Anda di halaman 1dari 33

“PENGARUH CAR, NPL, BOPO, LDR, NPM, DAN KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF

TERHADAP PERTUMBUHAN LABA”

(Studi Kasus Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode Tahun 2013 s/d 2016)

Diajukan guna melengkapi tugas mata kuliah Seminar Manajemen Keuangan

Disusun Oleh :

1. Yulia Defi Hardianti B.131.15.0032


2. Nailis Sa’adah B.131.15.0100
3. Ahmad Fatkul Himam B.131.15.0231
4. Abdul Rozak B.131.15.0276
5. Dwi Muzayanto B.131.15.0308
6. Dwi Retno Wahyuni B.131.15.0355
7. Budi Eko Prasetyo B.131.15.0678

UNIVERSITAS SEMARANG
FAKULTAS EKONOMI S1 MANAJEMEN
2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bank adalah lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary)
antara pihak yang memiliki dana dengan pihak yang memerlukan dana serta sebagai lembaga
yang berfungsi memperlancar aliran lalu lintas pembayaran, juga mempunyai peran sebagai
pelaksanaan kebijakan moneter dan pencapaian stabilitas sistem keuangan, sehingga
diperlukan perbankan yang berkinerja baik, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.
Untuk itu arah kebijakan perbankan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia pada awal
tahun 2011 merupakan suatu landasan untuk meningkatkan dan memperkuat regulasi Bank
Indonesia. Regulasi tersebut ditujukan dalam upaya untuk mendorong fungsi intermediasi,
meningkatkan ketahanan perbankan, serta penguatan fungsi pengawasan dan makro
prudensial. (LPPBI 2011)
Pengertian bank menurut Undang-Undang (UU) Perbankan No. 10 tahun 1998 dalam
pasal 1 (Undang-Undang Perbankan, 1998), bank adalah suatu badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak. Melalui kegiatan perkreditan dan jasa yang diberikan, bank melayani kebutuhan
pembebanan serta membantu memperlancar sistem pembayaran bagi sektor perekonomian.

Perbankan di Indonesia memiliki tujuan strategis sebagaimana dijelaskan dalam pasal 4


UU Perbankan tahun 1992 (Undang-Undang Perbankan, 1998) yaitu menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional untuk meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan
stabilitas nasional menuju peningkatan kesejahteraan masyarakat. Perbankan juga berperan
aktif dalam memajukan perekonomian suatu negara.

Pertumbuhan laba yang terjadi pada industri perbankan nasional merupakan suatu hal
yang baik guna menopang perekonomian domestik Indonesia. Banyak faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan laba pada perusahaan perbankan. Salah satu dari beberapa
faktor tersebut adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Perfoming Loan (NPL), Beban

2
Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposite Ratio (LDR), Net Profit
Margin (NPM), Kualitas Aktiva Produktif (KAP). Pertumbuhan laba yang di tunjukkan pada
grafik 1.1, dan di tengah kondisi perbaikan perekonomian domestik, secara umum kondisi
perbankan selama tahun 2015 masih terjaga baik (financially sound). Kinerja Bank Umum
Konvensional (BUK) yang cukup baik, ditunjukkan pada tabel 1.1.

Grafik 1.1

Pertumbuhan Laba

Tabel 1.1

Kondisi Umum Perbankan Konvensional

2015
Rasio 2014 Qtq Yoy
TW I TW II TW III TW IV
Total Aset (Rp
milyar) 5.404.403 5.577.929 5.732.978 5.943.259 5.919.406 -0.40% 9.53%
Kredit (Rp milyar) 3.521.831 3.527.817 3.677.335 3.805.326 3.904.158 2.60% 10.86%
Dana Pihak Ketiga
(Rp milyar) 3.940.494 4.028.755 4.156.933 4.297.649 4.238.349 -1.38% 7.56%
- Giro (Rp milyar) 874.889 936 1.040.387 1.084.398 972.657 -10.30% 11.17%
- Tabungan (Rp 1.232.954 1.152.362 1.172.790 1.233.291 1.343.292 8.92% 8.95%

3
milyar)
- Deposito (Rp
milyar) 1.832.652 1.940.392 1.943.755 1.979.960 1.922.400 -2.91% 4.90%
CAR (%) 19.57 20.98 20.28 20.62 21.39  0.77  1.82
ROA (%) 2.85 2.69 2.29 2.31 2.32  0.02  (0.53)
NIM (%) 4.23 5.3 5.32 5.32 5.39  0.08  1.16
BOPO (%) 76.29 79.49 81.4 81.82 81.49  (0.33)  5.20
NPL Gross (%) 2.04 2.27 2.46 2.61 2.39  (0.22)  0.35
NPL Net (%) 0.98 1.16 1.22 1.26 1.14  (0.12)  0.16
LDR (%) 89.42 87.58 88.46 88.54 92.11  3.57  2.69
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia dan system informasi perbankan OJK, Desember 2015

Penelitian ini dilakukan karena adanya fenomena research gap atau hasil penelitian
terdahulu yang berbeda-beda dimana penelitian yang membahas tentang pengaruh CAR terhadap
pertumbuhan laba dari temuan Robin (2013) dan Daniel (2016) yang menyatakan bahwa CAR
tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba, temuan tersebut berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh Rodiyah, & Hardiyanto (2016), dan Nur Aini (2013) yang menyatakan
bahwan CAR memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan modal.

Pada penelitian pembahasan tentang NPL yang dilakukan oleh Robin (2013), dan Vini,
David, & Sintje (2017) menyatakan NPL memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
laba, hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Nur Aini (2013) yang menyatakan
NPL memiliki pengaruh positif tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba. Dan berbeda juga
dengan hasil penelitian oleh Daniel (2016) dan Rodiyah, Haryanto (2016) yang menyatakan
bahwa NPL tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba.

Selanjutnya pada penelitian pembahasan tentang BOPO yang dilakukan oleh Robin
(2013), Daniel (2016), dan Nur Aini (2013) menyatakan bahwa BOPO memiliki pengaruh
terhadap pertumbuhan laba, hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rodiyah &
Hariyanto (2016) menyatakan bahwa BOPO tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan
laba.

Selanjutnya pada penelitian pembahasan tentang LDR yang dilakukan oleh Robin (2013)
menyatakan bahwa LDR memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba, berbeda
dengan penelitian yang di lakukan oleh Nur Aini (2013) yang menyatakan bahwa LDR memiliki

4
pengaruh positif tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba, dan berbeda pula dengan penelitian
yang dilakukan oleh Daniel (2016), dan Rodiyah & Hariyanti (2016) menyatakan bahwa LDR
tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba.

Kemudian penelitian pembahasan tentang NPM yang dilakukan oleh Novia (2013)
menyatakan bahwa NPM memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba, hasil penelitian ini
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rodiyah & Hariyanto (2016) yang menyatakan
bahwa NPM tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba.

Dan terakhir penelitian pembahasan tentang Kualitas Aktiva Produktif yang dilakukan
oleh Vini, David & sintje (2017) yang menyatakan bahwa KAP memiliki pengaruh positif
signifikan terhadap pertumbuhan laba, penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Nur Aini (2013) yang menyatakan bahwa KAP memiliki pengaruh negative
terhadap pertumbuhan laba.

Tabel 1.2

Hasil Penelitian Terdahulu

Peneliti CAR NPL BOPO LDR NPM KAP


Robin Tidak Berpengaruh Berpengaruh Berpengaruh - -
(2013) berpengaruh signifikan signifikan signifikan
Vini, - Berpengaruh - - - Berpengaruh
David, dan (-) (+)
Sintje signifikan signifikan
(2017)
Novia P. - - - - Berpengaruh -
Hamidu signifikan
(2013)
Daniel Tidak Tidak Berpengaruh Tidak - -
Imanuel berpengaruh berpengaruh berpengaruh
(2016)
Rodiyah Berpengaruh Tidak Tidak Tidak Tidak -
Dan signifikan berpengaruh berpengaruh berpengaruh berpengaruh
Hardiyanto signifikan signifikan signifikan signifikan
(2016)

5
Nur Aini Berpengaruh Berpengaruh Berpengaruh Berpengaruh - Berpengaruh
(2013) (+) signifikan (+) tidak (-) signifikan (+) tidak (-)
signifikan signifikan signifikan

Dari penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang tidak konsisten dan memiliki
perbedaan menyebabkan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lanjutan terhadap faktor-
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan laba. Penelitian ini menggunakan Capital Adequicy
Ratio (CAR), Non Perfoming Loan (NPL), Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO),
Loan to Deposite Ratio (LDR), Net Profit Margin (NPM), Kualitas Aktiva Produktivitas (KAP)
sebagai variabel bebas dan Pertumbuhan Laba sebagai variabel terikat. Peneliti memilih
perusahaan perbankan yang terdaftar di bursa efek Indonesia karena perusahaan perbankan
banyak terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan perusahaan perbankan merupakan sektor unggul
pada perekonomian Indonesia sebagai salah satu pendapatan nasional.

Berdasarkan uraian yang dipaparkan diatas, maka penelitian ini diberi judul : “Pengaruh
CAR, NPL, BOPO, LDR, NPM, dan Kualitas Aktiva Produktif terhadap Pertumbuhan Laba
Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013 s/d 2016”

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka rumusan masalahnya adalah
“Bagaimana Pengaruh CAR, NPL, BOPO, LDR, NPM dan Kualitas Aktiva Produktif terhadap
Pertumbuhan laba”.

Pertanyaan penelitian yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah CAR berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba pada perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2016 ?
2. Apakah NPL berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba pada perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2016 ?
3. Apakah BOPO berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba pada perusahaan perbankan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2016 ?

6
4. Apakah LDR berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba pada perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2016 ?
5. Apakah NPM berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba pada perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2016 ?
6. Apakah Kualitas Aktiva Produktif berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba pada
perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2016 ?

1.2 Tujuan Penelitian

Seperti yang telah dijelaskan pada rumusan di atas, tujuan dalam penelitian ini yaitu :

1. Untuk menganalisis dan menguji secara empiris pengaruh CAR terhadap Pertumbuhan
Laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-
2016.
2. Untuk menganalisis dan menguji secara empiris pengaruh NPL terhadap Perumbuhan
Laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-
2016.
3. Untuk menganalisis dan menguji secara empiris pengaruh Bopo terhadap Pertumbuhan
Laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-
2016.
4. Untuk menganalisis dan menguji secara empiris pengaruh LDR terhadap Pertumbuhan
Laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-
2016.
5. Untuk menganalisis dan menguji secara empiris pengaruh NPM terhadap Pertumbuhan
Laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-
2016.
6. Untuk menganalisis dan menguji secara empiris pengaruh Kualitas Aktiva Produktivitas
terhadap Pertumbuhan Laba pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2013-2016.

1.3 Manfaat Penelitian

7
Kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini yaitu :

1. Manfaat teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat khususnya bagi pengembangan
ilmu ekonomi sebagai sumber bacaan atau referensi yang dapat memberikan informasi
kepada pihak-pihak yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan
ini.

2. Manfaat akademis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak manajemen perusahaan
yang nantinya dapat digunakan sebagai dasar untuk meningkatkan pertumbuhan laba
perusahaan.
3. Bagi praktis
Dari penelitian ini supaya dapat memberikan informasi mengenai faktor-faktor apa saja
yang dapat mempengaruhi pertumbuhan laba sehingga bisa dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan keuangan bank yang baik.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 LANDASAN TEORI

1. Capital Adequacy Ratio (CAR)


Menurut Darmawi (2012:91), salah satu komponen faktor permodalan adalah
kecukupan modal. Rasio untuk menguji kecukupan modal bank yaitu rasio CAR (Capital
Adequacy Ratio). CAR merupakan kecukupan modal, menunjukkan kemampuan bank
dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam
mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol resiko yang timbul yang dapat
berpengaruh terhadap besarnya modal bank. Perhitungan CAR didasarkan atas prinsip
bahwa setiap penanaman yang mengandung resiko harus disediakan jumlah modal
sebesar persentase tertentu (risk margin) terhadap jumlah penanamanya. Modal
merupakan  faktor utama bagi suatu bank untuk dapat mengembangkan pertumbuhan
usahanya. Semakin tinggi nilai CAR yang anda temukan nanti, ini artinya bank semakin
mampu untuk menanggung resiko dari adanya berbagai kredit yang mungkin beresiko.
Karena bagaimanapun juga, jika semakin tinggi nilai CAR yang dimiliki, maka bank
akan mampu membiayai berbagai kegiatan operasional serta memberikan kontribusi
secara maksimal pada hal-hal yang berkaitan dengan profitabilitas. Dengan mengetahui
tingkat permodalan yang dimiliki oleh bank akan menjamin bahwa bank siap
menanggung adanya kemungkinan buruk yang mungkin saja terjadi pada setipa bank
yang ada. Perhitungan CAR :

CAR = Modal / ATMR x 100%.

2. Non Performance Loan (NPL)

9
Menurut Ismail (2013:226), NPL (Non Performance Loan) adalah kredit yang
menunggak melebihi 90 hari atau jumlah kredit yang tidak dibayar atau tidak dapat
ditagih, dengan kata lain adalah kredit macet atau kredit yang bermasalah. Kredit
bermasalah adalah kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet. Dimana
NPL terbagi menjadi Kredit Kurang Lancar, Diragukan, dan Macet. Semakin kecil NPL
maka semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank. Bank dalam
melakukan kredit harus melakukan analisis terhadap kemampuan debitur untuk
membayar kembali kewajibannya. Setelah kredit diberikan, bank wajib melakukan
pemantauan terhadap penggunaan kredit serta 14 kemampuan dan kepatuhan debitur
dalam memenuhi kewajibannya. Bank melakukan peninjauan dan pengikatan terhadap
agunan untuk memperkecil risiko kredit. Praktisi perbankan menyepakati bahwa batas
aman dari NPL suatu bank tidak boleh melebihi 5%. Perhitungan rasio NPL sebagai
berikut :

NPL = Kredit bermasalah / Total Kredit x 100%

3. Beban Oprasional & Pendapatan Opresional (BOPO)


BOPO (Beban Operasional dan Pendapatan Operasional) merupakan rasio antara
biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam menjalankan aktivitas utamanya terhadap
pendapatan yang diperoleh dari aktivitas tersebut. Belanja operasional adalah biaya
bunga yang diberikan pada nasabah sedangkan pendapatan operasional adalah bunga
yang didapatkan dari nasabah Aktivitas utama bank seperti biaya bunga, biaya tenaga
kerja, biaya pemasaran dan biaya operasi lainnya, sedangkan pendapatan operasional
adalah pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit dan
pendapatan operasi lainnya. Semakin kecil rasio BOPO menunjukkan semakin efisien
suatu bank dalam menjalankan aktivitas usahanya dan dengan adanya efisiensi biaya
maka keuntungan yang diperoleh bank akan semakin besar. Perhitungan rasio BOPO
menurut SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 adalah sebagai berikut:

BOPO = Beban operasional x 100%


Pendapatan operasional
4. Loan to Deposit Ratio (LDR)

10
Loan to Deposit Ratio (LDR) yaitu rasio kredit yang diberikan kepada dana pihak
ketiga yang diterima dari bank yang bersangkutan. LDR juga memiliki fungsi yang
sangat penting sebagai alat ukur yang menunjukkan besarnya ekspansi kredit yang
dilakukan bank maka LDR bisa digunakan alat ukur untuk melihat berfungsi tidaknya
suatu intermediasi bank. Tingginya nilai LDR akan memengaruhi keuntungan dari
penciptaan kredit. LDR yang meningkat menandakan bahwa adanya penanaman dana
dari pihak ketiga yang besar ke dalam bentuk kredit (Adriyanti, 2012). Prasnanugraha
(2014) menyatakan semakin tinggi LDR maka akan semakin banyak dana yang diberikan
dalam bentuk kredit maka pendapatan bunga akan tinggi sehinggai nilai ROA meningkat.
Almadany (2012) menyatakan bahwa kebutuhan likuiditas setiap bank berbeda-beda
tergantung antara lain pada khususan usaha bank, besarnya bank dan sebagainya.
Besarnya LDR antara 78% sampai dengan 100% (Dewi Solopos 2012) perhitungan LDR
sebagai berikut :

LDR = Kredit yang diberikan x 100%.


Dana Pihak Ketiga

5. Net Profit Margin (NPM)


NPM adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan keuntungan bersih. Menurut Bastian dan Suhardjono
(2016), NPM  adalah perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Rasio ini sangat
penting bagi manajer operasi karena mencerminkan strategi penetapan harga penjualan
yang diterapkan perusahaan dan kemampuannya untuk mengendalikan beban usaha.
Menurut Sulistyanto (tanpa tahun: 7) angka NPM dapat dikatakan baik apabila > 5 %.
Menurut Kasmir (2008:200), menyatakan bahwa Net profit margin merupakan ukuran
keuntungan yang membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dibandingkan
dengan penjulan. Rasio ini menunjukkan pendapatan bersih perusahaan atas penjulan.
Rasio ini juga dibandingkan dengan rata-rata industri. Rumus net profit margin (NPM),
menurut (Kasmir, 2008:200):
NeT Profit Margin = Laba Bersih Setelah Pajak
Penjualan

11
Menurut Werner R. Murhadi (2013:64) Net Profit Margin adalah mencerminkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba neto dari setiap penjualannya.
Semakin tinggi nilai NPM maka menunjukkan semakin baik.
Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa Net Profit Margin
adalah kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba di setiap penjualan yang telah di
kurangi bunga dan pajak disetiap periode.

6. Kualitas Aktiva Produktif


Aktiva Produktif adalah penyediaan dana BPR dalam rupiah untuk memperole
penghasilan, dalam bentuk Kredit, Sertifikat Bank Indonesia, dan Penempatan Dana
Antar Bank (PBINo 9/18/PBI/2006). Kualitas Aktiva Produktif adalah penanaman dana
bank baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, surat
berharga, penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan
kontijensi pada transaksi rekening administratif. Aktiva produktif adalah sumber
pendapatan bank, sebagai sumber pendapatan pasti memiliki risiko terbesar. Potensi
kerugian atas risiko tersebut dapat diantisipasi dengan cara membentuk Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) yang berupa cadangan umum dan cadangan
khusus sehingga dapat menutup kemungkinan kerugian yang akan terjadi (Taswan,
2005:245)
Siamat dan Sinungan (2015:7) juga menyatakan jika kualitas aktiva produktif
meningkat, maka perolehan laba bank juga meningkat, karena perolehan bank sangat
bergantung dengan penempatan dana disisi aktiva produktif. Aktiva produktif adalah
penempatan bank dalam bentuk kredit, surat berharga, penyertaan dan penanaman
lainnya dengan tujuan untuk memperoleh penghasilan. Karena itu pengamatan dan
analisis tentang bagaimana kualitas dari aktiva produktif harus dilakukan terus menerus.
Semakin baik kualitas aktiva produktif suatu bank maka semakin kecil kredit bermasalah
pada bank tersebut, dan kecilnya kredit bermasalah pada suatu bank maka tingkat
profitabilitasnya semakin baik. Berdasarkan SE No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004
Kualitas Aset Produktif dapat dihitung dengan cara :

KAP = APYD x 100%


TOTAL AKTIVA PRODUKTIF

12
7. Pertumbuhan Laba
Laba adalah kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode dalam bentuk
pemasukan atau penambahan aktivitas atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan
kenaikan equitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Laporan laba rugi
di dalamnya tercantum laba rugi yang dialami oleh perusahaan tersebut. Laporan laba
rugi merupakan salah satu laporan keuangan utama perusahaan yang melaporkan hasil
kegiatan dalam meraih keuntungan untuk periode tertentu (Suprihatmi S.W dan M.
Wahyudin, 2010). Pertumbuhan laba adalah perubahan persentase kenaikan laba
yang diperoleh perusahaan (Simorangkir,2013) dalam Hapsari, (2013). Pertumbuhan laba
yang baik, mengisyaratkan bahwa perusahaan mempunyai keuangan yang baik, yang
pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan, karena besarnya dividen yang akan
dibayar di masa akan datang saat bergantung pada kondisi perusahaan. Perusahaan
dengan laba bertumbuh, dapat memperkuat hubungan antara besarnya atau ukuran
perusahaan dengan tingkatan laba yang diperoleh. Dimana perusahaan dengan laba
bertumbuh akan memiliki jumlah aktiva yang besar sehingga memberikan peluang
lebih besar didalam menghasilkan profitabilitasnya, Hamid (2011), merumuskan
bahwa perusahaan yang bertumbuh adalah perusahaan yang memiliki pertumbuhan
margin, laba dan penjualan yang tinggi. Menurut Sujana (2014), menyatakan perusahaan
yang memiliki total aktiva yang besar menunjukkan bahwa perusahaan telah mencapai
tahap kedewasaan. Sementara Suwardjono (2008) memaknai laba sebagai imbalan atas
upaya perusahaan menghasilkan barang dan jasa.Ini berarti laba merupakan kelebihan
pendapatan di atas biaya (biaya total yang melekat dalam kegiatan produksi dan
penyerahan barang / jasa.(Aini 2012).

Perubahan Laba = ROA1 – ROA0 x 100%


ROA0

13
2.2 HUBUNGAN LOGIS ANTAR VARIABEL

2.2.1 Hubungan CAR Terhadap Pertumbuhan Laba


Tarmidzi Achmad (2003) dalam Nusantara (2009) menyatakan bahwa Capital Adequacy
Ratio (CAR) menjelaskan sampai dimana penurunan asset bank masih bisa ditutupi dengan
ekuitas bank yang dimiliki, semakin besar nilai CAR maka menunjukkan kondisi sebuah bank
itu semakin baik. CAR merupakan rasio permodalan untuk mengukur kecukupan modal yang
dimiliki bank untuk menunjang aktiva yg mengandung atau menghasilkan resiko, misal kredit
yang diberikan. Indikator CAR merupakan salah satu indikator permodalan yang sering
digunakan dalam menilai kinerja perbankan. Semakin besar Capital Adequacy Ratio (CAR)
maka kinerja perbankan tersebut semakin baik, karena permodalan yang ada digunakan untuk
menutup kemungkinan kerugian didalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat-surat
berharga. Teori tersebut juga konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nur Aini
(2013), Artwienda (2007), Robin (2013), Rodiyah (2016) dan Hardiyanto (2016) menyatakan
bahwa, Capital Adequacy Ratio (CAR) terbukti mempunyai pengaruh yang positif terhadap
perubahan laba. Berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Daniel Immanuel
(2016) dan Novia P. Hamidu (2013) menyatakan semakin besar Capital Adequacy Ratio
(CAR) maka dapat mengurangi kemampuan bank dalam melakukan ekspansi usaha karena
semakin besarnya cadangan modal yang digunakan untuk menutupi resiko kerugian.
Terhambatnya ekspansi usaha akibat tingginya CAR yang pada akhirnya akan mempengaruhi
pertumbuhan laba. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah :
H1 : CAR Berpengaruh Terhadap Pertumbuhan Laba

2.2.2 Hubungan NPL Terhadap Perumbuhan Laba


Non Performance Loan (NPL) menunjukan bahwa kemampuan manajemen bank dalam
mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Semakin tinggi rasio ini maka
akanisemakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin
besar maka kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin besar. Kredit dalam
hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak dana ketiga tidak termasuk kredit kepada
bank lain. Hal ini dikuatkan dengan bukti empiris yang dilakukan oleh Robin (2013), Nur Aini
(2013) yang menunjukkan hasil bahwa Non Performance Loan (NPL) berpengaruh positif

14
terhadap pertumbuhan laba. Hasil berbeda juga ditunjukkan dari penelitian yang dilakukan
Vina, David, dan Sintje (2017), Daniel Imanuel (2016) dan Rodiyah dan Hardiyanto (2016)
menyatakan bahwa, Non Performance Loan (NPL) memiliki pengaruh negatif terhadap kinerja
keuangan. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah :
H2 : NPL Berpengaruh Terhadap Pertumbuhan Laba.

2.2.3 Hubungan BOPO Terhadap Pertumbuhan Laba


BOPO merupakan perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan
operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank
dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah
bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan menyalurkan dana (misalnya dana
masyarakat), maka biaya dan pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan
hasil bunga (Dendawijaya, 2009). Hal ini dikuatkan dengan bukti empiris yang dilakukan oleh
Robin (2013), Nur Aini (2013), dan Daniel Imanuel (2016) menyatakan bahwa Loan to deposit
ratio (LDR) berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan, tetapi bertolak belakang dengan
pendapat Rodiyah dan Hardiyanto (2016) yang menyatakan bawa BOPO berpengaruh negatif
terhadap pertumbuhan laba. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan
adalah :
H3 : BOPO Berpengaruh Terhadap Pertumbuhan Laba.

2.2.4 Hubungan LDR Terhadap Pertumbuhan Laba


Loan to deposit ratio (LDR) adalah rasio perbandingan antara kredit yang diberikan
dengan dana pihak ketiga, termasuk pinjaman yang diterima, tidak termasuk pinjama
subordinasi, Loan to deposit ratio (LDR) menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam
membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang
diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Prasnanugraha (2007) menyatakan semakin tinggi
Loan to deposit ratio (LDR) sampai dengan batas tertentu maka akan semakin banyak dana
yang disalurkan dalam bentuk kredit maka akan meningkatkan pendapatan bunga sehingga
ROA semakin tinggi. Sesuai dengan teori peningkatan Loan to deposit ratio (LDR) disebabkan
peningkatan dalam pemberian kredit ataupun penarikan dana oleh masyarakat dimana hal ini
dapat mempengaruhi likuiditas bank yang berpengaruh terhadap tingkat kepercayaan

15
masyarakat. Hal ini dikuatkan dengan bukti empiris yang dilakukan oleh Nurwati (2014),
Robin (2013), Nur Aini (2013) menyatakan bahwa Loan to deposit ratio (LDR) berpengaruh
positif terhadap pertumbuhan laba. Nusantara (2009) juga menyatakan bahwa, Loan to deposit
ratio (LDR) mempunyai pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Berdasarkan uraian
diatas, maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah :
H3 : LDR Berpengaruh Terhadap Pertumbuhan Laba.

2.2.5 Hubungan NPM Terhadap Pertumbuhan Laba


Net Profit Margin merupakan salah satu rasio profitabilitas. Net Profit Margin merupakan
rasio yang menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada
tingkatan penjualan tertentu. Net Profit Margin mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba dengan penjualan yang dicapai perusahaan. Semakin tinggi rasio ini
menunjukkan bahwa perusahaan semakin efisien dalam prosuksi, personalia, pemasaran, dan
keuanganya (Sudana, 2011). Laba yang meningkat mengindikasikan kinerja keuangan
perusahaan perusahaan yang baik dan memberikan sinyal kepada investor bahwa perusahaan
dapat bekerja dengan baik. Hal ini meningkatkan daya tarik investasi dari penanaman modal
untuk menginvestasikan modalnya, sehingga akan meningkatkan laba dan pertumbuhan laba
perusahaan. Teori tersebut juga konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Singh
(2015), Marwadi (2004), Rahman (2010) dan Robin (2013) menyatakan bahwa, NPM terbukti
mempunyai pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan laba. Berbanding terbalik dengan
penelitian yang dilakukan oleh Daniel Imanuel (2016). Berdasarkan uraian diatas, maka
hipotesis yang dapat dirumuskan adalah :
H5 : NPM Berpengaruh Terhadap Pertumbuhan Laba.

2.2.6 Hubungan Kualitas Aktiva Produktif Terhadap Petumbuhan Laba


Aktiva produktif atau earning assets adalah semua penanaman dana dalam rupiah dan
valuta asing yang dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya
(Dahlan, 2005:230). Sehingga rasio KAP adalah rasio yang digunakan untuk menghitung
keseluruhan kredit yang dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan. KAP dapat dihitung
dengan membandingkan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan (APYD) terhadap Total
aktiva produktif. APYD merupakan aktiva produktif baik yang sudah maupun yang

16
mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan kerugian, sedangkan
Total Aktiva Produktif merupakan total dari penanaman dana LPD dalam bentuk kredit, surat
berharga, penyertaan dan penanaman lainnya yang dimaksudkan untuk memperoleh
penghasilan. Semakin kecil rasio KAP menunjukkan semakin efektif kinerja LPD untuk
menekan APYD serta memperbesar total aktiva produktif yang akan memperbesar pendapatan,
sehingga laba yang dihasilkan semakin bertambah (Syahyunan,2002). Hal ini dikuatkan
dengan bukti empiris yang dilakukan oleh Nur Aini (2013) menyatakan bahwa KAP
berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang
dapat dirumuskan adalah :
H6 : Kualitas Aktiva Produksi Berpengaruh Terhadap Pertumbuhan Laba

Tabel 2.3
PENELITIAN TERDAHULU

Penelitian Judul Variabel-variabel Hasil Penelitian


yang di gunakan

Daniel Imanuel ANALISIS PENGARUH Variabel Dependen :


Variabel BOPO
Setiawan (2016) KINERJA KEUANGAN  Pertumbuhan
memiliki pengaruh
Program Studi BANK, TINGKAT Laba
terhadap pertumbuhan
Akuntansi INFLASI DAN BI RATE Variabel Independen
laba, namun variabel-
Sekolah Tinggi TERHADAP :
variabel lainnya tidak
Ilmu Ekonomi PERTUMBUHAN LABA  CAR
memiliki pengaruh
Harapan Bangsa, (STUDI PADA BANK  NPL
terhadap pertumbuhan
Bandung SWASTA DEVISA YANG  BOPO laba.
TERDAFTAR PADA  LDR
BURSA EFEK
 Tingkat
INDONESIA PERIODE
Inflasi
2009-2013)
 BI Rate

17
Vini Estelina PENGARUH SUKU
Variabel Dependen : Variabel NPL memiliki
Magdalena Noya, BUNGA KREDIT,
pengaruh yang negative
David Paul Elia KUALITAS AKTIVA  Pertumbuhan
signifikan terhadap
Saerang, & Sintje PRODUKTIF, DAN NON Laba
pertumbuhan laba,
Rondonuwu PERFORMING LOAN Variabel namun variabel-variabel
(2017) TERHADAP independen: yang lain memiliki
Jurusan Akuntansi , PERTUMBUHAN LABA
 Suku Bunga pengaruh positif
Fakultas Ekonomi (Studi Kasus Pada
Kredit signifikan terhadap
dan Bisnis Perusahaan Perbankan
pertumbuhan laba.
Universitas Sam Yang Terdaftar di Bursa  Kuaitas
Ratulangi, Manado Efek Indonesia) Aktiva
Produktif

 NPL

Robin (2013) PENGARUH CAR, NPL, Variabel Dependen : Variabel CAR tidak
Program Studi S- BOPO, LDR, BRANCHES, memiliki pengaruh yang
 Pertumbuhan
1 Manajemen DAN BI RATE signifikan terhadap
Laba
Fakultas Ekonomi TERHADAP pertumbuhan laba,
Universitas PERTUMBUHAN Variabel Independen sedangkan BI Rate
Internasional LABA : : tidak memiliki
Batam STUDI BANK UMUM  CAR pengaruh, dan variabel-
DENGAN ASET ≥ RP 50 variabel yang lainnya
 NPL
TRILIYUN DI memiliki pengaruh
INDONESIA  BOPO terhadap pertumbuhan
laba.
 LDR

 Branches

 BI Rate

18
Novia P. Hamidu PENGARUH KINERJA Variabel Dependen : Variabel NPM dan
(2013) KEUANGAN  Pertumbuhan TATO memiliki
Fakultas Ekonomi, TERHADAP Laba pengaruh terhadap
Jurusan Akuntansi PERTUMBUHAN LABA Variabel Independen pertumbuhan laba.
Universitas Sam PADA PERBANKAN DI  NPM
Ratulangi Manado BEI  TATO

Nur Aini (2013) PENGARUH CAR, NIM, Variabel Dependen : Variabel CAR memiliki
Program Studi LDR, NPL, BOPO,DAN  Pertumbuhan pengaruh yang positif
Akuntansi KUALITAS AKTIVA Laba signifikan, NIM
Universitas PRODUKTIFTERHADA Variabel Independen memiliki pengaruh
Stikubank P PERUBAHAN LABA : negatif tidak signifikan,
Jl. Kendeng V (Studi Empiris Pada  CAR LDR & NPL memiliki
Bendan Ngisor Perusahaan Perbankan  NIM pengaruh positif tidak
Semarang yang terdaftar di BEI)  LDR signifikan, dan BOPO
Tahun 2009–2011  NPL & Kualitas Aktiva
Produktif memiliki
 BOPO
pengaruh negative
 Kualitas
signifikan terhadap
Aktiva
pertumbuhan laba
Produktif

Rodiyah & PENGARUH RASIO Variabel Dependen : Variabel CAR memiliki


Hardiyanto INDIKATOR TINGKAT  Petumbuhan pengaruh yang
Wibowo (2016) KESEHATAN BANK Laba signifikan terhadap
Fakultas Ekonomi TERHADAP Variabel Independen pertumbuhan laba,
Universitas PERTUMBUHAN LABA : namun variabel-variabel
Muhammadiyah PADA PERUSAHAAN  CAR yang lainnya tidak
Purwokerto PERBANKAN YANG  NIM memiliki pengaruh yang

19
TERDAFTAR DI BEI  NPL signifikan terhadap
PERIODE TAHUN 2009-  NPM pertumbuhan laba.
2013  BOPO
 LDR

20
2.4 KERANGKA PEMIKIRAN

Berdasarkan landasan teori yang mendasari pertumbuhan laba dalam penelitian ini,
variabel independen yang diduga memiliki hubungan dengan pertumbuhan laba adalah CAR,
NPL, BOPO, LDR, NPM, dan Kualitas Aktiva Produktif.

CAR
(X1)

H1

NPL
H2
(X2)

PERTUMBUHAN LABA
BOPO H3
(Y)
(X3)

H4
LDR
(X4)
H5

NPM
(X5)

H6

KAP
(X6)

21
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel


3.1.1 Variabel Penelitian
Variabel Penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau
kegiatan yang mempunya variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, dilihat dari hubungan variabel satu
dengan variabel yang lain, maka macam-macam variabel dalam penelitian dibedakan
menjadi variabel independent, variabel dependen, variabel moderator, variabel
intervening, variabel control (Sugiyono, 2001:60-64).
Dalam penelitian ini ada 2 macam variabel :
- Variabel Independent (variabel bebas)
Variabel Independent yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rasio Profitabilitas
(CAR,NIM, LDR,NPL, BOPO dan Kualitas Aktiva)
- Variabel Dependen ( variabel terikat )
Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pertumbuhan Laba
Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI.

3.1.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variable adalah pengertian variable (yang diungkap dalam


definisi konsep) tersebut, secara operasional, secara praktik, secara nyata dalam lingkup
obyek penelitian/obyek yang diteliti.

Definisi operasional variabel penelitian merupakan penjelasan dari masing–


masing variabel yang digunakan dalam penelitian terhadap indikator-indikator yang
membentuknya. Definisi operasional penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

22
Tabel 3.1

Definisi Operasional Perusahaan

NO VARIABLE DAN INDIKATOR SUMBER


DEFINISI
OPERASIONAL
1 PERUBAHAN Perubahan Laba = ROA1 – ROA0 x 100% Harahap 2011
LABA dalam Hartati
ROA0
2013
kenaikan atau
penurunan laba
pertahun.

Indikator perubahan
laba yang digunakan
dalam penelitian ini
adalah laba

sebelum pajak.

2 CAR Dendawijaya
(2005:121)
rasio kinerja bank
untuk mengukur
CAR = Modal / ATMR x 100%.
kecukupan modal
yang dimilikibank
untuk menunjang
aktiva yang
mengandung atau
menghasilkan risiko
3 NPL Mukhlis 2012

23
seberapa besar
persentase kredit
NPL = Kredit bermasalah / Total Kredit x 100%
bermasalah terhadap
jumlah kredit
yangdisalurkan.
4 LDR Dendawijaya
(2005:116-117)
kemampuan bank
LDR = Kredit yang diberikan x 100%.
dalam membayar
Dana Pihak Ketiga
kembali penarikan
dana yang dilakukan
deposan dengan
mengandalkan kredit
yang diberikan
sebagai sumber
likuiditasnya
5 NPM Kasmir,
NPM = Laba Bersih Setelah Pajak 2008:200
Rasio ini digunakan
Penjualan
untuk menunjukkan
pendapatan bersih
perusahaan atas
penjulan.
6 BOPO Dendawijaya,

mengukur tingkat 2005:120


BOPO = Beban operasional x 100%
efisiensi dan
Pendapatan operasional
kemampuan bank
dalam
melakukankegiatan
operasinya.

7 KAP Wauran dan

24
aktiva produktif atau KAP = APYD x100% Tumbuan
earning asset adalah TOTAL AKTIVA PRODUKTIF (2014:37)
semua aktiva dalam
rupiah dan valuta
asing yang dimiliki
bank dengan maksud × 100%
untuk memperoleh
penghasilan sesuia
dengan fungsinya

3.2 Obyek Sampel, Unit Sampel, Populasi dan Penentuan Sampel

3.2.1 Obyek Penelitian


Obyek penelitian ini adalah Perusahaan Perbankan yang terdaftar
di BEI pada tahun 2013 - 2016. Alasan memilih obyek tersebut karena,
berdasarkan Laporan Pengawasan Perbankan tahun 2015 terlihat
membaiknya kinerja perbankan, dan mendorong peningkatan pencapaian
laba.
3.2.2 Unit Sampel
Unit sampel dalam penelitian ini adalah Laporan Keuangan
Perusahaan Perbankan di BEI tahun 2013 – 2016.
3.2.3 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan Perbankan
yang terdaftar (listed) di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang
mempublikasikan laporan keuangan secara berturut-turut selama tahun
2013 – 2016.
3.2.4 Penentuan Sampel
Adapun teknik pengambilan sampelnya dengan menggunakan tenik
purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut :

25
a. Perusahaan perbankan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2013 – 2016.
b. Mempublikasikan laporan keuangan tahunan secara berturut-turut
pada periode 2013 - 2016.
c. Data yang dibutuhkan tersedia dengan lengkap dalam laporan
keuangan yang telah di audit dari tahun 2013- 2016.
d. Memiliki ratio pertumbuhan yang positif.
e. Tidak melakukan Stock Split selama estimasi.

3.3 Jenis dan Sumber Data


3.3.1 Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu
data kuantitatif / data dalam bentuk angka.
3.3.2 Sumber Data
Berdasarkan sumber datanya, data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder. Berupa data laporan keuangan publikasi melalui website
resmi www.idx.co.id .

3.4 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dokumentasi. Penulis mengumpulkan data yang didapatkan dari berbagai sumber antara
lain data yang tercatat di Bursa Efek Indonesia melaui www.idx.co.id periode 2013 –
2016, dari literatur, jurnal-jurnal dan sumber lain yang terkait dengan permasalahan
dalam penelitian.

3.5 Metode Analisis


Metode analisis dengan regresi yangberbasis Ordnary Least Squares (0LS)
untukmenguji pengaruh-pengaruh variabel bebas atau variabel independen terhadap

26
variabel terikat atauvariabel dependen. Dengan memenuhi asumsi Normalitas dan
Asumsi Klasik.

3.5.1 Analisis Regresi.


Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif-komparatif,
yaitu suatu teknik analisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya dari nilai
variabel independen, baik satu variabel atau lebih kemudian membuat
perbandingan atau menghubungkan antara variabel satu dan yang lainnya,
dilanjutkan dengan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau
generalisasi (Sugiyono,2010). Adapun alat analisis yang digunakan adalah
analisis regresi berganda dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu.

Y = a + β1 CAR + β2 NPL + β3BOPO + β4 LDR + β5 NPM + β6 KAP +e.

Dimana :
Y :Pertumbuhan Laba
CAR :Capital Adequacy Ratio
NPL :Non Performing Loan
BOPO : Rasio Biaya Operasionalterhadap pendapatanPendapatan Operasional
NPM :Net Profit Margin
LDR :Loan to Deposit Ratio
KAP : Kualitas Aktiva Produktif
e : Error.
a : Konstanta

3.5.2 Uji Asumsi Klasik


3.5.2.1 Uji Normalitas Data
Uji Normalitas data merupakan pengujian asumsi klasik paling
utama yang harus dilakukan oleh peneliti. Dalam melakukan penelitian, data
harus mendekati distribusi normal. Dalam penelitiannya, Adisetiawan
(2011) mengungkapkan bahwa tujuan uji normalitas adalah untuk menguji

27
apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen
mempunyai distribusi normal atau tidak. Kenormalan suatu data merupakan
syarat wajib suatu yang harus terpenuhi dalam model regresi linear.
Menurut Ghozali (2005), Salah satu cara untuk mengetahui apakah data
penelitian berdistribusi normal atau tidak dapat melihat normal probability
plots.  Pengujian ini dilakukan dengan cara melihat titik-titik penyebaran
data terhadap garis diagonal pada grafik. Kriteria pengambilan keputusan
analisis normal probability plots adalah sebagai berikut:
 Apabila data (yang dapat dilihat dari titik-titik pada grafik) menyebar dan
mengikuti garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa data mengikuti
pola distribusi normal.
 Apabila data (yang dapat dilihat dari titik-titik pada grafik) menyebar dan
cenderung menjauh dari garis diagonal serta tidak mengikuti agar garis
diagonal, maka dapat disimpulkan data tidak menunjukkan pola distribusi
normal.

3.5.2.2 Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2005), Uji Multikolinearitas bertujuan untuk


mendeteksi apakah variabel independent pada model regresi saling
berkorelasi. Untuk memenuhi kriteria BLUE, tidak boleh terdapat korelasi
antara setiap variabel independent pada model regresi. Apabila terjadi
korelasi antara variabel independent, maka variabel tersebut dapat
dikatakan tidak ortogonal. Salah satu cara untuk mendeteksi gejala
multikolinearitas adalah dengan melihat nilai tolerance value atau
Variance Inflation Factor (VIF) dengan kriteria keputusan sebagai berikut:

 Apabila tolerance value > 0.1 dan VIF < 10, maka dapat disimpulkan
tidak terjadi gejala multikolinearitas antar variabel independent pada
model regresi.

28
 Apabila tolerance value < 0.1 dan VIF > 10, maka dapat disimpulkan
terjadi gejala multikolinearitas antar variabel independent pada model
regresi.

Jika terdapat korelasi yang kuat di antara sesama variabel independen maka
konsekuensinya adalah:
a) Koefisien - koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir.
b) Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tidak terhingga.
Dengan demikian berarti semakin besar korelasi diantara sesama variabel independen,
maka tingkat kesalahan dari koefisien regresi semakin besar yang mengakibatkan standar
errornya semakin besar pula. Cara yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya
multikoliniearitas adalah dengan menggunakan Variance Inflation Factors (VIF),

VIF = 1

1 - Ri2
Sumber : Gujarati ( 2004: 351)

Dimana Ri2 adalah koefisien determinasi yang diperoleh dengan meregresikan salah satu variabel
bebas Xi terhadap variabel bebas lainnya. Jika nilai VIF nya kurang dari 10 maka dalam data
tidak terdapat multikolinieritas ( Gujarati, 2004: 362 ).

3.5.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Situasi heteroskedastisitas akan menyebabkan penaksiran koefisien-koefisien


regresi menjadi tidak efisien dan hasil taksiran dapat menjadi kurang atau melebihi dari
yang semestinya. Dengan demikian, agar koefisien - koefisien regresi tidak menyesatkan,
maka situasi heteroskedastisitas tersebut harus dihilangkan dari model regresi. Untuk
menguji ada tidaknya heteroskedastisitas digunakan uji – Glejser yaitu dengan

29
mengregresikan masing - masing variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual. Jika
nilai koefisien regresi dari masing- masing variabel bebas terhadap nilai absolut dari
residual ( error ) ada yang signifikan, maka kesimpulannya terdapat heteroskedastisitas
(varian dari residual tidak homogen) (Gujarati, 2004: 406). Selain itu, dengan
menggunakan software IBM SPSS Statistics 19, heteroskedastisitas juga bisa dilihat
dengan melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED
dengan residualnya SDRESID. Jika ada pola tertentu seperti titik - titik yang ada
membentuk pola tertentu yang teratur, maka telah terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya,
jika tidak membentuk pola tertentu yang teratur, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

3.5.2.4 Uji Autokorelasi

Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antar observasi yang diukur


berdasarkan deret waktu dalam model regresi atau dengan kata lain error dari observasi
yang satu dipengaruhi oleh error dari observasi yang sebelumnya. Akibat dari adanya
autokorelasi dalam model regresi, koefisien regresi yang diperoleh menjadi tidak efisien,
artinya tingkat kesalahannya menjadi sangat besar dan koefisien regresi menjadi tidak
stabil. Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi, dari data residual terlebih dahulu
dihitung nilai statistik Durbin - Watson (D-W) :

D – W = ∑ et - et1

∑ e2 t
(Sumber: Gujarati (2004: 467)
Kriteria uji: Bandingkan nilai D - W dengan nilai d dari tabel Durbin - Watson:
a. Jika D - W < dL atau D – W > 4 –dL , kesimpulannya pada data tersebut terdapat
autokorelasi
b. Jika dU < D - W < 4 – dU, kesimpulannya pada data tersebut tidak terdapat autokorelasi
c. Tidak ada kesimpulan jika : dL D - W dU atau 4 – dU D-W 4 – dL
Sumber: Gujarati(2004: 470)

30
Apabila hasil uji Durbin – Watson tidak dapat disimpulkan apakah terdapat autokorelasi atau
tidak maka dilanjutkan dengan runs test.

3.5.3 Uji Hipotesis


3.5.3.1 Uji Model.
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat
diukur dari Goodnessof fit nya. Secara statistik dapat diukur dari nilai
koefisien determinasi, nilai statistik F dan statistikt. Perhitungan statistik
dikatakan signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada
dalam daerah kritis (daerah dimana Ho ditolak). Sebaliknya disebut tidak
signifikan apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah Ho diterima.
(Ghozali 2007).

3.5.3.2 Koefisien Diterminasi


Analisis koefosien diterminasi ditujukanuntuk mengetahui seberapa
jauh model yang dibangun mampu menerangkan variasi variabel terikat.
Nilai yang digunakan dalam penelitian iniadalah adjusted R2. Keunggulan
nilai adjusted R2dari nilai R2 adalah tidak adanya pengaruh dari
penambahan variabel terhadap nilai yang dihasilkan.

3.5.3.3 Uji F
Uji F dilakukan untuk mengetahui kemampuan variabel bebas
dalam menjelaskan variasi variabel terikat. Jika nilai signifikansi Ftest< 5
persen maka disimpulkan bahwa variabel bebas secara keseluruhan mampu
menjadi prediktor dari variabel terikat.

3.5.3.4 Uji T

31
Uji t dilakukan untuk membuktikan hipotesis secara parsial
masing masing variabel independen. Uji t dilakukan dengan
menggunakan uji dua arah (two tailed) dan dilakukan dengan cara digital.
Keputusan menerima atau menolak hipotesis dalam penelitian ini
dilakukan dengan melihat nilai signifikan koefisien b kemudian
membandingkan dengan tingkat signifikansi yang dapat diterima sebesar
5 persen.

DAFTAR PUSTAKA

32
Aini, Nur . 2013. Pengaruh CAR, NIM, LDR, NPL, BOPO, dan Kualitas aktiva Produktif
Terhadap Perubahan Laba. Jurnal akuntansi, Keuangan dan Perbankan. Volume 2 No.1 Mei.

Ariyanti,Lilis Erna. 2010. Analisis Pengaruh CAR, NIM, LDR, NPL, BOPO, ROA Dan Kualitas
Aktiva Produktif Terhadap Perubahan LabaPada Bank Umum Di Indonesia. Tesis Magister
Sains Akuntansi. Undip Semarang.

Bursa Efek Indonesia. (2015, Januari 30). Publikasi Fact Book. Diambil kembali dari
http://www.idx.co.id/id-id/beranda/publikasi/factbook.aspx

Imanuel Setiawan, Daniel. 2016. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Bank, Tingkat Inflasi
Dan Bi Rate Terhadap Pertumbuhan Laba (Studi Pada Bank Swasta Devisa Yang Terdaftar Pada
Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013). Vol. 1 No. 1, September.

Hardiyanto, Rodiyah. 2016. Pengaruh Rasio Indikator Tingkat Kesehatan Bank Terhadap
Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI Periode Tahun 2009-
2013. Vol. 14 No. 1, Maret.

https://mardanijournal.wordpress.com/2017/03/05/asumsi-klasik-regresi-linear-berganda/.
Diakses Januari, 11, 2018.

Robin. 2013. Pengaruh Car, Npl, Bopo, Ldr, Branches, Dan Bi Rate Terhadap Pertumbuhan Laba
: Studi Bank Umum Dengan Aset ≥ Rp 50 Triliyun Di Indonesia. Vol. 8 No. 1, Juni.

Vini, David dkk. 2017. Pengaruh Suku Bunga Kredit, Kualitas Aktiva Produktif, Dan Non
Performing Loan Terhadap Pertumbuhan Laba (Studi Kasus Pada Perusahaan Perbankan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia) . Vol. 5 No. 2, Juni.

33

Anda mungkin juga menyukai