Anda di halaman 1dari 49

 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Terselenggaranya pelayanan kesehatan yang lebih bermutu dan merata untuk seluruh
masyarakat merupakan keinginan yang menjadi landasan pelaksanaan pembangunan kesehatan
di Indonesia.
Pembangunan kesehatan di Indonesia selama beberapa dekade yang lalu harus diakui relatif
berhasil, terutama pembangunan infra struktur pelayanan kesehatan yang telah menyentuh
sebagian besar wilayah kecamatan dan pedesaan. Namun keberhasilan yang sudah dicapai belum
dapat menuntaskan.problem kesehatan masyarakat secara menyeluruh, bahkan sebaliknya
tantangan sektor kesehatan cenderung semakin meningkat.
Transisi epidemiologis, yang di tandai dengan semakin berkembangnya penyakit degeneratif
dan penyakit tertentu yang belum dapat diatasi sepenuhnya (seperti TBC, DHF dan malaria); hal
ini merupakan sebagian tantangan kesehatan di masa depan. Tantangan lainnya yang harus
ditanggulangi antara lain adalah meningkatnya masalah kesehatan kerja, kesehatan lingkungan,
masalah obat- obatan; dan perubahan dalam bidang ekonomi, kependudukan, pendidikan, sosial
budaya; dan dampak globalisasi yang akan memberikan pergaruh terhadap perkembangan
keadaan kesehatan masyarakat.
Berdasarkan penjelasan di atas sangat diperlukan upaya agar masalah kesehatan di masa
depan dapat ditanggulangi sehingga mencapai kualitas kesehatan masyarakat yang diinginkan.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang dimaksud dengan pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan
pemukiman ?
2.      Apa yang dimaksud dengan masalah kesehatan komunitas di Indonesia ?
3.      Bagaimanakah program pembinaan kesehatan di Indonesia ?
4.      Bagaimanakah strategi pemecahan masalah kesehatan komunitas ?

1.3 TUJUAN MASALAH


1.      Menjelaskan yang dimaksud dengan pemberantasan penyakit menular dan penyehatan
lingkungan pemukiman
2.      Menjelaskan yang dimaksud dengan masalah kesehatan komunitas di Indonesia
3.      Menjelaskan program pembinaan kesehatan di Indonesia
4.      Menjelaskan strategi pemecahan masalah kesehatan komunitas

BAB 2
ISI

2.1 PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DAN PENYEHATAN


     LINGKUNGAN PEMUKIMAN
2.1.1 Penyakit Menular
Yang dimaksud penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan (berpindah dari
orang satu ke orang yang lain, baik secara langsung maupun melalui perantara). Penyakit
menular ini ditandai dengan adanya (hadirnya) agen atau penyebab penyakit yang hidup dan
dapat berpindah. 
Suatu penyakit dapat menular dari orang yang satu kepada yang lain ditentukan oleh 3
faktor tersebut diatas, yakni :
a.       Agen (penyebab penyakit)
b.      Host (induk semang)
c.       Route of transmission (jalannya penularan)
Apabila diumpamakan berkembangnya suatu tanaman, dapat diumpamakan sebagai biji
(agen), tanah (host) dan iklim (route of transmission).
2.1.2 Agen-agen infeksi (penyebab infeksi)
Makhluk hidup sebagai pemegang peranan penting didalam epidemiologi yang merupakan
penyebab penyakit dapat dikelompokan menjadi :
1)      Golongan virus , misalnya influenza, trachoma, cacar dan sebagainya.
2)      Golongan riketsia , misalnya typhus.
3)      Golongan bakteri, misalnya disentri
4)      Golongan protozoa, misalnya malaria, filarial, schistosoma, dsb.
5)      Golongan jamur, yakni bermacam-macam panu, kurap, dsb.
6)      Golongan cacing, yakni bermacam-macam cacing perut seperti ascaris (cacing gelang), cacing
kremi, cacing pita, cacing tambang, dsb.
Agar supaya agen atau penyebab penyakit menular ini tetap hidup (survive) maka perlu
persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
1)      Berkembang biak
2)      Bergerak atau berpindah dari induk semang
3)      Mencapai induk semang baru
4)      Menginfeksi induk semang baru tersebut.
Kemampuan agen penyakit ini agar penyakit ini tetap hidup pada lingkungan manusia adalah
suatu factor penting didalam epidemologi infeksi. Setiap bibit penyakit (penyebab penyakit)
mempunyai habitat sendiri-sendiri sehingga ia dapat tetap hidup.
Dari sini timbul istilah reservoir yang diartikan sebagai berikut 1) habitat dimana bibit
penyakit tersebut hidup dan berkembang 2) survival dimana bibit penyakit tersebut hidup sangat
tergantung pada habitat sehingga ia dapat tetap hidup. Reservoir tersebut dapat berupa manusia,
binatang atau benda-benda mati.
Reservoir di dalam manusia
Penyakit-penyakit yang mempunyai reservoir didalam tubuh manusia antara lain campak
(measles), cacar air (small pox), typhus (typoid), meningitis, gonorrhea dan syphilis. Manusia
sebagai reservoir dapat menjadi kasus yang aktif dan carier.
Carrier
Carrier adalah orang yang mempunyai bibit penyakit didalam tubuhnya tanpa menunjukan
adanya gejala penyakit tetapi orang tersebut dapat menularkan penyakitnya kepada orang lain.
Convalescent carriers adalah orang yang masih mengandung bibit penyakit setelah sembuh dari
suatu penyakit.
Carriers adalah sangat penting dalam epidemologi penyakit-penyakit polio, typhoid,
meningococcal meningitis dan amoebiasis. Hal ini disebabkan karena :
1)      Jumlah (banyaknya carriers jauh lebih banyak dari pada orang yang sakitnya sendiri).
2)      Carriers maupun orang yang ditulari sama sekali tidak tahu bahwa mereka menderita / kena
penyakit.
3)      Carries tidak menurunkan kesehatannya karena masih dapat melakukan pekerjaan sehari-hari.
4)      Carriers mungkin sebagai sumber infeksi untuk jangka waktu yang relative lama.
Reservoir pada binatang
Penyakit-penyakit yang mempunyai reservoir pada binatang pada umumnya adalah penyakit
zoonosis. Zoonosis adalah penyakit pada binatang vertebrata yang dapat menular pada manusia.
Penularan penyakit-penyakit pada binatang ini melalui berbagai cara, yakni :
1)      Orang makan daging binatang yang menderita penyakit, misalnya cacing pita.
2)      Melalui gigitan binatang sebagai vektornya, misalnya pes melalui pinjal tikus, malaria, filariasis,
demam berdarah melalui gigitan nyamuk.
3)      Binatang penderita penyakit langsung menggigit orang misalnya rabies.
Benda-benda Mati sebagai Reservoar
Penyakit-penyakit yang mempunyai reservoir pada benda-benda mati pada dasarnya adalah
saprofit hidup didalam tanah. Pada umumnya bibit penyakit ini berkembang biak pada
lingkungan yang cocok untuknya. Oleh karena itu bila terjadi perubahan temperature atau
kelembapan dari kondisi dimana ia dapat hidup maka ia berkembang biak dan siap infektif.
Contoh clostridium tetani penyebab tetanus, C. botulinum penyebab keracunan makanan dan
sebagainya.
2.1.3 Sumber infeksi dan penyebaran penyakit
Yang dimaksud sumber infeksi adalah semua benda termasuk orang atau binatang  yang
dapat melewatkan / menyebabkan penyakit pada orang. Sumber penyakit ini mencakup juga
reservoir seperti telah dijelaskan sebelumnya.
Macam-macam penularan (mode of transmission)
Mode penularan adalah suatu mekanisme dimana agen / penyebab penyakit tersebut
ditularkan dari orang ke orng lain atau dari reservoir kepada induk semang baru. Penularan ini
melalui berbagai cara antara lain :

1)      Kontak (contact)
Kontak disini dapat terjadi kontak langsung maupun kontak tidak langsung melalui benda-benda
yang terkontaminasi. Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui kontak langsung ini pada
umumnya terjadi pada masyarakat yang hidup berjubel. Oleh karena itu lebih cenderung terjadi
dikota dari pada di desa yang penduduknya masih jarang.
2)      Inhalasi (inhalation)
Yaitu penularan melalui udara / pernapasan. Oleh karena itu ventilasi rumah yang kurang,
berjejelan (over crowding) dan tempat-tempat umum adalah factor yang sangat penting didalam
epidemologi penyakit ini. Penyakit yang ditularkan melalui udara ini sering disebut air borne
infection (penyakit yang ditularkan melalui udara).
3)      Infeksi
Penularan melalui tangan, makanan, dan minuman.
4)      Penetrasi pada kulit
Hal ini dapat langsung oleh organism itu sendiri. Penetrasi pada kulit misalnya cacing tambang,
melalui gigitan vector misalnya malaria atau melalui luka, misalnya tetanus
5)      Infeksi melalui plasenta
Yakni infeksi yang diperoleh melalui plasenta dari ibu penderita penyakit pada waktu
mengandung, misalnya syphilis dan toxoplasmosis.
2.1.4 Factor Induk Semang (Host)
Terjadinya suatu penyakit (infeksi) pada seseorang ditentukan pula oleh factor-faktor yang
ada pada induk semang itu sendiri. Dengan perkataan lain penyakit-penyakit dapat terjadi pada
seseorang tergantung / ditentukan oleh kekebalan / resistensi orang yang bersangkutan.
2.1.5 Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular
Untuk pencegahan dan penanggulangan ini ada 3 pendekatan atau cara yang dapat dilakukan :
1)      Eliminasi Reservoir ( Sumber Penyakit)
Eliminasi reservoir manusia sebagai sumber penyebaran penyakit dapat dilakukan dengan :
a)      Mengisolasi penderita (pasien), yaitu menempatkan pasien ditempat yang khusus untuk
mengurangi kontak dengan orang lain.
b)      Karantina adalah membatasi ruang gerak penderita dan menempatkannya bersama-sama
penderita lain yang sejenis pada tempat yang khusus didesain untuk itu. Biasanya dalam waktu
yang lama, misalnya karantina untuk penderita kusta.
2)      Memutus Mata Rantai Penularan
Meningkatkan sanitasi lingkungan dan higiene perorangan adalah merupakan usaha yang
penting untuk memutus hubungan atau mata rantai penularan penyakit menular.
3)      Melindungi Orang-Orang (Kelompok)
Bayi dan anak balita adalah merupakan kelompok usia yang rentan terhadap penyakit
menular. Kelompok usia yang rentan ini perlu lindungan khusus (specific protection) dengan
imunisasi baik imunisasi aktif maupun pasif. Obat-obat prifilaksis tertentu juga dapat mencegah
penyakit malaria, meningitis, dan disentri baksilus.
Pada anak usia muda, gizi yang kurang akan menyebabkan kerentanan pada anak tersebut.
Oleh sebab itu, meningkatkan gizi anak adalah juga merupakan usaha pencegahan penyakit
infeksi pada anak.
2.1.6 Penyehatan Lingkungan Pemukiman
A.    Pengertian Kesehatan Lingkungan
Ilmu kesehatan lingkungan diberi batasan sebagai ilmu yang mempelajari diinamika
hubungan interaktif antara kelompok penduduk atau masyarakat dengan segala macam
perubahan komponen lingkungan hidup seperti spesies kehidupan , bahan, zat atau berpotensi
menimbulkan gangguan kesehatan masyarakat, serta mencari upaya-upaya pencegahan.
Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang
keseimbangan ekologis yang dinamis antara manusia dan lingkungan untuk mendukung
tercapainya realitas hidup manusia yang sehat, sejahtera dan bahagia (Himpunan Ahli kesehatan
Lingkungan)
Kesehatan lingkungan adalah upaya untuk melindungi kesehatan manusia melalui
pengelolahan, pengawasan dan pencegahan factor-faktor lingkungan yang dapat mengganggu
kesehatan manusia, kesehatan lingkungan adalah ilmu seni dalam mencapai keseimbangan,
keselarasan dan keserasian lingkungan hisup melalui upaya pengembangan budaya perilaku
sehat dan pengelolahan lingkungan sehingga dicapi kondisi yang bersih, aman, nyaman, sehat
dan sejahtera terhindar dari gangguan penyakit, pencemaran dan kecelakaan, sesuai dengan
harkat dan martabat manusia.
Kesehatan lingkungan adalah ilmu dan seni untuk mencegah pengganggu,
menanggulangi kerusakan dan meningkatkan / memulihkan fungsi lingkungan melalui
pengelolahan unsur-unsur / factor-faktor lingkungan yang berisiko terhadap kesehatan manusia
dengan cara identifikasi, analisis, intervensi/rekayasa lingkungan, shingga tersedianya
lingkungan yang menjamin bagi derajat kesehatan manusia secara optimal.
Masalah kesehatan adalah masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan
masalah-masalah lain diluar kesehatan sendiri. Banyak factor yang mempengaruhi kesehatan,
baik kesehatan individu ataupun kesehatan masyarakat.
Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum
sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya suatu status kesehatan yang optimal pula.
Usaha kesehatan lingkungan adalah suatu usaha untuk memperbaiki atau
mengoptimalkan lingkungan hisup manusia agar dapat menyediakan media yang baik untuk
terwujudnya kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup didalamnya.
B.     Dasar Hukum
Dasar Hukum Kesehatan Lingkungan terdapat dalam UU No. 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan, BAB XI Kesehatan Lingkungan.
Pasal 162 “Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas
lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun social yang memungkinkan setiap
orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya”
Pasal 163
1)      Pemerintah , pemerintah daerah  dan masyarakat menjamin ketersediaan lingkungan yang sehat
dan tidak mempunyai risiko buruk bagi kesehatan.
2)      Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup lingkungan permukiman,
tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum.
3)      Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bebas dari unsur-unsur yang
menimbulkan gangguan kesehatan, antara lain :
a.       Limbah cair
b.      Limbah padat
c.       Limbah gas
d.      Sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratanyang ditetapkan pemerintah
e.       Binatang pembawa penyakit
f.       Zat kimia yang berbahaya
g.      Kebisingan yang melebihi ambang batas
h.      Radiasi sinar pengion dan non pengion
i.        Air yang tercemar
j.        Udara yang tercemar
k.      Makanan yang terkontaminasi
4)      Ketentuan Mengenai Standar baku mutu kesehatan lingkungan dan proses pengelolahan limbah
sebagaimana dimkasud pada ayat (2), dan ayat (3), ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
C.     Ruang Lingkup
Ruang lingkup kesehatan lingkungan
Kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologis yang harus ada antara
manusia dengan lingkungannya agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.
Ruang lingkup :
1)       Penyediaan air minum
2)      Pengelolahan air buangan dan pengendalian pencemaran
3)      Pengelolahan sampah padat
4)      Pengendalian vector
5)      Pencegahan dan pengendalian pencemaran tanah dan ekskreta manusia
6)      Hygiene makanan
7)      Pengendalian pencemaran udara
8)      Pengendalian radiasi
9)      Kesehatan kerja
10)  Pengendalian kebisingan
11)  Perumahan dan permukiman
12)  Perencanaan daerah perkotaan
13)  Kesehatan lingkungan transportasi udara, laut, darat
14)  Pencegahan kecelakaan
15)  Reaksi umum dan pariwisata
16)  Tindakan sanitasi yang berhubungan dengan epidermic , bencana, kedaruratan tindakan
pencegahan agar lingkungan bebas dari risiko gangguan kesehatan (WHO, 1979)
D.    Unsur Kesehatan Lingkungan
Unsur Kesehatan Lingkungan, meliputi :
1.      Perumahan
Rumah adalah salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia. Rumah atau tempat
tinggal manusia dari zaman ke zaman selalu mengalami perubahan perkembangan bentuk rumah.
Misal   saja pada zaman purba manusia tinggal di gua-gua, kemudian berkembang mendirikan
rumah di hutan-hutan dan dibawah pohon. Setelah manusia memasuki zaman modern ini
meskipun rumah mereka dibangun dengan bukan bahan bahan setempat, tetapi kadang desainnya
masih mewarisi kebudayaan sebelumnya. Sampai pada abad modern ini manusia sudah
membangun rumah bertingkat dan telah dilengkapi dengan peralatan yang serba modern.
(Gambar : Rumah sesuai perkembangan)
Factor yang perlu diperhatikan dalam membangun sebuah rumah :
a.       Factor lingkungan, baik lingkungan fisik, biologis maupun lingkungan social.
Maksudnya membangun sebuah rumah harus memperhatikan tempat dimana rumah itu didirikan.
b.      Tingkat kemampuan ekonomi masyarakat
Hal ini dimaksudkan rumah dibangun berdasarkan kemampuan keuangan penghuninya, untuk itu
maka bahan-bahan setempat yang rumah kisanya dari bamboo, kayu atap rumbia, dsb,
merupakan bahan-bahan pokok pembuatan rumah.

c.       Teknologi yang dimiliki masyarakat


Dewasa ini teknologi perumahan sudah begitu maju dan begitu modern. Rakyat pedesaan
bagaimanapun sederhananya sudah memiliki teknologi perumahan sendiri yang dipunyai turun
temurun. Dalam rangka penerapan teknologi tepat guna, maka teknologi yang sudah dipunyai
oleh masyarakat tersebut dimodifikasi.
d.      Kebijakan (peraturan) pemerintah yang menyangkut tata guna tanah
Untuk hal ini, bagi perumahan masyarakat pedesaan belum merupakan problem, namun dikota
sudah menjadi masalah besar.
Syarat-syarat rumah yang sehat
a.       Bahan bangunan
1)      Lantai
Ubin atau semen adalah baik, namun tidak cocok untuk kondisi ekonomi pedesaan. Syarat yang
terpenting disini adalah lantai tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim
penghujan.
Iang , kaso, dan r(Gambar : Lantai)
2)      Dinding
Tembok adalah baik, namun disamping mahal, tembok sebenarnya kurang cocok untuk daerah
tropis lebih-lebih ventilasinya kurang. Dinding rumah didaerah tropis khususnya pedesaan, lebih
baik dinding atau papan, sebab meskipun jendela tidak cukup, maka lubang-lubang pada dinding
atau papan tersebut merupakan ventilasi dan dapat menambah penerangan alamiah.
3)      Atap genteng
Adalah umum dipakai baik diperkotaan atau pedesaan. Disamping atap genteng cocok untuk
daerah tropis juga dapat terjangkau oleh masyarakat dan bahkan masyarakat telah dapat
membuatnya sendiri.
*gambar : Jenis dan Bentuk Genteng
4) Lain-lain (tiang , kaso, dan reng)
Kayu untuk tiang dan bambu untuk kaso dan reng adalah umum di pedesaan. Menurut
pengalaman bahan-bahan tersebut tahan lama. Tetapi perlu diperhatikan bahwa lubang-lubang
pada bambu merupakan sarang tikus yang baik. Untuk menghindari ini maka cara memotongnya
harus disesuaikan menurut ruas-ruas bamboo tersebut, apabila tidak pada ruasnya, maka lubang
pada ujung-ujung bamboo yang digunakan untuk kaso tersebut ditutup dengan kayu.
b.      Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga agar aliran
udara dalam rumah tersebut tetap segar. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2
didalam rumah yang kadar CO2 yang bersifat racun bagi penghuninya meningkat. Kurangnya
ventilasi udara akan menyebabkan kelembapan udara dalam ruangan akan naik. Fungsi kedua
dari ventilasi adalah untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri terutama bakteri
pathogen.
c.Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan pencahayaan yang cukup, tidak kurang dan tidak terlalu
banyak. Cahaya dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
1)        Cahaya alamiah yakni cahaya matahari. Cahaya ini sangat patogendalam rumah, misalnya basil
TBC. Jalan maasuknya cahaya alamiah juga diusahakan dengan genteng kaca.
2)        Cahaya buatan, yakni menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti lampu minyak
tanah, listrik dan sebagainya.
d.      Luas bangunan rumah
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni didalamnya, artinya luas lantai
bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tidak
sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan perjubelan (overcrowded). Hal ini
tidak sehat, sebab disamping menyebabkan kurangnya konsumsi O2 juga bila salah satu anggota
keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menularkan penyakitnya ke anggota keluarga
lain.
e.Fasilitas dalam rumah
Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-fasilitas sebgai berikut :
1)      Penyediaan air bersih yang cukup
2)      Pembuangan tinja
3)      Pembuangan air limbah
4)      Pembuangan sampah
5)      Fasilitas dapur
6)      Ruang berkumpul keluarga
Untuk rumah dipedesaan lebih cocok adanya serambi (serambi muka atau belakang). Disamping
fasilitas tersebut diatas ada fasilitas yang lain yang perlu diadakan tersendiri untuk rumah
pedesaan antara lain yang perlu diadakan tersendiri untuk rumah pedesaan, yakni :
a)      Gudang merupakan tempat untuk menyimpan hasil panen.
b)      Kandang ternak, karena ternak adalah bagian dari para petani, maka kadang-kadang ternak
tersebut ditaruh didalam rumah.
2.      Penyediaan Air Bersih
a.       Pengertian
Air bersih
Merupakan air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat diminum setelah dimasak
Kebutuhan air bersih
Adalah banyaknya air yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan air dalam kegiatan sehari-
hari misalnya mandi, mencuci, memasak, menyiram tanaman, mencuci mobil, dan lain
sebagainya.
Kualitas air
Adalah standart kualitas yang terdapat dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No 82/2001 yang
digunakan sebagai parameter air yang meliputi aspek fisik, kimia, biologi
b.      Air minum
Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat meninggal karena
kekurangan air dari pada kekurangan makanan. Kebutuhan manusia sangat komplek antara lain
untuk minum, mandi, masak, mencuci, dsb. Diantara kegunaan-kegunaan air tersebut yang
sangat penting adalah kebutuhan untuk minum.
Syarat-syarat air minum yang sehat
1)      Syarat fisik
a)      Rasa
Kualitas air bersih yang baik adalah tidak berasa. Rasa dapat ditimbulkan karena adanya zat
organic atau bakteri/unsur lain yang masuk ke badan air.
b)      Bau
Kualitas air bersih yang baik adalah tidak berbau karena bau ini dapat ditimbulkan oleh
pembusukan zat organic seperti bakteri serta kemungkinan akibat tidak langsung dari
pencemaran lingkungan, terutama system sanitasi.
c)      Suhu
Secara umum, kenaikan suhu perairan akan mengakibatkan kenaikan aktivitas biologi sehingga
akan membentuk O2 lebih banyak lagi. Kenaikan suhu perairan secara alamiah biasnya
disebabkan oleh aktivitas penebangan vegetasi air tersebut, sehingga menyebabkan banyaknya
cahaya matahari yang masuk tersebut mempengaruhi akuifer yang ada secara langsung atau tidak
langsung.
d)     Kekeruhan
Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan organic dan anorganik, kekeruhan
juga dapat mewakili warna. Sedang dari segi estetika kekeruhan air dihubungkan dengan
kemungkinan hadirnya pencemaran melalui buangan dan warnaair tergantung pada warna
buangan yang memasui badan air.
e)      TDS atau jumlah zat padat terlarut
Bahan pada adalah bahan yang tertinggal sebagai residu pada penguapan dan pengeringan pada
suhu 1030-105°C , dalam portable water kebanyakan bahan bakar terdapat dalam bentuk terlarut
yang terdiri dari garam anorganik selain itu juga gas-gas yang terlarut. Kandungan total solids
pada portable water biasanya berkisar antara 20 sampai dengan 1000 mg/l dan sebgai satu
pedoman kekerasan dari air akan meningkatnya total solids, disamping itu pada semua bahan cair
jumlah koloid yang tidak terlarut dan bahan yang tersuspensi akan meningkat sesuai derajat dari
pencemaran.
2)      Syarat bakteriologis
Syarat air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri, terutama bakteri
pathogen.
3)      Syarat kimia
Kandungan zat atau mineral yang bermanfaat dan tidak mengandung zat beracun.
a)      pH (derajat keasaaman)
penting dalam proses penjernihan air karena keasaaman air pada umumnya disebabkan gas
oksida yang larut dalam air terutama karbondioksida. Pengaruh yang menyangkut aspek
kesehatan dari pada penyimpangan standar kualitas air minum dalam hal pH yang lebih kecil 6,5
dan lebih besar dari 9,2 akan tetapi dapat menyebabkan beberapa senyawa kimia berubah
menjadi racun yang sangat mengganggu kesehatan.
b)      Kesadahan
Kesadahan ada dua macam yaitu kesadahan sementara dan kesadahan nonkarbonat (permanen). 
Kesadahan sementara akibat keberadaan kalsium dan magnesium bikarbonat yang dihilangkan
dengan memanaskan air hingga mendidih atau menambahkan kapur dalam air. Kesadahan
nonkarbonat (permanen) disebabkan oleh sulfat dan karbonat, chloride dan nitrat dari magnesium
dan kalsium disamping Besi dan Aluminuium.
c)      Besi
Air yang mengandung banyak besi akan berwarna kuning dan menyebabkan rasa logam besi
dalam air, serta menimbulkan korosi pada bahan yang terbuat dari mental. Besi merupakan salah
satu unsure yang merupakan hasil pelapukan batuan induk yang banyak ditemukan diperairan
umum. Batas maksimal yang terkandung didalam air adalah 1,0 mg/l.
d)     Alumunium
Batas maksimal yang terkandung didalam air  menurut Peraturan Menteri Kesehatan No 82/2001
yaitu 0,2mg/l. Air yang mengandung banyak alumunium menyebabkan rasa yang tidak enak
apabila dikonsumsi.
e)      Zat organic
Larutan zat organic yang bersifat kompleks ini dapat berupa unsure hara makanan maupun
sumber energi lainnya bagi flora dan fauna yang hidup diperairan.
f)       Sulfat
Kandungan sulfat yang berlebihan dalam air dapat mengakibatkan kerak air yang keras pada alat
merebus air (panic/ketel) selain mengakibatkan baud an korosi pada pipa. Sering dihubungkan
dengan penanganan dan pengelolahan air bekas.
g)      Nitrat dan nitrit
Pencemaran air dari nitrat dan nitrit bersumber dari tanah dan tanaman. Nitrat dapat terjadi baik
dari NO2 atmosfer maupun dari pupuk-pupuk yang digunankan dan dari oksidasi NO2 oleh
bakteri dari kelompok Nitrobacter. Jumlah nitrat yang lebih besar dalam usus cenderung untuk
berubah menjadi nitrit yang dapat bereaksi langsung dengan hemoglobin dalam daerah
membentuk methaemoglobin yang dapat menghalang perjalanan oksigen didalam tubuh.
h)      Chloride
Dalam konsentrasi yang layak, tidak berbahaya bagi manusia. Chloride dalam jumlah kecil
dibutuhkan untuk desinfektan namun apabila berlebihan dan berinteraksi dengan ion Na+ dapat
menyebabkan rasa asin  dan korosi pada pipa air.
i)        Zink atau Zn
Batas maksimal zink yang terkandung dalam  air adalah 15 mg/l. penyimpangan terhadap standar
kualitas ini menimbulkan rasa pahit, sepet, dan rasa mual. Dalam jumlah kecil, zink merupakan
unsure yang penting untuk metabolisme, karena kekurangan zink dapat menyebabkan hambatan
pada pertumbuhan anak.
c.       Sumber air minum, yaitu :
1)      Air hujan : Air hujan dapat ditampung kemudian dijadikan air minum, tetapi air hujan tidak
mengandung kalsium, sehingga perlu ditambahkan kalsium.
2)      Air sungai dan danau : Menurut asalnya sebagian dari air sungai dan air danau ini juga dari air
hujan yang mengalir melalui saluran-saluran ke dalam sungai atau danau tersebut. Kedua sumber
air tersebut mudah mengalami pencemaran sehingga harus diolah terlebih dahulu sebelum
dijadikan air minum.
3)      Mata air : Air yang keluar dari mata air ini biasanya berasal dari air tanah yang muncul secara
alamiah. Sehingga air dari mata air bila belum tercemar sudah dapat dijadikan air minum
langsung.
4)      Air sumur dangkal : Air ini keluar dari dalam tanah yang berasal dari lapisan air dalam tanah 
yang dangkal. Dalamnya lapisan air ini dari permukaan tanah berbeda-beda, biasanya berkisar
antara 5 sampai 15 meter  dari permukaan tanah. Air sumur dangkal belum terlalu sehat, karena
kontaminasi kotoran dari permukaan tanah masih ada.
5)      Air sumur dalam : Air ini berasal dari lapisan kedua air didalam tanah. Dalamnya biasanya 15
meter dari permukaan tanah. Sehingga air sumur dalam ini sudah cukup sehat untuk dijadikan air
minum langsung (tanpa melalui proses pengolahan).
3.      Pembuangan Kotoran Manusia
   Yang dimaksud kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh
tubuh dan yang harus dikeluarkan oleh tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh
ini berupa tinja (feses), air seni (urine), dan CO2.
    Dengan bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area pemukiman, masalah
pembuangan kotoran manusia meningkat. Dilihat dari segi kesehatan masyarakat, masalah
pembuangan kotoran manusia menjadi masalah pokok, sehingga perlu diatasi sedini mungkin.
Karena kotoran manusia merupakan sumber penyebaran penyakit yang multikompleks.
Kurangnya perhatian terhadap pengelolahan tinja disertai dengan cepatnya pertambahan
penduduk, jelas akan mempercepat penyebaran penyakit-penyakit yang ditularkan melalui tinja.
   Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara lain : tifus, disentri, kolera,
bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang, pita), dan sebagainya.

Pengelolahan tempat pembuangan kotoran manusia


Jamban ; jamban yang sehat apabila memiliki syarat-syarat sebagai berikut :
a.       Tidak mengotori permukaan tanah disekeliling jamban tersebut.
b.      Tidak mengotori air permukaan disekitar jamban tersebut.
c.       Tidak mengotori air tanah disekitar.
d.      Tidak terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa.
e.       Tidak menimbulkan bau.
f.       Mudah digunakan dan dipelihara.
g.      Sederhana desainya dan murah.
h.      Dapat diterima oleh pemakainya.
Hal-hal yang perlu untuk diperhatikan lagi yaitu :
a.       Sebaiknya jamban tertutup
b.      Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak yang kuat.
c.       Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi yang tidak mengganggu
pemandangan dan tidak menimbulkan bau.
d.      Sebaiknya jamban juga disediakan alat pembersih seperti air atau kertas pembersih.
Beberapa dibawah ini adalah tipe-tipe jamban yang sesuai dengan teknologi pedesaan antara lain
:
a.       Jamban cemplung, kakus (pit latrine)
Jamban cemplung ini sering kita jumpai didaerah pedesaan jawa. Tetapi sering dijumpai jamban
cemplung yang kurang sempurna, misalnya tanpa rumah jamban dan tutup jamban. Sehingga
serangga dapat mudah masuk dan bau tidak dapat dihindari. Selain itu bila musim hujan jamban
tersebut akan terisi air dengan penuh.
b.      Jamban cemplung berventilasi (ventilasi improvet pit latrine)
Jamban ini hamper mirip dengan jamban cemplung, bedanya lebih lengkap yaitu menggunakan
ventilasi pipa. Ventilasi pipa ini dapat dibuat dengan bamboo.
c.       Jamban empang (fishpond latrine)
Jamban ini dibuat diatas empang ikan. Dalam system jamban ini disebut daur ulang (recycling),
yakni tinja bisa langsung dimakan oleh ikan, ikan dimakan oleh manusia dan selanjutnya
seterusnya. Jamban ini mempunyai fungsi yaitu disamping mencegah tercemarnya lingkungan
oleh tinja, juga dapat menambah protein bagi masyarakat (menghasilkan ikan).
d.      Jamban pupuk (the compost privy)
Pada prinsipnya jamban ini seperti kakus cemplung, hanya lebih dangkal galiannya. Disamping
itu jamban ini juga untuk mebuang kotoran binatang dan sampah juga daun-daunan.
e.       Septic tank
Latrin jenis merupakan cara yang paling memenuhi persyaratan, oleh sebab itu, cara
pembuangan tinja yang semacam ini sangat dianjurkan.
Secara teknis desain atau konstruksi utama septic tank sebagai berikut :
1)      Pipa ventilasi
Pipa ventilasi secara fungsi dan teknis dapat dijelaskan sebagai berikut :
a)      Mikroorganisme dapat terjamin kelangsungan hidupnya dengan adanya pipa ventilasi ini, karena
oksigen yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidupnya dapat masuk kedalam bak pembusuk ,
selain itu juga dapat berguna untuk mengalirkan gas yang terjadi karena adnya proses
pembusukan. Untuk menghindari bau gas dari septic tank maka sebaiknya pipa pelepas dipasang
lebih tinggi agar bau gas dapat langsung terlepas diudara bebas.
b)      Panjang pipa ventilasi 2 meter dengan diameter pipa 175 mm dan pada lubang hawanya diberi
kawat kasa.
2)      Dinding septic tank
a)      Dinding septic tank dapat terbuat dari batu bata dengan plesteran semen.
b)      Dinding septic tank harus dibuat rapat air.
c)      Pelapis septic tank terbuat dari papan yang kuat dengan tebal yang sama.
3)      Pipa penguhubung
a)      Septic tank harus mempunyai pipa tempat masuk dan keluarnya air.
b)      Pipa penghubung terbuat dari pipa PVC dengan diameter 10 atau 15 cm.
4)      Tutup septic tank 
a)      Tepi atas dari septic tank harus terletak paling sedikit  0,3 meter dibawah permukaan tanah
halaman, agar keadaan temperature di dalam septic tank selalu hangat dan konstan shingga
kelangsungan hidup bakteri dapat lebih terjamin.
b)      Tutup septic tank harus terbuat dari beton (kedap air).

4.      Pengelolahan Sampah
      Sampah adalah sesuatu bahan atau benda yang sudah tidak dapat dipakai lagi oleh manusia
atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang.
a.Sumber-sumber sampah
1)      Sampah-sampah yang berasal dari pemukiman (domestic wastes)
2)      Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum.
3)      Sampah dari perkantoran.
4)      Sampah yang berasal dari jalan raya.
5)      Sampah yang berasal dari industry.
6)      Sampah yang berasal dari pertanian / perkebunan.
7)      Sampah yang berasal dari pertambangan.
8)      Sampah yang berasal dari perternakan dan perikanan.
b.      Jenis-jenis sampah
Meliputi 3 jenis sampah, yaitu :
Sampah padat, sampah padat dapat dibagi menjadi berbagai jenis, antara lain :
1)      Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya
a)         Sampah an organic adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk. Misalnya :
logam/besi, pecahan gelas, plastic dan sebagainya.
b)        Sampah organic adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk. Misalnya : sisa-sisa
makanan, daun-daunan, buah-buahan, dan sebagainya.
2)      Berdasarkan dapat dan tidaknya dibakar
a)      Sampah yang mudah terbakar, misalnya : kertas, karet, kayu, plastik, kain bekas, dan lain-lain.
b)      Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya : kaleng bekas, logam/besi, kaca, dan lain-lain.

3)      Berdasarkan karakteristik sampah


a)      Garbage yaitu jenis sampah hasil pengelolahan atau pembuatan makanan yang umumnya mudah
membusuk dan berasal dari rumah tangga, restoran, hotel, dan sebagainya.
b)      Rabish yaitu sampah yang berasal dari perkantoran, perdagangan baik yang mudah terbakar
maupun yang tidak mudah terbakar, seperti kertas, karton, plastic, kaleng bekas, klip, gelas dan
lain-lain.
c)      Ashes (abu) yaitu sisa pembakaran dari bahan-bahan yang mudah terbakar, termasuk abu rokok.
d)     Sampah jalanan (street sweeping) yaitu sampah yang berasal  dari pembersihan jalan yang terdiri
dari campuran bermacam-macam sampah, daun-daunan, kertas, plastic, pecahan kaca, besi,
debu, dan lain sebagainya.
e)      Sampah industry yaitu sampah yang berasal dari industry atau pabrik-pabrik.
f)       Bangkai binatang (dead animal)  yaitu bangkai binatang yang telah mati karena alam, ditabrak
kendaraan, atau dibuang oleh orang.
g)      Bangkai kendaraan (abandoned vehicle) yaitu bangkai mobil, sepeda, sepeda motor.
h)      Sampah pembangunan (construction waste), yaitu sampah dari proses pembangunan gedung,
rumah dan sebagainya, yang berupa puing-puing, potongan kayu, besi beton, bambu, dan
sebagainya.
c.Pengelolahan sampah
Sampah erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karena dari sampah tersebut akan hidup
berbagai mikroorganisme penyebab penyakit (bakteri pathogen) , dan binatang serangga sebagai
penyebar penyakit (vector). Oleh karena itu sampah harus dikelola dengan baik sekecil mungkin
tidak mengganggu atau mengancam kesehatan masyarakat. Cara-cara pengelolahan sampah
antara lain :
1)      Pengumpulan dan pengelolahan sampah
Pengumpulan sampah adalah menjadi tanggung jawab dari masing-masing rumah tangga atau
institusi yang menghasilkan sampah. Oleh sebab itu, mereka ini harus membangun atau
mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan sampah. Mekanisme, system atau cara
pengangkutan sampah diperkotaan merupakan tanggung jawab pemerintah daerah setepat yang
didukung oleh partisipasi masyarakat setempat. Sedangkan pada daerah pedesaan pada umumnya
sampah telah dikelola oleh masing-masing keluarga tanpa memerlukan TPA maupun TPS.
d.  Cara pengolahan air limbah secara sederhana
a.       Pengenceran
Air limbah direncanakan sampai mencapai konsentrasi yng cukup rendah, kemudian baru
dibuang kebadan-badan air. Dengan makin bertambahnya penduduk yang berarti makin
meningkatnya kegiatan manusia, maka jumlah air limbah yang harus dibuang terlalu banyak, dan
diperlukan air pengenceran terlalu banyak pula, maka cara ini tidak dapat dipertahankan lagi.
Disamping itu, cara ini meimbulkan kerugian lain yaitu : bahaya kontaminasi terhadap badan-
badan air masih tetap ada., pengendapan akhrnya menimbulkan pendangkalan terhadap badan-
badan air, seperti selokan, sungai, danau, dan sebagianya. Selanjutnya dapat menimbulkan
banjir.

b.      Kolam oksidasi
Pada prinsipnya cara pengolahan ini dalah pemanfaatan sinar matahari, ganggang, bakteri, dan
oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air limbah dialirkan ke dalam kolam besar
berbeentuk segi empat dengan kedalaman antara 1-2 meter.

c.       Irigasi
Air limbah dialirkan kedalam parit-parit terbuka yang digali, dan air akan merembes masuk
kedalam tanah melalui dasar dan dinding parit-parit tersebut. Dalam keadaan tertentu air
buangan dapat digunakan untuk pengairan ladang pertanian atau perkebunan dan sekaligus untuk
pemupukan. Hal ini terutama dapat dilakukan untuk air limbah dari rumah tangga, perusahaan,
susu sapi, rumah potong hewan, dan lain-lainnya dimana kandungan zat-zat organik dan protein
cukup tinggi yang diperlukan oleh tanam-tanaman.

2.2 MASALAH KESEHATAN KOMUNITAS DI INDONESIA


Dewasa ini di Indonesia terdapat beberapa masalah kesehatan penduduk yang masih perlu
mendapat perhatian secara sungguh-sungguh dari semua pihak antara lain: anemia pada ibu
hamil, kekurangan kalori dan protein pada bayi dan anak-anak, terutama di daerah endemic,
kekurangan vitamin A pada anak, anemia pada kelompok mahasiswa, anak-anak usia sekolah,
serta bagaimana mempertahankan dan meningkatkan cakupan imunisasi. Permasalahan tersebut
harus ditangani secara sungguh-sungguh karena dampaknya akan mempengaruhi kualitas bahan
baku sumber daya manusia Indonesia di masa yang akan datang.
Perubahan masalah kesehatan ditandai dengan terjadinya berbagai macam transisi kesehatan
berupa transisi demografi, transisi epidemiologi, transisi gizi dan transisi perilaku. Transisi
kesehatan ini pada dasarnya telah menciptakan beban ganda (double burden) masalah kesehatan.
1.    Transisi demografi, misalnya mendorong peningkatan usia harapan hidup yang
meningkatkan proporsi kelompok usia lanjut sementara masalah bayi dan BALITA tetap
menggantung.
2.    Transisi epidemiologi, menyebabkan beban ganda atas penyakit menular yang belum pupus
ditambah dengan penyakit tidak menular yang meningkat dengan drastis.
3.    Transisi gizi, ditandai dengan gizi kurang dibarengi dengan gizi lebih.
4.    Transisi perilaku, membawa masyarakat beralih dari perilaku tradisional menjadi modern
yang cenderung membawa resiko.
Masalah kesehatan tidak hanya ditandai dengan keberadaan penyakit, tetapi gangguan kesehatan
yang ditandai dengan adanya perasaan terganggu fisik, mental dan spiritual. Gangguan pada
lingkungan juga merupakan masalah kesehatan karena dapat memberikan gangguan kesehatan
atau sakit. Di negara kita mereka yang mempunyai penyakit diperkirakan 15% sedangkan yang
merasa sehat atau tidak sakit adalah selebihnya atau 85%. Selama ini nampak bahwa perhatian
yang lebih besar ditujukan kepada mereka yang sakit. Sedangkan mereka yang berada di antara
sehat dan sakit tidak banyak mendapat upaya promosi. Untuk itu, dalam penyusunan prioritas
anggaran, peletakan perhatian dan biaya sebesar 85 % seharusnya diberikan kepada 85%
masyarakat sehat yang perlu mendapatkan upaya promosi kesehatan.
Dengan adanya tantangan seperti tersebut di atas maka diperlukan suatu perubahan paradigma
dan konsep pembangunan kesehatan. Beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi
dalam pembangunan kesehatan antara lain :
1.    Masih tingginya disparitas status kesehatan. Meskipun secara nasional kualitas kesehatan
masyarakat telah meningkat, akan tetapi disparitas status kesehatan antar tingkat sosial ekonomi,
antar kawasan, dan antar perkotaan-pedesaan masih cukup tinggi.
2.    Status kesehatan penduduk miskin masih rendah.
3.    Beban ganda penyakit. Dimana pola penyakit yang diderita oleh masyarakat adalah penyakit
infeksi menular dan pada waktu yang bersamaan terjadi peningkatan penyakit tidak menular,
sehingga Indonesia menghadapi beban ganda pada waktu yang bersamaan (double burden)
4.    Kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan masih rendah.
5.    Terbatasnya tenaga kesehatan dan distribusinya tidak merata.
6.    Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat.
7.    Kinerja pelayanan kesehatan yang rendah.
8.    Rendahnya kondisi kesehatan lingkungan. Masih rendahnya kondisi kesehatan lingkungan
juga berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat. Kesehatan lingkungan merupakan
kegiatan lintas sektor belum dikelola dalam suatu sistem kesehatan kewilayahan.
9.    Lemahnya dukungan peraturan perundang-undangan, kemampuan sumber daya manusia,
standarisasi, penilaian hasil penelitian produk, pengawasan obat tradisional, kosmetik, produk
terapetik/obat, obat asli Indonesia, dan sistem informasi.
10.     Peran serta masyarakat dan kerja sama lintas sektor masih perlu ditingkatkan.

11.     Manajemen upaya kesehatan masih lemah.

12.     Hal-hal yang dapat menyebabkan cacat fisik dan gangguan jiwa masih tinggi.
2.3 PROGRAM PEMBINAAN KESEHATAN KOMUNITAS
2.3.1 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG BIDANG KESEHATAN
A.    Langkah-langkah RPJK
Untuk tercapainya tujuan dan sasaran  RPJK tersebut maka perlu di ambil langka-langkah
sebagai berikut.

1.      Sektor di luar kesehatan


Sektor di luar kesehatan yang bukan menjadi kewernegaraan sektor kesehatan yang
banyak berpengaruh pada sektor kesehatan. Untuk itu perlu di adakan pendekatan sehingga
sektor luar kesehatan tersebut di harapkan dapat melaksanakaan/ membantu upaya-upaya yang
berkaitan dengan kesehatan.
a.       Pengaruh-pengaruh sektor di luar kesehatan tersebut antara lain:
1)      Penyediaan dan distribusi pangan berpengaruh pada pengurangan masalah gizi.
2)      Pengadaan dan pemeliharaan sarana fisik dapat menunjang perbaikan lingkungan pemukiman.
3)      Peningkatan pendidikan masyarakat dapat menunjang proses penyuluhan kesehatan masyarakat.
4)      Peningkatan jumlah dan mutu rumah yang sehat dapat menunjang peningkatan mutu kesehatan.
5)      Peningkatan mutu keagamaan, menunjang peningkatan mutu penyuluhan kesehatan melalui
ajarn agama dan tokoh-tokoh agama.
6)      Peningkatan ekonomi  masyarakat akan menunjang proses pemeliharaan kesehatan baik
promotif,preventif,kuratif,rehabilitatif.
7)      Peningkatan sektor industri akan menunjang industri kesehatan,antara lain farmasi,alat-alat
kesehatan dan lain-lain.
8)      Peningakatan media masa sangat penting dalam hal meningkatkan kesadaran,kemauan dan
kemampuan masyarakat melalui proses penyuluhan.
9)      Peningkatan prasarana trasportasi sangat membantu kelancaran masyarakat dalam mendapatkan
pelayanan kesehatan.
10)  Peningkatan riset dan teknologi akan sangat membantu riset dan teknologi kesehatan.

b.      Sektor kesehatan
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan,langkah-langkah yang khusus
berhubungan dengan sektor kesehatan adalah sebagai berikut:
1)      Pengembangan peningkatan swadaya masyarakat dalam pembangunan kesehatan dengan
pendedakat edukatif.
2)      Pengembangan puskesmas agar dapat mengatasi masalah kesehatan dan membina peran serta
masyarakat dalam wilayah kerjanya.
3)      Pengembangan sistem rujukan agar dapat menampung permasalahan kesehatan yang ada.
4)      Peningkatkan upaya kesehatan,,perbaikan gizi pelayanan keluarga berencanaa di utamakan bagi
golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah,kususnya kelompok bayi,anak-anak dan ibu
serta angkatan kerja.
5)      Peningakatan kesehatan lingkungan khususnya peningkatan pengawasan kwalitas lingkungan
yang berhubungan dengan manusia.
6)      Penggadaan obat-obatan dan alat kesehatan di tingkatkan agar dapat tersedia secara merata
dengan harta yng terjangkau oleh masyarakat luas.kemampuan bangsa indonesia untuk
memproduksi bahan bku obat-obatan dan alat kesehatan yang bermutu di tingkatkan secara
bertahap.
7)      Pengembangan tenaga kerja kesehatan yang mencangkup perencanaan,pendidikan dan latihan
secara pembinaan di arahkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat serta menunjang
pelaksanaan pembangunan kesehatan sepenuhnya.
8)      Peningkatan kemampuan manajemen kesehatan dan penyempurnaan peraturan perundang-
undangan untuk menunjang pembangunan kesehatan dan memberikan perlindungan hukum
kepada masyarakat
9)      Pengembangan cara-cara pembiayaan kesehatan atas adasar upaya bersama,kekeluargaan dan
gotong royongan.penyediaan anggaran untuk pembangunan kesehatan dari pemerintah akan
lebih di tingkatkan secara memadai sedangkan kemampuan masyarakat untuk berperan serta di
harapkan akan meningkatakan pula.
10)  Penelitian dan pengembangan di arahkan untuk pemecahan masalah kesehatan  evaluasi program
kesehatan dan peningkatan daya guna serta hasil guna upaya kesehatan.

B.     Pokok-pokok upaya kesehatan


Berdasarkan permasalahan yang di hadapi serta kebjaksanaan dan langkah-langkah
pembangunan kesehatan seperti yang di kemukakan di atas, maka di susun pokok-pokok upaya
kesehatan yang meliputi peningkatan upaya kesehatan,perbaikan gizi,peningakatan kesehatan
lingkungan,pencegahan dan pembrantasan penyakit, pengendalian pengadaan,pengaturan dan
pengawasan obat,makanan dan sebagaiannya peningkatan kesehatan kerja, peningkatan
manajemen hukum,pengembangan tenaga serta penelitian dan pengembangan kesehatan.
Upaya kesehatan ini dapat di selenggarakan baik oleh masyarakat maupun pemerintah,atau
oleh sektor kesehatan maupun sektor-sektor lainya yang berkaitan dengan kesehatan. Upaya
kesehatantersebut dapat bersifat langsung maupun menunjang. Upaya kesehatan langsung
mencangkup peningkatan upaya kesehatan,perbaikan gizi,peningkatan kesehatan
lingkungan,pencegahan dan pembrantasan penyakit,pengendalian pengadaan,pengaturan dan
pengawasan obat, makanan dan sebagaian serta peningkatan kesehatan kerja upaya kesehatan
penunjang mencangkup peningakatan manajemen dan hukum,pengembangan tenag kesehatan
serta penelitian dan pengembangan kesehatan. Perlu di tekankan bahwa dalam semua upaya
kesehatan tersebut telah mencangkup kegiatan penyuluhan kesehatan yang di selenggarakan
sesuai keperluannya.
Uapaya tersebut merupakan inti dari rencana pembangunan jangka panjang bidang
kesehatan,seangkan pelaksanaanya secara bertahap dapat di ubah dan di sesuaikan dengan
perkembangan setiap repelita selanjutnya.
Seluruh upaya kesehatan di laksanakan dan di kembangkan secara serasi dan
menyeluruh.upaya kesehatan tersebut di selengarakan melalui upya kesehatan puskesmas peran
serta masyarakat serta rujukan upaya kesehatan.
1.      Peningkatan upaya kesehatan
Tujuan peningakatan upaya kesehatan adalah untuk menyelenggarakan  upayakesehatan
yang bermutu,mereta dan terjangkau oleh masyarakat terutama yang berpenghasiln rendah
dengan peran serta masyarakat secara aktif.
Peningakatan upaya kesehatan ini di selenggarakan melalui pendekatan dan langkah-
langkah sebagai berikut:
a.       Fungsi puskesmas sebagai pusat pengembangan pembinaan dan pelaaksanaan upaya kesehatan
wilayah kerjanya. Secara bertahap puskesmas mengembangkan kesejahteraan ibu dan
anak,keluarga berencana,perbaikan gizi, kesehatan lingkungan, pencegahan dan pembrantasan
penyakit khususnya imunisasi penyuluhan kesehatan masyarakat, pengobatan termasuk
pelayanan karena kecelakaan,kesehatan sekolah,perawatan kesehatan masyarakat,kesehatan gigi,
kesehatan jiwa,laboraturium sederhana serta pencatatan dan laporan dalam rangka sistem
informasi kesehatan.
b.      Untuk pemerataan upaya kesehatan sampai desa secara bertahap di bangun puskesmas termasuk
puskesmas keliling puskesmas pembantu dan pos kesehatan atau bentuk sarana kesehatan lainya
serta di kembangankan peran serta masyarakat dengan upaya pembangunan kesehatan
masyarakat pada tingkat desa.
c.       Fungsi pelayanan rumah sakit dan laboraturium secara bertahap di tingkatkan supaya menjadi
lebih efisien sehinga dapat menampung rujukan dari puskesmas sarana kesehatan lainnya.
d.      Pengobatan tradisional yang terbukti berhasilguna dan berdayaguna dibina,dibimbing dan di
manfaatkan untuk pelayanan kesehatan. Sedangkan pengawasan dan ketertiban terhadap
penyimpangan dan penyalahgunaan yang merugikan masyarakat,secara terhadap di tingkatkan.
e.       Penyuluhan kesehatana di tujukan kepada masyarakat melalui kegiatan-kegitan di puskesmas
dan sarana kesehatan lainnya,juga melalui pemanfaatan media masa baik yang moderen maupun
tradisional untuk mengarahkan dan pengendalikan penyuluhan kesehatan tersebut prlu di adakan
pembinaan yang seksama.sasaran penyuluhan adalah masyarakat dan tenaga kesehatan.
2.      Perbaikan gizi
Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat terutama golongan yang
berpenghasilan rendah.sasaran utama upaya ini ialah anak-anak 0-6 tahun.wanita hamil dan
menyusui golongan pekerja yang berpenghasilan rendah serta penduduk di daerah rawan pangan.
Untuk menjamin tercapainya tujuan tersebut perlu adanya upaya pangan dan gizi nasional
yang menjamin ketertiban semua faktor,baik pemerintah maupun masyarakat termasuk swasta.
Langkah-langkah dan kegiytan pokok yang di lakukan dalam rangka pelaksanaan upaya
ini adalah sebagai berikut:
a.       Peningakatan dan perluasan upaya perbaikan gizi keluarga untuk mengembangkan kemampuan
perorangan keluarga dan masyarakat dalam kegiatan peningkatan gizi dan mutu hidup.
b.      Peningkatan mutu gizi dan bahan pangan yang bnyak di konsumsi rakyat ntara lain dengan
suplementasi dan fortifikasi bahan pangan sesuai dengan pola masalah gizi utama yang terhadap
dalam masyarakat.
c.       Pemantapan upaya bantuan pangan dengan mengembangkan sistem kewaspadaan
(surveillance)pangan dan gizi di daerah rawan pangan.
d.      Pengembngan pelayanan gizi di instansi khususnya rumah sakit dan pemberian makanan yang
memenui syarat gizi bagi orang yang banyk seperti pabrik,perusahaan,asrama,panti
asuhan,penitipan bayi,anak dan lanjut usia.
e.       Peningakatan upaya penganeragaman makanan pokok.

3.      Peningkatan kesehatan lingkungan


Upaya ini bertujuan meningkatkan derajat kesehatan dalam rangka mencapai kualitas
hidup yang optimal melalui upaya kesehatan lingkungan dan pelestarian lingkungan yang
dinamis serta membangkitkan dan memupuk swasembada masyarakat dalam upaya kesehatan
lingkungan.
Langkah-langkah untuk meningkatkan kesehatan lingkungan adalah sebagai berikut:
a.       Peningkatan kesehatan lingkungan dengan pembangunan sarana yang di perlukan dan
peningkatan pemanfaatan serta pemeliharaan sarana yang ada.
b.      Peningakatan pengawasan kualitas lingkungan .
c.       Pengelolahan lingkungan biologik dan pembinaan lingkungan sosial yang mendukung upaya
penyehatan lingkungan
d.      Pembinaan upaya penganaan dan penanggulangan masalah kesehatan lingkungan sebagai akibat
negatif pembangunan(tekanan pembangunan)

4.      Pencegahan dan pemberantasan  penyakit


Tujuan upaya ini adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian serta mencegah
akibat buruk lebih lanjut dari penyakit.
Dalam menentukan penyakit mana yang diberantas di pertimbangan faktor-faktor sebagai
berikut:
a.       Angka kesakitan atu angka kematian yang tinggi
b.      Yang dapat menimbulkan wabah.
c.       Yang menyerang terutama bayi,anak-anak,ibu dan angkatan kerja
d.      Yang menyerang terutama daerah-daerah pembangunan sosial ekonomi.
e.       Adanya metoda teknologi efektif.
f.       Adanya ikatan internasional.
Langkah pelaksanaan pembrantasan penyakit di lakukan di antara lain dengan 1)
pengebalan(imuniasi)2)pengobatan penderita, 3)menghilangkan sumber dan perantara penyakit,
4)karantina dan isolasi penderita, 5)perbaikan lingkungan, 6)pengamatan(surviellanc)penyakit
5.      Peningkatan kesehatan kerja
Tujuan upaya ini adalah meningkatkn produktifitas kerja melalui peningkatan derajat
kesehatan tenaga kerja.

Langkah-langkah untuk meningkatkan kesehatan kerja anatara lain mencangkup:


a.       Pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat pekerjaan .
b.      Pembinaan lingkungan kerja yang memenuhi syarat kesehatan.
c.       Penyelenggaraan upaya kesehatan tenaga kerja dan keluarganya secara menyeluruh.
d.      Pembinaan tenaga kesehatan untuk upaya peningkatan kesehatan kerja.
e.       Penyusunan,pembakuan dan peraturan syarat-syarat kesehatan bagi tenaga kerja.

6.      Pengengendalian pengandaan,pengaturan dan pengawasan obat,makanan dan sebagainya.


Upaya ini bertujuan untuk
a.       Memperluas,meratakan dan meningkatkan mutu upaya kesehatan dengan mencukupi persediaan
obat dan alat-alat kesehatan yang bermutu baik dengan penyebaran yang makin merata dn harga
yang terjangkau oleh daya beli masyarakat luas secara meningkatkan ketetapan,kerasionalan dan
efisien penggunaan upaya ini makin di arahkan kepada peningkatan kemampuan bangsa
indonesia.
b.      Melindungi masyarakat dari kerugian dan bahaya terhadap penggunaan obat,alat
kesehatan,makanan dan minuman ,kosmetika dan obat tradisional yang tidak memenuhi syarat
kesehatan serta mencegah penyalahgunaan narkotika dan bahan bahaya lainya.
Untuk mencapai tujuan tersebut di atas langkah pokok yang di ambil adalah sebagai
berikut:
a.       Memperluas,meratakan dan meningkatkan mutu upaya kesehatan dengan mencukupi persediaan
obat dan alat-alat kesehatan yang bermutu baik dengan penyebaran yang makin merata dn harga
yang terjangkau oleh daya beli masyarakat luas secara meningkatkan ketetapan,kerasionalan dan
efisien penggunaan upaya ini makin di arahkan kepada peningkatan kemampuan bangsa
indonesia.
b.      Melindungi masyarakat dari kerugian dan bahaya terhadap penggunaan obat,alat
kesehatan,makanan dan minuman ,kosmetika dan obat tradisional yang tidak memenuhi syarat
kesehatan serta mencegah penyalahgunaan narkotika dan bahan bahaya lainya.
Untuk mencapai tujuan tersebut di atas langkah pokok yang di ambil adalah sebagai
berikut:
a.       Peningkatan penerapan konsepsi daftar obat esensial nsional dan peningkatan produksi obat
esensial oleh pemerintah.
b.      Penyempurnaan sistem distribusi obat sektor pemerintah antara lain  dengan pembangunan
gudang obat dan alat kesehatan tingkat regionl,kabupaten dan rumah sakit.
c.       Peningkat produksi bahan baku obat dan simplisia di dalam negri.
d.      Peningkatan peran serta sektor swasta dalam pengadaan obat.
e.       Peningkatan kemampuan di pusat dan daerah untuk melakukan pemeriksaan dan pengujin
terhadap semua obat,makanan,dan minuman,kosmetik dan alat kesehatan obt
tradisional,narkotika dan bahan berbahaya lainnya yang beredar dalam masyarakat.
f.       Penyuluhan yang memadahi tentang obat,makanan,dan minuman,kosmetik,dan alat
kesehatan,nakrotika serta bahan berbhaya lainya bagi tenaga kesehatan dan masyarakat.
g.      Pengembangan sistem pengendalian akibat sampingan,keracunan,dan akibat-akibat lain yang di
sebabkan oleh obat makanan dan minuman kosmetik,alat kesehatan,narkotika dan bahan
berbahya lainnya.
h.      Pengendalian,pembinaan,pengaturan dan pengawasan mutu produksi,distribusi,lalu lintas dan
penggunan obat,makanan dan minuman konsmetik dan alat kesehatan obat tradisional,nakrotika
dan bahan berbahaya lainnya.

7.      Peningkatan manajemen dan hukum


upaya peningkatan kemampuan manajemen dan pengembangan hukum di bidang kesehatan
merupakan bagian dari program nasional untuk penyempurnaan administrasi pembangunan dan
pembangunan bidang hukum.
Upaya ini bertujuan untuk meningkatkan hasil guna dan daya guna program bak yang di
selenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat.
Langkah-langkah yang di ambil dalam upaya ini meliputi antara lain adalah sebagai
berikut:
a.       pembinaan fungsi perencanaan dan evaluasi pembangunan kesehatan.
b.      Penyempurnaan administrasi keuangan, perlengkpan, perkantoran, dan lain sebagainya.
c.       Penyempurnaan organisasi dan tata kerja untuk di sesuaikan  dengan fungsi dan beban kerja.
d.      Peningkatan fungsi pengawasan yang mencangkup pengendalian,penilaian dan penertiban.
e.       Pengembangan sisitem informasi kesehatan untuk perbaikan manajemen kesehatan di semua
tingakat
f.       Peningkatan prasarana fisik dan fasilitas kerja.
g.      Pembinaan,pengembangan hukum di bidang kesehatan untuk menciptakan ketertiban dan
kepastian hukum dan mempelancar pembangunan di bidang kesehatan.

8.      Pengembangan tenaga kesehatan


Tujuan upaya pengembangan tenaga kesehatan adalah:
a.       Meningkatkan penyediaan jumlah,jenis dan mutu tenaga kesehatan yang mampu mengemban
tugas untuk mewujudkan perubahan,pertumbuhan dan pembaharuan dalam rangka memenuhi
kebutuhan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat.
b.      Meningkatkan peranan institusi pendidikan tenaga kesehatan untuk memenuhi kebutuhan
pengembangan teknologi tepat guna di bidang upaya kesehatan sesuai dengan pengembangan
masyarakat,melalui proses pendidikan tenaga kesehatan.juga meningkatkan peran institusi 
sebagai sumber informasi dan invasi bagi pengembangan program pendidikan tenaga kesehatan.

Untuk mencapai tujuan tersebut di atas di lakukan kegiatan pokok sebagai  berikut ini
tersebut:
a.       Perencanaan tenaga kesehatan jangaka pendek,menegah dan panjang di lakukan secara
menyeluruh dan  terpadu dalam kerja sama yang mantap antara bidang upaya
kesehatan,pendidikan,dan pengelolahan tenaga kesehatan.
b.      Peningkatan pendidikan dan latihan tenaga kesehatan untuk memenuhi kebutuhan program
upaya kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat.
c.       Pengelolahan atau pembinaan tenaga kesehatan yang mencangkup administrasi pangkal tenaga
kesehatan mulai dari pengangkatan, penyebaran sampai mengakhiri profesinya pendayagunaan
kesahjetraan sosial,dan pengembangan karier serta keseragaman perlakuan dan perlindungan
hukum di tingkatkan agar program kesehatan di lakukan secara berhasil guna dan berdayaguna.

9.      Penelitian dan pengembangan kesehatan


Tujuan upaya penelitian dan pengembangan kesehatan adalah memberikan sarana cipta ilmiah
dan teknologi yang diperlukan  dalam pembanguan kesehatan. Oleh karena itu upaya ini di susun
untuk membantu memecahkan masalah-masalah kesehatan dan mengatasi hambatan-hambatan
yang dihadapi dalam pelaksanaan program-program kesehatan.

Langkah-langkah yang diambil antara lain :


a.       Pengembangan iklim yang mengggairahkan  penelitian dan pengembangan
b.      Peningkatan kemampuan penelitian dan pengembangan institusional lembaga penelitian.
c.       Peningktan kerja sama antara lembaga ilmiah, baik di dalam maupun luar negeri serta kerja
sama antara para peneliti dan penyelenggara upaya kesehatan baik di pusat maupun daerah.
d.      Pengembangan sistem dokumentasi dan informasi ilmiah kesehatan dan penyebarluasan hasil
penelitian.
e.       Mengembangkan  metodologi penelitian dan pendekatan interdisiplin yang sesuai
dengankebutuhan.
B.     BENTUK POKOK PENYELENGGARAAN SISTEM KESEHATAN NASIONAL.
Agar dapat terarah berhasil guna dan berdaya guna tanpa mengabaikan fungsi sosial,
penyelenggaraan upaya kesehatan perlu di lakukan melalui fungsi sosial, penyelenggaraan upaya
kesehatan perlu dilakukan melalui bentuk pokok penyelenggaraan sistem kesehatan nasional.
Bentuk pokok ini mencakup segi-segi pelaksanaan dan pengembangan upaya kesehatan, sumber
daya kesehatan dan peraturan perundang-undangan.
1.         Pelaksanaan dan pengembangan upaya kesehatan
Upaya kesehatan di laksanakan dan di kembangkan berdasarkan suatu bentuk atau  pola
upaya kesehatan puskesmas, peran serta masyarakat dan rujukan upaya kesehatan.

a.    Upaya kesehatan puskesmas.


Upaya kesehatan melalui puskesmas di kecamatan merupakan upaya menyeluruh dan
terpadu, yang paling dekat dengan masyarakat. Upaya ini meliputi peningkatan, pencegahan,
penyembuhan dan pemulihan. Di lapangan atau tingkat desa upaya ini merupakan suatu jaringan
yang saling berkaitan dengan masyarakat dalam berbagai bentuk dalam koordinasi lembaga
ketahanan masyarakat desa.

Dalam kaitan ini peranan puskesmas adalah sebagai suatu unit organisasi kesehatan yang
merupakan pusat pengembangan yang melaksanakan pembinaan dan jug memberikan pelayanan
kesehatan secara meyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya. Puskesmas harus dapat
mengkoordinasikan atau mengatur upaya swasta dan perorangan dalam bidang kesehatan.

1)              Pelayanan upaya kesehatan


Pelayanan upaya kesehatan di puskesmas di laksanakan melalui berbagai kegiatan pkok, yaitu
kesejahteraan ibu dan anak serta keluarga berencana, perbaikan gizi, kesehatan lingkungan,
pencegahan dan pembernatasna penyakit khusunya imunisasi, penyuluhan kesehatan masyarakat
pengobatan termasuk pelayanan karena kecelakaan, kesehatan sekolah, perawatan kesehatan
masyarakat, kesehatan gigi dan mulut, kesehatan jiwa, laboraturium sederhana serta pencatatan
dan pelaporan dalam rangka sistem informasi kesehatan.
2)                  Pembinaan upaya kesehatan
Pelaksanaan pelayanan upaya kesehatan di wilayah perlu di bina atau dikelola oleh
puskesmas, termasuk pembinaan peran masyarakat.
Puskesmas melakukan koordinasi terhadap semua upaya dan semua pelayanan yang ada di
wilayah kerjanya sesuai dengan kewenangannya. Dari segi rujukan, puskesmas menerima
rujukan dari masyarakat di sekitarnya yang dapat memanfaatkannya secara langsung atau
melalui puskesmas pembantu.

3)                  Pengembangan upaya kesehatan


Disamping pelayanan dan pembinaan, dilaksanakan pula pengembangan upaya kesehatan.
Upaya peningkatan dan pencegahan kan terus di kembangkan dan ditingkatkan dengan bantuan
dari puskesmas pembantu dan unit pelayanan swasra serta kader pembangunan bidang kesehatan
yang ada diwilayah kerjanya. Puskesmas memberikan bantuan sarana dan pembinaan teknis
kepada staf puskesmas pembantu, staf unit pelayanan swasta dan kader pembangunan bidang
kesehatan yang ada di wilayah kerjanya.
Pengembangan dan pembinaan kader pembangunan bidang kesehatan tersebut oleh puskesmas
terus diperluas dan ditingkatkan sehingga seluruh masyarakat diwilayah kerjanya mampu secara
terorganisasi melaksanakan upaya untuk memelihara kesehatan mereka sendiri, baik dalam
bidang pengobatan ringan maupun dalam bidang pencegahan dan peningkatan.
Obat tradisional dan cara pengobatan tradisional yang terbukti berhasil guna dianjurkan untuk di
pergunakan oleh kader pembangunan bidang kesehatan, pembinaan teknis dalam hal ini di
lakukan oleh tenaga puskesmas.
Kerjasama lintas sektoral dalm rangka meningkatkan kemampuan ekonomi dan sosial budaya
masyarakat  terus dikembangkan melalui lembaga ketahanan masyarakat desa. Sesuai dengan
tahap-tahap laju pembangunan ekonomi dan sosial budaya masyarakat, maka pelayanan oleh
kader pembangunan bidang kesehatan akan berkembang kearah pelayanan yang lebih banyak
dilakukan oleh tenaga profesi. Jenis pelayanan dapat berkembang menjadi pelayanan perwatan
dan atau pelayanan persalinan di rumah oleh tenaga perawatan kesehatan, yang pembiayaannya
dpat berasal dari organisasi kemasyarakatan setempat.

b.      Peran serta masyarakat


1)      Masyarakat,termasuk swasta mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan yang mencangkup upaya peningkatan,pencegahan,penyembuhan maupun pemulihan
seacara tersendiri maupun menyeluruh
Cara-cara peran serta masyarakat ini di cerminkan dalam 3 bentuk yaitu:
a.       Ikut dalm penelaahan situasi masalah.
b.      Ikut terlibat dalam menyusun perencanaan pelaksanaan termasuk penentuan prioritas
c.       Menjalankan kebiasaan hidup sehat dan atau berperan serta secara aktif dalam megembangkan
ketenagaan dana dan sarana.
Dengan demikian masyarakat makin mampu untuk menyelenggarakan berbagai bentuk
upaya kesehatan,baik yang di lakukan di antara masyarakat sendiri maupun dalam rangkah
membantu pemerintah.
2)      Upaya melalui pembangunan kesehatan masyarakat desa
Kegiatan upaya kesehatan dalam ruang lingkup PKMD di selenggarakan oleh kader atau
tenga kerja yang di pilih dan di biaya oleh masyarakat serta diberi latihan-latihan yang memadai
agar mampu melakukan hal-hal yang sederhana tapi bermanfaan seperti proritas dan kondisi
masyarakat. Upaya kesehatan tersebut antara lain adalah upaya kesehatan sederhana kesehatan
perorangan dan keluarga serta kegiatan-kegiatan lain seperti yang di sebut sebagai kegiatan
minimal dalam pengertian primary health care.
Kegiatan-kegiatan ini di selenggarakan melalui kader pembangunan bidang kesehatan
wadah dari PKMD adalah lembaga kesehatan masyarakat desa.
3)      Upaya kesehatan swasta
Upaya kesehatan swasta dalam bentuk
a.       Uasaha penghimpunan dana gotong royong yang di pergunakan baik untuk upaya kesehatan
oleh masyarakat mau pun pemerintah.
b.      Penyelenggaraan pendidikan dan latihan tenaga kesehatan
c.       Balai pengobatan(BP),balai kesejahteran ibu dan anak (BKIA)dan klinik swasta lainnya.
d.      Praktek dokter umu,,spesialis dan praktek kelompok terutama di tujukan untuk pelayanan
kesehatan perorangan dan keluarga.
e.       Rumah bersalin terutama untuk rawat tinggal ibu melahirkan normal.
f.       Rumah sakit umum dan rumah sakit khusus terutama untuk rawat tinggal.jumlahnya dapt di ukur
menrut rasio dan kebutuhan di daerah-daerah di mana masyarakat mampu menyelenggarakan.
g.      Laboraturium klinik dan mikrobiologi.
h.      Apotek dan saran distribusi obat,alt kesehatan dan kosmetika.
i.        Upaya yang memberikan jasa konsultasi dan bantuan dalam rangka pelaksanaan upaya
kesehatan.
j.        Pengobatan tradisional.
k.      Uasaha-usaha lain berhubungan dengan kesehatan.

c.       Rujukan upaya kesehatan


Rujukan upaya kesehatan ini pada dasarnya meliputi rujukan kesehatan(health
referral)serta rujukan medik(medical referral) yang dapat bersifat vertikal atau horizontal atau
timbal balik.untuk dapat terlaksanakannnya rujukan ini di perlukan adanya peningkatan etik
petugas kesehatan yang bersangkutan.

1)      Rujukan kesehatan
Rujukan kesehatan terutama terkaitan dengan upaya peningkatan dan pencegahan.
Permintaan bantuan dapat di ajukan dari tingkat bawah termasuk masyarakat kepada puskesmas
pembantu. Jika puskesmas pembantu tidak dapat memenuhinya,maka ia akan melanjutkan
kepada puskesmas dan seterusny. Untuk rujukan tertentu yang berkaitan dengan kesehatan
permintaan bantuan juga di ajukan oleh puskesmas kepada sektor-sektor teknis lain diluar
kesehatan,seperti pekerjaan umum,pembangunan desa,pertanian,pertekankan dan swasta.
Rujukan horizontal dapat di lakukan melalui wadah-wadah koordinasi yang ada pada tiap
tingkatan upaya kesehatan seperti lembaga kesehatan masyarakat desa di tingkat desa baha-
bahan kosdinasi lintas sektroral yang ada di tingkatan kecamatan,kabupaten,dan kotamadya
propinsi atau tingkat nasional.

Rujukan kesehatan tersebut di atas pada dasarnya mencangkup sebagai berikut ini
a)      Bantuan teknologi
Rujukan ini dapat berupa permintaan bantuan teknologi tertentu baik dallam bidang kesehatan
maupun yang berkaitan dengan kesehatan,dimana eselon-eselon yang mampu dapat memberikan
teknologi tersebut. Teknologi yang di berikan harus tepat guna dan cukup sederhana,dapat di
kuasai dan di laksanakan serta dapat di di biayai oleh masyarakat yng bersangkutan. Bantuan
teknologi lain dapat berupa antara lain:pembuatan jamban keluarga dan sarana air
minum,pembugaran rumah, pembuangan airlimbah,penimbaan bayi untuk pengisian kartu
menuju sehat,pemeliharaan,perbaikan dan kalibrasi peralatan kesehatan.

b)      Bantuan sarana
Rujukan ini dapat berupa permintaan bantuan baik sarana tertentu dalam bidang kesehatan
maupun sarana yang terdapat pada sektor-sektor teknis lain. Bantuan sarana tersebut dapat
berupa antaralain:obat,peralatan,biaya,bibit tanaman,ikan dan ternak,pangan untuk usaha padat
karya,badan pembangunan dan tenaga.

c)      Bantuan oprasional
Rujukan ini dapat berupa permintaan bantuaan kepada eselon atasan ntuk menyelesaikan suatu
masalah tertentu yang dapat di atasi oleh masyarakat sendiri.dalam hal ini masalah tersebut harus
dia atasi sepenuhnya oleh eselon yang mampu.

Bantuan tersebu dapat berupa anatara lain:


(1)     Survai epidemiologik untuk menentukan besarnya permasalahan yang di hadapi serta metoda
penanggulangan yang penting sesuai dengan situasi dan kondisi daerah
(2)     Mengatasi wabah atau kejadian luar biasa di lapangan oleh tim gerak cepat tingkat kabupaten
dan kotamadya,propinsi atau pusat.
(3)     Membangun sarana komunikasi.

2)          Rujuk medik.
Yang di maksud adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya penyembuhan dan
pemulihan.dalam kaitan ini rumah sakit mempunyai fungsi utama menyelenggaraan upaya
kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan  bagi penderita. Pelayanan rumah sakit
perlu di atur sedemikian rupa sehingga dapat memanfaatkan sumber-sumber yang ada dengan
lebih berdaya guna dan berhasil guna karna itu prlu di hindari adanya tumpah tindih antara
berbagai upaya yang di selenggarakan oleh pemerintah atau swasta. Diwaktu yang akan datang
secara bertahap telah di tentukan bahwa pelayanan rumah sakit baik untuk rawat jalan maupun
rawat tinggal,hanya bersifat spesoalistik atau sub spesialistik atau pelayanan dasar harus dapat di
lakukan di puskesmas ditempat praktek dokter dan unit upaya yang setingkat

Demikian pula rumah sakit yang di manfaatkan untuk pendidikan clon dokter dan calon
dokter spesialis harus dapat di batasi dan mengkhususkan diri untuk menjadi pusat pelayanan sub
spesialistik tertentu dalam suatu wilayah sehingga tercapai efesien pemanfaatan sumber daya
yang terbatas. Sehingga itu masing-masing pusat harus dapat melakkan uji cob terhadap
teknologi mutahir secara lebih berhasil guna dan berdaya guna. Dalam kaitan ini perlu di
tetapkan penggolongan penyakit menjadi 3 golongan yaitu:

a)      Penyakit yang bersifat darurat yaitu:penyakit yang harus di tanggulangin karena bila terlambat
akan menyebabkan kematian.
b)      Penyakit yang bersifat menahun yang menyembuhkan dan pemulihan memerlukan waktu yang
lama dan dapat menimbulkan beban pembiyayaan yang tidak adapat di pikul oleh penderita dan
keluarganya.
c)      Penyakit yang bersifat akut tetapi tidak gawat.
Semua rumah sakit harus dapat melayani penderita golongan penyakit 1) dan sedangkan
penderita golongan penyakit 2) terutama menjadi tanggung jawab pemerintah tanpa mengurangi
kewajiban  pihak swasta yang mampu untuk juga melayaninya. Rehabilits sosial bagi penderita
yang telah sembuh dari penyakit menahun seperti kusta dan jiwa tidak dapat di kembalikan
kepada masyarakat serta,perawatan kesehatan bagi orang jompo,terutama menjadi tanggung
jawab pemerintah dalam waktu dekat harus di tetapkan cara-cara akreditas pelayanan rumah
sakit. Dengan demikian dapat di lakukan penilaian terhadap mutu dan jangkauan pelayanan
rumah sakit secara berkala yang dapat di pergunakan untuk menetapkan kebijaksanaan
pengembangan dan peningkatan mutu rumah sakit. Perubahan kelas suatu rumah sakit atas dasar
daya guna dapat membawa konsekuensi perubahan biaya oprasional dan pemeliharaan rumah
sakit yang bersangkutan.

Pelayanan medik beserta rujukan di bagi menjadi 3 tingkatan yaitu:


a)      Tingkatan pelayanan dasar.
b)      Tingkatan pelayanan spesialistik.
c)      Tingkatan pelayanan sub spesialistik
Masing-masing tingkat pelayanan yang baik di selengarakan oleh pemerintah maupun swasta
melibatkan unit pelayanan jenis tertentu yaitu:
a)      Tingkat pelayanan dasar antara lain terdiri dari unit pelayanan yaitu:
(1)   Puskesmas,puskesmas pembantu termasuk BP,BKIA,pos kesehatan.
(2)   Rumah bersalin.
(3)   Praktek dokter,praktek dokter gigi dan praktek berkelompok.
(4)   Balai laboratorium kesehatan,balai pemeriksaan obat dan makanan dan laboratorium klinik.
(5)   Apotik,toko obat berizin,optik.
(6)   Pengobatan tradisional.
b)      Tingkat pelyanan spesialistik antara lain terdiri dari unit pelayanan:
(1)      Rumah sakit pemerintah
(2)      Rumah sakit khusus.
(3)      Rumah sakit swasta.
(4)      Praktek dokter umum,dokter gigi,spesialis dan praktek berkelompok.
(5)      Balai laboratorium kesehatan,balai pemeriksaan obat dan makanan dan laboratorium klinik.

c)      Tingkat pelayanan sub spesialistik antara lain terdiri dari unit pelayanan yaitu:
(1)   Rumh sakit pendidikan pemerintah.
(2)   Rumah sakit pendidikan swasta.
Pelayanan rujukan seperti telah di sebutkan terdahulu harus di kaitka dengn pelayanan melalui
dana upaya kesehatan yang sejauh mungkin mencangkup seluruh penduduk indonesia. Pelayanan
melalui dana tersebut perlu segera di tetapkan agar pelaksanaan pelayanan  rujukan tidak
terlambat sehingga pelayanan medik dapat menjangkau seluruh penduduk yang
memerlukannnya. Pelayanan melalui sistem dana upaya kesehatan ini harus di tetapkan agar
dapat menjadi dasar yang kuat bagi pelayanan rujukan wajib. Dengan demikian hanya penduduk
yang berobat melalui rujukan wajib, yang mendapat biya pegobatan.
2.3.2 RENCANA POKOK PROGRAM PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DI BIDANG
KESEHATAN (RP3JPK)
Dalm pemikiran Dasar Sistem Kesehatan Nasional telah dikemukakan tujuan pembangunan
kesehatan yang merupakan cita-cita bangsa, yaitu : tercapainya kemampuan hidup sehat bagi
setiap penduduk, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum sebagai bagian tujuan nasional.
Dalam RPJPK tujuan ini di jabarkan menjadilima tujuan utama pembangunan jangka panjang
bidang kesehatan. Selanjutnya, dalam RP3JPK kelima tujuan utama ini dipertegas lagi sebagai
cita-cita yang telah jelas arahnya sehingga merupakan kemauan yang nyata atau karsa, yang
disebut PANCAKARSA HUSADA yang terdiri dari :
1.      Peningkatan kemampuan masyarakat menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan.
2.      Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan.
3.      Peningkatan status gizi masyarakat.
4.      Pengurangan kesakitan dan kematian.
5.      Pengembangan keluarga sehat sejahtera dalam makin diterimanya norma kecil yang bahagia dan
sejahtera.
Apabila di perhatikan arah dan kebijaksanaan nasional pembangunan bidang kesehatan dan
masalah pokok serta tantangan sampai tahun 2000, maka diperlukan kebijaksanaan yang lebih
mantap dalam pembangunan jangka panjang bidang kesehatan yang disebut PANCAKARYA
HUSADA yaitu :
1.      Peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan.
2.      Pengembangan tenaga kesehatan.
3.      Pengendalian, pengadaan dan pengawasan obat, makanan, dan bahan berbahaya bagi kesehatan.
4.      Perbaikan gizi dan peningkatan kesehatan lingkungan.
5.      Peningkatan dan pemantapan manajemen dan hukum.
Karya pertama merupakan karya pokok yang didukung oleh empat karya lainnya. Untuk
melaksanakan pembangunan kesehatan didasarkan Pancakarya Husada itu telah ditetapkan pada
pancakarya husada selanjutnya dijabarkan menjadi lima belas pokok program, yaitu :
1.      Pokok Program Peningkatan Upaya Kesehatan Puskesmas
2.      Pokok Program Peningkatan Upaya Kesehatan Rujukan.
3.      Pokok Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit.
4.      Pokok Program Peningkatan Kesehatan Kerja.
5.      Pokok Program Penyuluhan Program Kesehatan Masyarakat.
6.      Pokok Program Pendidikan dan Latihan Tenaga Kesehatan.
7.      Pokok Program Pengelolaan Tenaga Kesehatan.
8.      Pokok Program Pengendalian, Pengadaan dan Pengawasan Obat Serta Makanan, Dan Alat
Kesehatan.
9.      Pokok Program Pengendalian dan Pengawasan Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan.
10.  Pokok Program Perbaikan Gizi.
11.  Pokok Program Peningkatan Kesehatan Lingkungan.
12.  Pokok Program Penyempurnaan Efisiensi Aparatur Kesehatan.
13.  Pokok Program Penyempurnaan Prasarana Fisik Kesehatan.
14.  Pokok Program Peningkatan Informasi Kesehatan.
15.  Pokok Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Pokok program dan program pembangunan kesehatan tersebut dapat digolongkan menurut karya
husada sebagai berikut :
Karya Husada Pertama : Peningkatan dan Pemantapan Upaya Kesehatan.
1.      Pokok Program Peningkatan Upaya Kesehatan Puskesmas.
2.      Pokok Program Upaya Kesehatan Rujukan.
3.      Pokok Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit.
4.      Pokok Program Peningkatan Kesehatan Kerja.
5.      Pokok Program Penyuluhan Kesehatan Masyarakat.
Karya Husada Kedua : Pengembangan Tenaga Kesehatan
1.      Pokok Program Pendidikan dan Latihan Tenaga Kesehatan.
2.      Pokok Program Pengelolaan Tenaga Kesehatan.
Karya Husada Ketiga : pengendalian, pengadaan, dan pengawasan obat. Serta makanan dan
bahan berbahaya bagi kesehatan.
1.      Pokok Program Pengendalian, Pengadaan dan Pengawasan Obat, Alat Kesehatan, Makanan Dan
Kosmetik.
2.      Pokok Program Pengendalian dan Pengawasan Bahan Berbahaya Bagi Kesehatan.
Karya Husada Keempat : Perbaikan Gizi dan Peningkatan Kesehatan Lingkungan.
1.      Pokok Program Perbaikan Gizi.
2.      Pokok Program Peningkatan Kesehatan Lingkungan.
Karya Husada Kelima : Peningkatan dan Pemantapan Manajemen dan Hukum.
1.      Pokok Program Penyempurnaan Efisiensi Aparatur Kesehatan.
2.      Pokok Program Penyempurnaan Prasarana Fisik Kesehatan.
3.      Pokok Program Peningkatan Informasi Kesehatan.
4.      Pokok Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Program-Program Dalam RP3JPK.
Pokok Program Peningkatan Upaya Kesehatan Puskesmas.
1.      Program Peningkatan dan Pengembangan.
2.      Program Peningkatan dan Pengembangan Fisik Puskesmas.
Pokok Program Peningkatan Upaya Kesehatan Rujukan.
1.      Program Rujukan Kesehatan.
2.      Program Rujukan Medik.
Pokok Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit.
1.      Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular.
2.      Program Kesehatan Gigi dan Mulut.
3.      Program Kesehatan Jiwa.
4.      Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit tak Menular.
Pokok Program Kerja Peningkatan Kesehatan Kerja.
1.      Program Pelayanan Kesehatan Kerja.
2.      Program Keselamatan Kerja.
3.      Program Kesehatan Lingkungan Kerja.
Pokok Program Penyuluhan Kesehatan Masyarakat.
1.      Program Komunikasi dan Informasi.
2.      Program Pembinaan dan Pengembangan Peran Serta Masyarkat.
3.      Program Pembinaan Penyelenggaraan Penyuluhan Kesehatan.
Pokok Program Pendidikan dan Latihan Tenaga Kesehatan.
1.      Program Peningkatan Perencanaan, Pengawasan dan Penilaian Pengembangan Tenaga
Kesehatan.
2.      Program Pendidikan Tenaga Kesehatan.
3.      Program Latihan Tenaga Kesehatan.
Pokok Program Pengelolaan Tenaga Kesehatan.
1.      Program Pengembangan Karier Tenaga.
2.      Program Pengembangan Sistem Informasi Ketenagaan.
3.      Program Peningkatan Efisiensi Tenaga Pengelola dan Sarana Kerja.
Pokok Program Pengendalian, Pengadaan dan Pengawasan Obat, Alat Kesehatan, Makanan Dan
Kosmetik.
1.      Program Pengadaan dan Pengelolaan Obat dan Alat Kesehatan.
2.      Program Pengendalian dan Pengawasan Obat, Alat Kesehatan, Makanan dan Kosmetika.
3.      Program Pembinaan dan Penyuluhan Obat, Alat Kesehatan, Makanan dan Kosmetika.
Pokok Program Penyempurnaan Pengendalian dan Pengawasan Bahan Berbahaya Bagi
Kesehatan.
1.      Program Peningkatan Pengelolaan Bahan Berbahaya.
2.      Program Peningkatan Aparatur Pengelolaan Bahan Berbahaya.
3.      Program Peningkatan Prasarana dan Sarana.
Pengendalian serta pengawasan bahan berbahaya.
Pokok program perbaikan gizi
1.      Program usaha perbaikan gizi keluarga.
2.      Program pencegahan dan penanggulangan penyakit gizi.
3.      Program peningkatan gizi anak sekolah.
4.      Program pelayanan gizi institusi.
Pokok program peningkatan kesehatan lingkungan
1.      Program penyediaan air bersih.
2.      Program penyehatan perumahan dan lingkungan.
3.      Program pengawasan kualitas lingkungan.
 Pokok Program penyempurnaan efisiensi aparatur kesehatan.
1.      Program pembinaan fungsi perencanaan dan penilaian pembangunan kesehatan.
2.      Program penyempurnaan administrasi keuangan dan perlengkapan.
3.      Program penyempurnaan organisasi dan tatalaksana.
4.      Program peningkatan fungsi pengawasan, pengendalian, penilaian dan penertiban.
5.      Program pembinaan dan pengembangan hukum bidang kesehatan.
Pokok program penyempurnaan prasarana fisik kesehatan.
1.      Program peningkatan prasarana dan sarana kerja.
2.      Program peningktan sarana dan fasilitas pembinaan karyawan.

Pokok Program peningkatan informasi Kesehatan


1.      Program Peningkatan Sistem Informasi manajemen Kesehatan.
2.      Program Peningkatan Sistem Informasi upaya teknis Kesehatan.
3.      Program Peningkatan Sistem Informasi Kesehatan untuk masyarakat.
4.      Program Peningkatan sistem Informasi Ilmu Pengetahuan.
Pokok Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
1.      Program Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
2.      Program Pengembangan Intitusional Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
2.3.3 KEBIJAKSANAAN KESEHATAN DI INDONESIA
1.      Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan upaya
kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif)
yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.
Masyarakat diartikan perseorangan, keluarga, 1/kelompok masyarakat, dan masyarakat secara
keseluruhan. Dalam pengertian pencegahan penyakit sudah termasuk pemberantasan penyakit,
yang merupakan upaya untuk mnegurangi jumlah penderita atau kematian akibat penyakit
tertentu.
2.      Penyelenggaraan upaya kesehatan yang menyeluruh terpadu dan berkesinambungan yang
dijabarkan kedalam kegiatan pokok merupakan upaya untuk memecahkan permasalahan
kesehatan yang dihadapi.
Penyelenggaraan upaya kesehatan dilaksanakan melalui kegiatan :
a.       Kesehatan keluarga
b.      Perbaikan gizi
c.       Pengamanan makanan dan minuman
d.      Kesehatan lingkungan
e.       Kesehatan kerja
f.       Kesehatan jiwa
g.      Pemberantasan penyakit
h.      Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
i.        Penyuluhan kesehatan masyarakat
j.        Pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan
k.      Pengamanan zat adiktif
l.        Kesehatan sekolah
m.    Kesehatan olahraga
n.      Pengobatan tradisional
o.      Kesehatan matra.
Dari 15 kegiatan pokok tersebut ada beberapa kegiatan pokok yang berkaitan erat dengan
pelayanan keperawatan sebagai berikut :
A.    Kesehatan Keluarga
a.       Kesehatan keluarga diselenggarakan untuk meweujudkan kelurga sehat, kecil, bahagia, dan
sejahtera.
Keluarga sehat, kecil, bahagia, dan sejahtera adalah keluarga yang terbentuk berdasarkan atas
perkawinan yang sah, mampu memberikan kehidupan dan material yang layak, bertaqwa kepada
Tuhan YME, memilki hubungan yang serasi, selaras dans eimbang antar anggota keluarga
dengan masyarakat dan lingkungannya, dengan jumlah anak yang ideal untuk mewujudkan
kesejahteraan lahir dan batin. Kesehatan keluarga sebagaimana dimaksud meliputi kesehatan
suami istri, anak, dan anggota keluarga lainnya.
Kesehatan keluarga dalm pasal ini dimaksudkan bukan hanya ditujukan kepada kesehatan suami
atau istri saja, namun juga ditujukan kepada kesehatan pasangan suami istri agar tercipta
keluarga sehat dan harmonis.
Anggota keluarga lainnya adalah setiap orang yang tinggal serumah dengan keluarga tersebut,
baik yang mempunyai hubungan darah maupun tidak.
b.      Kesehatan suami istri diutamakan pada upaya pengaturan kelahiran dalam rangka menciptakan
keluarga yang sehat dan harmonis. Pengaturan kelahiran merupakan suatu upaya bagi pasangan
suami istri untuk merencanakan jumlah ideal anak, jarak kelahiran anak, dan usia ideal
perkawinan, serta usia ideal untuk melahirkan anaknya agar dapat hidup.
c.       Kesehatan istri meliputi kesehatan pada masa prakehamilan, kehamilan, persalinan, dan masa
diluar kehamilan, dan persalinan.
Istri sebagai ibu mempunyai peranan yang besar dalam merawat, mendidik dan membesarkan
anaknya. Oleh karena itu diperlukan peningkatan kesehatan ibu yang meliputi baik dalam masa
pra kehamilan, kehamilan, persalinan, pasca persalinan, masa  diluar kehamilan dan persalinan.
d.      Kesehatan anak diselenggarakan untuk mewujudkan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Kesehatan anak dilakukan melalui peningkatan kesehatan dalam kandungan, masa bayi, masa
balita, usia prasekolah dan usia sekolah.
Upaya peningkatan kesehatan anak diperlukan untuk mengatasi permasalahan kesehatan yang
khas pada masa pertumbuhan dan perkembangan anak sejak masih dalam kandungan, masa bayi,
masa balita, usia prasekolah,dan usia sekolah.
Untuk mengatasi masalah kesehatan anak dapat dilakukan upaya misalnya pencegahan penyakit
dengan cara pemberian pengebalan, upaya peningkatan gizi, dan upaya bimbingan lain.
e.       Setiap keluarga melakukan dan mengembangkan kesehatan keluarga dalam keluarganya.
Pemerintah membantu pelaksanaan dan pengembangan kesehtan keluarga melalui penyediaan
sarana dan prasarana atau dengan kegiatan yang menunjang pengingkatan kesehatan keluarga.
Bantuan pemerintah berupaya penyediaan-penyediaan sarana dan prasarana antara lain dapat
berupaya penyediaan tempat atau peralatan serta tenaga kesehatan atau perangkat lain yang
dapat  mendukung peningkatan kesehatan keluarga misalnya dengan infroamasi dan edukasi.
f.       Kesehatan manusia usia lanjut diarahlan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dan
kemampuannya agar tetap produktif.
Manusia usia lanjut adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik,
kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan memnerikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan
termasuk kesehatannya. Oleh karena itu kesehatan manusia lanjut, perlu mendapatkan perhatian
khusus dengan tetap diperlihara dan ditingkatkan agar sesuai dengan kemampuannya sehingga
dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan.
g.      Pemerintah membantu penyelenggaraan upaya kesehatan manusia usia lanjut untuk
meningkatkan kualitas hidupnya secara optimal. Bantuan untuk manusia usia lanjut berupaya
penyediaan tenaga, sarana, dan prasarana kesehtan yang dilakukan secara terintegrasi melalui
kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi, pelatihan dan pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan oleh masyarakat atau pemerintah.

B.     Kesehatan Kerja
a.       Kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktifitas kerja kerja yang optimal,
kesehatan kerja diselenggarakan agar tetap pekerja dapat secara sehat tanpa membahayakan diri
dan masyarakat disekelilingnya, agar diperoleh produktifitas kerja yang optimal, sejalan dengan
program perlindungan tenaga kerja.
b.      Kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja dan
syarat kesehatan kerja.
Upaya kesehatan kerja pada hakikatnya merupakan penyerasian kapasitas kerja, beban kerja dan
lingkungan kerja. Pelayanan kesehatan kerja adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
pekerja sesuai dengan jaminan sosial tenaga kerj dan mencakup upaya peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, penyembuhan, dan pemulihan kesehatan. Syarat kesehatan kerja meliputi
persyaratan kesehatan pekerja baik fisik maupun psikis dengan jenis pekerjaannya, persyaratan
bahan baku, perlatan dan proses kerja serta persyaratan tempat atau lingkungan kerja.
c.       Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja.
Tempat kerja adalah tempat terbuka atau tertutup, bergerak atau tidak bergerak, yang
dipergunakan untuk memproduksi barang atau jasa oleh satu atau beberapa orang pekerja.
Tempat kerja yang wajib menyelenggrakan kesehatan kerja adalah tempat yang mempunyai
resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit, atau mempunyai karyawan paling sedikit 10
orang.

C.     Kesehatan Jiwa
a.       Kesehatan jiwa diselenggarakan untuk mewujudkan jiwa yang sehat secara optimal baik
intelektual maupun emosional.
Upaya peningkatkan kesehatan jiwa dilakukan untuk mewujudkan jiwa yang sehat secara
optimal, baik intelektual maupun emosional melalui pendekatan peningkatan kesehatan,
pencegahan dan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan, agar seseorang dapat tetap
atau kembali hidup secara harmonis, baik dalam lingkungan keluarga, leingkungan kerja dan
atau dalam lingkungan masyarakat.
b.      Kesehatan jiwa meliputi pemeliaharaan dan pengingkatan kesehatan jiwa, pencegahan dan
penganggulangan masalah psikososial dan gangguan jiwa, penyembuhan dan pemulihan
penderita gangguan jiwa.
Masalah psikososial adalah masalah psikososial atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat
terjadinya perubahan sosial.
c.       Kesehatan jiwa dilakukan oleh perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
lingkungan pekerjaan, lingkungan masyarakat, didukung sarana pelayanan kesehatan jiwa dan
saran lainnya.
Sarana lainnya adalah tempat tertentu yang memberikan pelayanan kesehatan jiwa antara lain
lembaga sosial dan kegamaan.
d.      Pemerintah melakukan pengobatan dan perawatan, pemulihan, dan penyaluran bekas penderita
gangguan jiwa yang telah selesai menjalani pengobatan dan atau perawatan ke dalam
masyarakat.
e.       Pemerintah membangkitkan, membantu dan membina kegiatan masyarakat dalam pencegahan
dan penanggulangan masalah psikososial dan gangguan jiwa, pengobatan dan perawatan
penderita gangguan jiwa, pemulihan serta penyaluran bekas penderita ke dalam masyarakat.
f.       Penderita gangguan  jiwa yang dapat menimbulkan gangguan terhadap keamanan dan ketertiban
umum wajib diobati dan dirawat disarana pelayanan kesehatan jiwa atau sarana pelayanan
kesehatan lainnya.
Penderita gangguan jiwa karena keadaannya, mungkin saja melakukan perbuatan yang dapat
mengganggu keamanan, ketertiban umum, atau keselamatan dirinya. Oleh karena itu, wajib
dirawat dan ditempatkan disarana pelayanan kesehatan jiwa. Selain itu kewajiban pengobatan
dan perawatan di sarana kesehatan jiwa dimaksudkan agar masyarakat tidak melakukan tindakan
yang bertentangan dengan cara pengobatan dan cara perawatan berdasarkan ilmu kedokteran dan
ilmu keperawatan. Yang dimaksudkan dengan sarana kesehatan lainnya, antara lain, rumah sakit
umum dan puskesmas.
g.      Pengobatan dan perawatan penderita gangguan jiwa dapat dilakukan atas permintaan suami atau
istri atau anggota keluarga penderita atau atas prakarsa pejabat yang bertanggunga jawab atas
keamanan dan ketertiban di wilayah setempat atau hakim pengadilan bilamana dalam suatu
prakara timbul persangkaan bahwa yang bersangkutan adalah penderita gangguan jiwa. Hakim
pengadilan adalah hakim yang sedang menangani prakara tersebut.

D.    Pemberantasan Penyakit
a.       Pemberantasan penyakit di selenggarakan untuk menurunkan angka kesakitan dan atau angka
kematian.
Angka kesakitan adalah angka penderita yang terjadi diantara penduduk dalam masa tertentu.
Angka kesakita dan angka kematian merupakan tolak ukur tinggi rendahnya derajat kesehatan.
Upaya penurunan angka kesakitan dan kematian dilakukan dengan upaya pencegahan dan
pemberantasan penyakit, baik penyakit menular maupun penyakit tidak menular yang dapat
menimbulkan kematian seperti malaria, TBC, kolera, gondok endemik, infeksi saluran
pernapasan akut, kardiovaskuler, dan penyakit lain yang sejenis.
b.      Pemberantasan penyakit dilaksanakan terhadap penyakit menular dan penyakit tidak menular.
c.       Pemberantasan penyakit menular atau penyakit yang dapat menimbulkan angka kesakita dan
atau angka kematian yang tinggi dilaksanakan sedini mungkin.
d.      Pemberantasan penyakit tidak menular dilaksanakan untuk mencegah dan mnegurangi penyakit
dengan perbaikan dan perubahan perilaku masyarakat dan dengan cara lain.
e.       Pemberantasan penyakit menular dilaksanakan dengan upaya penyuluhan, penyelidikan,
pengebalan, menghilangkan sumber dan perantara penyakit, tindakan karantina, dan upaya yang
diperlukan.
f.       Pemberantasan penyakit menular yang dapat menimbulkan wabah dan penyakit karantina
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan undang-undang yang berlaku.

E.     Penyembuhan Penyakit dan Pemulihan Kesehatan


a.       Penyembuhan penyait dan pemulihan kesehatan diselenggarakan untuk mengembalikan status
kesehatan akiba penyakit, mengembalikan fungsi badan akibat cacat atau menghilangkan cacat.
Cacat meliputi cacat bawaan atau cacat yang diperoleh sebagai dampak dari penyakit atau
kecelakaan yang dapat bersifat sementara atau menetap. Selain itu cacat dapat berupa cacat pada
organ secara anatomis atau secara fungsional seperti berkurangnya kemampuan mendengar atau
melihat.
b.      Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan dengan pengobatan dan atau
perawatan.
c.       Pengobatan dan atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan ilmu kedokteran dan atau ilmu
keperawatan atau cara lain yang dapat dipertanggung jawabkan. Pengobatan dan atau perawatan
denga cara lain adalah pengobatan atau perawatan yang dilakukan di luar ilmu kedokteran atau
ilmu keperawatan misalnya, melalui pengobatan-pengobatan dan pengobatan tradisional yang
diperoleh secara turun temurun.
d.      Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu
keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu. Ketentuan ini dimaksudkan untuk melindungi masyarakat dari tindakan
seseorang yang tidak mempunyai keahlian dan kewenangan untuk melakukan pengobatan dan
atau perawatan, sehingga akibat yang dapat merugikan atau membahayakan terhadap kesehatan
pasien dapat dihindari.
e.       Pemerintah melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan pengobatan dan atau
perawatan berdasarkan cara lain yang dapat dipertanggung jawabkan. Pembinaan dan
pengawasan oleh pemerintah terhadap pengobatan dan atau perwatan dengan cara lain yang
dipertanggung jawabkan ditujukan agar cara tersebut dapat digunakan dengan baik untuk
membantu terwujudnya derjat kesehatan yang optimal terhadap pengobatan dan atau perawatan
dengan cara lain yang belum terbukti manfaatnya. Selain dilakukan pembinaan dan pengawasan
dan juga dilakukan pengkajian dan penelitian guna menentukan manfaat atau bahayanya
terhadap kesehatan.

F.      Penyuluhan Kesehatan Masyarakat


Penyuluhan kesehatan masyarakat diselenggarakan guna meningkatkan pengetahuan, kesadaran,
kemuan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat, dan aktif berperan serta dalam upaya
kesehatan.
Penyuluhan kesehatan masyarakat merupakan kegiatan yang melekat pada setiap kegiatan upaya
kesehatan. Penyuluhan kesehatan masyarakat diselenggarakan untuk mengubah perilaku
seseorang atau kelompok masyarakat agar hidup sehat melalui komunikasi, informasi dan
edukasi.

G.    Kesehatan Sekolah
Kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik
dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh, dan berkembang
secara harmonis dan optimal menjadi sumber daya manusia yang lebih berkualitas.
Penyelenggaraan kesehatan sekolah dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat
bagi peserta didik untuk memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan
optimal menjadi sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Disamping itu kesehatan sekolah
juga diarahkan untuk memupuk kebiasaan hidup sehat agar memiliki pengetahuan, sikap dan
ketrampilan untuk melaksanakan prinsip hidup sehat serta aktif berpartisipasi dalam usaha
peningkatan kesehatan, baik disekolah, rumah tangga, maupun dalam lingkungan masyarakat.
Kesehatan sekolah sebagai mana dimaksudkan diselenggarakan melalui sekolah atau melalui
lembaga pendidikan lain. Lembaga pendidikan lain adalah tempat pendidikan luar sekolah.
H.    Kesehatan Olah Raga
a.       Kesehatan olah raga diselenggrakan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan melalui
kegiatan olah raga. Kesehatan olah raga merupakan upaya kesehatan yang memanfaatkan olah
raga atau latihan fisik untuk meningkatkan derjat kesehatan. Dengan olah raga atau latihan fisik
yang benar akan dicapai tingkat kesegaran jasmani yang baik dan merupakan modal penting
dalam peningkatan prestasi.
b.      Kesehatan olah raga tersebut diselenggarakan melalui kegiatan sarana olah raga atau sarana lain.
Sarana olah raga adalah tempat yang secara khusus disediakan untuk kegiatan olah raga, antara
lain pusat olah raga, pusat kebugaran, dan tempat tertentu seperti stadion, kolam renang, klun
berlatih, kelompok latihan fisik, dan kelompok senam. Sarana lain yang dimaksud adalah tempat
yang menyembuhkan atau memulihkan kesehatan akibat cedera olah raga, meningkatkan
kesehatan kelompok masyarakat tertentu misalnya kelompok ibu hamil, melauli latihan fisik dan
penyebarluasan cara olah raga yang benar.

I.       Kesehatan Matra
a.       Kesehatan matra sebagai bentuk khusus upaya kesehatan diselenggarakan untuk mewujudkan
derjat kesehatan yang optimal dalam lingkungan matra yang serba berubah.
b.      Kesehatan matra meliputi kesetan lapangan, kesehatan kelautan dan bawah air, serta kesehatan
kedirgantaraan. Kesehatan lapangan adalah kesehatan matra yang berhubungan dengan pekerjaan
di darat yang temporer dan serba berubah, misalnya: kesehatan haji, kesehatan transmigrasi,
kesehatan dalam bencana alam kesehatan di bumi perkemahan. Adapun sasaran pokonya adalah
melakukan dukunga kesehatan operasional dan pembinaan terhadap para personel yang secara
langsung maupun tidak langsung terlibat dalam kegiatan dilapangan. Kesehatan kelautan dan
bawah air adalah kesehatan matra yang berhubungan dengan pekerjaan di laut dan erhubungan
dengan keadaan lingkungan.

2.3.4 MENURUT DEPARTEMEN KESEHATAN UNTUK KURUN WAKTU 2005-2009

Yakni sebagai berikut:


A. Program Promosi Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat
Tujuan program: memberdayakan individu, keluarga, dan masyarakat agar mampu
menumbuhkan perilaku hidup sehat dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber
masyarakat.
Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif dari program ini meliputi:
1. Pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi komunikasi, informasi
    dan edukasi (KIE):
a.       Mengembangkan media dan sarana promosi kesehatan
b.      Mengembangkan pendekatan dan teknologi promosi     kesehatan
c.       Mengembangkan model promosi kesehatan melalui    pendekatan lokal spesifik.
2. Pengembangan upaya kesehatan bersumber masyarakat, dan generasi muda:
a.       Pemberdayaan/penggerakan masyarakat dalam upaya kesehatan
b.      Peningkatan kelembagaan upaya kesehatan bersumber masyarakat.
3. Peningkatan pendidikan kesehatan kepada masyarakat:
a.       Menyusun kerangka dan materi kebijakan promosi kesehatan
b.      Meningkatkan kemampuan tenaga pengelola program promosi kesehatan
c.       Mengembangkan kemitraan dengan lintas program, sektor, LSM, dan swasta
d.      Menyelenggarakan penyebarluasan informasi kesehatanmelalui berbagai saluran media
e.       Menyusun rencana dan pelaksanaan evaluasi program promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat
f.       Menyusun dan mengembangkan petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis dan pedoman promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
g.      Pelaksanaan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.
B. PROGRAM LINGKUNGAN SEHAT
Tujuan program: mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih sehat melalui pengembangan
sistem kesehatan kewilayahan untuk menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan.
Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi:
1. Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar:
a.       Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan perundang-undangan, dan kebijakan
tentang penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar, dan diseminasinya
b.      Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan penyediaan sarana air bersih dan
sanitasi dasar
c.       Menyediakan kebutuhan penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar sebagai stimulan
d.      Menyiapkan materi dan menyusun juklak/juknis/pedoman penyediaan sarana air bersih dan
sanitasi dasar
e.       Meningkatkan kemampuan tenaga, dan melakukan bimbingan, pemantauan dan evaluasi
kegiatan penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar
f.       Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi teknis
penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar
g.      Melakukan kajian upaya penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar
h.      Mengembangkan sistem informasi lingkungan sehat
i.        Meningkatkan dan mengembangkan klinik sanitasi
j.        Meningkatkan dan mengembangkan UPT dalam penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar
k.      Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan penyediaan air bersih dan
sanitasi.
2. Pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan:
a.       Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan perundang-undangan dan kebijakan
tentang pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan, dan diseminasinya
b.      Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan pemeliharaan dan pengawasan
kualitas lingkungan
c.       Melakukan pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan terutama dalam kerangka
kewaspadaan dini, kesiap-siagaan dan penanggulangan serta pasca KLB/Bencana maupun
kesehatan matra
d.      Menyiapkan materi dan menyusun juklak/juknis/pedoman untuk pemeliharaan dan pengawasan
kualitas lingkungan
e.       Meningkatkan kemampuan tenaga, dan melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi
kegiatan pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan
f.       Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi teknis
pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan
g.      Melakukan kajian upaya pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan
h.      Mengembangkan surveilans faktor risiko lingkungan dan perilaku yang berhubungan dengan
lingkungan sehat
i.        Mengembangkan upaya pengawasan lingkungan dan kesehatan kerja
j.        Meningkatkan dan mengembangkan UPT dalam pemeliharaan dan pengawasan kualitas
lingkungan
k.      Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pemeliharaan dan pengawasan kualitas
lingkungan.
3. Pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan:
a.       Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan perundang-undangan dan kebijakan
tentang pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan, dan diseminasinya
b.      Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan pengendalian dampak risiko
pencemaran lingkungan
c.       Menyediakan kebutuhan pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan sebagai stimulan
d.      Menyiapkan materi dan menyusun juklak/juknis/pedoman pengendalian dampak risiko
pencemaran lingkungan
e.       Meningkatkan kemampuan tenaga, dan melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi
kegiatan pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan
f.       Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi teknis
pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan
g.      Melakukan analisis dampak dan risiko kesehatan terhadap rencana pembangunan serta
melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap dampak pembangunan
h.      Melakukan kajian upaya pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan
i.        Menanggulangi Kejadian Luar Biasa yang berhubungan dengan lingkungan dan keracunan
j.        Meningkatkan dan mengembangkan UPT dalam pengendalian dampak risiko pencemaran
lingkungan
k.      Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pengendalian dampak risiko pencemaran
lingkungan.
4. Pengembangan wilayah sehat:
a.       Menyiapkan materi dan menyusun peraturan perundang-undangan dan kebijakan tentang
pengembangan wilayah sehat dan diseminasinya
b.      Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan pengembangan wilayah sehat
c.       Menyusun perencanaan terpadu kawasan lingkungan spesifik dan menyediakan kebutuhan
pengembangan wilayah sehat sebagai stimulan
d.      Menyiapkan materi dan menyusun juklak/juknis/pedoman pengembangan wilayah sehat
e.       Meningkatkan kemampuan tenaga, dan melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi
kegiatan pengembangan wilayah sehat
f.       Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi teknis
pengembangan wilayah sehat
g.      Melakukan kajian upaya pengembangan wilayah sehat
h.      Meningkatkan dan mengembangkan UPT dalam pengembangan wilayah sehat
i.        Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pengembangan wilayah sehat.
C. PROGRAM UPAYAKESEHAT AN MASYARAKAT
Tujuan program: meningkatkan jumlah, pemerataan, dan kualitas pelayanan kesehatan melalui
Puskesmas dan jaringannya meliputi Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling dan bidan di
desa.
Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi:
1. Pelayanan kesehatan penduduk miskin di Puskesmas dan jaringannya;
a.       Menyusun kerangka kebijakan pelayanan kesehatan gratis bagi penduduk miskin di puskesmas
dan jaringannya
b.      Menyusun pedoman pelaksanaan dan petunjuk teknis pelayanan kesehatan gratis bagi penduduk
miskin di puskesmas dan jaringannya
c.       Melakukan fasilitasi penyediaan pembiayaan pelayanan kesehatan gratis bagi penduduk miskin
di puskesmas dan jaringannya
d.      Melakukan penggerakan, pemantauan, pengendalian dan evaluasi, termasuk penanganan keluhan
masyarakat.
2. Pengadaan, peningkatan, dan perbaikan sarana dan prasarana Puskesmas dan
jaringannya:
a.       Menyusun kebijakan peningkatan/pengadaan/perbaikan, standarisasi sarana/prasarana
Puskesmas dan jaringannya serta UPT Kesmas
b.      Melakukan fasilitasi penyediaan sarana dan prasarana puskesmas dan jaringannya
c.       Melaksanakan fasilitasi pengadaan sarana dan prasarana kesehatan dalam penanggulangan
masalah kesehatan masyarakat akibat bencana, terutama yang berskala nasional
d.      Melaksanakan pengadaan sarana dan prasarana UPT Ditjen Bina Kesmas
e.       Melaksanakan fasilitasi pengadaan sarana dan prasarana UPT Kesmas milik Dinas Kesehatan
Provinsi.
3. Pengadaan peralatan dan perbekalan kesehatan termasuk obat generik esensial:
a.       Menyusun standarisasi peralatan dan perbekalan kesehatan termasuk obat generik esensial bagi
Puskesmas dan jaringannya serta UPT Kesmas termasuk dalam keadaan bencana
b.      Melakukan fasilitasi pengadaan peralatan dan perbekalan kesehatan termasuk obat generik
esensial bagi Puskesmas dan jaringannya serta UPT Kesmas termasuk dalam keadaan bencana.
4. Peningkatan pelayanan kesehatan dasar yang mencakup sekurang-kurangnya    promosi
kesehatan, kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, kesehatan
lingkungan, pemberantasan penyakit menular, dan pengobatan dasar:
a.       Menyusun kerangka kebijakan pengembangan upaya kesehatan keluarga (kesehatan ibu, bayi,
anak, usia sekolah, remaja, usia subur, dan usila), kesehatan komunitas, kesehatan kerja,
penanggulangan masalah kesehatan dan kesehatan jiwa masyarakat
b.      Menyiapkan materi dan menyusun peraturan dan perundangan serta petunjuk pelaksanaan/
petunjuk teknis/pedoman upaya kesehatan keluarga, kesehatan komunitas, kesehatan kerja,
penanggulangan masalah kesehatan dan kesehatan jiwa masyarakat
c.       Melakukan fasilitasi, pemantauan, dan pembinaan upaya kesehatan keluarga, kesehatan
komunitas, kesehatan kerja, penanggulangan masalah kesehatan dan kesehatan jiwa masyarakat
d.      Meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan di bidang upaya kesehatan keluarga, kesehatan
komunitas, kesehatan kerja, penanggulangan masalah kesehatan dan kesehatan jiwa masyarakat.
5. Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan:
a.       Menyelenggarakan administrasi dan operasional bina kesehatan masyarakat
b.      Menyelenggarakan administrasi dan operasional upaya penanggulangan masalah kesehatan.
D. PROGRAM UPAYAKESEHATAN PERORANGAN
Tujuan program: meningkatkan akses, keterjangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan
perorangan.
Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi:
1. Pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin kelas III RS:
a.       Menyusun kerangka kebijakan dan standar pelayanan kesehatan bagi penduduk miskin di kelas
III RS
b.      Menyusun dan sosialisai standar, pedoman, dan prosedur pentarifan bagi penduduk miskin di
kelas III RS
c.       Bimbingan teknis dan penanganan kasus dalam pelaksanaan pelayanan terhadap pasien Gakin di
kelas III RS
d.      Sosialisasi, monitoring dan evaluasi pelayanan dan penanganan pasien Gakin, termasuk KLB
dan kegawat daruratan medik/bencana di RS
e.       Operasional Yankes Gakin di rawat jalan & rawat inap kelas III RS.
2. Pembangunan Sarana dan Prasarana RS di Daerah tertinggal secara selektif:
a.       Menyusun kerangka kebijakan sarana dan prasarana kesehatan RS termasuk
SPGDT di daerah terpencil, perbatasan, kepulauan dan pemekaran
b.      Menyusun kerangka kebijakan, standar dan pedoman pendirian RS di daerah terpencil,
perbatasan, kepulauan dan pemekaran
c.       Sosialisasi kebijakan, pedoman dan standar pembangunan sarana dan prasarana RS di daerah
terpencil, perbatasan kepulauan dan pemekaran
d.      Melakukan bimbingan teknis dan monev pembangunan sarana dan prasarana RS di daerah
terpencil, perbatasan kepulauan dan pemekaran
e.       Fasilitasi pembangunan sarana dan prasarana RS Daerah Tertinggal.
3. Perbaikan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit:
a.        Menyusun kebijakan pemeliharaan dan perbaikan peralatan kesehatan
b.      Menyusun standar dan pedoman mengenai sarana dan prasarana RS, termasuk SPGDT pra-RS &
RS
c.       Pemutakhiran data sarana, prasarana dan alat medik serta non medik di RS, SPGDT pra-RS &
RS
d.      Perbaikan sarana dan prasarana RS/UPT Vertikal
e.       Fasilitasi Perbaikan sarana dan prasarana RS Daerah khususnya RS Pendidikan termasuk RS
Pendidikan Afiliasi dan RS Pendidikan Satelit, RS Non Pendidikan dalam rangka memenuhi
standar kelas RS
f.       Bimbingan teknis mengenai sarana dan prasarana RS dan sarana Gawat Darurat Pra RS dan RS
g.      Monitoring dan evaluasi perbaikan sarana dan prasarana RS.
4. Pengadaan obat dan perbekalan RS:
a.       Menyusun kriteria alat peraga/manikin untuk peningkatan keterampilan dokter dan awam
umum/khusus
b.      Menyusun pedoman dan standar peralatan di RS termasuk SPGDT Pra RS & RS serta pelayanan
dasar
c.       Menyusun Standar Nasional Indonesia (SNI) alat kesehatan
d.      Pengadaan peralatan kesehatan dan penunjang untuk RS Vertikal, serta labkes  termasuk
perangkat lunak dan perangkat keras dan untuk operasional Dit Yanmed dan Gigi Dasar
e.       Fasilitasi pengadaan peralatan RS Daerah
f.       Bimtek pengadaan peralatan di RS.
5. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Rujukan:
a.       Menyusun kebijakan peningkatan pelayanan kesehatan rujukan Upaya Kesehatan Perorangan di
RS dan Labkes
b.      Menyusun standar, pedoman dan peta/pola pelayanan kesehatan rujukan
c.       Menyusun Grand Desain Safe Community (SC)
d.      Meningkatkan upaya jangkauan kwalitas dan citra pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan
e.       Menyusun sistem rujukan dalam peningkatan jejaring pelayanan medik termasuk jejaring
rujukan medik pada kegawatdaruratan
f.       Peningkatan pelayanan, kualitas dan jejaring labkes
g.      Peningkatan mutu pelayanan kesehatan rujukan melalui sosialisasi dan advokasi akreditasi RS
dan sarana kesehatan lainnya
h.      Pengembangan dan pemenuhan sumberdaya manusia termasuk pendidikan dokter spesialis
berbasis kompetensi Penapisan teknologi dan pengembangan pelayanan unggulan serta
pelayanan kedokteran komplementer dan alternatif
i.        Bimbingan teknis dan pelatihan tenaga kesehatan di sarana kesehatan dan pengembangan sistem
pelayanan darah
j.        Bimbingan teknis, monitoring, dan evaluasi pelayanan gawat darurat pra-RS dan RS, Pedoman
kerja Brigade Siaga Bencana (BSB) pengembangan modelSafe Community, Disaster Victims
Identification (DVI), penatalaksanaan DBD, penyakit tropik dan infeksi serta hospital disaster
preparedness
k.      Monitoring dan evaluasi pelaksanaan rencana induk rekam medis dan manajemen informasi
kesehatan di RS
l.        Bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi peningkatan pelayanan kesehatan rujukan termasuk
pelayanan PONEK
m.    Bimbingan teknis, advokasi, sosialisasi, informasi kesehatan/RS, SPGDT/SC, Humas dan
pelaksanaan pelayanan medik dan Gigi Dasar
n.      Pengembangan sistem Informasi RS secara elektronik.
6. Pengembangan pelayanan kedokteran keluarga:
a.       Menyusun kebijakan praktik kedokteran keluarga
b.      Menyusun pedoman pengembangan kedokteran keluarga
c.       Menyusun standar akreditasi kedokteran keluarga
d.      Bimbingan teknis, monitoring, dan evaluasi penerapan kebijakan praktik kedokteran keluarga
e.       Advokasi, sosialisasi, dan uji coba pengembangan Pelayanan Dokter Keluarga.
7. Penyediaan Biaya Operasional dan Pemeliharaan:
a.       Menyusun rencana jangka panjang, jangka menengah, dan rencana kerja tahunan upaya
kesehatan perorangan/ pelayanan medik
b.      Menyusun dan sosialisasi kebijakan pemberlakuan perundang-undangan di bidang pelayanan
medik dan kegiatan penunjangnya/manajemen
c.       Menyusun perencanaan dan perhitungan anggaran UPT Pelayanan medik
d.      Asistensi pelaksanaan anggaran subsidi
e.       Peningkatan kemampuan tenaga di bidang manajemen pelayanan medik
f.       Evaluasi kinerja program dan keuangan upaya kesehatan perorangan/pelayanan medik
g.      Implementasi sistem akuntansi keuangan RS
h.      Penyusunan laporan monitoring dan evaluasi pelaksanaan anggaran Ditjen Yan Medik
i.        Menyusun dan sosialisasi berbagai pedoman manajemen upaya kesehatan perorangan/pelayanan
medik
j.        Advokasi penyelenggaraan UKP
k.      Penataan organisasi RS dan UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik
l.        Perencanaan dan Monev PHLN
m.    Biaya operasional fungsional dan administrasi kantor pusat, serta RS dan UPT Vertikal
n.      Operasional dan dukungan program.
8. Peningkatan Peran Serta Sektor Swasta dalam UKP:
a.       Menyusun kebijakan peningkatan peran serta sektor swasta dalam penyelenggaraan RS dan
sarana pelayanan medik dasar serta spesialistik
b.      Menyusun kebijakan dan bimbingan teknis serta sosialisasi peran serta swasta pada SPGDT/SC
dan kewaspadaan dini serta penanggulangan bencana
c.       Menyusun pedoman kerja sama perumahsakitan;
d.      Sosialisasi, monitoring dan evaluasi kebijakan liberalisasi perdagangan bebas bidang kesehatan;
e.       Sosilisasi pedoman kemitraan Humas di lingkungan Ditjen Bina Yanmed dengan LSM.
E. PROGRAM PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT
Tujuan program: menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit
menular dan penyakit tidak menular. Prioritas penyakit menular yang akan ditanggulangi adalah
malaria, demam berdarah dengue, diare, polio, filaria, kusta, tuberkulosis paru, HIV/AIDS,
pneumonia, dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Prioritas penyakit tidak
menular yang ditanggulangi adalah penyakit jantung dan gangguan sirkulasi, diabetes mellitus,
dan kanker.
Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi:
1. Pencegahan dan penanggulangan faktor risiko:
a.       Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-undangan, dan kebijakan
pencegahan dan penanggulangan faktor risiko dan diseminasinya
b.      Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan untuk pencegahan dan
penanggulangan faktor risiko
c.       Menyediakan kebutuhan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko sebagai stimulan
d.      Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman pencegahan dan
penanggulangan faktor risiko
e.       Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melakukan pencegahan dan
penanggulangan faktor risiko
f.       Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan pencegahan dan penanggulangan
faktor risiko
g.      Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi teknis
pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
h.      Melakukan kajian program pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
i.        Membina dan mengembangkan UPT dalam pencegahan dan penanggulangan faktor risiko
j.        Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan pencegahan dan
pemberantasan penyakit.
2. Peningkatan imunisasi:
a.       Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-undangan, dan kebijakan
peningkatan imunisasi, dan diseminasinya
b.      Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan imunisasi
c.       Menyediakan kebutuhan peningkatan imunisasi sebagai stimulan yang ditujukan terutama untuk
masyarakat miskin dan kawasan khusus sesuai dengan skala prioritas
d.      Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/protap program imunisasi
e.       Menyiapkan dan mendistribusikan sarana dan prasarana imunisasi
f.       Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melaksanakan program
imunisasi
g.      Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan imunisasi
h.      Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi teknis
peningkatan imunisasi
i.        Melakukan kajian upaya peningkatan imunisasi
j.        Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan imunisasi
k.      Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan imunisasi.
3. Penemuan dan tatalaksana penderita:
a.       Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundangundangan, dan kebijakan
penemuan dan tatalaksana penderita dan diseminasinya
b.      Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan penemuan dan tatalaksana penderita
c.       Menyediakan kebutuhanpenemuan dan tatalaksana penderita sebagai stimula
d.      Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman program penemuan dan
tatalaksana penderita
e.       Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melaksanakan program
penemuan dan tatalaksana penderita
f.       Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan penemuan dan tatalaksana penderita
g.      Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi teknis
penemuan dan tatalaksana penderita
h.      Melakukan kajian upaya penemuan dan tatalaksana penderita
i.        Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya penemuan dan tatalaksana penderita
j.        Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan penemuan dan tatalaksana
penderita.
4. Peningkatan surveilens epidemiologi dan penanggulangan wabah:
a.       Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-undangan, dan kebijakan
peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah dan diseminasinya
b.      Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan surveilans epidemiologi
dan penanggulangan KLB/wabah
c.       Menyediakan kebutuhan peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah
sebagai stimulan
d.      Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman program surveilans
epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah
e.       Meningkatkan sistem kewaspadaan dini dan menanggulangi KLB/Wabah, termasuk dampak
bencana
f.       Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melaksanakan program
surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah
g.      Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan surveilans epidemiologi dan
penanggulangan KLB/wabah
h.      Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi teknis
peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah
i.        Melakukan kajian upaya peningkatan surveilans epidemiologi dan penanggulangan KLB/wabah
j.        Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan surveilans epidemiologi dan
penanggulangan KLB/wabah.
k.      Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan surveilans epidemiologi dan
penanggulangan KLB/wabah.
5. Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan
penyakit:
a.       Menyiapkan materi dan menyusun rancangan peraturan dan perundang-undangan, dan kebijakan
peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit
dan diseminasinya
b.      Menyiapkan materi dan menyusun perencanaan kebutuhan peningkatan komunikasi informasi
dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit
c.       Menyediakan kebutuhan peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan
pemberantasan penyakit sebagai stimulan
d.      Menyiapkan materi dan menyusun rancangan juklak/juknis/pedoman program komunikasi
informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit
e.       Meningkatkan kemampuan tenaga pengendalian penyakit untuk melaksanakan program
komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit
f.       Melakukan bimbingan, pemantauan, dan evaluasi kegiatan komunikasi informasi dan edukasi
(KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit
g.      Membangun dan mengembangkan kemitraan dan jejaring kerja informasi dan konsultasi teknis
peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit
h.      Melakukan kajian upaya peningkatan komunikasi informasi dan edukasi (KIE) pencegahan dan
pemberantasan penyakit
i.        Membina dan mengembangkan UPT dalam upaya peningkatan komunikasi informasi dan
edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit
j.        Melaksanakan dukungan administrasi dan operasional pelaksanaan komunikasi informasi dan
edukasi (KIE) pencegahan dan pemberantasan penyakit.
F. PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
Tujuan program: meningkatkan kesadaran gizi keluarga dalam upaya meningkatkan status gizi
masyarakat terutama pada ibu hamil, bayi dan anak Balita.
Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi:
1. Peningkatan pendidikan gizi;
a.       Menyiapkan kerangka kebijakan dan menyusun strategi pendidikan gizi masyarakat
b.      Mengembangkan materi KIE gizi
c.       Menyebarluaskan materi pendidikan melalui institusi pendidikan formal, non formal, dan
institusi masyarakat
d.      Menyelenggarakan promosi secara berkelanjutan
e.       Meningkatkan kemampuan melalui pelatihan teknis dan manajemen
f.       Pembinaan dan peningkatan kemampuan petugas dalam program perbaikan gizi.
2. Penanggulangan kurang energi protein (KEP), anemia gizi besi, gangguan akibat kurang
yodium (GAKY), kurang vitamin A, dan kekurangan zat gizi mikro
lainnya;
a.       Pemantauan dan promosi pertumbuhan
b.      Intervensi gizi yang meliputi pemberian makanan tambahan, suplementasi obat program, dan
fortifikasi bahan makanan
c.       Tatalaksana kasus kelainan gizi
d.      Pengembangan teknologi pencegahan dan penanggulangan masalah gizi kurang
e.       Melakukan pendampingan.
3. Penanggulangan gizi lebih;
a.       Penyusunan kebijakan penanggulangan gizi lebih
b.      Konseling gizi
c.       Pengembangan teknologi pencegahan dan penanggulangan masalah gizi lebih.
4. Peningkatan surveilens gizi;
a.       Melaksanakan dan mengembangkan PSG, PKG, serta pemantauan status gizi lainnya
b.      Meningkatkan sistem kewaspadaan dini dan penanggulangan KLB]
c.       Meningkatkan SKPG secara lintas sektor
d.      Pemantauan dan evaluasi program gizi
e.       Mengembangkan jejaring informasi gizi.
5. Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi;
a.       Fasilitasi upaya pemberdayaan keluarga antara lain melalui kader keluarga,positif deviant  (pos
gizi), kelas ibu
b.      Menjalin kemitraan dengan lintas sektor, LSM, dunia usaha dan masyarakat;
c.       Mengembangkan upayaupaya pemberdayaan ekonomi kader dan keluarga
d.      Fasilitasi revitalisasi Posyandu
e.       Advokasi program gizi
f.       Mengembangkan pemberdayaan masyarakat di bidang gizi
G. PROGRAM SUMBER DAYAKESEHATAN
Tujuan program: meningkatkan jumlah, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan, sesuai dengan
kebutuhan pembangunan kesehatan.

Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi:


1. Perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan;
a.       Menyusun petunjuk/pedoman penyusunan rencana kebutuhan SDM kesehatan;
b.      Melaksanakan perencanaan kebutuhan SDM Kesehatan
c.       Pengembangan dan pemanfaatan tenaga kesehatan
d.      Melaksanakan penyusunan perencanaan program, monitoring dan evaluasi, dan pengembangan
sistem informasi PPSDMK
e.       Menyusun kerangka kebijakan pengembangan SDM Kesehatan
f.       Penyelenggaraan administrasi dan dukungan operasional program pendayagunaan tenaga
kesehatan.
2. Peningkatan keterampilan dan profesionalisme tenaga kesehatan melalui pendidikan
tenaga kesehatan dan pelatihan tenaga kesehatan;
a.       Pengembangan SDM Kesehatan
b.      Pengembangan manajemen pelatihan
c.       Pengembangan metode dan teknologi pelatihan
d.      Pengendalian mutu pelatihan
e.       Pengembangan sumberdaya pelatihan
f.       Penyelenggaraan pelatihan di Bapelkes
g.      Pengembangan manajemen pendidikan tenaga kesehatan
h.      Pengembangan kurikulum dan sistem PBM pendidikan tenaga kesehatan
i.        Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan tenaga kesehatan
j.        Pengendalian mutu pendidikan tenaga kesehatan
k.      Penyelenggaraan pendidikan tenaga kesehatan di institusi penyelenggara pendidikan tenaga
kesehatan
l.        Pengembangan dan pemberdayaan SDM kesehatan provinsi
m.    Penyelenggaraan administrasi dan dukungan operasional program pendidikan tenaga kesehatan,
serta pelatihan.
3. Pembinaan tenaga kesehatan termasuk pengembangan karir tenaga kesehatan;
a.       Pengendalian mutu dan standarisasi kompetensi tenaga kesehatan
b.      Melaksanakan pembinaan dan pengelolaan sistem karir tenaga kesehatan
c.       Penyelenggaraan administrasi dan dukungan operasional program PPSDM Kesehatan.
4. Penyusunan standar kompetensi dan regulasi profesi kesehatan:
a.       Peningkatan kemadirian organisasi profesi
b.      Pemberdayaan tenaga kesehatan Indonesia ke luar negeri
c.       Memfasilitasi pembentukan dan pembinaan konsil
d.      Penyelenggaraan administrasi dan dukungan operasional program pemberdayaan profesi dan
tenaga kesehatan luar negeri.
H. PROGRAM OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN
Tujuan program: menjamin ketersediaan, pemerataan, mutu, keterjangkauan obat dan
perbekalan kesehatan termasuk obat tradisional, perbekalan kesehatan rumah tangga, dan
kosmetika.
Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi:
1. Peningkatan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan;
a.       Menyusun kerangka kebijakan peningkatan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan di
sektor publik
b.      Melaksanakan pengadaan buffer stock obat dan perbekalan kesehatan essensial untuk pelayanan
kesehatan dasar, obat-obatan jangka panjang yang tidak terjangkau oleh daya beli masyarakat
dan orphan drugs  (obat-obatan langka) serta obat dan perbekalan kesehatan untuk keluarga
miskin
c.       Memfasilitasi daerah dalam penyediaan obat-obatan, alat-alat medis, peralatan terapi medis dan
perbekalan kesehatan
d.      Melaksanakan monitoring ketersediaan obat dan perbekalan di sarana distribusi maupun di
sarana pelayanan kesehatan termasuk survei cepat ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan
dalam kerangka kewaspadaan dini, kesiapsiagaan dan penanggulangan serta pasca KLB/bencana
e.       Penyelenggaraan administrasi dan dukungan operasional program obat dan perbekalan
kesehatan.
2. Peningkatan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan;
a.       Menyusun kerangka kebijakan peningkatan pemerataan obat dan perbekalan kesehatan
b.      Meningkatkan kemampuan manajemen pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan di
pelayanan kesehatan dasar
c.       Membina dan mengembangkan serta mengoptimalkan industri farmasi nasional berbasis
keanekaragaman sumberdaya alam dan keunggulan daya saing.
3. Peningkatan mutu penggunaan obat dan perbekalan kesehatan;
a.       Menyusun kerangka kebijakan pembinaan produksi dan distribusi obat dan perbekalan
kesehatan
b.      Pengamanan bahaya penyalahgunaan dan kesalahgunaan obat dan perbekalan kesehatan, melalui
kegiatan advokasi dengan pemerintah daerah, lintas sektor terkait, LSM, perguruan tinggi dan
ikatan profesi
c.       Membina, mengembangkan dan penerapan standar mutu obat dan perbekalan kesehatan
d.      Memberdayakan masyarakat dalam penggunaan obat dan perbekalan kesehatan, melalui
komunikasi, informasi dan edukasi terhadap risiko penggunaan produk yang tidak memenuhi
persyaratan
e.       Membina dan mengembangkan sarana produksi dan distribusi obat dan perbekalan kesehatan.
4. Peningkatan keterjangkauan harga obat dan perbekalan kesehatan terutama untuk
penduduk miskin;
a.       Menyusun kerangka kebijakan peningkatan keterjangkauan serta pembinaan penggunaan obat
rasional dan perbekalan kesehatan
b.      Menerapkan penggunaan obat esensial melalui pengembangan monitoring dan evaluasi daftar
obat esensial nasional secara berkala
c.       Merevitalisasi pemasyarakatan konsepsi obat esensial generik pada fasilitas pelayanan kesehatan
pemerintah
d.      Meningkatkan penggunaan obat rasional antara lain mencakup pengembangn dan penerapan
pedoman pengobatan yang rasional di berbagai tingkat pelayanan, pemberdayaan komite farmasi
dan terapi di RS serta pendidikan dan pelatihan
e.       Pengendalian terhadap promosi/iklan obat dan perbekalan kesehatan serta pengembangan sistem
monitoring efek samping
f.       Penyelenggaraan pembinaan, advokasi dan promosi penggunaan obat rasional melalui
mengembangkan sumberdaya kesehatan yang tersedia.
5. Peningkatan mutu pelayanan farmasi komunitas dan rumah sakit.
a.       Menyusun kerangka kebijakan peningkatan mutu pelayanan kefarmasian di komunitas dan
rumah sakit
b.      Meningkatkan profesionalisme tenaga farmasi melalui pelaksanaan Jabatan Fungsional Apoteker
dan Asisten Apoteker
c.       Membina dan meningkatkan kualitas sarana pelayanan kefarmasian.
I. PROGRAM KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN PEMBANGUNAN KESEHATAN
Tujuan program: mengembangkan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan guna
mendukung penyelenggaraan sistem kesehatan nasional.
Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi:
1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan:
a.       Melaksanakan pengkajian kebijakan dan pembangunan kesehatan
b.      Merumuskan kebijakan pembangunan kesehatan
c.       Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan pembangunan kesehatan;
d.      Mengembangkan metode dan teknik pengkajian dan pembangunan kesehatan;
e.       Melakukan pembinaan kajian kebijakan dan pembangunan kesehatan
f.       Mengembangkan sumberdaya kajian pembangunan kesehatan
g.      Mengembangkan jejaring kajian dan data based pembangunan kesehatan
h.      Menyediakan dukungan administrasi dan manajemen kajian pembangunan kesehatan.
2. Pengembangan sistem perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan dan pengendalian,
pengawasan dan penyempurnaan administrasi keuangan, serta hukum kesehatan:
a.       Menyusun rencana kinerja pembangunan kesehatan
b.      Menyusun standar pembiayaan pembangunan kesehatan
c.       Menyusun indikator kinerja pembangunan kesehatan
d.      Menyusun rencana kerja dan penganggaran departemen
e.       Melakukan koordinasi dalam perencanaan dan penganggaran
f.       Meningkatkan kemampuan tenaga dalam manajemen perencanaan dan penganggaran
g.      Melaksanakan perencanaan kerjasama luar negeri
h.      Melaksanakan evaluasi dan pelaporan pembangunan kesehatan
i.        Menyelenggarakan pembinaan hukum kesehatan
j.        Mengembangkan organisasi dan tatalaksana kesehatan
k.      Mengembangkan sistem informasi keuangan
l.        Menyelenggarakan administrasi keuangan dan perlengkapan departemen
m.    Melaksanakan pembinaan dan penatausahaan BUMN/BLU.
3. Pengembangan sistem informasi kesehatan:
a.       Melaksanakan penataan Sistem Informasi Kesehatan (SIK)
b.      Memfasilitasi Pengembangan SIK Daerah
c.       Melaksanakan pengelolaan Data/Informasi Kesehatan
d.      Mengembangkan Sumber Daya Informasi Kesehatan
e.       Menyelenggarakan administrasi dan operasional pengembangan sistem informasi kesehatan.
4. Pengembangan sistem kesehatan daerah:
a.       Melaksanakan advokasi dan fasilitasi penyusunan Sistem Kesehatan Daerah (SKP dan SKK)
b.      Melaksanakan kajian pelaksanaan Sistem Kesehatan Daerah.
5. Peningkatan jaminan pembiayaan kesehatan masyarakat secara kapitasi dan pra upaya
terutama bagi penduduk miskin yang berkelanjutan:
a.       Menyusun kerangka kebijakan pembiayaan dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK)
b.      Melaksanakan advokasi, sosialisasi dan koordinasi kebijakan pembiayaan dan JPK
c.       Melakukan fasilitasi, monitoring dan Evaluasi, dan SIM kegiatan pembiayaan dan JPK
d.      Melaksanakan pengembangan kendali biaya dan kendali mutu JPK
e.       Meningkatkan pendidikan dan ketrampilan dalam pengembangan pembiayaan, dan JPK
f.       Meningkatkan dukungan administrasi dan operasional pengembangan JPK.
J. PROGRAM PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
Tujuan program: meningkatkan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
kesehatan sebagai masukan dalam perumusan kebijakan dan program pembangunan kesehatan.
Kegiatan pokok dan kegiatan indikatif program ini meliputi:
1. Penelitian dan pengembangan:
a.       Merumuskan kebijakan litbangkes
b.      Meningkatkan manajemen litbangkes
c.       Melaksanakan penelitian kesehatan di bidang sistem dan kebijakan kesehatan, biomedis dan
farmasi termasuk tanaman obat bahan alam Indonesia, ekologi dan status kesehatan, gizi dan
makanan
d.      Melaksanakan studi strategi antara lain meliputi rapid assessment, survei cepat dan studi
kedaruratan
e.       Melaksanakan fasilitasi pengembangan dan pemberdayaan litbangkes daerah antara lain
meliputi prioritas dan agenda litbangkes daerah, survei kesehatan daerah dan riset pembinaan
kesehatan
f.       Meningkatkan pemanfaatan hasil litbangkes dalam pembangunan kesehatan.
2. Pengembangan tenaga, sarana dan prasarana penelitian:
a.       Meningkatkan kapasitas kelembagaan
b.      Mengembangkan laboratorium litbangkes
c.       Meningkatkan jumlah, jenis dan kompetensi tenaga peneliti dan penunjang;
d.      Meningkatkan jumlah dan mutu sarana dan prasarana litbangkes dan penunjang
e.       Menyelenggarakan dukungan administrasi dan operasional program litbangkes
3. Penyebarluasan dan pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan kesehatan:
a.       Meningkatkan promosi litbangkes
b.      Mengembangkan jaringan informasi Litbangkes
c.       Meningkatkan diseminasi, dokumentasi dan publikasi hasil litbangkes
d.      Mengembangkan perpustakaan dan museum litbangkes
e.       Mengembangkan wisata ilmiah litbangkes
f.       Mengembangkan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI).
2.4 STRATEGI PEMECAHAN MASALAH KESEHATAN KOMUNITAS
Menurut Elizabeth T Anderson, terdapat 10 strategi pemecahan masalah kesehatan komunitas,
yaitu :
1.      Menetapkan agenda
Meliputi identifikasi masalah dan aset kesehatan komunitas yang memberi peluang untuk
melakukan sesuatu. Dalam kota dan komunitas sehat, aspek yang diperhatikan adalah
pemerataan dan akses persyaratan untuk hidup sehat serta pelayanan kesehatan.
2.      Menyaring isu
Meliputi seleksi isu kesehatan untuk tujuan analisis yang lebih luas dalam menemukan masalah
dan ciri masalah. Karena pemahaman yang sangat luas terhadap aset dan masalah kesehatan
komunitas, maka komite dan badan koordinasi kota serta komunitas sehat berada pada posisi
kunci dalam menyeleksi isu dan memberikan informasi kepada pembuat kebijakan, misalnya
bupati/wali kota dalam melakukan seleksi ini.
3.      Mendefinisikan isu
Meliputi pendefinisian masalah kesehatan secara lebih tepat serta faktor ekonomi dan sosial yang
terkait. Untuk memperoleh pengetahuan dan ketrampilan khusus, kota dan komunitas sehat dapat
berkolaborasi dengan ahli lulusan institusi yang ada di masyarakat, misalnya universitas dan
pendidikan tinggi lainnya atau departemen kesehatan setempat serta kelompok masyarakat.
Penting untuk menghitung dan mendeskripsikan signifikansi masalah dan faktor-faktor yang
berpengaruh.
4.      Meramalkan masalah
Meliputi proyeksi munculnya masalah dalam konteks masa mendatang. Kota dan komunita sehat
memerlukan pengetahuan mengenai rencana kebijakan administrator lokal dalam meramalkan
masalah.
5.      Menetapkan tujuan dan prioritas
Meliputi penetapan hasil yang diharapkan dan indikator hasil yang diharpakan untuk menyeleksi
prioritas oelh pembuat kebijakan kota dan komunitas sehat setempat.
6.      Menganalisis pilihan
Meliputi eksplorasi strategi untuk mencapai tujuan. Pendekatan multisektoral yang dilakukan
kota dan komunitas sehat peluang bagi organisasi yang berbeda untuk mengembangkan pilihan.
Setiap sektor dapat menghadapi isu kebijakan dengan cara yang berbeda. Selain itu, berbagai
contoh strategi yang telah digunakan oleh kota dan komunitas sehat lainnya dapat menjadi model
bagi kota setempat untuk menetapkan pilihannya.
7.      Mengadopsi kebijakan
Meliputi pembahasan dan pengambilan keputusan oleh pembuat kebijalan setempat misalnya
bupati/walikota. Badan atau komite koordinasi kota dan komunitas sehat melakukan presentasi
formal di hadapan pembuat kebijakan setempat untuk menetaplan alokasi sumber putusan
kebijakannya.
8.      Mengimplementasikan, memantau, dan mengontrol kebijakan
Meliputi penerapan kebijakan dalam praktik. Setelah adanya persetujuan dari pembuat kebijakan,
impelemntasi kebijakan disusun oleh pelaksana di daerah dengan organisasi lainnya, kemudian
ditetapkan tanggung jawab dan sumber masing-masing. Suatu sistem pemantauan kemajuan
implementasi perlu ditetapkan bersamaan dengan proses pembuatan keputusan, untuk mengkaji
apakah kinerja sesuai dengan harapan. Badan dan komite koordinasi kota dan komunitas sehat
dapat memebrikan atau membantu mengindentifikasi dukungan teknis untuk mewujudkan suatu
sistem pemantauan implementasi.
9.      Evaluasi dan peninjauan kembali
Meliputi pengkajian tentang apakah kebijakan telah berhasil mencapai tujuan yang ditetapkan
dengan biaya yang terjangkau. Kota dan komunitas sehat dapat menggunakan tenaga ahli untuk
membantu: meningkatkan kesadaran akan pengaruh kebijakan yang sedang berlangsung terhadap
kesehatan, memberikan contoh-contoh praktik yang inovatif dan komunitas lain dan saran
mengenai pengkajian dampak kesehatan.
10.  Pemeliharaan dan penghentian kebijakan
Meliputi prose pengambilan keputusan terhadap kelangsungan kebijakahn, apakah kebijakan
akan diteruskan, dihentikan, atau dipindahtempatkan dan hal ini bergantung pada dampaknya
terhadapkesehatan. Kota dan komunitas sehat dapat membantu memberikan dukungan pada
keputusan kebijakan atau memeriksa kembali kebijakan tersebut.

BAB 3
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dalam upaya meningkatkan status derajat kesehatan pada masyarakat Indonesia di masa
sekarang ini, perlu upaya untuk mengenal masalah kesehatan, mengenal program-program
kebijakan pemerintah dalam mengatasi masalah kesehatan, dan bagaimana pula strategi
pemecahan masalah tersebut yang berlaku.
Dalam hal ini pengertian penyakit menular dan cara pemberantasannya harus dipahami segenap
pihak untuk dapat mencegah angka kesakitan di Indonesia. Penyehatan lingkungan tidak hanya
dilakukan oleh tenaga kesehatan namun pula peran serta masyarakat sangatlah penting.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Elizabeth T.2001.”Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan


Praktik”.EGC:Jakarta
Ali, Zaidin.1999.”Pokok-pokok Kebijaksanaan Kesehatan Nasional”.Depok
Western, J.1994. “Pengelolaan Sumber Daya manusia”.Bumi AKsara : Jakarta
FKM-SURYA2.PDF : USU

Anda mungkin juga menyukai