Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL TERAPI BERMAIN ANAK MEWARNAI

GAMBAR DI RUANG ANAK RSIA ANUGRAH


PONTIANAK

OLEH KELOMPOK 4 :
ARI DINTA PERDANA
TRISNA KURNIAWAN
TIARA ELVARA INTANI
ROSDIANA
JULIA

PROGRAM STUDI NERS TAHAP PROFESI


SEKOLAH TINGGI KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH
PONTIANAK
2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah
SWT atau segala rahmat, taufik, dan hidayat-Nya sehingga kami mampu
menyelesaikan Proposal yang berjudul “Terapi Bermain Anak Mewarnai Gambar
Di Ruang Anak RSIA Anugrah Pontianak” tepat pada waktunya dan diajukan
sebagai salah satu tugas Stase Keperawatan Anak di Sekolah Tinggi Ilmu
Keperawatan Muhammadiyah Pontianak.
Penyusunan usulan proposal ini, penulis tidak terlepas dari bimbingan,
bantuan serta dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung. Kami menyadari isi proposal Terapi Bermain ini masih jauh dari
kategori sempurna, baik dari segi kalimat, isi, maupun dalam penyusunan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan proposal ini.
Billahifisabililhaq Fastabiqul Khairat
Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.

Pontianak, 10 Desember 2019


Penulis

Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terapi bermain adalah suatu aktivitas bermain yang dijadikan sarana untuk
menstimulasi perkembangan anak, mendukung proses penyembuhan dan
membantu anak lebih kooperatif dalam program pengobatan serta perawatan
(Sarti, 2017). Bermain dapat dilakukan oleh anak sehat maupun sakit,
walaupun anak sedang dalam keadaan sakit tetapi kebutuhan akan bermainnya
tetap ada, melalui kegiatan bermain, anak dapat mengalihkan rasa sakitnya
pada permainan dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan
(Evism, 2012 ; Sarti, 2017).
Pemilihan jenis permainan harus sesuai dengan usia anak, usia prasekolah
permainan yang cocok dilakukan antara lain mewarnai gambar dimana anak
mulai menyukai dan mengenal warna serta mengenal bentuk-bentuk benda
disekelilingnya dan mewarnai memiliki manfaat untuk kegiatan menyenngkan
sekaligus melatif saraf motoric, kreativitas, maupun daya imajinasi anak
(Suryanti & Yulistiani, 2011). Fungsi warna dan bentuk yang berbeda dalam
bermain dapat memberikan stimulus perkembangan anak.
Perkembangan anak harus selalu diperhatikan dengan baik. Anak yang
sakit dan harus dirawat dirumah sakit akan mengalami masa sulit dan
terkadang merasa stress karena tidak bisa melakukan kebiasaan seperti
biasanya (Nelson ; Elfira, 2011). Lingkungan dan orang-orang asing,
perawatan dan berbagai prosedur yang dijalani oleh anak merupakan sumber
utama stress, kecewa, dan cemas, terutama untuk anak yang pertama kali
dirawat dirumah sakit (Nelson ; Elfira, 2011).
Reaksi anak pada perawatan dirumah sakit secara garis besar adalah sedih,
takut, dan bersalah karena menghadapi sesuatu yang belum pernah dialami
sebelumnya, rasa tidak aman, rasa tidak nyaman, perasaan kehilangan sesutau
yang biasa dialami dan sesuatu yang dirasakan menyakitkan (Wong, 2009).
Dampak dari reaksi tersebut jika tidak segera diatasi maka akan mempengaruhi
perkembangan psikosoisal anak, maka dari itu kelompok akan memberikan
terapi bermain pada anak di Ruang Anak RSIA Anugrah Pontianak untuk
mengurangi stress, ketakutan, ataupun kecemasan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan terapi bermain selama kurang lebih 40 menir,
diharapkan kratifitas anak-anak berkembang baik dengan begitu anak
merasa tenang maupun senang selama di ruang Anak RSIA Anugrah
Pontianak serta dapat bersosialisasi dengan teman sebaya sesuai tumbuh
kembang anak dan dapat membantu mengurangi tingka kecemasan atau
ketakutan yang dirasakan oleh anak-anak akibat hospitalisasi.
2. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan terapi bermain diharapkan :
a. Anak bisa merasa tenang dan senang selama berada di rumah sakit.
b. Anak dapat bersosialisasi dengan teman sebaya.
c. Anak tidak cemas dan takut akibat dirawat dirumah sakit.
d. Anak menjadi lebih percaya dan tidak takut dengan perawat.
BAB II
DESKRIPSI KASUS
A. Karakteristik Sasaran
1. Kriteria Inklusi :
a. Anak berusia 3-6 tahun (Usia Pra Sekolah)
b. Anak menjalani rawat inap di ruang anak RSIA Anugrah Pontianak
c. Keadaan umum anak baik, kesadaran composmentis
d. Anak tidak bed rest
e. Anak kooperatif
2. Kriteria Eksklusi :
a. Anak menolak mengikuti permainan.
b. Anak menjalani program terapi saat waktu pelaksanaan terapi bermain.
B. Analisa Kasus
Anak di rawat diruang anak RSIA Anugrah Pontianak, selama perawatan
tidak melakukan aktivitas bermain, karena jauh dari teman-temannya di
rumah dan hanya berkomunikasi dengan ibu atau ayahnya.
C. PRINSIP BERMAIN MENURUT TEORI
1. Definisi Bermain (Sujono Riyadi dan Sukarmin, 2009)
a. Bermain merupakan cara ilmiah bagi seorang anak untuk
mengungkapkan konflik yang ada dalam dirinya yang awalnya anak
belum sadar bahwa dirinya sedang mengalami konfik.
b. Menurut Foster dan Pearden bermain didefinisikan sebagai suatu
kegiatan yang dilakukan oleh seorang anak secara sungguh- sungguh
sesuai dengan keinginannya sendiri / tanpa paksaan dari orang tua
maupun lingkungan dimana dimaksudkan semata hanya untuk
memperoleh kesenangan dan kepuasan.
c. Dengan bermain seorang anak dapa mengekspresikan pikiran, perasaan,
fantasi, serta daya kreasi dengan tetap mengembangkan kreatifitasnya
dan beradaptasi lebih efektif terhadap berbagai sumber stress.
d. Bermain dapat membuat anak mengungkapkan isi hati melalui kata-
kata , anak belajar dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya,
objek bermain, waktu, ruang dan orang.
2. Variasi dan keseimbangan dalam aktivitas bermain (Sujono Riyadi dan
Sukarmin, 2009)
a. Bermain aktif
Adalah kesenangan diperoleh dari apa yang diperbuat oleh mereka
sendiri, seperti:
1) Bermain mengamati/ menyelidiki (exploratory play)
Perhatian anak pada aat bermain aalah memeriksa alat permainan
tersebut. Anak memperhatikan alat permainan, mengocok- ngocok
apakah ada bunyinya, menium, meraba, menekan dan kadang
berusaha untuk membongkar.
2) Bermain konstruksi (Constuction play)
Pada anak umur 3 tahun misalnya dengan menyusun balok- balok
menjadi rumah- rumahan, dll.
a) Bermain drama (dramatic play)
Misalnya bermain sandiwara boneka,main rumah- rumahan
b) Bermain bola, tali dan sebagainya.
b. Bermain pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif, seperti dengan melihat atau
mendengar. Bermain pasif ini adalah ideal, apabila anak sudah lelah
bermain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk mengatasi kebosanan dan
keletihannya. Contoh:
1) Melihat gambar- gambar dibuku/ majalah
2) Mendengarkan cerita atau musik
3) Menonton tv,dll
3. Fungsi bermain terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak (Sujono
Riyadi dan Sukarmin, 2009) (Alice Zellawati, 2011)
a. Perkembangan sensori motoric
Permainan akan membantu perkembangan gerak halus dan pergerakkan
kasar anak dengan cara memainkan suatu objek yang sekiranya anak
merasa senang.
b. Perkembangan kognitif
Membantu anak untuk mengenal benda- benda yang ada disekitarnya.
Misalnya mengenalkan anak dengan warna dan bentuk.
c. Kreatifitas
Mengembangkan kreatifitas pada anak bisa dengan cara memberikan
balok- balok yang banyak kemudian biarkan anak untuk menyusunnya
menajdi bentuk- bentuk yang dia inginkan, kemudian tanyakan bentuk
apa yang sudah dia buat.
d. Perkembangan social
Dapat dilakukan dengan mengajari anak berinteraksi dengan orang lain
ataupun teman sebayanya.
e. Kesadaran diri (self awareness)
Dengan bermain anak sadar akan kemampuannya sendiri, kelemahannya
dan tingkah laku terhadap orang lain
f. Perkembangan moral
Dapat dipeoleh dari orang tua,orag lain yang ada disekitar anak.
g. Komunikasi
Bermain merupakan alat komunikasi terutama pada anak yang masih
belum dapat menyatakan perasaannya secara verbal.
4. Faktor yang mempengaruhi pola bermain pada anak (Sujono Riyadi dan
Sukarmin, 2009)
a. Tahap perkembangan
Setiap perkembangan mempunyai potensi/keterbatasan dalam permainan.
Anak umur 3 tahun alat permainannya berbeda dengan anak yang
berumur 5 tahun.
b. Status kesehatan
Pada anak yang sedang sakit kemampuan psikomotor/kognitif terganggu.
Sehingga ada saat-saat anak sangat ambisius pada permaiannya dan ada
saat-saat dimana anak sama sekali tidak punya keinginan untuk bermain.
c. Jenis kelamin
Pada saat usia sekolah biasanya anak laki-laki enggan bermain dengan
anak perempuan, mereka sudah bisa membentuk komunitas tersendiri,
dimana anak wanita bermain sesama wanita dan anak laki-laki bermain
sesama laki-laki. Tipe dan alat permainanpun akan berbeda, misalnya
anak laki-laki suka main bola, pada anak perempuan suka main boneka.
d. Lingkungan
Lokasi dimana anak berbeda sangat mempengaruhi pola permainan anak.
Dikota-kota besar anak jarang sekali yang bermain layang-layangan,
paling-paling mereka bermain game karena memang tidak ada/jarang ada
tanah lapang/lapangan untuk bermain, berbeda dengan didesa yang masih
banyak terdapat tanah-tanah kosong.Alat permainan yang cocok.
Disesuaikan dengan tahap perkembangannya sehingga anak menjadi
senang untuk menggunakannya.
5. Karakteristik dan klasifikasi bermain (Sujono Riyadi dan Sukarmin, 2009)
a. Solitary play
Bermain sendiri, walaupun disekitarnya ada orang lain. Contoh: pada
bayi dan todler, anak akan asik dengan mainannya sendiri tanpa
menghirauka oran lain
b. Paralel play
Bermain sejenis, anak bermain dengan kelompoknya, pada masing-
masing anak mempunyai mainan yang sama tetapi tidak ada interaksi
diantara mereka, mereka tidak ketergantungan satu sama lain.
c. Associative play
Bermain dalam kelompok, dalam suatu aktivitas yang sama tetapi masih
belum terorganisir, tidak ada pembagian tugas, mereka bermain sesuai
degan keinginannya.
d. Cooperative play
Anak bermain secara bersama- sama, permainan sudah terorganisir dan
terencana, didalamnya sudah ada aturan main.
e. Social afective play
Anak mulai belajar memberikan respon melaui orang dewasa dengan
cara merajuk/ berbicara sehingga anak menjadi senang dan tertawa.
f. Sense of peasure play
Anak mendapat kesenanga dari suatu objek disekelilingnya.
g. Skill play
Memperoleh ketrampilan sehingga anak akan melaksanakannya secara
berulang- ulang.
h. Dramatic play
Melakukan peran sesuai dengan keinginannya atau dengan apa yang dia
lihat atau dengar, sehingga anak akan membuat fantasi dari permainan
itu.
D. Karakteristik Permainan
Karakteristik bermain anak usia 3-6 tahun (pra sekolah) (Sujono Riyadi dan
Sukarmin, 2009)
1. Cross motor and fine motors
2. Dapat melompat,bermain dan bersepeda.
3. Sangat energik dan imaginative
4. Mulai terbentuk perkembangan moral
5. Mulai bermain dengan jenis kelamin dan bermain dgn kelompok
6. Assosiative play
7. Dramatic play
8. Skill play Laki-laki aktif bermain di luar
9. Perempuan didalam rumah
E. Tahap Kerja Terapi Bermain Anak Usia 3-5 Tahun (Sujono Riyadi dan
Sukarmin, 2009)
1. Stimulasi Sosial
Anak bermain bersama teman-temannya, tetapi tidak ada tujuan. Contoh:
bermain pasir bersama-sama.
2. Stimulasi Keterampilan
Mengetahui kemampuan keterampilan yang ada pada anak sehingga dapat
mengetahui bakat anak. Contoh: Menggambar, bernyanyi, menari.
3. Stimulasi Kerjasama
Anak mampu bekerjasama dalam permainan. Contoh: anak-anak bermain
menyusun puzzle, bermain bola.
BAB III
METODOLOGI BERMAIN
A. Judul Permainan
Mewarnai Gambar
B. Deskripsi Permainan
Mewarnai gambar merupakan salah satu terapi bermain yang dapat di
lakukan pada anak usia pra sekolah. Gambar yang digunakan untuk diwarnai
adalah gambar sederhana dengan karakteristik yang sudah dikenal pada anak
usia pra sekolah. Pada umumnya anak usia pra sekolah sudah mampu
mengenal objek-objek yang pernah dilihatnya. Sebelum memulai permainan
mewarnai, anak akan diberikan petunjuk tentang aturan permainan. Anak dapat
mewarnai gambar dengan warna sesukanya ataupun mengikuti dari contoh
yang sudah disediakan oleh perawat. Jika anak-anak kesulitan dalam
mewarnai, perawat akan membantu dan memfasilitasinya. Orang tua anak akan
dilibatkan untuk membantu proses bermain.
C. Tujuan Permainan
1. Tujuan umuM
Mengurangi efek hospitalisasi pada anak.
2. Tujuan khusus
a. Mengembangkan daya kreativitas anak dalam mewarnai gambar menjadi
sebuah gambar yang utuh.
b. Meningkatkan komunikasi antara pasien dengan perawat.
c. Meningkatkan kerjasama antara anak dan perawat.
D. Keterampilan Yang Diperlukan
Dalam permaianan ini keterampilan harus dimiliki oleh anak dan perawat.
Anak harus memiliki pengetahuan tentang cara bermain, kreativitas yang tinggi
dan semangat untuk bermain. Sedangkan keterampilan yang harus dimiliki oleh
perawat adalah perawat memiliki kemampuan untuk menjelaskan permainan
sehingga anak menjadi tahu tentang cara melakukan permainannya, kesabaran
dalam membimbing proses bermain dan komunikasi yang baik sehingga anak
dapat membentuk hubungan saling percaya dengan perawat.
E. Jenis Permainan
Permainan aktif mewarnai gambar
F. Alat Yang Diperlukan
1. Gambar
2. Pensil warna
G. WAKTU PELAKSANAAN
1. Hari/ Tanggal : Kamis, 12 Desember 2019
2. Jam : 10.00 WIB s/d 12.00 WIB
3. Tempat : Ruang anak Lantai 4
H. Proses Kegiatan Bermain
1. Pembukaan
a. Mengucapkan salam
b. Perawat memperkenalkan diri pada anak
c. Perawat membina hubungan saling percaya dengan anak dan orangtua
anak dengan cara menjalin komunikasi 2 arah dan memberi feedback dari
setiap respon anak
d. Perawat menjelaskan tujuan dari bermain yang dilakukan pada anak dan
orangtua anak
e. Melakukan kontrak waktu
2. Inti
a. Perawat menjelaskan tentang aturan bermain
b. Perawat memberikan 1 contoh gambar yang sudah diwarnai
c. Anak melakukan kegiatan mewarnai
d. Pemberian hadiah / pujian kepada anak
3. Terminasi
a. Perawat mengevaluasi perasaan anak dan orangtua dengan memberikan
pertanyaan seperti :
1) Bagaimana perasan anak setelah bermain?
2) Bagaimana perasaan orangtua setelah bermain?
3) Apakah kegiatan ini menyenangkan?
4) Apakah manfaat dari terapi bermain yang dilakukan?
b. Penutup
I. Hal- Hal Y Ang Perlu Diwaspadai
1. Energi
Untuk bermain diperlukan energi yang cukup. Anak yang sedang sakit
cenderung malas untuk bermain.
2. Waktu
Waktu bermain harus disesuaikan dengan waktu istirahat anak. Anak yang
sedang sakit cenderung memilih untuk beristirahat daripada bermain.
3. Ruangan untuk bermain
Ruangan yang sempit atau terlalu lebar mempengaruhi keinginan anak
untuk bermain.
4. Lingkungan
Lingkungan yang terlalu ramai atau terlalu hening akan mempengaruhi
konsentrasi anak dalam bermian.
5. Pengetahuan untuk bermain
Pengetahuan tentang cara melakukan permainan akan mempengaruhi proses
berlangsungnya permainan.
6. Teman bermain
Teman bermain menjadi hal yang penting untuk menambah semangat anak
untuk bermain. Kenyamanan proses bermain ditentukan oleh lawan
mainnya. Biasanya anak- anak takut dengan orang yang baru dikenalnya
termasuk perawat.
7. Alat permainan
Senang atau tidaknya seorang anak terhadap alat permainan akan
mempengaruhi semangat anak dalam bermain.
J. ANTISIPASI MEMINIMALKAN HAMBATAN
1. Energi
Permainan yang dilakukan tidak membutuhkan energi yang ekstra sehingga
anak merasa santai dalam mengikuti proses bermain.
2. Waktu
Waktu bermain disesuaikan dengan kondisi anak. Ketika anak sedang
istirahat maka biarkanlah anak untuk istirahat. Waktu juga harus
disesuaikan dengan mood anak.
3. Ruangan untuk bermain
Ruangan bermain disesuaikan dengan keinginan anak. Ketika anak
menginginkan diluar maka permainan harus dilakukan diluar dan
sebaliknya.
4. Lingkungan
Lingkungan dikondisikan sedemikian rupa sehingga tidak terlalu ramai dan
terlalu sepi sehingga konsentrasi anak terjaga dan anak tidak merasa
kesepian
5. Pengetahuan untuk bermain
Menjelaskan dengan penjelasan yang ringan sekaligus memperagakan
6. Teman bermain
Meminta keluarga untuk mendampingi anak selama proses bermain.
7. Alat permainan
Pemilihan alat permainan disesuaikan dengan usia dan karakteristik anak.
K. KRITERIA EVALUASI
1. Struktur
Anak : subjek proses bermain
Perawat : pelaksana permainan
Keluarga : pembantu pelaksana
2. Proses
Sebelum bermain, perawat menjelaskan tentang tata cara bermain dan
menunjukkan contoh gambar yang sudah diwarnai. Selain menjelaskan,
perawat juga memperagakan tentang alat permainannya dan memvalidasi
bahwa anak telah mengerti dan memahami teknik bermain. Perawat juga
melibatkan keluarga untuk mendampingi anak dalam proses bermain.
Setelah anak mengerti maka perawat memberikan kesempatan kepada anak
untuk mencoba melakukan permainannya yaitu mewarnai gambar. Perawat
membantu anak ketika anak mengalami kesulitan dan menjaga interaksi
untuk meningkatkan komunikasi pada anak.
3. Hasil
Anak mampu menyelesaikan permainan dengan baik, memberi apresiasi
pada permainannya dan merasa senang dapat bermain bersama. Keluarga
dapat membantu anak dengan cara menemani selama proses bermain.
DAFTAR PUSTAKA
DEVI, P. (2017). PENGARUH PEMBERIAN TERAPI BERMAIN MEWARNAI
GAMBAR TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRASEKOLAH
SELAMA HOSPITALISASI DI RSUD KOTA MADIUN (Doctoral
dissertation, STIKES Bhakti Husada Mulia).

Maghfiroh. (2015). LAPORAN TERAPI BERMAIN ANAK USIA PRA SEKOLAH


DI RUANG ANAK LANTAI DASAR RSUP DR. KARYADI SEMARANG.
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG: FAKULTAS
KEDOKTERAN.

SARTI, N. (2017). PENERAPAN TERAPI BERMAIN DENGAN MENGGAMBAR


DAN MEWARNAI GAMBAR UNTUK MENURUNKAN TINGKAT
KECEMASAN ANAK PRA-SEKOLAH DI RUANG MELATI RSUD Dr.
SOEDIRMAN KEBUMEN (Doctoral dissertation, STIKES
MUHAMMADIYAH GOMBONG).

Suryanti, S., & Yulistiani, M. (2011). Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Dan
Origami Terhadap Tingkat Kecemasan Sebagai Efek Hospitalisasi Pada
Anak Usia Pra Sekolah di RSUD dr. R. Goetheng Tarunadibrata,
Purbalingga. Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu, 3, 73-80.

Anda mungkin juga menyukai