Jurnal Reseptor
Jurnal Reseptor
Abstrak
Interaksi obat dan reseptor merupakan hal penting untuk menghasilkan efek terapetik pada obat. Reseptor
merupakan suatu protein spesifik yang terdapat dalam tubuh yang akan berinteraksi dengan obat atau
metabolit obat. Pada umumnya ikatan obat-reseptor bersifat reversibel sehingga obat akan bekerja segera
dan akan meninggalkan reseptor bila kadar obat dalam cairan luar sel menurun. Sefotaksim merupakan
salah satu antibakteri sefalosforin generasi ketiga yang digunakan untuk perawatan infeksi seperti
gonorrhoe, sinusitis akut, dan pneumonia. Sefotaksim merupakan hasil dari penghambatan dinding sel
melalui ikatan pada penicillin-binding proteins.
Interaksi obat dengan reseptornya dapat diprediksi secara in silico dengan menggunakan perangkat lunak
Molegro Virtual Docker. Metode ini dipilih karena untuk pengujian dengan metode in vitro dan in
vivo memerlukan pengerjaan yang lebih mahal dan butuh waktu lama. Sehingga metode in silico dapat
sebagai alternatif sekaligus pendukung metode yang lain. Sebelum dilakukan docking obat dan reseptor
perlu dilakukan persiapan yaitu penyiapan senyawa dalam bentuk 3 dimensi dengan format SYBYL
MOL2 (SYBYL2) dengan menggunakan perangkat lunak Chemdraw dan penyiapan reseptor sefotaksim
dengan kode ID PDB. Dengan metode docking ini dapat diprediksi afinitas obat dan reseptornya, jenis
ikatan, gugus farmakofor, dan asam amino pada reseptor yang berikatan dengan obat (Molegro, 2011).
Kata kunci : Reseptor, Sefotaksim, Docking
Pendahuluan
Infeksi merupakan masalah kesehatan yang banyak diderita oleh masyarakat terutama di negara
berkembang. Infeksi nosokomial diantara jenis infeksi yang diderita masyarakat karena paparan dari
Rumah Sakit. Prevalensi infeksi nosokomial dilaporkan dari rumah sakit di kawasan Timur Tengah
11,8%, Asia Tenggara 10,0%, Eropa 7,7%, dan Pasifik Barat 9,0% (WHO, 2002).
Banyak faktor yang dapat menyebabkan infeksi diantaranya mikroorganisme seperti bakteri,
virus, parasit, atau fungi. Selain itu juga faktor meningkatnya pertumbuhan dan mobilitas penduduk
dunia, kepadatan penduduk di kota-kota dengan sanitasi yang buruk, produksi makanan yang
besar dan distribusi secara internasional, makanan yang tidak sehat, paparan manusia untuk vektor
penyakit dan reservoir, dan perubahan ekologi yang mengubah komposisi dan ukuran serangga
vektor dan reservoir hewan (Racaniello, 2004).
Gambar 1. Sefotaksim
Obat dapat memberikan efek terapetik dengan cara tanpa diperantarai reseptor (aksi obat
non spesifik) atau dengan diperantarai reseptor (aksi obat spesifik). Kebanyakan obat bekerja secara
spesifik melalui interaksi dengan reseptornya.
Reseptor merupakan suatu protein spesifik yang terdapat dalam tubuh yang akan berinteraksi
dengan obat atau metabolit obat. Reseptor merupakan tempat molekul obat berinteraksi membentuk
suatu kompeks yang reversibel sehingga pada akhirnya menimbulkan respon. Suatu senyawa yang
dapat mengaktivasi sehingga menimbulkan respon disebut agonis. Selain itu senyawa yang dapat
membentuk kompleks dengan reseptor tapi tidak dapat menimbulkan respons dinamakan antagonis.
Sedangkan senyawa yang mempunyai aktivitas diantara dua kelompok tersebut dinamakan antagonis
parsial. Pada suatu kejadian dimana tidak semua reseptor diduduki atau berinteraksi dengan agonis
untuk menghasilkan respons maksimum, sehingga seolah-olah terdapat kelebihan reseptor, kejadian
ini dinamakan reseptor cadangan merupakan komponen spesifik sel yang jika berinteraksi dengan
agonis atau obat akan menghasilkan efek.
Pada umumnya, ikatan obat-reseptor bersifat reversibel sehingga obat segera meninggalkan
reseptor bila kadar obat dalam cairan luar sel menurun. Ikatan yang terlibat pada interaksi obat-
reseptor harus relatif lemah tetapi masih cukup kuat untuk berkompetisi dengan ikatan lainnya. Tipe
ikatan kimia yang terlibat dalam interaksi obat reseptor antara lain adalah ikatan-ikatan kovalen,
ion-ion yang saling memperkuat (reinforce ions), ion (elektrostatik), hidrogen, dan lain-lain.
Interaksi obat dan reseptor dapat diprediksi secara in silico menggunakan perangkat lunak
Molegro Virtual Docker. Menurut IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry)
ChemDraw merupakan salah satu program aplikasi dari Chem Office Ultra 2010 v12,
diantaranya untuk menggambar struktur 2D dan 3D.
Kesimpulan
Efek terapetik yang dapat dihasilkan oleh obat dapat diprediksi dengan metode docking
menggunakan perangkat lunak Molegro Virtual Docker v5.0. Prediksi ini akan memudahkan untuk
menjelaskan bagaimana sefotaksim dapat bekerja sebagai antibakteri. Selain itu juga dapat diketahui
Daftar Pustaka
Ambwani S, Mathur AK., 2006. Rational Drug Use. Health Administrator XIX.
ChemDraw Ultra. 2013. http://www.cambridgesoft.com/ensemble_for_ Chemistry/chemdraw/. Diakses
tanggal 7 Juli 2016.
Molegro Virtual Docker 5.0, 2011, Molegro Virtual Docker User Manual, http://clcbio.com/wp-
content/uploads/2012/09/MVD_Manual.pdf, Diakses Tanggal 10 Juli 2016.
PubChem. 2004. https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/about.html, Diakses tanggal 4 September 2016.
Racaniello, R. Vincent., 2004. Emerging Infectious Diseases. JCI.
Siswandono., dan Soekardjo, B., 2008. Kimia Medisinal. Edisi ke-2. Cetakan ke-2. Surabaya : Airlangga
University Press.
Van de Waterbeemd, H., Carter, R.E., Grassy, G., Kubinyi, K., Martin, Y.C., Tute, M.S., Willett, P.,
1997. Glossary of Terms Uses in Computational Drug Design (IUPAC Recommendations 1997),
P 1137.
WHO. 2002. Archives by disease. http://www.who.int/csr/don/archive/ disease/en/.