Anda di halaman 1dari 2

IV.

PEMBAHASAN

Menurut (Widarta Dkk,2013) larutan merupaka suatu campuran homogen antara zat
pelarut dengan zat terlarutnya. Suatu larutan dapat dikaatakan campura karena susunannya dapat
berubah-ubah. Kelarutan merupakan kuantitas maksimal suatu zat kimia terlarut (solute) yang larut
dalam pelarut tertentu membentuk suatu larutan yang homogen. Kelarutan suatu zat pada dalurutan
didasarkanpada sifat fisika dan sifat kimia zat terlarut dan pelarut tersebut. Seperti hal nya
temperature, tekanan dan pH larutan, berat molekul dan lain-lain. Kelarutan suatu zat dalam
pelarut sangat ditentukan oleh kecocokan antara sifat zat terlarut dengan sifat zat pelarutnya, atau
sering disebut juga dengan istilah like dissolve like yang merupakan zat yang bersifat polar
cenderung larut dengn zat yang bersifat polar.

Menurut (Dainith, 1994) kelarutan timbal balik merupakan kelarutan yang bergantung
pada temperature kritis. Temperature kritis terbagi menjadi dua macam yaitu temperature kritis
atas yang merupakan temperature akan terjadi pemisahan fase dan temperature kritis bawah yang
merupakan kondisi dimana pada saat dibawah temperature tersebut kedua komponen tersebut
membentuk dua fase. Kelarutan timbal balik akan mampu berpisah menjadi dua fase, walaupun
awalnya larutan tersebut bersifat homogen.

Sesuai dengan prinsipnya yaitu proses mempelajari kelarutan timbal balik antara dua
cairan yaitu akuadest dan fenol. Dimana kedua larutan tersebut memiliki sifat kimia dan fisika
yang berbeda. Akuadest memiliki BM sebesar 18,02 gr/mol, titik didih sebesar 100 ℃ dan titik
leleh sebasar 0℃ . Sedangkan fenol memiliki BM sebesar 94,11 gr/mol, titik didih 182 ℃ , titik
leleh sebesar 42℃ dan mudah larut dalam methanol dan dietil eter.

Berdasarkan hasil observasi dari video yang diberikan, pada percobaan kelarutan timbal
balik ini hanya dilakukan pengamatan pada larutan campuran akuadest dengan fenol saja.
Percobaan ini diawali dengan menyiapkan sebuah tabung reaksi kemudian dimasukkan 15mL
fenol dan 7mL akuadest. Larutan campuran tersebut dipanaskan dalam gelas kimia yang berisi air
mendidih hingga larutan tersebut berubah dari keruh menjadi bening dengan mencatat suhu nya
pada saat larutan tersebut berubah menggunakan thermometer. Larutan terus diaduk dengan tujuan
untuk membantu pelarutan fenol dan membantu percepatan reaksi hingga cepat homogen, dan
pemanasan ini dilakukan dengan tujuan untuk mencapai temperature kritisnya ketika larutan
campuran tersebut larut. (Bird, 1994).

Setelah mengalami perubahan campuran kemudian didinginkan pada suhu kamar sampai
berubah kembali dari bening ke keruh kembali dan catat suhu pada saat larutan tersebut berubah.
Hal ini terjadi karena pada proses pendinginan larutan bisa melewati titik temperature kritisnya.
Suhu pada saat campuran keruh kembali dicatat sebagai hasil bahwa larutan tersebut telah
melewati titik temperature kritisnya. Pada kelarutan fenol dan akudest ini di dasarkan pada prinsip
like dissolve like yaitu pelarut yang bersifat polar akan melarutkan komponen yang bersifat polar
sedangkan pelarut non polar akan melarutkan komponen yang bersifat non polar. Fenol disini
merupakan senyawa yang bersifat polar, sama hal nya dengan akudest. (Basri, 2003).

Menurut penelitian (Kassim dkk, 2011) mengungkapkan bahwa pelarut yang memiliki
berat molekul yang tinggi dengan tingkat tingkat kepolaran yang rendah memungkinkan zat
lainnya yang memiliki berat molekul yang sama akan mudah terekstrasi. Hal ini berhubungan
dengan prinsip like dissolve like atau sering juga disebut dengan polar polar. Setelah larutan
berubah kemudian ditambahkan lagi 3mL akuadest kedalam tabung dan dilakukan langkah yang
sama seperti sebelumnya, penambahan lagi akuadest ini dilakukan dengan tujuan sebgai
pembanding dengan adanya variasi konsentrasi dari akuadest itu sendiri. Berdasarkan data yang
digunakan dalam percobaan tersebut bisa di dapatkan fraksi mol dari akudest dan fenol.
Didapatkan fraksi mol pada akudest 7 mL sebesar 0,39 mol, pada akuadest 3mL sebesar 0,17 mol
dan fenol 92% 15 mL sebesar 0,0614 mol.

Contoh aplikasi kelarutan timbal balik adalah bisa dilakukan pada proses pembuatan
logam besi. Ketika uap panas dimasukkan pada sebuah besi yang panas, maka uap panas ini akan
bereaksi dengan besi dan membentuk sebuah besi oksida magnetic berwarna hitam yang disebut
magnetit atau Fe3O4. Pembuatan logam besi sangat berkaitan dengan kelarutan timbal balik.

Menurut Polak (1973), dalam penelitiannya, dilakukan percobaan mengenai kelarutan


timbal balik pada suhu yang berbeda. hal ini bertujuan untuk lebih memahami bagaimana perilaku
dari dari larutan pada campuran hidrokarbon-air ini. Pada percobaanya, ada beberapa senyawa
hidrokarbon yang digunakan, yaitu benzena, toluena, dan lain-lain seperti yang ada pada tabel 1 di
bawah ini.

Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa kelarutan timbal balik hasil percobaan dengan data
litelaur memiliki perbedaan yang tidak cukup signifikan, baik itu pada suhu 25 ℃ atau pada suhu 0℃
. Selain itu, Polak juga mengatakan bahwa kelarutan timbal baik dari senyawa hidrokarbon dan dan
air cukup rendah. Meskipun begitu, kelarutan timbal balik antar keduanya, meskipun tercampur
selama beberapa saat cukup penting. Secara praktis, pengetahuan ini berguna untuk mengevaluasi
apabila terjadi kebocoran tambang minyak atau kebocoran minyak mentah lainnya—yang notabene
minyak bumi terdiri dari hidrokarbon.

Anda mungkin juga menyukai