Licin 59 33,9
  d. Kotor 0 0,0
  Jumlah 174 100,0

Dari data yang di dapatkan, bedasarkan tabel di atas, dari 263 KK hanya 235
yang memiliki rumah dan untuk kepemilikan kamar mandi hanya memiliki 174
dengan kondisi kebersihan kamar mandi yang berbeda, bersih tidak licin dengan
persen (47,1%), bersih licin (19,0%), kurang bersih licin (33,9%).

9. Kualitas air yang digunakan


No Kualitas Air Yang Digunakan Jumlah %
  a. Baik 140 59,8
  b. Kurang 95 40,2
  Jumlah 235 100,0

Berdasarkan data yang di dapatkan dari 235 rumah yang di data sebagian
besar kualitas air yang digunakan baik dengan persen (59,8%), dan adapun yang
menugnakan air dengan kualitas kurang dengan persenan (40,2%). Dengan
begitu warga yang mengunakan air dengan kuliatas kurang bersih berisiko akan
terkena penyakit kulit.

10. Distribusi KK menurut pemanfaatan halaman atau perkarangan rumah


No Distribusi KK menurut Pemanfaatan Jumlah %
  a. Tidak punya halaman 114 51,1
  b. Ada tidak dimanfaatkan 73 28,3
  c. Ada dimanfaatkan 48 20,7
  Jumlah 235 100,0

Berdasarkan data yang di dapatkan, menurut kepemilikan rumah yang


memiliki perkarangan rumah sebagian besar tidak memiliki halaman rumah
sebanyak 114 rumah (51,1%), sedangkan yang memiliki perkarangan rumah
namun tidak di manfaatkan sebanyak 73 rumah (28,3%), dan ada yang di
manfaatkan sebnyak 48 rumah (20,7%).

11. Distribusi KK menurut keadaan pembuangan air limbah


N Keadaan Pembuangan Air
o Limbah Jumlah %
  a. Tidak ada saluran pembuangan 19 10,3
  b. Adad tertutup 53 23,4
  c. Ada terbuka tergenang 88 33,7
  a. Ada 45 19,0
  b. Tidak ada 30 13,6
  Jumlah 235 100,0

Berdasarkan tabel diatas didapatkan data KK menurut pembuangan air


limbah warga lebih banyak ada terbuka tergenang dengan persen (33%),
dibandingkan dengan tidak ada saluran pembuangan dengan persen (10,3%).

12. Distribusi KK menurut keadaan pembuangan sampah dirumah.


No Tempat Pembuangan Sampah Di Rumah Jumlah %
  a. Lobang sampah 42 17,4
  b. Bak / Tong sampah 9 4,9
  c. Sungai 102 44,6
  d. Kebun 82 33,2
  Jumlah 235 100,0

Berdasarkan tabel diatas didapatkan data KK menurut keadaan pembuangan


sampah dirumah lebih banyak warga membuang sampah di sungai dengan
persen (44,6%), dibandingkan dengan di bak/tong sampah dengan persen
(17,4%).

13. DistribusiKK menurut keadaan hewan peliharaan.


N Keadaan Hewan Peliharaan Jumlah %
o
a. Tidak memiliki hewan
  peliharaan 216 78,8
  b. Memiliki di dalam rumah 0 0,0
  c. Memilki diluar rumah 39 21,2
  Jumlah 235 100,0

Berdasarkan tabel diatas didapatkan data KK menurut keadaaan hewan


peliharaan warga lebih banyak tidak memiliki hewan peliharaan dengan persen
(78,8%), dibandingkan dengan yang memiliki hewan peliharaan diluar rumah
dengan persen (21,0%).

14. Distribusi KK menurut jarak kandang dengan rumah


N
o Jarak Kandang Dengan Rumah Jumlah %
  a. 10 meter 19 48,7
  b. 7 meter 6 15,4
  c. 5 meter 14 35,9
  d. < dari 5 meter 0 0,0
  Jumlah 39 100,0

Berdasarkan tabel diatas didapatkan data KK menurut jarak kandang dengan


rumah lebiha banyak 10 meter jaraknya dengan persen (48,7%), dibandingkan
dengan persen15,4%)

15. Kondisi kandang ternak


N
o Kondisi Kandang Ternak Jumlah %
  a. Kotor, berbau 17 43,6
  b. Cukup bersih 22 56,4
  c. Bersih 0 0,0
  Jumlah 39 100,0

Berdasarkan tabel diatas didapatkan data kondisi kondisi kandang hewan


ternak di setiap KK yang memiliki hewan peliharaan dengan keadaan cukup
bersih 22 (56,4%), sedangkan dengan kondisi kotor dan berbau 17 (43,6%).

16. Distribusi KK menurut kepemilikan jamban


N Kepemilikan Jamban Jumlah %
o
  a. Punya 92 52,9
  b. Tidak punya 82 47,1
  Jumlah 174 200,0

Berdasarkan tabel diatas didapatkan data KK menurut kepemilikan jamban


lebih banyak warga yang punya dengan persen (52,9%), dibandingkan dengan
tidak punya dengan persen (47,1%).

17. Distribusi KK menurut tempat BAB


N
o Tempat BAB Jumlah %
  a. Jamban 122 46,0
  b. Kebun / sawah 16 8,0
  c. Kolam - 0,0
  d. Sungai 105 36,0
  e. Lain – lain 20 10,0
  Jumlah 200 100,0

Berdasarkan tabel diatas didapatkan data KK menurut tempat BAB lebih


banyak di jamban dengan persen (46,6%), lebih sedikit dibandingkan dengan di
kebun/sawah dengan persen (8,0%).

18. Distribusi KK menurut sumber air bersih yang digunakan


No Sumber Air Bersih Yang Digunakan Jumlah %
  a. PAM 2 1,1
  b. Sumur pompa tangan - 0,0
  c. Sumur Gali 141 54,3
  d. Air hujan - 0,0
  e. Mata air 92 44,6
  Jumlah 235 100,0

Berdasarkan tabel diatas didapatkan data KK menurut sumber air bersih


yang digunakan warga lebih banyak sumur gali dengan persen (54,3%),
dibandingkan dengan PAM dengan persen (1,1%).

19. Distribusi KK menurut jarak sumber air minum dengan wc/aspal


N jarak Sumber Air Minum dengan WC /
o Spal Jumlah %
  a. 10 meter 42 45,7
  b. 7 meter 19 20,7
  c. 5 meter 20 21,7
  d. < dari 5 meter 11 12,0
  Jumlah 92 100,0

Berdasarkan tabel diatas didapatkan data KK menurut jarak sumber air


minum dengan wc/aspal jarak 10 meter lebih banyak dengan persen (45,7%),
dibandingkan < dari 5 meter dengan persen (12,0%).

20. Distribusi KK menurut keadaan air minum yang digunakan


No Keadaan air Minum Yang Dikonsumsi Jumlah %
  a. Direbus 109   38,0  
  b. Direbus dan dicampur air mentah 3   1,5  
  c. Tidak direbus 151   60,5  
  Jumlah 263   100,0  

Berdasarkan tabel diatas didapatkan data KK menurut keadaan air minum


yang digunakan lebih banyak yang tidak direbus dengan persen (60,0%),
dibandingkan direbus dan dicampur air mentah (1,5%)

21. Distrinusi KK menurut kebiasaan memelihara personal hygiene


N
o Personal Hygiene Jumlah %
  1. Mandi 0,0
  a. 1 kali sehari 27 13,5
  b. 2 kali sehari 178 64,0
  c. 3 kali sehari 58 22,5
  Jumlah 263 100,0

Berdasarkan tabel diatas didapatkan data KK menurut kebiasaan


memelihara personal hygiene mandi lebih banyak 2 kali sehari dengan persen
(64,0%), diabndingkan 1 kali sehari lebih sedikit dengan persen (13,5%).

N
o Personal Hygiene Jumlah %
  2. Tempat mandi 0,0  
  a. Kamar mandi 174 71,0  
  b. Pancuran 39 9,0  
  c. Kali 50 20,0  
  d. Kolam 0 0,0  
  Jumlah 263 100,0  

Berdasarkan tabel diatas didapatkan data KK menurut kebiasaan


memelihara personal hygiene tempat mandi lebih banyak warga mandi di kamar
mandi dengan persen (71,0%), dibandingkan dipancuran lebih sedikit dengan
persen (9,0%).

N
o Personal Hygiene Jumlah %
3. Kebersihan gigi dan
  mulut 0,0
3.1. Frekwensi sikat
  gigi 0,0
  a. Tidak pernah 2 1,0
  b. 1 kali sehari 26 14,5
  c. 2 kali sehari 201 69,0
  d. 3 kali sehari 33 16,5
e. lebih dari 3 kali
  sehari 0 0,0
  Jumlah 263 101,0

Berdasarkan tabel diatas didapatkan data KK menurut kebiasaan


memelihara personal hygiene kebersihan gigi dan mulut pola frekwensi sikat
gigi warga lebih banyak 2 kali sehari dengan persen (69,0%), dibandingkan
tidak pernah dengan persen (1,0%).

N
o Personal Hygiene Jumlah %
  3.2. Pola menyikat gigi 0,0
  a. Sebelum makan 32 12,2
  b. Sesudah makan 46 17,5
  c. Sebelum tidur 79 30,0
  d. Setiap bangun tidur 95 35,0
  e. dan lain - lain 14 5,3
  Jumlah 263 100,0
Berdasarkan tabel diatas didapatkan data KK menurut kebiasaan
memelihara personal hygiene pola menyikat gigi warga lebih banyak setiap
bangun tidur dengan persen (35,0%), dibandingkan

N
o Personal Hygiene Jumlah %
3.3. Jenis pasta gigi
  yang digunakan 0,0
  a. Pasta gigi 261 99,0
b. Batu bata - 0,0
  c. Sabun - 0,0
  d. lain - lain 2 1,0
  Jumlah 263 100,0

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa KK yang menggunakan


pasta gigi untuk oral hygine sejumlah 261 (99,0) dan 2 KK menggunakan sabun
sebagai alat untuk personal hygine.

N
o Personal Hygiene Jumlah %
4. Frekwensi cuci
  rambut 0,0
  a. 1 kali seminggu 65 32,5
  b. 2 kali seminggu 173 55,5
  c. 3 kali seminggu 24 12,0
d. Tidak pernah /
  kadang - kadang 0 0,0
  Jumlah 263 100,0

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa 65 KK mencuci rambut 1


kali dalam seminggu (32,5%), 173 KK mencuci rambut 2 kali dalam seminggu
(55,5%), dan 24 KK mencuci rambut 3 kali dalam seminggu (12,0).

N
o Personal Hygiene Jumlah %
5. Jenis bahan untuk
  cuci rambut     0,0
  a. Shampo 262   99,5
  b. Parutan kelapa 1   0,5
  c. lain - lain -   0,0
  Jumlah 262   100,0
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa 199 KK menggunakan
shampo untuk mencuci rambut, dan 1 orang dari 263 KK menggunakan parutan
kelapa sebagai alat untuk mencuci rambut.

7. DATA KESEHATAN KELUARGA


1. Distribusi penduduk menurut jenis penyakit yang di derita
N
o Jenis Penyakit Yang Diderita Jumlah %
a. Penyakit kulit : Panu, Kadas,
  Kurap 7 4,55
  Alergi dan lain - lain
  b. Penyakit Cacingan - -
c. Penyakit Saluran
Pernafasan :
  - Asma 3 1,95
  - Tuberculosis - -
  - Bronchitis - -
  - Ispa
  - Influenza 6 -
  d. Penyakit kurang gizi
  e. Penyakit gigi dan mulut 4 2,6
f. Penyakit Jantung : (………
  sebutkan) 19 12,35
Hypertensi, IMA, dan lain -
  lain
g. Penyakit lain (syaraf, dan
  lain-lain) 26 16,9
  Jumlah 65 100,0

Dari data yang diperoleh diatas didapatkan bahwa distribusi penduduk yang
menderita penyakit terbanyak yaitu penyakit lain sejumlah 26 orang(16,9%) dan
penyakit yang diderita dengan jumlah yang paling sedikit yaitu asma dengan
jumlah 3 orang penduduk (1,95%).

2. Distribusi kepala keluarga menurut tempat berobat


N
o Kebiasaan Berobat Jumlah %
  a. Kerumah Sakit 17 8,5
  b. Ke Puskesmas 129 48
  c. Dokter Praktek 15 7,5
  d. Perawat / Bidan 100 35
  e. Bidan - -
  f. Dukun -
  g. Lain – lain 2 1
  Jumlah 263 100,0

Menurut data di atas distribusi kepala keluarga menurut tempat berobat


yaitu 17 kepala keluarga yang memiliki kebiasaan berobat ke rumah sakit
(17%), 129 kepala keluarga yang memiliki kebiasaan berobat ke puskesmas
(48%), 15 kk memiliki kebiasaan berobat ke dokter praktik (7,5%), 100 KK
berobat ke perawat/bidan (35%) dan sejumlah 2 kk sering berobat ke lain-lain
(1%).

3. Distribusi kepala keluarga menurut jarak rumah dengan tempat berobat


No Jarak Rumah Dengan Tempat Berobat Jumlah %
  a. Kurang dari 1 Km 75 22,5
  b. 1 - 5 Km 78 39
  c. Lebih dari 5 Km 110 38,5
  Jumlah 263 100,0

Menurut data yang diperoleh diatas, didapatkan bahwa jarak rumah dengan
tempat berobat yaitu 75 KK dengan jarak berobat dari rumah kurang dari 1 km.
(22,5%) , 78 KK dengan jarak rumah ke tempat berobat 1-5km. (39%), dan 110
KK dengan jarak berobat Lebih dari 5 km.(38,5%).

4. distribusi kepala keluarga menurut pernah tidaknya dirawat di Rumah sakit


No Pernah tidaknya dirawat di RS Jumlah %
  a. Tidak pernah 193 80
b. Pernah (berapa kali dalam
  setahun) 70 20
  Jumlah 263 100,0

Menurut data diatas distrisbusi kepala keluarga menurut pernah tidaknya


dirawat di rumah sakit, 193 KK tidak pernah dirawat di rumah sakit (80%) dan
70 KK pernah dirawat di rumah sakit (20%).

5. Distribusi kepala keluarga menurut besarnya perkiraan biaya


berobat/perawatan
No Biaya Berobat/Perawatan Jumlah %
  a. 10.000 - 50.000 58   52,78
  b. 50.000 - 100.000 16   14,56
  c. 100.000 - 250.000 2   1,82
  d. 250.000 keatas 15   13,65
  Jumlah 91   100,0

Distribusi kepala keluarga menurut besarnya perkiraan biaya berobat yaitu


58 KK dengan perkiraan biaya berobat 10.000-50.000 (52,78%), 16 KK dengan
biaya berobat 50.000-100.000 (14,56), 2 KK dengan biaya berobat 100.000-
250.000 (1,82) , dan 15 KK dengan biaya berobat 250.000 ke atas (13,65) .

6. Distribusi kepala keluarga yang dirawat menurut cara pembayaran untuk


berobat
N Cara Pembayaran Untuk
o berobat Jumlah %
  a. Langsung 91 45,5
  b. Tidak langsung 172 54,5
  Jumlah 263 100,0

Menurut data diatas, distribusi kepala keluarga yang dirawat menurut cara
pembayaran yaitu 91 kk dengan cara pembayaran langsung (45,5%), dan 172 kk
dengan cara pembayaran tidak langsung (54,5%).

7. Distribusi pendapat kepala keluarga tentang pengorganisasian pelayanan


kesehatan
No Pengorganisasian Pelayanan Kesehatan Jumlah %
  a. Setuju 263 100,0
  b. Tidak setuju 0 0,0
  Jumlah 263 100,0

Dari data di atas diketahui bahwa seluruh kepala keluarga dengan jumlah
200 KK (100%) menyetujui tentang pengorganisasian pelayanan kesehatan.

8. Distribusi pendapat kepala keluarga yang setuju menurut jenis iuran dana
sehat
N
o Jenis Iuran Dana Sehat Jumlah %
  a. Iuran Rutin berupa uang 263 100
  b. Iuran Rutin berupa 0 0,0
barang
c. Iuran Tidak Rutin
  berupa uang 0 0,0
d. Iuran Tidak Rutin
  berupa Barang 0
  Jumlah 263 100,0

Menurut data di atas, dari 263 kepala keluarga yang menikuti JKN semua
kepala keluarga setuju dengan iuran dada kesehatan secara utin berupa uang
(100%).

8. DATA KEMATIAN

N
o Kematian Penduduk 1 tahun terakhir Jumlah %
  a. Tidak ada 233 85  
  b. Ada penyebab 30 15  
  Jumlah 200 -  

Menurut data yang diperoleh siatas diketahui bahwa data kematian 233 KK
tidak ada penyebab ( 85%) dan 30 orsng dengan penyebab (15%).

1. Distribusi kematian penduduk menurut penyebab kematian


N
Penyebab Kematian
o Jumlah %
  a. Ispa -   -  
  b. Diare -   -  
  c. Penyakit Jantung 10   33  
  d. Malaria -   -  
  e. DHF -   -  
  f. Typoid -   -  
  g. Hepatitis -   -  
  h. Lain - lain 20   64  
  Jumlah 30   -  

Menurut data diatas, dari penyebab kematian penduduk yang mati dengan
penyebab yaitu 10 orang meninggal disebabkan karena penyakit jantung (33%),
dan 20 lainnya disebabkan oleh penyakit lainnya (64%).

9. PARTISIPASI DANA SOSIAL

N Dana Sosial Jumlah %


o
1 Dana Kesehatan -   -
  Dana Karang Taruna -   -
  Lain – lain 30   100,0
  Jumlah 30   100

Dari data diatas, diketahui bahwa 30 kepala keluarga mendapatkan


partisipasi dana sosial lain-lain ( 15%).

10. SARANA PENUNJANG


1. Sarana Pendidikan
No Sarana Pendidikan Jumlah %
a. Bangunan Taman Kanak -
Kanak 1   3,33  
b. Bangunan Sekolah Dasar 2   4,44  
c. Bangunan Madrasah
Ibtida'iyah 1   3,33  
d. Bangunan Madrasah
Tsanawiyah -    
  f. Bangunan SLTP -   -  
  g. Bangunan SLTA -   -  
  h. Bangunan Perguruan Tinggi -   -  
  Jumlah 4   100,0  

Dari data di atas dapat ditentukan bahwa sarana pendidikan yang ada
sebagai sarana penunjang yaitu berjumlah 4.

2. SaranaPeribadatan
N
o Sarana Peribadatan Jumlah %
  a. Bangunan Musholla 2   75  
  b. Bangunan Masjid 1   15  
  c. Bangunan Gereja -   -  
  d. Bangunan Pura -   -  
  Jumlah 3   100,0  

Dari data di atas dikethui bahwa jumlah sarana peribadatan ada 3 yaitu 2
musholla dan 1 masjid .

3. Sarana Kegiatan Sosial


No Kegiatan Sosial Jumlah %
  a. Beras Perelek -   -  
  b. Dana Kematian -   -  
  c. Lumbung Bahagia -   -  
  d. Jimpitan -   -  
  e. Kelompok Arisan -   -  
  Jumlah -   -  

Dapat diketahui bahwa sarana kegatan sosial tidak ada

4. Organisasi Potensial
No Organisasi Potensial Jumlah %
  a. Karang Taruna 1   50  
  b. Dasa Wisma -   0,0  
  c. Kelompok Tani 1   50  
  d. Kelompen capir -   0,0  
  Jumlah 2   100,0  

Dapat diketahui bahwa organisasi potensial berjumlah 2, 1 organisasi karang


taruna (50%) dan 1 organisasi kelompok tani (50%).

5. Sarana Kesehatan
N
o Sarana Kesehatan Jumlah %
  a. Puskesmas 1   10  
  b. Puskesmas Pembantu -    
  c. Balai Pengobatan Swasta -    
  d. Jumlah Posyandu -    
  e. Jumlah Kader Posyandu 4   60  
  f. Jumlah Dukun Paraji -    
  g. Jumlah Dukun Sunat -   0,0  
  h. Perawat Desa 2   30  
  i. Bidan Desa -   0,0  
  Jumlah 7   100,0  

Dari data diatas dapat diketahui bahwa sarana kesehatan berjumlah 6, 1


sarana puskesmas (10%) , kader posyandu sejumlah 4 orang (60%) dan 2 orang
perawat desa (30%).

I. MASALAH
1. Analisa Data
No Data Subyektif Data Obyektif Masalah Kesehatan
Lingkungan Fisik : 1) pembungan air Kurangnya kesadaran
Lingkungan yang limbah ada terbuka masyarakat tentang
kurang Sehat di dan tergenang 33,7%, PHBS.
Dusun Penimbung tidak ada saluran
Timur pembungan 10,3%.
2) Jumlah rumah yang
memiliki ventilasi
tidak di buka 46,7%,
tidak ada ventilasi
5,4%
3) Jumlah rumah
dengan tingkat
kebersihan cukup
59,2%, dan tingkat
kebersihan kurang
12,0%
4) Kondisi rumah yang
memiliki kamar
mandi bersih namun
licin 19,0%, dan
kurang bersih dan
licin 33,9
5) Kualitas air yang di
gunakan denga
tingkat kurang baik
40,2%
6) Tempat pembuangan
air limbah ada
terbuka tergenang
33,7%, tidak ada
saluran pembungan
10,0%, dan tidak ada
13,6%
7) Tempat pembuangan
sampah di sungai
44,6%, lobang
sampah 17,4%,
kebun 33,2%
8) Rumah yang tidak
memiliki jamban
47,1%
9) Tempat BAB sungai
36,0%, lain-lain
10,0%, kebun atau
sawah 8,0%
10) Sumber air yang di
gunakan oleh
masyarakat mata air
44,6%
11) Kebiasaan air yang
di minum tidak di
rebus 60,5%

Lansia : 1. Jumlah lansia sebanyak Kurangnya pengetahuan


Tingginya jumlah 83 jiwa dan kesadaran lansia
lansia dengan 2. Lansia yang mengalami dalam memelihara
hipertensi di Dusun Darah tinggi sebanyak kesehatan.
Penimbung Timur 42,2%
3. Lansia yang mengalami
asam urat sebanyak
19,3%
4. Lansia jarang mengikuti
posyandu lansia 39,0%,
dan tidak pernah ikut
posyandu 30,0%

2. PenapisanMasalah
KriteriaPenapisan
Ketersediaan

pemerintahSesuai dengan program


kesehatanKemungkinan untuk pendidikan

Kemungkinan untuk diatasi


Jumlah ya ng beresiko
Sesuai dengan peran perawat

Sumber daya manusia


Sumber daya tempat
sumber daya waktu
Minat masyarakat

Sumber daya dana


Besarnya resiko
Diagnasis

Jumlaj skor
Sumber daya peralatan
Keperawatan
Komunitas
komunitas

Risiko timbulnya 5 5 3 5 5 5 5 5 4 5 4 4 55
Kurangnya pengetahuan
dan kesadaran lansia dalam 5 3 3 3 4 4 5 4 3 4 3 3 44
memelihara kesehatan

Keterangan:
Skor 0-5
0 Paling rendah
5 Paling tinggi

3. Perumusan Masalah
No Masalah Kesehatan Skor

1 Kurangnya kesadaran masyarakat tentang PHBS


Kurangnya pengetahuan dan kesadaran lansia dalam
2
memelihara kesehatan.

4. Prioritas Masalah
a. Risiko timbulnya penyakit: diare, DHF, typhoid, ISPA, clan lain-lain yang
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan masyarakat dalam memelihara
lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan ditandai dengan:

1) pembungan air limbah ada terbuka dan tergenang 33,7%, tidak ada
saluran pembungan 10,3%.
2) Jumlah rumah yang memiliki ventilasi tidak di buka 46,7%, tidak ada
ventilasi 5,4%
3) Jumlah rumah dengan tingkat kebersihan cukup 59,2%, dan tingkat
kebersihan kurang 12,0%
4) Kondisi rumah yang memiliki kamar mandi bersih namun licin 19,0%,
dan kurang bersih dan licin 33,9
5) Kualitas air yang di gunakan denga tingkat kurang baik 40,2%
6) Tempat pembuangan air limbah ada terbuka tergenang 33,7%, tidak ada
saluran pembungan 10,0%, dan tidak ada 13,6%
7) Tempat pembuangan sampah di sungai 44,6%, lobang sampah 17,4%,
kebun 33,2%
8) Rumah yang tidak memiliki jamban 47,1%
9) Tempat BAB sungai 36,0%, lain-lain 10,0%, kebun atau sawah 8,0%
10) Sumber air yang di gunakan oleh masyarakat mata air 44,6%
11) Kebiasaan air yang di minum tidak di rebus 60,5%

b. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran lansia dalam memlihara kesehatan

1) Jumlah lansia sebanyak 83 jiwa


2) Lansia yang mengalami Darah tinggi sebanyak 42,2%
3) Lansia yang mengalami asam urat sebanyak 19,3%
4) Lansia jarang mengikuti posyandu lansia 39,0%, dan tidak pernah ikut
posyandu 30,0%
5) Kebiasaan lansia konsumsi tinggi garam 84,3%

5. Diagnosa keperawataan
a. Kurangnya kesadaran masyarakat tentang Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
(PHBS) di tandai dengan Distribusi KK keadaan tempat pembungan air
limbah ada terbuka dan tergenang 33,7%, tidak ada saluran pembungan
10,3%.Sistem pembuangan sampah disungai sebanyak 44,6%, kebun 33,2
%.Distribusi kerbersihan rumah setiap KK dengan tingkat kebersihan
59,2%.Kebiasaan penduduk BAB berdasarkan kepemilikan jamban. BAB
di sungai 36,0%, kebun/sawah 8,0%, lain-lain 10,0% jamban 46,0%.
b. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran lansia dalam memelihara
kesehatan, ditandai dengan Jumlah lansia sebanyak 83 jiwaLansia yang
mengalami Darah tinggi sebanyak 42,2%, Lansia yang mengalami asam
urat sebanyak 19,3%, Lansia jarang mengikuti posyandu lansia 39,0%, dan
tidak pernah ikut posyandu 30,0%

Anda mungkin juga menyukai