Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA II

ASUHAN KEPERAWATAN KHUSUS REMAJA LGBT

Dosen pembimbing :
Ns. Hj Dwi Heppy Rochmawati, M.Kep., Sp.Kep.J

Disusun Oleh:
RIZKI PUJIASIH
30901800152

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (UNISSULA)
SEMARANG
2020

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada
Kelompok Khusus: Remaja LGBT”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Keperawatan Jiwa II pada program studi Ilmu Keperawatan UNISSULA.
Terima kasih saya ucapkan kepada Ibu Ns. Hj Dwi Heppy Rochmawati, M.Kep.,
Sp.Kep.J yang telah membantu kami baik secara moral maupun materi. Sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu dan tidak ada halangan
apapun.
Kami menyadari bahwa makalah “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Kelompok
Khusus: Remaja LGBT” yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik segi
penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi
acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi dimasa mendatang.
Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa
bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan kita semua.
Wassalamualaikum wr.wb

Semarang, 20 Maret 2020

Penulis
Rizki Pujiasih

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR....................................................................................................................ii

DAFTAR ISI...............................................................................................................................iii

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN........................................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG.........................................................................................................1

A. RUMUSAN MASALAH...................................................................................................3

A. TUJUAN........................................................................................................................3

BAB II........................................................................................................................................5

PEMBAHASAN..........................................................................................................................5

1. Pengertian LGBT...........................................................................................................5

2. Faktor yang mempengaruhi terjadinya LGBT...............................................................5

3. Dampak yang ditimbulkan dari perilaku LGBT..............................................................7

4. Peran perawat dalam kasus LGBT...............................................................................9

5. Pandangan LGBT dari Perspektif Agama islam...........................................................10

6. Cara Pencegahan LGBT...............................................................................................14

7. Asuhan Keperawatan Pada kasus LGBT......................................................................15

8. Diagnosa Keperawatan...............................................................................................18

9. Perencanaan Keperawatan........................................................................................19

10. Implementasi.........................................................................................................20

11. Evaluasi Keperawatan............................................................................................20

BAB III.....................................................................................................................................24

iii
PENUTUP................................................................................................................................24

A. KESIMPULAN..............................................................................................................24

B. SARAN........................................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................26

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kelompok lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT) kerap
mendapat stigma sebagai manusia abnormal karena diangggap menyalahi
kodrat. Oleh tafsir agama konservatif, kelompok LGBT dianggap sampah
masyarakat, menyebarkan penyakit menular, tidak normal, tidak alamiah,
sumber datangnya malapetaka, dan penyandang cacat mental (Ariyanto &
Rido Triawan, 2008: 11).
Situasi masalah HIV/AIDS ini telah menjadi program utama untuk
penanganan penyakit yang berbahaya. Pemerintah sering melakukan
pendataan secara statistik untuk mengetahui perkembangan epidemi ini yang
telah menyebar di seluruh wilayah Indonesia. Pendataan ini telah dilakukan
setiap tahun secara kontinyu setiap 3 bulan sekali.
Kebanyakan masyarakat yang awam akan kelompok ini masih
digeneralisasikan sebagai laki-laki yang menyukai laki-laki. Padahal yang
sebenarnya bukan seperti itu. Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan
Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia ed. II, 1983 (revisi), Jakarta,
Direktorat Kesehatan Jiwa, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Departemen
Kesehatan RI, 1985 : 241-248) dari Oetomo yang dikutip dalam GAYa
Nusantara 2 menyatakan bahwa “Homoseksualitas adalah rasa tertarik secara
perasaan (kasih sayang, hubungan emosional) dan atau secara erotik, baik
secara predominan (lebih menonjol) maupun ekslusif (semata-mata terhadap
orangorang yang berjenis kelamin sama, dengan atau tanpa hubungan fisik
(jasmaniah)” (2007 : 26). Pada dasarnya pembahasan mengenai
homoseksualitas juga mencakup fenomena kaum gay. Atas dasar tersebut,
maka setiap kajian mengenai homoseksualitas dapat mencakup kajian
mengenai gay. Pemahaman tentang gay juga telah dijabarkan dalam Buku

1
Panduan Perlindungan untuk Pembela LGBTI (2011 : 11) gay dijelaskan
sebagai laki-laki yang dikenal sebagai laki-laki yang mencari hubungan kasih
sayang dan intim dengan seseorang yang dikenal sebagai laki-laki, laki-laki
transgender atau laki-laki interseks. [ CITATION Adi18 \l 1057 ]
LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) di Indonesia
sesungguhnya adalah sesuatu yang sudah ada sejak dahulu kala, namun
keberadaannya sampai sekarang masih dianggap tabu untuk dibicarakan.
Dalam menyikapi LGBT sendiri, masyarakat Indonesia masih terbagi menjadi
tiga kubu. Ada yang menentang keras LGBT, ada yang tidak peduli dengan
LGBT, dan ada yang mendukung LGBT. [ CITATION Sar14 \l 1057 ]
Mereka yang menentang keras LGBT mayoritas berasaskan agamanya
masing-masing. Mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, dan banyak
muslim Indonesia yang akan mengeluarkan ‘kartu’ Nabi Luth dan Kaum
Sodom ketika disodorkan topik LGBT. Mayoritas muslim melihat cerita kaum
sodom ini sebagai penjelasan akan kaum LGBT yang dibenci oleh Nabi. Dari
sini pula muncul pemikiran bahwa tidak apa-apa membenci, mendiskriminasi
dan menghukum kaum LGBT, atas nama jihad. Para penentang LGBT juga
baru-baru ini memakai kalimat bahwa ‘propaganda LGBT’ yang mereka
tolak, bukan individunya. Menurut Komisioner KPAI, Erlinda, dan Wakil
Ketua Komite III DPD, Fahira Idris, ‘propaganda LGBT’ adalah hal-hal di
media sosial, aplikasi messenger, film, buku, ataupun ranah media lain, yang
mempromosikan dan mengkampanyekan LGBT terhadap anak-anak dibawah
umur (sumbarsatu.com)
Pengalaman pertama dari aktivitas seksual dari setiap gay berbeda-
beda. Komunitas gay mulai berani memiliki pasangan saat SMA atau umur 17
tahun. Pengalaman melakukan aktivitas seksual pertama terjadi pada rentang
umur 17-20 tahun. Banyak pengalaman yang muncul dari aktivitas seksual
pertama mereka. Ada yang terlibat trafficking, ada yang karena ingin tahu,

2
pengaruh lingkungan, pelecehan seksual, ada pula yang disebabkan karena
beban psikologi dengan pasangan heteroseksual. Tempat untuk melaksakan
perilaku seksual bervariasi. Tempat yang dipilih sesuai dengan kondisi
lingkungan supaya tidak diketahui oleh orang yang dianggap normal karena
hubungan gay masih dianggap tabu di mayarakat. Kebanyakan komunitas gay
ini melakukan di kos pasangannya. Rumah yang kosong menjadi juga tempat
yang cukup aman untuk melangsungkan perilaku seksual mereka. Apabila
pasangan adalah pasangan jarak jauh atau menjadi LSL panggilan biasanya
mereka melakukannya di hotel. Yang lebih ekstrem lagi ada juga yang sudah
berani melakukan hubungan seksual di tempat terbuka namun tetap
memperhatikan kesepian tempat dan kondisi sekitarnya. Kebanyakan dari
mereka mencari calon partner sex nya dari aplikasi chat gay seperti (Blued,
grindr, hornet) karena mereka bisa mencari pasangan dengan jarak lebih
dekat. [ CITATION Adi18 \l 1057 ]

A. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari LGBT?
2. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya LGBT?
3. Apa saja dampak yang ditimbulkan dari perilaku LGBT?
4. bagaimana peran perawat menangani kasus LGBT?
5. Bagaimana pandangan LGBT dari Perspektif Agama islam?
6. Bagaimana cara pencegahan LGBT?
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan yang tepat pada klien LGBT?

A. TUJUAN
1. Untuk menjelaskan apa itu pengertian LGBT pada remaja
2. Untuk menjelaskan apa saja faktor-faktor yang dapat Mempengaruhi
Terjadinya LGBT
3. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari perilaku LGBT
4. Untuk mengetahui bagaimana peran perawat menangani kasus LGBT

3
5. Untuk mengetahui tentang pandangan LGBT dari Perspektif Agama islam
6. Untuk mengetahui tentang cara pencegahan LGBT
7. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan yang tepat pada klien LGBT

4
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian LGBT
LGBT singkatan dari lesbian, gay, bisexual dan transgender. Lesbian
adalah istilah bagi perempuan yang mengarahkan orientasi seksualnya kepada
sesama perempuan, Gay adalah sebuah istilah bagi laki-laki yang umumnya
digunakan untuk merujuk orang homoseksual atau sifat-sifat homoseksual,
Biseksualitas merupakan ketertarikan romantis, ketertarikan seksual, atau
kebiasaan seksual kepada pria maupun wanita. Istilah ini umumnya digunakan
dalam konteks ketertarikan manusia untuk menunjukkan perasaan romantis
atau seksual kepada pria maupun wanita sekaligus, dan Transgender
merupakan ketidaksamaan identitas gender seseorang terhadap jenis
kelaminnya yang ditentukan, atau kelaminnya dari laki-laki menjadi
perempuan. Transgender bukan merupakan orientasi seksual.

2. Faktor yang mempengaruhi terjadinya LGBT


Dalam kajian Counseling and Mental Health Care of Transgender
Adult and Loved One, fenomena transgender dinyatakan muncul tidak hanya
karena pengaruh lingkungan. Pengaruh dari budaya, fisik, seks, psikososial,
agama dan kesehatan juga turut andil dalam membentuk individu menjadi
LGBT.
a. faktor genetik memang menjadi kontributor terbentuknya individu
menjadi seorang lesbi, gay, biseksual atau transgender sebagaimana
yang digarisbawahi oleh kaum LGBT. Namun demikian, bukan berarti
otomatis membuatnya sebagai LGBT.
b. Pola asuh orang tua menjadi faktor terpenting dalam membentuk dan
mewarnai sosok anak. 16 Bandura mengatakan, lingkungan dapat

5
dibentuk oleh perilaku dan sebaliknya perilaku dapat dibentuk oleh
lingkungan. 17 Dalam hubungan resiprokal ini terjadi pembelajaran
sosial yang mengarah pada transfer informasi.
c. kebiasaan atau perilaku. Anak yang selalu menonton tayangan perilaku
tak laras gender seperti laki-laki yang berperilaku gemulai membuka
peluang bagi anak untuk bersikap sama. Reaksi yang muncul pertama
kali adalah perasaan aneh, lucu, atau bahkan tidak memberikan reaksi
apapun, sebab anak belum memiliki skema pengetahuan tentang sosok
maskulinitas pada laki-laki. Reaksi kedua, anak mulai memiliki
pengetahuan bahwa laki-laki bersifat seperti apa yang dilihatnya.
Reaksi ketiga anak mengikuti gaya atau perilaku laki-laki yang sering
dilihatnya. Selanjutnya perasaan aneh atau lucu di awal reaksi berubah
menjadi perasaan yang understandable dan acceptable. Dalam kondisi
ini sudah terjadi internalisasi nilai tentang sosok laki-laki yang lama
kelamaan sangat mungkin berubah menjadi internalisasi pola perilaku.
Jika lingkungan dapat mempengaruhi perilaku dan sebaliknya perilaku
dapat dipengaruhi oleh lingkungan, maka saat mulai terjadi
internalisasi nilai, individu dapat membatasi diri untuk bersikap lebih
bijak dalam menyikapi fenomena LGBT. Individu dapat merubah
persepsi sekaligus pola fikir yang bersimpul pada pola perilaku untuk
menolak atau mengikuti suatu fenomena tertentu.
d. faktor biologis yang dipengaruhi oleh hormon seksual dan genetik
seseorang.
e. faktor psikologi dan sosial budaya termasuk pula pola asuh lingkungan
yang membesarkannya.
f. memiliki pengalaman yang sangat hebat dengan lawan jenis sehingga
mereka berkhayal dan memuja lawan jenis sebagai idola dan ingin
menjadi seperti lawan jenis.

6
g. Sikap homofobia tidak dapat dipertahankan, mengingat kondisi
masyarakat yang heterogen baik kultur, suku, agama, jenis kelamin
dan seksualitas. Era milenium sekarang ini telah memasuki dunia
pasar bebas, artinya semua manusia akan bertemu dan berinteraksi
satu sama lain dalam berbagai persoalan lini kehidupan dan bebas
mengespresikan dirinya sendiri.

3. Dampak yang ditimbulkan dari perilaku LGBT

a. Haus akan pengakuan Manusia yang gila pujian cenderung bisa diseret
oleh orang lain untuk dijadikan sesuatu. Jika sesuatu sudah membuat
ketergantungan atau candu maka ada kecenderungan orang lain bisa
menggiring kepada hal-hal yang jahat.
b. Hubungan yang tidak direstui oleh Pemerintah dan Agama. Jaman
sekarang, semakin minim negara yang merestui pernikahan LGBT. Hanya
negara-negara sekuler–atheis di Uni Eropa sajalah yang masih
mengizinkan pernikahan sejenis. Bahkan Negeri Paman Sam yang dari
awal telah meng-acc-kan undang-undang inipun ikut mundur sehingga
tidak lagi mempertahan pernikahan sejenis (laki-laki dengan laki-laki dan
perempuan dengan perempuan). Ini merupakan salah satu langkah yang
luar biasa dari Presiden Trump.
c. Cenderung gonta-ganti pasangan. Hubungan antara dua manusia yang dari
awalnya tidak sah maka kedepannyapun akan berjalan pincang sebab ada
beberapa pihak yang tidak merestuinya termasuk lembaga pemerintah dan
lembaga keagamaan. Nasib pasangan ini akan menjadi sangat tidak jelas
sehingga tidak ada tujuan hidup bahkan rasanya tidak ada lagi arti hidup
ini sehingga cenderung gonta-ganti pasangan demi berburu hawa nafsu
sesat.

7
d. Beresiko menyebabkan penyakit seksual. Perilaku kaum ini cenderung
mempraktekkan gaya bercinta yang aneh dan tidak pantas sekaligus
beresiko merusak organ. Misalnya saja anal seks yang dapat merusak otot
puboccacygeus (otot kegel) sehingga membuat otot di sekitar dubur lemah
dan sering lepas kendali (pup/ pipis di celana tanpa sadar).
e. Biasanya menjadi jauh dari Tuhan Dampak sosial berikutnya saat anda
memilih untuk menjadi seorang “penyuka sesama jenis” adalah tidak
diakui oleh agama manapun khususnya di Indonesia. Mereka cenderung
mengikuti nafsu syahwatnya sehingga tidak lagi mau mengenal norma-
norma agama bahkan semakin jauh dari Tuhan
f. Gila akan kebutuhan materi. Biasanya mereka yang tidak memiliki
keimanan di dalam hati juga tidak memiliki prinsip hidup karena
pikirannya sering bahkan selalu dalam keadaan kosong. Inilah juga yang
mendorong otaknya mudah dihasut oleh orang lain (orang lain, iklan,
televisi dan lainnya) dan pikiran cenderung melayang-layang kemana-
mana. Sadar ataupun tidak hal-hal semacam inilah yang membuat
seseorang cenderung menggilai (haus) materi.
g. Beberapa dijauhi oleh keluarga dan masyarakat. Patut diketahui bahwa
beberapa kaum keluarga tidak menyukai perilaku seks yang menyimpang
semacam ini. Walau ada yang merasa tidak masalah namun kemungkinan
untuk ditolak sangat besar. Akan muncullah masalah baru dimana anda
membutuhkan dukungan namun tidak ada kaum keluarga yang datang
sehingga andapun mulai anda menyadari bahwa jalan yang dipilih selama
ini telah merusak kehidupan.
h. Dikucilkan masyarakat dan temanteman. Beberapa teman yang awalnya
belum kenal akan tetap ramah disisimu. Akan tetapi setelah mereka
mengetahui kedok sebenarnya maka mulailah menjaga jarak dengan anda.
Status sebagai pemilik orientasi seksual yang kacau balau akan membuat
hidup kita berantakan. Semua ini telah menjauhkan kita dari pergaulan

8
sehari-hari. Masyarakat yang tahu akan menjauh dan melarang
anakanaknya untuk bergaul dengan penyuka sesama jenis.
i. Beberapa lahan pekerjaan kurang menerima orang-orang semacam ini.
Ada beberapa tempat kerja yang tidak menyukai kaum ini, bahkan saat
melamar kerja orientasi seksualnya segera ditanyakan baik secara
langsung (wawancara) maupun secara tidak langsung.
j. Rentan terhadap stres. Ini merupakan akibat dari penolakan yang semakin
luar biasa. Tanpa disadari, tekanan yang datangnya bertubi-tubi dari luar
telah meluluh lantakkan suasana hati. Jika anda terus merenungi/ meratapi
rasa sakit itu sehingga stres tidak akan pernah menjauh. Ini akan semakin
diperparah jikalau hati belum benar-benar siap menerima buruknya situasi.

4. Peran perawat dalam kasus LGBT

Pelayanan kesehatan khusus keperawatan dapat memberikan asuhan


keperawatan dengan memberikan dukungan, motivasi dan pendidikan
kesehatan baik bagi pasien, keluarga maupun masyarakat terkait dampak dari
aktivitas seksual sejenis agar masyarakat, keluarga, dan individu sendiri
mampu menjaga diri dari pengaruh perilaku menyimpang. Pemberian asuhan
keperawatan khusunya pada individu yang memiliki orientasi homoseksual,
diharapkan perawat selalu memberikan dukungan, semangat tanpa membeda-
bedakan individu homoseksual dengan yang lainnya yang memiliki keinginan
untuk kembali berubah menjadi lebih baik secara biopsikososial dan spritual.
Bagi keperawatan jiwa, diharapkan dapat memberikan asuhan keperawatan
secara menyeluruh dalam bentuk psikoedukasi dan penyuluhan kesehatan
tentang parenting training sehingga diharapkan individu dengan orientasi
homoseksual mampu merubah kembali orientasi seksualnya sebagai
manamestinya sesuai dengan kodrat yang telah diberikan serta mampu

9
mempertahankan mekanisme koping yang adapatif dalam kehidupan sehari –
hari.
Pendidikan keperawatan hendaknya dapat membentuk karakter perawat yang
peduli terhadap individu yang mau membuka diri dan memiliki keinginan
untuk mengubah diri. Dalam pendidikan keperawatan ini pun diharapkan
perawat juga mampu bersikap holistik tanpa memberikan stigma dan
diskriminasi terhadap kaum minoritas ini.
Selain itu kemampuan managemen dalam komunitas harus dikuasai perawat
sehingga dapat membentuk dan membina kelompok dukungan sebaya bagi
individu dengan orientasi homoseksual yang memiliki keinginan untuk
berubah. Kelompok dukungan ini sangat bermanfaat bagi perawatan individu
dengan orientasi homoseksual dalam tatanan hidup dikeluarga dan komunitas
sehingga setelah berubah nanti individu tersebut tidak ada perasaan malu atau
pun memiliki harga diri rendah karena pengaruh masa lalu nya. Hal ini
diharapkan dapat menimalisir stigma dan diskriminasi lingkungan sosial.

5. Pandangan LGBT dari Perspektif Agama islam

GBT dalam Kajian Islam Pada pembahasan mengenai seksualitas


LGBT dalam sudut pandang kajian keagamaan Islam bisa dilihat dari ayat-
ayat Al-Qur‟an dan hadist yang mengarah pada perilaku homoseksual.
Pandangan Al-Qur‟an mengenai homoseksual bisa dilihat pada cerita Nabi
Luth tentang kaum Sodom dan kaum Amoro di negeri Syam dengan bunyi
ayatnya.
“Dan (ingatlah kisah) Luth, ketika dia Berkata kepada kaumnya: "Mengapa
kamu mengerjakan perbuatan ”fahisyah” itu sedang kamu
memperlihatkan(nya)?". "Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk
(memenuhi) nafsu (mu), bukan (mendatangi) wanita? Sebenarnya kamu

10
adalahkaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu)". (QS. AnNaml: 54-
55). Kemudian ayat,
“Dan (Kami juga Telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah)
tatkala dia Berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan
”faahisyah” itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini)
sebelummu?" (81) Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan
nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu Ini adalah kaum
yang melampaui batas. (QS. Al-A‟raf: 80-81).
Melalui ayat tersebut, diceritakan bahwa kaum Nabi Luth melakukan
praktek homoseksual dengan menyetubuhi lelaki sejenis melalui dubur
(lubang belakang), di era sekarang perilaku seksual yang demikian populer
dengan sebutan sodomi. Bahkan, menurut beberapa versi, kata ”sodom”
diambil dari nama kaum Nabi Luth, yakni kaum sodom. Di ayat lain, Nabi
Luth bertanya kepada kaumnya. Pertanyaan Nabi Luth tersebut direkam oleh
al-Qur‟an.
Maka tatkala datang azab kami, kami jadikan negeri kaum Luth itu
yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan kami hujani mereka dengan batu
dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi. Yang diberi tanda oleh
Tuhanmu, dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang-orang yang zalim. (QS. al-
Hud:82-83).
Disamping al-Qur‟an, hadist Nabi juga dijadikan rujukan mengenai
homoseksualitas, hadist-hadist tersebut antara lain;39
Dari Abu Sa‟id al-Khudri dari Rasulullah SAW. Beliau bersabda:
”Seorang laki-laki tidak boleh melihat aurat laki-laki lainnya dan janganlah
seorang perempuan melihat aurat perempuan lainnya dan janganlah seorang
pria bersentuhan dengan pria lainnya dalam satu selimut, demikianlah juga
janganlah bersentuhan perempuan dengan perempuan lainnya dalam satu
selimut”.

11
Dari sahabat Ibnu Abbas ra. Sesungguhnya Rasulullah SAW.
Bersabda: ”Barang siapa yang menjumpai orang yang mengerjakan seperti
kaum Nabi Luth maka bunuhlah si pelaku bersama pasangannya”. (hadist
riwayat Imam Rawi hadist kecuali an-nasa‟ie).
Dari Ibnu Abbas ra. Dari Nabi SAW. Beliau bersabda: ”Allah
melaknat orang yang melakukan kebiasaan kaum Luth sampai tiga kali”.
(Hadist riwayat an-Nasa‟ie) Ayat al-Qur‟an dan hadist Nabi di atas,
digunakan dasar kesepakatan (ijma‟ ulama‟) untuk menyepakati bahwa liwath
dan aktivitas seksual sesama jenis adalah haram. Pengharaman tersebut
dengan berdasar pada kaidah ushul fiqh ”daarul mafaasid muqaddamu ‟ala
jalbi al-mashalih” (menghindarkan keburukan didahulukan atas
mendatangkan maslahat). Ketiga kerangka tersebut digunakan oleh MUI
untuk mengeluarkan fatwa pada tanggal 30 Desember 2014.40 Beberapa
literatur sejarah Islam klasik menceritakan bahwa Abu Nuwas seorang penyair
yang menggemari anak lelaki dan anggur, naskah syair ini menjadi bahan
cemoohan orang-orang kepada Abu Nuwas tetapi tidak sampai kepada taraf
fitnah. Juga Al-Ghazali seorang ulama‟ mistik pernah menyusun syair-syair
untuk kekasih-kekasih (laki-laki)nya yang berusia muda. Akan tetapi Al-
Ghazali menolak untuk dikatakan homo.41 Fatwa MUI tersebut mewakili
pandangan ulama‟ fikih klasik mengenai kaum LGBT. Bahkan bagi
sekelompok muslim tertentu (mainstream), menganggap bahwa hukum fiqih
terhadap kaum homo dianggap final, mutlak dan absolut karena sudah jelas di
dalam al-Qur‟an, hadist, dan kesepakatan Ulama‟ (ijma‟).

Penelitian LGBT dalam Perspektif Islam ini peneliti temukan karya


otentik dan penelitian sebelumnya berupa buku yang bisa dijadikan acuan
primer yang berjudul “Lo Gue Butuh Tau LGBT” yang menjelaskan tentang
apa itu orientasi seksual, perubahan orientasi seksual, LGBT menurut Islam,
Sikap kita terhadap SSA (Same Sexual Attraction) dan LGBT, menjaga diri

12
dari LGBT, pacaran bukan solusi. Buku ini dilengkapi dengan suplemen
tentang deteksi dini orientasi seksual dan kisah nyata dari klien yang
mengalami SSA. Buku acuan yang kedua berjudul “Strategi Pencegahan
LGBT pada Anak” oleh Dewi Rokhmah, S.KM., M.Kes. yang menjelaskan
tentang all about LGBT, penyebab LGBT (Homoseks) dan konsep prevensi
munculnya perilaku LGBT, peran keluarga mencegah perilaku LGBT
(Homoseks), pola asuh orang tua untuk mencegah LGBT (homoseksual) pada
anak, pendidikan seks sejak dini, dan memahami remaja. Di sisi lain juga
menggunakan beberapa hasil penelitian yang relevan dan dapat dijadikan
acuan primer dalam penelitian ini. Hal ini memberikan peluang terhadap
peneliti untuk melaksanakan penelitian tentang LGBT dalam perspektif Islam.
Penelitian yang dilakukan oleh Ramlan Yusuf Rangkuti tentang
“Homoseksual dalam Perspektif Hukum Islam” menghasilkan konsep bahwa
hukum Islam memandang bahwa hasrat seksual adalah fitrah manusia,
kekuatan alami yang merupakan sebuah kodrat manusia. Sehingga dalam hal
ini hukum Islam mengatur saluran hasrat seksual biologis mansuia dengan
sebuah pernikahan. Hukum Islam jelas menolak penyimpangan seksual seperti
homoseksual. Homoseksual adalah perbuatan keji yang dilarang keras dalam
hukum Islam sebagaimana ditegaskan dalam alQur’an dan Hadits. Dalil-dalil
hukum Islam sepakat melarang perbuatan homoseksual, meskipun ada
beberapa pendapat tentang sanksi hukum pada para pelaku homoseksual.
Beberapa dalil menagtakan bahwa para pelaku harus dibunuh, dihukum,
seperti sebuah pengadilan bagi para pelaku orang dewasa, bahkan dalil
tersebut mengatakan bahwa pelaku homoseksual dihukum dengan
dimasukkan dalam penjaraN.

13
6. Cara Pencegahan LGBT
Dalam pandangan psikolog perkembangan, anak memiliki beberapa
aspek penting yang harus diperhatikan orang tua dalam mendidik dan
mengawasi agar terhindar dari perilaku LGBT. Berikut ini sepuluh pendidikan
yang harus diperhatikan dan menjadi tanggung jawab orang tua.

a. Pendidikan Iman Pemahaman yang menyeluruh terhadap pendidikan anak


adalah menumbuhkan anak atas dasar pemahaman-pemahaman berupa
dasardasarkan pendidikan iman dan ajaran Islam sejak masa
pertumbuhannya.
Contoh pendidikannya adalah:
 Membuka kehidupan anak dengan kalimat Laa ilaaha illallah.
 Mengenalkan hukum halal dan haram kepada anak sejak dini.
 Menyuruh anak untuk beribadah ketika memasuki usia tujuh
tahun. Sesuai dengan hadits dari Ibnu Amr bin Al- Ash r.a. dari
Rasulullah saw.
 Mendidik anak untuk mencintai Rasul, keluarga dan membaca al-
Qur’an.
b. Pendidikan Syari’at Islam Pendidikan syari’at Islam meliputi ibadah dan
muamalah. Jika orang tua tidak mampu melakukannya berkaitan dengan
keilmuan yang dimilikinya, maka orang tua mempunyai kewajiban untuk
mencarikan guru untuk anaknya.
c. Pendidikan Moral/ Akhlak Pendidikan moral adalah serangkaian prinsip
dasar moral dan keutamaan sikap serta watak yang harus dimiliki dan
dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa pemula hingga ia menjadi
seorang mukallaf (dewasa).
d. Pendidikan Fisik Berikut ini adalah beberapa dasardasar ilmiah yang
digariskan Islam dalam
mendidik fisik anak-anaknya supaya para pendidik dapat mengetahui
besarnya.
e. Pendidikan Kejiwaan (Psikologis) Tujuan pendidikan ini adalah
membentuk, membina, dan menyeimbangkan kepribadian anak. Sejak
anak dilahirkan, Islam telah memerintahkan kepada para pendidik untuk
mengajari dasar-dasar kesehatan jiwa yang memungkinkan ia dapat
menjadi seorang manusia berakal, berpikir sehat, bertindak penuh
pertimbangan, serta berkemauan tinggi.

f. Pendidikan sosial adalah pendidikan anak sejak dini agar terbiasa


melakukan tata krama sosial yang utama, yang bersumber dari aqidah
Islamiyah yang abadi dan emosi keimanan yang mendalam di masyarakat.
g. Pendidikan seksual adalah upaya pengajaran, penyadaran, dan penerangan
tentang masalah-masalah seksual pada anak. Metode yang digunakan

14
dalam pendidikan seksual yaitu metode ceramah, observasi, dan metode
langsung. Pendidikan seks atau bimbingan seks penting sekali untuk
diketahui oleh para generasi muda. Seperti yang terjadi pada zaman Nabi
Muhammad saw.

7. Asuhan Keperawatan Pada kasus LGBT


Proses Keperawatan
A. Pengkajian

Menurut Stuart (2013) pengkajian Remaja yang mengalami penyimpangan


seksual (LGBT) antara lain :
a. Faktor biologis

Pada faktor ini yang dapat dikaji berupa bagaimana riwayat genetik dari
klien, Bagaimana pengaruh hormon secara metodologi ditanyakan
( validitas tidak kuat, tidak dapat digeneralisasi )
b. Faktor psikologis

Pada faktor psikologis yang dikaji yaitu meliputi bagaimana pola asuh
orang tua terhadap klien, apakah klien pernah mengalami pelecehan
seksual, trauma, bullying, pornografi, bagaimana kondisi lingkungan dan
kondisi psikologis klien
c. Faktor sosiokultural

Pada faktor sosiokultural yang dikaji meliputi apa pekerjaan klien, kondisi
ekonomi-sosial, pengalaman sosialisasi, agama dan keyakinan, bagaimana
hubungan dengan anggota keluarga.
d. Pola psikososial

Pada pola ini yang dikaji yaitu meliputi :


 konsep diri klien ( Citra tubuh, Identitas diri/seksual, peran, ideal diri,
harga diri )

15
 mengkaji hubungan sosial klien dengan lingkungan sekitar, keluarga
maupun masyarakat atau orang lain. Remaja yang mengalami
penyimpangan seksual (LGBT) biasanya memiliki hubungan sosial
yang kurang baik misalnya remaja dengan gay mereka cenderung risih,
menjauh dengan perempuan atau lawan jenis dan lebih dekat dengan
yang sesama jenis.

 spiritual , mengkaji bagaimana keimanan klien dan pendidikan islami


klien

e. Pola status mental atau integritas ego

Pada pola ini yang dapat dikaji yaitu :


 Penampilan, remaja yang mengalami penyimpangan seksual seperti
LGBT mereka berpenampilan tidak sesuai dengan indetitas seksualnya.
Misalnya seorang laki-laki yang lebih senang memilih berpakaian
seperti perempuan

 Pembicaraan

 Aktivitas motorik

 Alam perasaan

 Afek

 Persepsi sensorik

 Isi dan pola pikir

f. Pola aktivitas atau istirahat


g. Koping

Pada pola ini perlu dikaji berbagai mekanisme koping yang mungkin
digunakan klien untuk mengekspresikan masalah seksualnya, antara lain :
 Fantasi ,mungkin digunakan untuk meningkatkan kepuasan seksual

 Denial ,mungkin digunakan untuk tidak mengakui adanya konflik atas


ketidakpuasan seksual

16
 Rasional ,mungkin digunakan untuk memperoleh pembenaran atau
penerimaan tentang motif, perilaku, perasaan, dan dorongan seksual

 Menarik diri, mungkin dilakukan untuk mengatasi perasaan lemah,


perasaan ambivalensi terhadap hubungan intim yang belum terselesaikan
secara tuntas.

h. Mengkaji respon seseorang dengan homoseksualitasnya

Respon umum seseorang terhada homoseksualnya yaitu :


 Kebingungan orientasi seksual, menimbulkan konflik, denial, isolasi
Double life

 HDR

 Rusaknya hubungan dengan keluarga

 PTSD dan Depresi

 Sexually transmitted disease contoh HIV/AIDS

Berikut ini pedoman wawancara yang baik dalam mengumpulkan data


yang berkaitan dengan aspek psikososial:
a) Menggunakan pendekatan yang jujur dan berdasarkan fakta yang.
menyadari bahwa klien sedang mempunyai pertanyaan atau masalah
seksual

b) Mempertahankan kontak mata dan duduk dekat klien

c) Memberikan waktu yang memadai untuk membahas masalah seksual,


jangan terburu-buru

d) Menggunakan pertanyaan yang terbuka, umum, dan luas untuk


mendapatkan informasi mengenai pengetahuan, persepsi, dan dampak
penyakit berkaitan dengan seksualitas

e) Jangan mendesak klien untuk membicarakan seksualitas, biarkan terbuka


untuk dibicarakan pada waktu yang akan dating

f) Masalah citra diri, kegiatan hidup sehari-hari dan fungsi sebelum sakit
dapat dipakai untuk memulai membahas masalah seksual

17
g) Amati klien selama interaksi, dapat memberikan informasi tentang
masalah apa yang dibahas, begitu pula masalah apa yang dihindari klien

h) Minta klien untuk mengklarifikasi komunikasi verbal dan nonverbal yang


belum jelas

i) Berinisiatif untuk membahas masalah seksual berarti menghargai klien


sebagai makhluk seksual, memungkinkan timbulnya pertanyaan tentang
masalah seksua

j) Perlu dikaji berbagai mekanisme koping yang mungkin digunakan klien


untuk mengekspresikan masalah seksualnya, antara lain:

- Fantasi, mungkin digunakan untuk meningkatkan kepuasan seksual


- Denial, mungkin digunakan untuk tidak mengakui adanya konflik atas
ketidakpuasan seksual
- Rasional, mungkin digunakan untuk memperoleh pembenaran atau
penerimaan tentang motif, perilaku, perasaan dan dorongan seksual
- Menarik Diri, mungkin dilakukan untuk mengatasi perasaan lemah,
perasaan ambivalensi terhadap hubungan intim yang belum
terselesaikan secara tuntas

8. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat terjadi pada masalah kebutuhan seksual,
antara lain :
1. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan (b.d )
 Ketakutan tentang kehamilan
 Efek antihipertensi
 Depresi terhadap kematian atau   perpisahan dengan pasangan
2. Disfungsi seksual b.d
 Cedera medulla spinalis
 Penyakit kronis

18
 Nyeri
 Ansietas mengenai penempatan di rumah perawatan atau panti
3. Gangguan citra tubuh b.d
 Efek masektomi atau kolostomi yang baru dilakukan
 Disfungsi seksual
 Perubahan pasca persalinan
4. Gangguan harga diri b.d
 cedera medulla spinalis
 penyakit kronis
 nyeri
 ansietas mengenai penempatan di rumah perawatan atau panti
Masalah seksual juga dapat menjadi etiologi diagnosa keperawatan yang lain
misalnya :
   Kurang pengetahuan (mengenai konsepsi, kontrasepsi, perubahan
seksual normal) b.d salah informasi dan mitos-mitos seksual
  Nyeri b.d tidak adekuatnya lubrikasi vagina atau efek pembedahan
genital
 Cemas b.d kehilangan fungsi seksual

9. Perencanaan Keperawatan.
  Tujuan yg akan dicapai terhadap masalah seksual yg dialami klien,
mencakup :
 Mempertahankan, memperbaiki atau meningkatkan kesehatan seksual
 Meningkatkan pengetahuan seksualitas dan kesehatan seksual
 Mencegah terjadinya/menyebarnya PMS
 Mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan
 Meningkatkan kepuasan terhadap tingkat fungsi seksual

19
 Memperbaiki konsep seksual diri

10. Implementasi
 Promosi kesehatan seksual -- penyuluhan / pendidikan kesehatan.
 Perawat : keterampilan komunikasi yg baik, lingkungan&waktu yg
mendukung privasi dan kenyamanan klien.
 Topik tentang penyuluhan tergantung karakteristik&faktor yang
berhubungan --- pendidikan tentang perkembangan normal pada anak usia
todler, kontrasepsi pd klien usia subur, serta pendidikan ttg PMS pada
klien yang memiliki pasangan seks lebih dari satu.
 Rujukan mungkin diperlukan

11.  Evaluasi Keperawatan


 Evaluasi tujuan yang telah ditentukan dalam perencanaan. Jika tidak
tercapai, perawat seharusnya mengeksplorasi alasan-alasan tujuan tersebut
tidak tercapai --- Pengungkapan klien atau pasangan, klien dapat diminta
mengungkapkan kekuatiran, dan menunjukkan faktor risiko, isyarat
perilaku seperti kontak mata, atau postur yang menandakan kenyamanan
atau kekuatiran.
 Klien, pasangan dan perawat mungkin harus mengubah harapan atau
menetapkan jangka waktu yang lebih sesuai untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan.
   Komunikasi terbuka dan harga diri yang positif --- penting

20
Kecemasan berhubungan NOC : NIC :
dengan - Kontrol kecemasan Anxiety Reduction
Faktor keturunan, Krisis - Koping (penurunan
situasional, Stress, Setelah dilakukan asuhan kecemasan)
perubahan selama ……………klien · Gunakan pendekatan
status kesehatan, ancaman kecemasan teratasi dgn yang
kematian, perubahan konsep kriteria hasil: menenangkan
diri, kurang pengetahuan  Klien mampu · Nyatakan dengan jelas
dan mengidentifikasi dan harapan
hospitalisasi mengungkapkan gejala terhadap pelaku pasien
DO/DS: cemas · Jelaskan semua prosedur
- Insomnia  Mengidentifikasi, dan apa
- Kontak mata kurang mengungkapkan dan yang dirasakan selama
- Kurang istirahat menunjukkan tehnik prosedur
- Berfokus pada diri sendiri untuk mengontol · Temani pasien untuk
- Iritabilitas cemas memberikan
- Takut  Vital sign dalam batas keamanan dan
- Nyeri perut normal mengurangi takut
- Penurunan TD dan denyut  Postur tubuh, ekspresi · Berikan informasi
nadi wajah, bahasa tubuh faktual mengenai
- Diare, mual, kelelahan dan tingkat aktivitas diagnosis, tindakan
- Gangguan tidur menunjukkan prognosis
- Gemetar berkurangnya · Libatkan keluarga untuk
- Anoreksia, mulut kering kecemasan mendampingi klien
- Peningkatan TD, denyut · Instruksikan pada pasien

21
nadi, RR untuk
- Kesulitan bernafas menggunakan tehnik
- Bingung relaksasi
- Bloking dalam · Dengarkan dengan
pembicaraan penuh perhatian
- Sulit berkonsentrasi · Identifikasi tingkat
kecemasan
· Bantu pasien mengenal
situasi yang
menimbulkan kecemasan
· Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan,
persepsi
· Kelola pemberian obat
anti
cemas:........
Takut berhubungan dengan NOC :Anxiety control NIC:
efek terhadap gaya hidup, Fear control Coping Enhancement
kebutuhan injeksi secara Setelah dilakukan Jelaskan pada pasien
mandiri, komplikasi DM, tindakan keperawatan tentang proses
ditandai selama......takut klien penyakit
dengan teratasi dengan kriteria Jelaskan semua tes dan
DS : Peningkatan hasil : pengobatan pada
ketegangan,panik, - Memiliki informasi pasien dan keluarga
penurunan untuk mengurangi Sediakan reninforcement
kepercayaan diri, cemas takut positif ketika
DO : - Menggunakan pasien melakukan
Penurunan produktivitas, tehnik relaksasi perilaku untuk

22
kemampuan belajar, - Mempertahankan mengurangi takut
kemampuan menyelesaikan hubungan sosial dan Sediakan perawatan yang
masalah, mengidentifikasi fungsi peran berkesinambungan
obyek - Mengontrol respon Kurangi stimulasi
ketakutan, peningkatan takut lingkungan yang dapat
kewaspadaan, anoreksia, menyebabkan
mulut misinterprestasi
kering, diare, mual, pucat, Dorong mengungkapkan
muntah, perubahan tanda- secara verbal
tanda perasaan, persepsi dan
vital rasa takutnya
Perkenalkan dengan orang
yang mengalami penyakit
yang sama
Dorong klien untuk
mempraktekan tehnik
relaksasi

23
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan pada seluruh uraian penjelasan peneliti pada tesis diatas
tentang konsepsi Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) dalam
perspektif Jaringan Islam Liberal, maka dapat peneliti simpulkan bahwa :
Pertama, secara umum dan universal konsepsi LGBT banyak bertentangan
dengan berbagai sudut pandang, mulai perspektif agama, kesehatan mental
dan kejiwaan, kodrat alami manusia dalam mendapatkan keturunan, dan
perspektif dampak negative sosial masyarakat akan munculnya dan
penyebaran virus HIV/AIDS. Namun kegigihan dan perjuangan kaum LGBT
dalam menuntut hakhak pengakuan eksistensi dan kebebasan mereka telah
mendapatkan sedikit jalan terang dengan dilegalkannya perkawinan sejenis
dibeberapa negara. Kedua, dukungan yang diberikan orang-orang JIL
terhadap kaum LGBT karena alasan yang sangat mendasar yaitu bahwa kaum
LGBT sebagai manusia juga memiliki Hak Azasi manusia yang sama dengan
masyarakat lainnya. Maka sudah semestinya masysrakat seharusnya mengakui
eksistensi dan kebebasan mereka dalam memilih orientasi seksualnya menjadi
kaum LGBT, dan tidak mempermasalahkannya dengan perilaku-perilaku
diskriminasi. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
134 Ketiga, JIL mendukung eksistensi dan kebebasan HAM kaum LGBT
bukannya tanpa pendasaran kuat. Argumentasi-argumentasi JIL dengan
landasan mereka berdasarkan dalil al Qur’an, hadist, yang sudah mereka
reintepretasi dengan pendekatan-pendekatan ilmu-ilmu kontemporer yang
mereka miliki khususnya teologis, psikologi dan fenomenologi. Selain itu JIL
juga menjadikan dalil berupa Undang-undang HAM Internasional tentang

24
LGBT yang dianggap bukan lagi sebagai penyakit mental sehingga diakui
eksistensinya dilingkungan social. Keempat, JIL membantah dalil-dalil al
Qur’an dan Hadist hasil penafsiran ulama-ulama pada umumnya melalui
reinterpretasi ulang terhadap dalil-dalil kitab suci dengan mereintepretasi
dengan pendekatan historis untuk mencari kontekstualisasi dari turunnya
dalil-dalil tersebut. Hal tersebut pada kesimpulannya menunjukkan dukungan
dan pembenaran terhadap eksistensi dan perilaku LGBT.

B. SARAN
Bagi Masyarakat Agama Pada Umumnya Agar tidak mudah
terpancing dalam mensikapi dan merespon massifnya perilaku dan
propaganda LGBT dengan tindakkan kekerasan dan diskriminatif, karena hal
tersebut justru akan semakin memperbesar dukungan terhadap kaum LGBT.
Menurut peneliti lebih tepat kalau kita preventif gerak mereka melalui
penelitian ilmiah tentang dampak-dampak psikologis, kesehatan dan sosial
yang ditimbulkan atas perilaku LGBT.

25
DAFTAR PUSTAKA

Alesis, A. (2018). SEX BEBAS GAY DAN HIV. SEX BEBAS GAY DAN HIV Final
Wildan, 2-3.
Ardimis, A. P. (2017). Pengertian LGBT. scribd.com.
Dwi, S. (2014). Topik Khusus Gender - LGBT. Topik Khusus Gender -
LGBT, 4.
Zusy Aryanti, M. A. (2016). FAKTOR RESIKO TERJADINYA LGBT PADA
ANAK DAN REMAJA journal, 5-7.
Sa, M. (2016). LGBT dalam Perspektif Agama dan HAM. Nizham Journal of Islamic
Studies, 4(1), 16-25.

(triermayani@yahoo.com), T. E. (September 2017). Sebab dan Akibat Perilaku


LGBT. Jurnal Humanika, Th. XVII, No. 2, 162-165.
LARASUCI, A. (2016). STUDI FENOMENOLOGI: PENGALAMAN HIDUP
SEBAGAI HOMOSEKSUAL (Doctoral dissertation, UNIVERSITAS ANDALAS).
Zaini, H. (2017). LGBT dalam perspektif hukum islam. JURIS (Jurnal Ilmiah
Syariah), 15(1), 65-74.
Ermayani, T. (2017). LGBT dalam Perspektif Islam. HUMANIKA, 17(2), 147-168.
(triermayani@yahoo.com), T. E. (September 2017). Sebab dan Akibat Perilaku
LGBT. Jurnal Humanika, Th. XVII, No. 2, 162-165.
Saputra, R., Harun, H., & Razak, A. (2018). ANALISIS YURIDIS PUTUSAN
MAHKAMAH KONSTITUSI NO 46/PUU-XIV/2016 TENTANG LGBT DAN
KUMPUL KEBO DITINJAU DARI HUKUM NASIONAL (Doctoral dissertation, UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi).

26
Ilyas, S. M. (2018). Peran Guru Bimbingan dan Konseling Mengatasi Trend LGBT
(Lesbian, Gay, Bisexual, dan Transgender) di Sma Negeri 1 Aceh
Tamiang. ENLIGHTEN: Jurnal Bimbingan Konseling Islam, 1(1), 59-77.

Andriyanto, D. (2012). Penanganan Penyimpangan Perilaku Seksual Pada Remaja


Tunalaras Yang Berperilaku Agresif di lingkungan Asrama Slb E Prayuwana
Yogyakarta. Jurnal UNY.
Dacholfany, I., & Khoirurrijal. (2016). Dampak LGBT dan Antisipasinya di
Masyarakat. Jurnal NIZHAM.
Dahlan , T. (2015, Juni 26). Kompasiana . Dipetik Maret 20, 2020, dari Penanganan
Korban Kekerasan Seksual Pada Anak : http://www.kompasiana.com
Ekandari , M., & Faturochman. (2010). Perkosaan dan Dampak Penyembuhannya.
Jurnal Psikologi No.1, 6-12.
Ermayani, T. (2017). LGBT dalam Perspekif Islam. Jurnal Humanika.
Handoyo, L. (2010). Perilaku Menyimpang Perlukah Mengenalnya ? Bandung : PT.
Pakar Raya.
Megasari , K., Ardhiyanti, Y., & Syukaisih. (2017). Fenomena Perilaku
Penyimpangan Seksual oleh Lesbian, Gay,Biseksual, dan Transgender
(LGBT) di Kota Pekanbaru vol.XI No.78. Menara Ilmu.
Nawawi. (2010). Penyimpangan Seksual. Jurnal IAIN Pontianak.
Nevid, J., Rathus, S., & Greene, B. (2012). Psikologi Abnormal Jilid 1. Alih Bahasa :
Tim Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI). Jakarta: Erlangga.
Panjaitan, R. (2012). Solusi Seks Bebas. Yogyakarta: Percetakan Mandiri.
PPNI . (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

27
28

Anda mungkin juga menyukai