Disusun Oleh:
ZAHRATUSSOLIHAH
030 SYE 17
I. Konsep Dasar
A. Pengertian
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana
klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu
penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan
yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren:
persepsi palsu (Maramis, 2005).
Halusinasi adalah sensasi panca indera tanpa adanya rangsangan.
Klien merasa melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap
meskipun tidak ada sesuatu rangsang yang tertuju pada kelima indera tersebut
(Izzudin, 2005). Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori
yang salah (Stuart, 2007).
B. Klasifikasi
1. Halusinasi Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara
berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas
berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap antara
dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana
klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu
kadang dapat membahayakan.
2. Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris,gambar
kartun,bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias
menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.
3. Penciuman
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya
bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat
stroke, tumor, kejang, atau dimensia.
4. Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
5. Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa
tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
6. Cenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan makan atau pembentukan urine
7. Kinisthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
D. ETIOLOGI
1. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada respon munculnya
neurobiology halusinasi menurut Stuart, 2007 antara lain :
a. Faktor biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan
respon neurobiologis yang maladaptif.
b. Faktor psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan sangat mempengaruhi respon dan
kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang
hidup klien misalnya anak diperlakukan oleh ibu yang pencemas, terlalu
melindungi, dingin dan tidak berperasaan, sementara yang mengambil jarak
dengannya.
c. Faktor sosial budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita
seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana
alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress sehingga tidak menutup
kemungknan budaya ataupun adat yang dianggap terlalu berat bagi
seseorang dapat menyebabkan saseorang menjadi gangguan jiwa.
2. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2007) :
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Stres lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku dan umumnya
lingkungan yang dapat mendukung bertambahnya gangguan jiwa adalah
lingkungan perkotaan yang dimana tingkat individualismenya sangat tinggi.
c. Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor
berlebihnya informasi pada syaraf yang menerima dan memperoses
inflamasi di thalamus frontal otak.
E. Gejala Halusinasi
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) yang dikutip oleh Nasution (2003),
seseorang yang mengalami halusinasi biasanya memperlihatkan gejala-gejala
yang khas yaitu :
1. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.
2. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara.
3. Gerakan mata abnormal.
4. Respon verbal yang lambat.
5. Diam.
6. Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.
7. Perilaku menyerang teror seperti panik.
8. Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.
9. Menarik diri atau katatonik.
10. Mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi
dengan realitas
11. Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya
peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah.
12. Penyempitan kemampuan konsenstrasi.
11. Dipenuhi dengan pengalaman sensori
F. Fase-Fase Halusinasi
Halusinasi yang dialami oleh klien bila berada pada intensitasnya dan
keparahan (Stuart and Larai,2005) membagi halusinasi klien mengendalikan
dirinya semakin berat fase halusinasinya.Klien semakin berat mengalami ansietas
dan makin ,dikendaalikan halusinasinya lengkap tercantum dalam tabel.
Tabel : 1. Fase-fase Halusinasi (Stuart and Larai,2005)
Fase Karakteristik Prilaku Klien
FASE 1 - Mengalami ansietas, kesepian, - Tersenyum tertawa sendiri.
(Comforting): Fase rasa ber-salah, dan ketakutan. - Menggerakkan bibir tampa
dimana halusinasi - Mencoba berfokus pada suara.
memberi rasa pikiran yang dapat - Pergerakan mata yang cepat.
nyaman, ansietas menghilangkan ansietas. - Respon verbal yang lambat.
sedang secara - Pikiran dan pengala-man - Diam dan berkonsentrasi
umum halusinasi sensori masih ada dalam
sebagai suatu yang kontrol kesada-ran NON
menyenangkan PSIKOTIK.
4. Rencana Keperawatan
Tabel : 2. Rencana Keperawatan Klien Dengan Masalah Utama Halusinasi
Perencanaan
Diagnosa
Tujuan Kriteria Intervensi Rasional
Kep
1 2 3 4 5
Gangguan TUM :
Persepsi Klien dapat
sensori mengontrol
halusinasi halusinasinya.
pendenga-
ran TUK 1 : 1.1Ekspresi wajah 1.1.1 Bina 1.1.1 Hubung
Klien dapat ber-sahabat, hubungan an saling
membina menunjukan rasa saling percaya percaya
hubungan senang, ada dengan meng- sebagai
saling kontak mata, ungkapkan dasar
percaya mau berjabat komunikasi intervensi
tangan, mau terapeutik : yang
menyebutkan a. Sapa klien terapeutik
nama, mau dengan perawat
menjawab salam, ramah baik klien.
klien mau duduk verbal
bermpingan maupun non
dengan perawat , verba
klien mau b. Perkenalkan
mengutara-kan diri dengan
masalah yang sopan.
dihadapi c. Tanyakan
nama lengkap
klien dan
nama
panggilan
yang disukai.
d. Jelaskan
tujuan
pertemuan
e. Tunjukkan
sikap empati
dan me-
nerima klien
apa adanya
f. Beri perhatian
pada klien
dan
perhatikan
kebutuhan
dasar klien
1 2 3 4 5
TUK 2: 2.1 Klien dapat 2.1.1 Adakan 2.1.1 Mengu-
Klien dapat menyebut-kan kontak rangi waktu
mengenal waktu, isi, dan sering dan kosong bagi
halusinasinya frekwen- singkat secara klien
si timbulnya bertahap. sehing-ga
halusinasi. dapat
mengurangi
frekwensi
halusinasi
2.1.2 Observasi 2.1.2 Halusinasi
ingkah laku harus
klien yang dikenalkan
terkait de- terlebih
ngan halusi- dahulu oleh
nasinya perawat agar
intervensi
efektif.
2.1.3 Bantu klien 2.1.3 Klien mung-
me ngenal kin tidak
halusinasinya mampu
. untuk meng-
a. Jika mene- ungkapkan
mukan klien persepsi
sedang ber- maka pera-
halusinasi wat mem-
tanyakan fasi litasi
apakah ada klien meng-
suara yang ungkap-kan
didengarnya secara
b. Jika klien terbuka
menjawab
ada, lanjutkan
: apa yang
dikatakan
suara itu.
c. Katakan
bahwa pera-
wat percaya
caya klien
mendengar
suara itu,
namun
perawat
sendiri tidak
mendengar
(dengan nada
bersahabat
tanpa
menuduh
atau meng-
hakimi)
1 2 3 4 5
d.Katakan
bahwa
perawat akan
membantu
klien
Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba
Medika
Keliat Budi Ana. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa edisi I. Jakarta : EGC
Nita Fitria. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosis Keperawatan
Jiwa Berat. Jakarta: Salemba Medika.
Rasmun, (2001). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan
Keluarga. Konsep, Teori, Asuhan Keperawatan dan Analisa Proses Interaksi (API).
Jakarta : fajar Interpratama.
Stuart dan Sundeen . 2005 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN
MASALAH UTAMA HARGA DIRI RENDAH
Adaptif Maladaptif
Aktualisasi diri Konsep diri positif Harga diri rendah Kekacauan identitas depersonalisasi
Keterangan :
1) Respon adaptif adalah respon yang dihadapi klien bila klien menghadapi
masalah dapat menyelesaikan secara baik antara lain :
a. Aktualisasi diri
Kesadaran akan diri berdasarkan konservasi mandiri termasuk persepsi
masa lalu akan diri dan perasaannya
b. Konsep diri positif
Menunjukkan individu akan sukses dalam manghadapi masalah
2) Respon mal adaptif adalah respon individu dalam menghadapi masalah
dimana individu tidak mampu meremehkan masalah tersebut. Respon mal-
adaptif gangguan konsep diri adalah :
a. Gangguan harga diri
Transisi antara respon konsep diri positif dan mal-adaptif.
b. Kekacauan identitas
Identitas diri kacau atau tidak jelas sehingga tidak memberikan
kehidupan dalam mencapai tujuan
c. Depoersonalisasi (tidak mengenal diri)
Tidak mengenal diri yaitu mempunyai kpribadian yang kurang sehat,
tidak mampu berhubungan dengan orang lain secara intim. Tidak ada
rasa percaya diri atau tidak dapat membina hubungan dengan orang
lain.
4. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis yang terjadi secara
situasional bisa disebabkan oleh trauma yang muncul secara tiba – tiba,
misalnya harus dioperasi, mengalami kecelakaan, menjadi korban
pemerkosaan atau menjadi narapidana sehingga harus masuk penjara. Selain
itu, dirawat di rumah sakit juga bisa menyebabkan rendanya harga diri
seseorang di karenakan penyakit fisik, pemasangan alat bantu yang membuat
klien tidak nyaman, harapan yang tidak tercapai akan struktur, bentuk dan
fungsi tubuh, serta perlakuan petugas kesehatan yang kurang menghargai
klien dan keluarga.
2) Kronik
5. Mekanisme Koping
Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka pendek atau
jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi
diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan (Stuart, Gail W,
2006 )
a. Koping Jangka Pendek
Karakteristik koping jangka pendek (Suliswati, 2009) :
1) Aktivitas yang dapat memberikan kesempatan lari sementara dari krisis.
Misalnya menonton televisi, kerja keras, olahraga berat.
2) Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara.
Misalnya, ikut kegiatan sosial politik, agama.
3) Aktivitas yang memberi kekuatan atau dukungan sementara terhadap
konsep diri. Misalnya, aktivitas yang berkompetisi yaitu pencapaian
akademik atau olahraga.
4) Aktivitas yang mewakili jarak pendek untuk membuat masalah identitas
menjadi kurang berarti dalam kehidupan. Misalnya, penyalahgunaan zat.
b. Koping Jangka Panjang
Koping jangka panjang dikategorikan dalam penutupan identitas dan
identitas negatif (Suliswati, dkk, 2009).
1) Penutupan identitas
Adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang penting bagi
individu tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi dan potensi individu.
2) Identitas negatif
Asumsi identitas yang tidak wajar dapat diterima oleh nilai-nilai dan
harapan masyarakat.
c. Mekanisme Pertahanan Ego
Mekanisme pertahanan ego yang sering dipakai (Suliswati, 2009) :
1) Fantasi, kemampuan menggunakan tanggapan-tanggapan yang
sudah ada (dimiliki) untuk menciptakan tanggapan baru.
2) Disosiasi, respons yang tidk sesuai dengan stimulus.
3) Isolasi, menghindari diri dari interaksi dengan lingkungan luar.
4) Projeksi, kelemahan dan kekurangan pada diri sendiri
dilontarkan pada orang lain.
5) Displacement, mengeluarkan perasaan tertekan pada orang yang
kurang mengancam dan kurang menimbulkan reaksi emosi
2. Pohon Masalah
4. Diagnosa Keperawatan
a. Harga Diri Rendah (HDR)
b. Isolasi Sosial : Menarik Diri
c. Gangguan Citra Tubuh
5. Rencana Tindakan Keperawatan Klien Dengan HDR
Tabel 4.8 Rencana Keperawatan Klien Dengan Masalah Utama : HDR
Diagnosis Perencanaan
No Intervensi
Kep. Tujuan Kriteria Evaluasi
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Harga diri TUM :
rendah Klien memiliki
konsep diri yang
positif.
TUK : 1. Setelah 3x 1.1 Membina hubungan saling
1. Klien dapat interaksi klien percaya dengan menggunakan
membina menunjukkan ekpresi prinsip komunkasi terapieutik:
hubungan wajah bersahabat, a. Sapa klien dengan ramah baik
saling menunjukkan rasa verbal maupun non verbal
percaya senang, ada kontak b. Perkenalkan diri dengan sopan.
dengan mata, mau berjabat c. Tanyakan namalengkap dan
perawat. tangan, mau nama panggilan yang disukai
menyebutkan nama, klien.
mau men-jawab d. Jelaskan tujuan pertemuan.
salam, klien mau e. Jujur dan menepati janji.
duduk berdampingan f. Tunjukkan sipat empati dan
dengan perawat, mau menerima keadaan klien apa
meng-utarakan adanya.
masalah yang g. Beri perhatian dan perhatikan
dihadapi. kebutuhan dasar manusia.
A. PENGERTIAN
Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya, kesehatannya dan
kesejahteraannya sesuai dengan kondisi kesehatannya. Klien dinyatakan
terganggu perawatan dirinya ika tidak dapat melakukan perawatan dirinya
(Mukhripah & Iskandar, 2012).
Defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan dalam : kebersihan dir,
makan, berpakaian, berhias diri, makan sendiri, buang air besar atau kecil sendiri
(toileting) (Keliat B. A, dkk, 2011).
B. RENTANG RESPON
Adaptif Maladaptif
Keterangan :
1. Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stresor dan mampu
untuk berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien
seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
2. Kadang perawatan diri kadang tidak : saat klien mendapatkan stresor kadang –
kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya.
3. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak
bisa melakukan perawatan saat stresor
C. PENYEBAB
Menurut Depkes (2000), penyebab kurang perawatan diri adalah :
1. Faktor presdiposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan
diri. (Mukhripah & Iskandar, 2012).
2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan
motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami
individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan
diri (Mukhripah & Iskandar, 2012).
Menurut Depkes (2000) didalam buku (Mukhripah & Iskandar, 2012) faktor –
faktor yang mempengaruhi personl higiene adalah :
1. Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan
kebersihan dirinya.
2. Praktik social
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan
akan terjadi peruabahan personal hygiene.
3. Status sosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat
gigi, shampoo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
4. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting akrena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Misanya, pada pasien penderita diabetes
mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5. Budaya
Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
6. Kebiasaan orang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri
seperti penggunaan sabun, shampoo dan lain – lain.
7. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu/ sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
perlu bantuan untuk melakukannya.
F. AKIBAT
Akibat dari defisit perawatan diri adalah gangguan pemeliharaan kesehatan.
Gangguan pemeliharaan kesehatan ini bentuknya bisa bermacam – macam. Akibat
dari defisit perawat diri adalah sebagai berikut :
1. Kulit yang kurang bersih merupakan penyebab berbagai gangguan macam
penyakit kulit (kadas, kurap, kudis, panu, bisul, kusta, patek atau frambosa, dan
borok).
2. Kuku yang kurang terawat dan kotor sebagai tempat bibit penyakit yang masuk
ke dalam tubuh. Terutama penyakit alat – alat pernapasan. Disamping itu kuku
yang kotor sebagai tempat bertelur cacing, dan sebagai penyakit cacing pita,
cacing tambang, dan penyakit perut.
3. Gigi dan mulut yang kurang terawat akan berakibat pada gigi berlubang, bau
mulut, dan penyakit gusi
4. Gangguan lain yang mungkin muncul seperti gastritis kronis (karenan
kegagalan dalam makan), penyebaran penyakit dari orofecal (karena hygiene
BAB/BAK sembarangan) (Wahit Iqbal, dkk.,2015)
G. MEKANISME KOPING
Menurut (Stuart & Sundeen, 2000) didalam didalam (Herdman Ade, 2011)
mekanisme koping menurut penggolongannya dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukund fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar
mencapai tujuan. Kategorinya adalah klien bisa memenuhi kebutuhan perawatn
diri secara mandiri.
2. Mekanisme koping maladaptive
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan,
menurunkan otonomi dan cenderung menguasai lingkungan. Kategorinya
adalah tidak mau merawat diri
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dengan defisit perawatan diri menurut (Herdman Ade,
2011) adalah sebagai berikut :
1. Meningkatan kesadaran dan kepercayaan diri
2. Membimbing dan menolong klien perawatan diri
3. Ciptakan lingkungan yang mendukung
4. BHSP (bina hubungan saling percaya)
I. POHON MASALAH
Gangguan pemeliharaankesehatan
Effect
(BAB/BAK,mandi, makan minum)
Menarik diri
Skema 4.12 Pohon Masalah Defisit Peeawatan Diri (Keliat, 2006)
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Defisit Perawatan Diri : Kebersihan diri (Mandi) , berdandan , makan, BAB/BAK
K. RENCANA KEPERAWATAN
Tabel 4.17 Rencana Keperawatan Klien Dengan Masalah
Keperawatan Utama Defisit Perawatan Diri
N Dx Perencanaan
o
Kep TUK dan TUM Rencana Keperawatan
1 2 3 4
1. Defisit TUM :
Perawata Klien dapat memelihara
n Diri kesehatan sendiri secara
mandiri
TUK :
1. Klien dapat membina Bina hubungan saling percaya dengan
hubungan saling percaya, prinsip komunikasi terapeutik
dengan kriteria : 1. Sapa klien dengan ramah baik
- Ekspresi wajah ber- verbal maupun non verbal
sahabat, menunjuk-kan 2. Perkenalkan diri dengan sopan
rasa senang 3. Tanyakan nama lengkap klian dan
- Bersedia menyebutkan nama panggilan klien
nama, ada kontak mata, 4. Jelaskan tujuan pertemuan
klien, bersedia duduk 5. Jujur dan menepati janji
berdampingan dengan 6. Tunjukkan sikap empati dan
perawat menerima klian apa adanya
- Klien bersedia meng 7. Beri perhatian pada pemenuhan
utarakan masalah yang kebutuhan dasar
dihadapinya 1.
2. Klien dapat mengidenti- 1. Kaji pengetahuan klien tentang
fikasi kebersihan dirinya, kebersihan diri klien dan tandanya
dengan kriteria : klien 2. Beri kesempatan klien untuk
dapat menyebutkan menjawab pertanyaan
kebersihan dirinya 3. Berikan punjian terhadap
kemampuan klien menjawab
1 2 3 4
4. Menjelaskan per-alatan 1. Menjelaskan alat yang dibutuhkan
yang diguna-kan untuk dan cara membersihkan diri
menjaga kebersihan diri 2. Memperagakan cara mem-
dan cara melakukan bersihkan diri dan memper-
kebersihan diri gunakan alat membersihkan diri
3. Meminta klien untuk mem-
peragakan ulang alat dan cara
kebersihan diri
4. Beri pujian positif terhadap klien
Damayanti & Iskandar (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa, PT. Reflika Aditama,
Bandung
Keliat, B.A. (2005). Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC.
Keliat Budi Anna, dkk ; 2011, Manajemen Kasus Gangguan Jiwa CMHN
(Intermediate Course), Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Keliat Budi Anna, dkk ; 2011, Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN
(Basic Course), Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Suliswati, dkk ; 2012 , Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Yosep Iyus (2011). Keperawatan Jiwa, revisi empat, PT. Refika Aditama, Bandung.