Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang
dilakukan oleh organisme atau makhluk hidup. Perilaku dapat diartikan suatu
respon/reaksi individu terhadap rangsangan (stimulus) dari luar maupun dari
dalam dirinya. Sedangkan perilaku sehat adalah perilaku yang didasarkan pada
prinsip-prinsip kesehatan (Machfoedz, 2005).
Menurut Notoatmodjo (2010), perilaku sehat merupakan perilaku-perilaku
yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatannya. Pada kasus demam berdarah dengue, metode yang
tepat untuk DBD adalah dengan perilaku pemberantasan sarang nyamuk. Perilaku
pemberantasan sarang nyamuk adalah suatu tindakan atau aktifitas yang
dilakukan oleh seseorang atau masyarakat dalam upaya pemberantasan sarang
nyamuk yang menyebabkan terjadinya penyakit DBD dengan cara Fisik, Kimiawi
dan Biologi. Cara Fisik diantaranya manjemen lingkungan dan perlindungan diri.
Manajemen lingkungan mencakup semua perubahan yang dapat mencegah atau
meminimalkan perkembangbiakan vektor sehingga kontak antara manusia dan
vektor berkurang (WHO, 2005).
Menurut Hadinegoro 2 (2004) menjelaskan bahwa cara yang tepat guna
menekan pertumbuhan vektor ialah dengan melaksanakan pemberantasan sarang
nyamuk (PSN), yaitu menghindari menggantung pakaian dikamar yang gelap dan
lembab karena dapat menjadi tempat perindukan bagi nyamuk serta meningkatkan
kegiatan yang melibatkan masyarakat dalam membasmi jentik nyamuk penular
demam berdarah dengan cara 3M yaitu: menguras atau membersihkan secara
teratur minimal seminggu sekali, menutup rapat tempat penampungan air (bak
mandi, kolam hias, drum, wadah air minum hewan, pot bunga) dan mengubur
atau menyingkirkan barang bekas (ban, kaleng serta ember bekas) yang dapat
menjadi sarang nyamuk. Kemudian dengan perlindungan diri yaitu mengurangi
resiko tergigit nyamuk yaitu menggunakan pakaian yang cukup tebal dan longgar.
Baju lengan panjang dan celana panjang dengan kaus kaki dapat melindungi
tangan dan kaki, yang merupakan tempat yang paling sering terkena gigitan
nyamuk (WHO ,2005).
Selain itu untuk menghindari gigitan nyamuk Aedes Aegypty dapat
menggunakan kelambu bila tidur, memasang kawat kassa pada ventilasi udara,
memakai obat nyamuk bakar/semprot serta obat nyamuk oles (repellent) di dalam
maupun di luar rumah pada pagi dan sore hari (Depkes RI, 2012).
Cara Kimiawi diantaranya fogging fokus dan abatisasi. Cara pemberantasan
nyamuk Aedes Aegepty dengan melakukan pengasapan/fogging (menggunakan
malathion dan fenthion), berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan
sampai batas waktu tertentu 3 dan memberikan bubuk abate (temephos) pada
tempat-tempat penampungan air seperti gentong air, vas bunga, kolam, dan lain-
lain. Formulasinya adalah granules (san granules), dan dosis yang digunakan 1
ppm atau 10 gram (±1 sendok makan rata-rata untuk tiap seratus liter air.
Arvasida dengan temephos mempunyai efek residu 3 bulan) (Depkes RI,
2007). Cara biologis adalah cara pemberantasan nyamuk dan jentikjentiknya
dengan menggunakan organisme sebagai pengendali hayati yang bersifat predator
atau pemangsa terhadap nyamuk dan jentiknya, seperti : memelihara ikan jenis
kepala timah, ikan guppi, ikan tempala (cupang) untuk memakan jentik nyamuk.
Namun berbagai upaya penanggulangan tersebut tampaknya belum menampakkan
hasil yang diinginkan, hal ini terbukti dengan masih tingginya angka kejadian
DBD pada setiap tahun. Salah satu penyebabnya adalah karena belum adanya
perubahan perilaku masyarakat dalam upaya PSN (Depkes RI, 2007).
Mengingat sangat berbahayanya penyakit DBD, maka perlu ada upaya
pemberantasan yang komprehensif dari penyakit tersebut. Pemerintah telah
mengeluarkan kebijakan PSN-3M Plus untuk menanggulangi penyakit DBD. Ini
merupakan cara utama yang dianggap efektif, efisien dan ekonomis untuk
memberantas vektor penular DBD mengingat obat dan vaksin pembunuh virus
DBD belum ditemukan (Depkes RI, 2006). 4 Maka upaya pencegahan yang dapat
dilakukan adalah dengan memutus mata rantai penularan penyakit DBD, karena
seperti diketahui bahwa virus dengue penyebab penyakit DBD ditularkan dari
satu orang keorang lain melalui perantara gigitan nyamuk Aedes aegypti. Oleh
karenanya upaya pencegahan penyakit DBD dapat dilakukan melalui PSNDBD
oleh seluruh lapisan masyarakat di rumah-rumah dan tempat-tempat umum serta
lingkungannya masing-masing secara terus menerus. Kurangnya informasi yang
benar tentang penanggulangan penyakit DBD kepada masyarakat dan disertai
kehidupan sosial masyarakat kota yang semakin individualistik, menyebabkan
semakin sulitnya komunitas yang ada untuk dapat saling bekerjasama membasmi
nyamuk itu. Untuk itu, perlu diadakan penyuluhan secara teratur dan
berkesinambungan agar masyarakat dapat melaksanakan PSN dengan carafisik,
kimiawi dan biologi di rumah, tempat-tempat umum, sekolah, kantor dan
lingkungannya. Pelaksanaan PSN-DBD melibatkan seluruh masyarakat serta
disesuaikan dengan kondisi setempat. Oleh karena itu untuk meningkatkan
kepedulian masyarakat agar mempunyai perilaku pemberantasan sarang nyamuk
yang baik, warga perlu diberikan pengetahuan tentang penyakit DBD.
Rogers (1974) dalam Fitriani (2011) menjelaskan bahwa, perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak
didasari dengan pengetahuan, sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan
merupakan hal penting bagi seseorang sebelum melakukan tindakan 5 kesehatan
karena dengan adanya pengetahuan maka seseorang mampu bertindak untuk
meningkatkan kesehatannya.
Marliany, Heni (2001) dari Universitas Indonesia dengan skripsi yang
berjudul Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku masyarakat dalam
Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD di Bogor menyatakan bahwa salah satu
faktor yang mempengaruhi perilaku PSN adalah pengetahuan. Seseorang tidak
mau melakukan tindakan PSN, salah satunya disebabkan karena tidak tahu hal
tersebut. Dengan pengetahuan DBD seseorang mengenal ide baru serta belajar
memahaminya hingga menerima (mengadopsi) perilaku atau tindakan nyata.
Penyakit DBD merupakan salah satu penyakit infeksi yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk, banyak ditemukan di daerah trofis dan subtrofis diseluruh dunia.
Dalam beberapa tahun terakhir tejadi peningkatan terhadap penyebaran kasus
DBD di daerah urban dan semi urban, sehingga hal tersebut menjadi perhatian
utama kesehatan masyarakat internasional (World Health Organization, 2012).
Angka terjadinya kasus DBD mengalami peningkatan secara drastis diseluruh
dunia dalam beberapa tahun terakhir. Lebih dari 2,5 milyar penduduk di dunia,
lebih dari 40%nya beresiko mengalami DBD. Saat ini diperkirakan 50-100 juta
orang diseluruh dunia terinfeksi demam berdarah dengue setiap tahunnya (WHO,
2012). Sebelum tahun 1970, hanya sembilan negara yang dilaporkan mengalami
epidemi demam berdarah yang cukup parah, akan tetapi untuk 6 saat ini penyakit
demam berdarah menjadi endemik di berbagai negara dikawasan Afrika,
Amerika, Mediterania Timur, Asia Tenggara dan Pasifik Barat yang merupakan
daerah paling serius terkena dampak dari penyakit tersebut. Kasus demam
berdarah di Amerika, Asia Tenggara dan Pasifik Barat melebihi 1,2 juta kasus
pada tahun 2008 dan lebih dari 2,3 juta pada tahun 2010 (WHO, 2012).
Indonesia sebagai salah satu negara trofis di dunia dengan kelembaban udara
yang cukup tinggi menjadi pemicu berkembang biaknya nyamuk seperti Aedes
aegypty yang merupakan salah satu vektor DBD, sehingga DBD mudah
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty. Hal tersebut menyebabkan
masalah kesehatan karena terdapat banyak daerah endemik sehingga jumlah
penderita semakin meningkat dan penyebaranpun semakin meluas ke wilayah lain
dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk (Widiyono, 2008).
Dampak peningkatan serta meluasnya penyebaran DBD dapat berpengaruh
terhadap perekonomian, dikarenakan kehilangan waktu kerja, waktu pendidikan
maupun biaya selama perawatan penderita DBD selama sakit, selain itu jika tidak
ditangani secara serius maka akan berdampak terhadap tingginya angka kesakitan
dan meningkatkan resiko terjadinya kematian penderita DBD jika tidak ditangani
secara cepat dan tepat (Depkes RI, 2011).
Departemen kesehatan RI (2009) menyatakan seiring dengan meluasnya
daerah endemik DBD, angka terjadinya kasus DBD di 7 indonesia meningkat
yaitu terhitung dari Januari - Oktober 2009. Demam Berdarah Dengue (DBD)
telah menelan 1.013 korban jiwa dari total penderita sebanyak 121.423 orang
(CFR: 0,83). Jumlah ini meningkat dibandingkan periode tahun 2008 yaitu 953
orang meninggal dari 117.830 kasus (CFR: 0,81). Dari kasus yang dilaporkan
selama tahun 2009, tercatat 10 provinsi yang menunjukan kasus terbanyak, yaitu
Jawa Barat (29.334 kasus 244 meninggal), DKI Jakarta (26.326 kasus 33
meninggal), Jawa Timur (15.362 kasus 147 meninggal), Jawa Tengah (15.328
kasus 202 meninggal), Kalimantan Barat (5.619 kasus 114 meninggal), Bali
(5.334 kasus 8 meninggal), Banten (3.527 kasus 50 meninggal), Kalimantan
Timur (2.758 kasus 34 meninggal), Sumatera Utara (2.299 kasus 31 meninggal),
dan Sulawesi Selatan (2.296 kasus 20 meninggal). Dan terdapat beberapa provinsi
yang mengalami peningkatan kasus dibandingkan tahun 2008 adalah Jambi,
Bangka Belitung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan
Barat, Sulawesi Barat dan Papua. Departemen Kesehatan RI (2013) menyatakan
angka kesakitan penderita DBD per 100.000 penduduk pada tahun 2012 adalah
34,3% sedangkan data tahun 2011 adalah 26,67% dan data tahun 2010 adalah
65,70%. Berdasarkan data dari Dinkes Provinsi Banten, setidaknya di tahun 2014
tercatat sebanyak 2.660 kasus DBD. Dimana, Kota Tangerang Selatan menjadi
penyumbang kasus DBD terbanyak dengan jumlah 570 8 kasus, disusul Kota
Tangerang 472 kasus, Kota Cilegon 428 kasus. Sedangkan untuk Kabupaten
Tangerang 315 kasus, Kabupaten Lebak 289 kasus, Kabupaten Serang 284 kasus,
Kota Serang 188 kasus, dan Kabupaten Pandeglang 114 kasus. Berdasarkan data
dari Dinkes Kota Tangerang Selatan pada bulan Januari 2015 tercatat 83 kasus
DBD. Dari tujuh kecamatan yang ada, jumlah penderita DBD yang paling tinggi
yaitu kelurahan Rawa Buntu Kecamatan Serpong dengan 12 kasus, di ikuti
Kecamatan Pamulang dengan 11 kasus. Pemerintah Kota Tangerang Selatan
melalui Dinas Kesehatan telah bersungguh-sungguh melakukan berbagai upaya
dalam menanggulangi munculnya kasus-kasus DBD yaitu dengan mengadakan
berbagai penyuluhan tentang bahaya penyakit DBD dan cara pencegahannya serta
pengendalian nyamuk Aedes aegypti melalui program PSN. Upaya yang paling
utama, mudah dan murah ditekankan pada masyarakat adalah melakukan PSN
dengan cara fisik yaitu Manjemen lingkungan dengan gerakan 3M dan cara
biologi misalnya memelihara ikan pemakan jentikmisalnya ikan jenis kepala
timah, ikan guppi, ikan tempala (cupang). Kegiatan pemantauan jentik berkala
juga rutin dilakukan melalui kaderkader jumantik yang telah dilatih. Selain itu
PSN secara kimia juga dilakukan melalui penyemprotan/fogging untuk
membunuh nyamuk dewasa sedangkan untuk mencegah jentik nyamuk dengan
abatisasi 9 selektif yaitu pemberian serbuk abate pada sekolah-sekolah, tempat-
tempat umum dan rumah penduduk dengan positif jentik.
Penelitian yang dilakukan oleh Dinar, et al (2011) Asosiasi pengetahuan
tentang demam berdarah dan upaya pemberantasan sarang nyamuk di kelurahan
Sesetan, Denpasar Selatan, Bali. Menyatakan bahwa mayoritas responden
mempunyai pengetahuan yang kurang baik tentang demam berdarah, serta dengan
perilaku PSN. Pengetahuan tentang demam berdarah tidak mempunyai asosiasi
terhadap perilaku PSN. Disarankan agar ada upaya untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang penyakit demam berdarah serta perilaku
pemberantasan sarang nyamuk serta penelitian lanjutan untuk mengetahui faktor
lain yang mempengaruhi perilaku PSN. Hasil penelitian menunjukan bahwa
20,6% responden dengan tingkat pengetahuan baik dan 79,2% dengan tingkat
pengetahuan kurang. Demam (95,2%) dan bintik merah (56%) merupakan ciri-ciri
penyakit demam berdarah yang paling banyak diketahui responden. Kategori
perilaku PSN baik dimiliki 21,6% dan kurang baik 78,4% responden. Analisis
data dengan Chi Squaremenunjukan tidak ada asosiasi antara tingkat pengetahuan
dengan perilaku PSN dengan Chi Square=1,630 dan p=0,156. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Steffi, et al (2013) hubungan pengetahuan tentang DBD dengan
perilaku masyarakat dalam pencegahan DBD di wilayah kerja Puskesmas
Tamalanrea, menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna (signifikan)
antara pengetahuan dengan perilaku 10 masyarakat dalam pencegahan DBD. Dari
hasi penelitian diperoleh data bahwa terdapat 59 responden (68,6%) memeliki
pengetahuan yang baik tentang DBD, dan 27 responden (31,4%) yang kurang
pengetahuannya tentang DBD dengan nilai signifikansi lebih kecil dari 5%
(p=0.001 < α=0.05). Jadi semakin tinggi pengetahuan seseorang tentang DBD
maka semakin baik pula perilaku pencegahan DBD.

B. Tujuan
a. Tujuan umum
Mampu mengaplikasikan konsep dan teori keperawatan komunitas yang
telah diperoleh pada akademin secara nyata dalam memberikan asuhan
keperawatan komunitas secara komperehensif diwilayah desa Arang
Limbung RT 01 RW 08.
b. Tujuan khusus
1. Melakukan pengumpulan data hasil pengkajian pada masyarakat RT
01 RW 08 desa Arang Limbung
2. Melakukan analisa data hasil pengkajian pada masyarakat RT 01 RW
08 desa Arang Limbung
3. Menentukan diagnosa keperawatan pada masyarakt RT 01 RW 08
desa Arang Limbung
4. Menginformasikan hasil analisa data pengkajian di RT 01 RW 08 desa
Arang Limbung
5. Memberikan gambaran masalah kesehatan yang ada di RT 01 RW 08
desa Arang Limbung
6. Menginformasikan tentang prioritas masalah yang ada di RT 01 RW
08 desa Arang Limbung
7. Menginformasikan perencanaan asuhan keperawatan komunitas di RT
01 RW 08 desa Arang Limbung
8. Menginformasikan pelaksanaan asuhan keperawatan komuntas di RT
01 RW 08 desa Arang Limbung
9. Memberikan kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan selama praktek
keperawatan komunitas di RT 01 RW 08 desa Arang Limbung
10. Memenuhi salah satu laporan akhir mata kuliah komunitas
c. Manfaat
1. Masyarakat
Diharapkan dapat membantu masyarakat guna mengerti gambaran
status kesehatannya dan menyadari permasalahan kesehatan yang ada
serta mau menyelesaikan permasalahan tersebut.
2. Mahasiswa
Menimbah pengalaman belajar mahasiswa untuk peka dalam
mengenali masalah kesehatan dalam masyarakat dalam menentukan
langkah penyelesaiannya dalam mengaplikasikan ilmu yang didapat
kepada masyarakat khusus tentang kesehatan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Definisi
Nyamuk adalah serangga tergolong dalam order Diptera; genera
termasukAnopheles, Culex, Psorophora, Ochlerotatus, Aedes, Sabethes, Wyeo
myia, Culiseta, dan Haemagoggus untuk jumlah keseluruhan sekitar 35 genera
yang merangkum 2700 spesies. Nyamuk mempunyai dua sayap bersisik,
tubuh yang langsing, dan enam kaki panjang; antar spesies berbeda-beda
tetapi jarang sekali melebihi 15 mm.
Dalam bahasa Inggris, nyamuk dikenal sebagai "Mosquito", berasal
dari sebuah kata dalam bahasa Spanyol atau bahasa Portugis yang berarti lalat
kecil. Penggunaan kata Mosquito bermula sejak tahun 1583. Di Britania
Raya nyamuk dikenal sebagai gnats.
Pada nyamuk betina, bagian mulutnya membentuk probosis panjang
untuk menembus kulit mamalia (atau dalam sebagian kasus burung atau juga
reptilia danamfibi untuk menghisap darah. Nyamuk betina memerlukan
protein untuk pembentukan telur dan oleh karena diet nyamuk terdiri
dari madu dan jus buah, yang tidak mengandung protein, kebanyakan nyamuk
betina perlu menghisap darahuntuk mendapatkan protein yang diperlukan.
Nyamuk jantan berbeda dengan nyamuk betina, dengan bagian mulut yang
tidak sesuai untuk menghisap darah. Agak rumit nyamuk betina dari satu
genus, Toxorhynchites, tidak pernah menghisap darah. Larva nyamuk besar
ini merupakan pemangsa jentik-jentik nyamuk yang lain.

Demam Berdarah Dengue adalah penyakit febril akut yang ditemukan


di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria.
Penyakit demam berdarah dengue atau yang disingkat sebagai DBD adalah
suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk
aedes aegypti betina lewat air liur gigitan saat menghisap darah manusia.
Selama nyamuk aides aigypti tidak terkontaminasi virus dengue maka
gigitan nyamuk DBD tersebut tidak berbahaya. Jika nyamuk tersebut
menghisap darah penderita DBD maka nyamuk menjadi berbahaya karena
bisa menularkan virus dengue yang mematikan. Untuk itu perlu pengendalian
nyamuk jenis aedes aegypti agar virus dengue tidak menular dari orang yang
satu ke orang yang lain.
B. Epidemiologi
Demam Berdarah Dengue ( DBD ) merupaka salah satu penyakit yang
disebabkan oleh nyamuk spesies aides aegpyti dan aedes albopictus ( DBD
1999 ). Biasanya terjadi penulran transexsual dari nyamuk jantan ke nyamuk
betina melalui perkawinan ( WHO, 2009 ) serta penularan transovarial dari
induk nyamuk ke turunannya.
Di indonesia data kematian akibat DBD secara umum menurun.
Namun di beberapa provinsi seperti, gorontalo ( 6,1 % ), maluku ( 6,0 % ),
papua barat ( 4,6% ) masih tinggi. Dibeberapa propinsi, DBD pernah menjadi
kejadian luar biasa ( KLB ) pada tahun 1998 dan 2004 yang menyebabkan
79.480 orang penderita dan 800 orang lebih meninggal ( Kusriastuti, 2010 ).
Pada tahun-tahun selanjutya memang dilaporkan terjadi penurunan dalam
kasus kematian tetapi perlu diketahui bahwa jumlah kasus tersus bertambah.
Pada tahun 2008, tercatat sebanyak 137.469 kasus dan kematian 1.187
orang. Pada tahun 2009 sebanyak 154.855 kasus dan kematian 1.384 orang
( kusriastuti, 2010 ). Untuk informasi DBD tahun 2016 kasus meninggal
incidence rate per 100.000 penduduk. Diperoleh informasi bahwa jumlah
kasus DBD di Indonesia terdapat 4 propinsi yang sangat tinggi yaitu, jawa
timur ( 340 kasus ), jawa barat ( 270 kasus ), jawa tengah ( 213 kasus ) dan
kalimantan timur ( 103 kasus ). Jumlah kasus terendah dicapai oleh papua ( 0
kasus ), NTT dan sulawesi barat ( 2 kasus ) serta kepulauan bangka belitung
( 3 kasus ).
C. Klasifikasi PSN
Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue melalui gigitan vektor nyamuk Aedes aegypti
dan Aedes albopictus. Desa Jatipuro wilayah Puskesmas Trucuk II merupakan
desa endemis penyakit demam berdarah dengue (DBD). Cara yang paling
efektif sebagai upaya preventif penanggulangan penyakit DBD dengan
kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Prakteknya dengan
melakukan 3M plus secara intensif dan berkesinambungan oleh seluruh aspek
masyarakat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan
masyarakat tentang PSN terbanyak dalam kategori cukup (72,2%),
pelaksanaan PSN dalam menguras, menutup, mengubur/daur ulang kategori
baik (88,7%, 85,6%, 87,6%), sedangkan plus kategori kurang baik (72,2%)
serta kontinyuitas pelaksanaan PSN terbanyak menutup dan mengubur / daur
ulang kategori baik (61,9% dan 70,1%), sedangkan menguras dan plus
kategori kurang baik (58,8% dan 69,1%).

Upaya pertama yang bisa dilakukan untuk mengendalikan nyamuk


penyebab DBD adalah dengan mengendalikan lingkungan terlebih dahulu.
Lingkungan ini jangkauannya luas ya Mak, dimulai dari rumah hingga
lingkungan sekitar. Pengendalian secara lingkungan ini dilakukan dengan
tujuan membatasi ruang nyamuk untuk berkembang biak, sehingga
harapannya nyamuk penyebab DBD ini bisa musnah. Program 3M yang sudah
sangat kita kenal, menjadi salah satu cara mengendalikan perkembangbiakan
nyamuk secara lingkungan. Secara lengkap, pemberantasan sarang nyamuk
secara lingkungan, bisa dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :

1. Program 3M (Menguras, Menutup dan Mengubur )


a. Menguras tempat penampungan air secara teratur, setidaknya seminggu
sekali. Kenapa harus seminggu sekali ? karena telur nyamuk
membutuhkan waktu sekitar 7-10 hari untuk bisa berubah menjadi
nyamuk. Jadi sebelum telur itu berubah jadi nyamuk, tempat
perkembangbiakannya sudah kita bersihkan.
b. Menutup rapat tempat penampungan air, ini juga dilakukan agar tempat-
tempat tersebut tidak bisa dijadikan nyamuk untuk berkembangbiak
c. Mengubur dan menyingkirkan barang-barang bekas yang bisa
menampung air.
2. Mengganti air yang ada pada vas bunga atau tempat minum di sarang
burung, setidaknya dilakukan seminggu sekali
3. Membersihkan saluran air jika tersumbat oleh sampah, karena setiap
genangan air bisa dimanfaatkan oleh nyamuk untuk berkembang biak.

D. Manifestasi klinis
E. pemeriksaan penunjang
F. penatalaksaan medis
BAB III
HASIL PENGKAJIAN
BAB IV
HASIL KEGIATAN

A. ANALISA DATA
B. SAP
C. NARASI KEGIATAN

Pada tanggal 5 mei 2018 pukul 10.00 WIB bertempat di Desa Arang Limbung
kelompok melakukan pengkajian disetiap rumah-rumah warga. Sebelum turun
melakukan pegkajian kelompok dibagi lagi kelompok kecil yaitu ada 3 kelompok
kecil. Kelompok pertama ( Anisa, Tiara, Dhea, Riya ), Kelompok kedua ( Arizul,
ragil, Rizki ), Kelompok ketiga ( Elly, Susi ). Saat ingin melakukan pengkajian
kelompok mengalami kesulitan untuk mendapatkan data-data dikarenakan
banyak rumah yang kosong dan ada juga yang menolak kami untuk mengkaji
dirumah tesebut. Setelah setiap kelompok melakukan pengkajian, kelompok
berkumpul dirumah Anisa untuk merundingkan tentang hasil dari pengkajian.
Dari rundingkan tersebut kami mendapatkan hasil untuk materi PENKES yang
akan kami sampaikan ke masyarakat tersebut yaitu PSN ( Pemberantasan Sarang
Nyamuk ) alasan megapa kami menganngkat materi tersebut dikarenakan
sebelumnya terlaksanannya penyuluhan tentang DBD dan kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang PSN ( Pe,berantasan Sarang Nyamuk ). Setelah
kelompok selesai diskusi, kami pulang kerumah masing-masing.
Pada tanggal 08 juli 2018 pukul 09.00 WIB kelompok melakukan persiapan
sebelum PENKES pada jam 15.30 WIB. Persiapan yang dilakukan kelompok
yaitu, mempersiapkan konsumsi untuk masyarakat, dan menyiapkan
perlengkapan yang akan digunakan saat PENKES yaitu, piagam penghargaan
untuk diserahkan sebagai kenang-kenangan, dan mengatur lokasi yang akan
digunakan. Tiba lah saatnya jam 15.30 dosen pembimbing kelompok 3 Ibu Sri
Ariyanti M. Kep datang kelokasi yang akan diadakannya PENKES. PENKES
dimulai oleh MC acara yaitu, Dhea Yolanda Saputri, setelah itu dilanjutkan
pembukaan PENKES serta Sambutan dari Ketua Kelompok Arizul Akram,
setelah sambutan dilanjutkan Materi PENKES oleh pemateri Susi Karmila dan
dibawa oleh moderator PENKES Riya Ainurisha. Setelah materi selesai
waktunya sesi tanya jawab yang telah ditetapkan oleh moderator, didapatkan 2
orang penanya yang dijawab oleh Ragil Budi Utomo. Setelah sesi tanya jawab
selesai, dilanjutkan sesi foto bersama dan penyerahan kenang-kenangan yang
telah disediakan kelompok.

Anda mungkin juga menyukai