Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

TYPOID
Mata Kuliah : Keperawatan anak

Disusun Oleh:

Kelompok 2

1. Dini Anggraini (1825030)


2. Umma Ulfatu Toyiba (1825112)
3. Salsa Bila Ramadhani (1825099)
4. Hafid Doreska (1825045)

AKADEMI KEPERAWATAN PANCA BHAKTI


BANDAR LAMPUNG
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya akhirnya kami dari
pihak penyusun makalah dapat menyelesaikan tugas mata kuliah KEPERAWATAN
ANAK dengan membahas “TYPOID ”.

Dalam penyusunan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih rekan-rekan


kelompok kami sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik, walaupun ada
beberapa hambatan yang kami alami dalam penyusunan makalah ini.Namun, berkat
motivasi yang disertai kerja keras dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya dapat
teratasi.

Semoga makalah ini, dapat bermanfaat dan menjadi sumber pengetahuan bagi
pembaca.Dan apabila dalam pembuatan makalah ini terdapat kekurangan kiranya
pembaca dapat memakluminya.Akhir kata dengan kerendahan hati, kritik, dan saran
sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini.Sekian dan terima kasih.

Bandar Lampung, febuari 2020

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG ..............................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH ...........................................................................5
1.3 TUJUAN.....................................................................................................5

BAB 2 PEMBAHASAN .................................................................................6


2.1 DEFINISI TYPOID ...................................................................................6
2.2 ETIOLOGI TYPOID .................................................................................7
2.3MANIFESTASI KLINIS TYPOID ............................................................8
2.4 PATOFISIOLOGI......................................................................................7
2.5 KOMPLIKASI TYPOD ............................................................................9
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG ..............................................................10
2.7 PENATALAKSANAAN ...........................................................................12

BAB 3 PENUTUP ..........................................................................................11


3.1 KESIMPULAN...........................................................................................21
3.2 SARAN.......................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Demam thypoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemis di Asia,


Afrika, Amerika latin, Karibia, Oceania dan jarang terjadi di Amerika Serikat dan
Eropa. Menurut data WHO, terdapat 16 juta hingga 30 juta kasus thypoid di seluruh
dunia dan diperkirakan sekitar 500,000 orang meninggal setiap tahunnya akibat
penyakit ini. Asia menempati urutan tertinggi pada kasus thypoid ini, dan terdapat 13
juta kasus dengan 400,000 kematian setiap tahunnya.

Kasus thypoid diderita oleh anak-anak sebesar 91% berusia 3-19 tahun
dengan angka kematian 20.000 per tahunnya. Di Indonesia, 14% demam enteris
disebabkan oleh Salmonella Parathypi A. Demam tifoid pada masyarakat dengan
standar hidup dan kebersihan rendah, cenderung meningkat dan terjadi secara
endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada daerah tropik dibandingkan daerah
berhawa dingin. Penyakit ini banyak diderita oleh anak-anak, namun tidak menutup
kemungkinan untuk orang dewasa. Penyebabnya adalah kuman sallmonela thypi atau
sallmonela paratypi A, B dan C.

Penyakit typhus abdominallis sangat cepat penularanya yaitu melalui kontak


dengan seseorang yang menderita penyakit typhus, kurangnya kebersihan pada
minuman dan makanan, susu dan tempat susu yang kurang kebersihannya menjadi
tempat untuk pembiakan bakteri salmonella, pembuangan kotoran yang tak
memenuhi syarat dan kondisi saniter yang tidak sehat menjadi faktor terbesar dalam
penyebaran penyakit typhus.

4
Dalam masyarakat, penyakit ini dikenal dengan nama thypus, tetapi didalam
dunia kedokteran disebut dengan Tyfoid fever atau thypus abdominalis, karena pada
umumnya kuman menyerang usus, maka usus bisa jadi luka dan menyebabkan
pendarahan serta bisa mengakibatkan kebocoran usus.

Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan
pada Anak dengan Demam Tifoid” dengan tujuan agar mahasiswa memahami dan
mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan demam tifoid.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. apa yang dimaksud dari typoid ?
2. apa etologi dari typoid ?
3. Bagaimana manifestasi klinis typoid ?
4. bagaimana patofiologi typoid ?
5. apa saja komplikasi typoid ?
6. bagaimana pemerksaan penunjang typoid
7. bagaimana penatalaksanaan typoid ?

1.3 TUJUAN

1. Mengetahui apa yang dimaksud dari typoid ?


2. mengetahui apa etologi dari typoid ?
3. mengetahui Bagaimana manifestasi klinis typoid ?
4. menegetahui bagaimana patofiologi typoid ?
5. mengetahui apa saja komplikasi typoid ?
6. mengetahui bagaimana pemerksaan penunjang typoid
7. mengetahui bagaimana penatalaksanaan typoid ?

5
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI

Demam thypoid (entric fever) adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai
saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan
pada pencernaan,dan gangguan kesadaran.

Demam thypoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala
demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan
atau tanpa gangguan kesadaran.

Demam thypoid adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh infeksi
salmonella thypi.

2.2 ETIOLOGI

Penyebab utama demam typoid ini adalah bakteri sallmonela thypi . Bakteri
salmonella thypi adalah berupa hasil gram negative,bergerak dengan rambut
getar,tidak berspora,dan mempunyai tiga macam antigen yaitu antigen O(somatic
yang terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida),antigen H(flagella),dan antigen VI.
Dalam serum penderita, terdapat zat (agglutinin) terhadap ketiga macam antigen
tersebut. Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15-
41℃ (optimum 37℃) dan pH pertumbuhan 6-8.

Faktor pencetus lainnya adalah lingkungan ,sistem imunyang rendah ,feses, urin,
makanan/ minuman yang terkontaminasi, fomitus, dan lain sebagainya.

6
2.3 MANIFESTASI KLINIS

Demam thypoid pada anak biasanya lebih ringan daripada orang dewasa. Masa tunas
10-20 hari,yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan,sedangkan jika
melalui minuman yang terlama 30 hari, selama masa inkubasi mungkin ditemukan
gejals prodromal, perasaan tidak enak badan,lesu,nyeri kepala, pusing dan tidak
bersemangat,kemudian menyusul gejala klinis yang biasa ditemukan,yaitu:

a. Demam

pada kasus yang khas,demam berlangsung 3 minggu bersifat febris remitten dan suhu
tidak tinggi sekali. Minggu pertama,suhu tubuh berangsur angsur naik setiap
hari,menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada malam hari. Dalam minggu
ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali.

b. Gangguan pada saluran pencernaan

pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap,bibir kering dan pecah pecah(ragaden).
Lidah tertutup selaput putih kotor (coated tongue),ujung dan tepinya kemerahan. Pada
abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung. Hati dan limpa membesar disertai
nyeri dan peradangan.

c. Gangguan kesadaran

umumnya kesadaran pasien menurun,yaitu apatis sampai samnolen. Jarang terjadi


supor,koma atau gelisah(kecuali penyakit berat dan terlambat mendapatkan
pengobatan). Gejala lain juga dapat ditemukan pada punggung dan anggota gerak
dapat ditemukan reseol,yaitu bintik bintik kemerahan karena emboli hasil dalam
kapiler kulit,yang ditemukan pada minggu pertama demam, kadang kadang
ditemukan pula takikardi dan episkatis.

d. Relaps

7
relaps (kambuh) ialah berulangnya gejala penyakit demam thypoid, akan tetapi
berlangsung ringan atau lebih singkat. Terjadi pada minggu kedua setelah suhu badan
normal kembali, terjadinyaa sukar diterangkan, menurut teori relaps terjadi karena
terdapatnya basil dalam organ organ yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat
maupun oleh zat anti.

2.4 PATOFISIOLOGI

a. kuman masuk kedalam mulut melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh
salmonella (biasanya >10.000 basil kuman). Sebagian kuman dapat dimusnahkan
oleh asam hcl lambung sebagian lagi masuk ke usus halus. Jika respon imunitas
hummoral mukosa (igA) usus kurang baik, maka basil salmonella akan menembus
sel sel epitel (sel m) dan selanjutnya menuju lamina propia dan berkembang biak di
jaringan limfoid plak peyeri di ileum distal dan kelejar getah bening mesenterika.

b. jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening mesenterika mengalami
hyperplasia. Basil tersebut masuk ke aliran darah (bakterimia) melalui duktus
thoracicus dan menyebar keseluruh organ retikulo endotalial tubuh, terutama hati,
sumsum tulang,dan limfa melalui sirkulasi portar dari usus.

c. hati membesar( hepatomegali) dengan infiltrasi limfosit, zat plasma, dan sel
mononuclear. Terdapat juga nekrosis fokal dan pembesaran limfa(splenomegaly). Di
organ ini,kuman salmonella thypi berkembang biak dan masuk sirkulasi
darah,sehingga mengakibatkan bakterimia kedua yang disertai tanda dan gejala
infeksi sistemik (demam, malaise, myalgia, sakit kepala, sakit perut,instabilitas
vaskuler,dan gangguan mental koagulasi).

d. pendarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah disekitar plak peyeri
yang sedang mengalami nekrosis dan hyperplasia. Proses patologis ini berlangsung
hingga ke lapisan otot ,serosa usus, dan mengakibatkan perforasi usus, endotksin
basil menempel di reseptor sel endotel kapiler dan dapat mengakibatkan komplikasi,

8
seperti gangguan neuropsikiatrik kardiovaskuler,pernapasan,dan gangguan organ
lainnya.

e. sedangkan penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang
dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan),Fingers(jari tangan/ kuku),Fomitus
(muntah),Fly(lalat),dan melalui Feses.

2.5 KOMPLIKASI

A. komplikasi intestinal : perdarahan usus, perporasi usus,dan ilius paralitik.

B. komplikasi extra intestinal


1). komplikasi kardiovaskuler: kegagalan sirkulasi(renjatan sepsis),
miokarditis,thrombosis,tromboplebitis.

2). Komplikasi darah : anemia hemolitik,tropositopenia,dan syndrome uremia


hemolitik.

3). Komplikasi paru : pneumonia,empyema,dan pleuritis.

4). Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis kolesistitis.

5). Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonephritis,dan perinepritis.

6). Komplikasi pada tulang : osteomyelitis,osteoporos,spondylitis, dan arthritis.

7). Komplikasi neuropsikiatrik: delirium,meningiusmus,meningitis,polyneuritis


perifer,sindroma guilanin bare dan sindroma katatonia.

9
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG

a.pemeriksaan leukosit

didalam beberapa literature dinyatakan bahwa demam thypoid terdapat leukopenia


dan limposistosis relative tetapi terdapat leukopenia tidaklah seing dijumpai. Pada
kebanyakam kasus demam thypoid. Jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada
pada batas batas normal bahkan kadang kadanag terdapat leukosit walaupun tidak ada
komplikasi atau infeksi sekunder.

b.pemeriksaan SGOT dan SGPT

SGOT dan SGPT pada demam thypoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali
normal setelah sembuhnya thypoid.

c.biakan darah

bila biakan darah positif hal itu menandakan demam thypoid. Tetapi bila biakan darah
negative tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam thypoid.

Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :

1). Teknik pemeriksaan labolatorium


Hasil pemeriksaan satu labolatorium berbeda dengan labolatorium yang lain, hal ini
disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu
pengambilan darah yang baik pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakterimia
berlangsung.

2). Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit

10
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan
berkurang pada minggu minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah positi
kembali.

3). Vaksinasi dimasa lampau


Vaksinasi terhadap demam thypoid dimasa lampau dapat menimbulkan antibody
dalam darah klien.

4). Pengobatan dengan obat anti mikroba


Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba
pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin
negatif.

5). Uji widal


Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibody,antigen yang
digunakan pada uji widal adalah suspense salmonella yang sudah dimatikan dan
diolah dilabolatoium.tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya
agglutinin dalam serum klien yang disangka menderita thypoid,akibat infeksi oleh
salmonella thypi. Klien membuat antibody atau agglutinin yaitu:

a).Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan anti gen O(berasal dari tubuh kuman)
b). Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan anti gen H (berasal dari flagel
kuman)
c). Aglutinin VI , yang dibuat karena rangsangan antigen VI (berasal dari simpai
kuman)

11
2.7 PENATALAKSANAAN

A.perawatan
1). Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah
komplikasi perdarahan usus.

2). Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas,sesuai dengan pulihnya transfuse bila ada
komplikasi perdarahan.

B.Diet
1).diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinngi protein
2).pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
3).setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
4). Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.

C.Obat obatan
Antibiotika umum digunakan untuk mengatasi penyakit thyoid . waktu penyembuhan
bisa makan waktu 2 minggu hingga satu bulan. Antibiotika,seperti ampicillin,
kloramfelikol,trimethoprim,sulfamethoxazole,dan ciploroxacin sering digunakan
untuk merawat demam thypoid dinegara barat. Obat obatan antibiotic adalah :

1). Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50mg/kg bb/hari,terbagi dalam 3-4 kali
pemberian ,oral atau intravena,selama 14 hari.

2). Bilamana terdapat indikasi kontra pemberian kloramfenikol,diberi ampilisin


dengan dosis 200 mg/kgbb/hari,terbagi dalam 3-4kali.

3).amoksilin dengan dosis 100 mg/kg bb/hari,terbagi dalam 2-3


pemberian,oral,selama 14 hari.

12
4).kostrimoksasol dengan dosis(tmp) 8mg/kg/bb hari terbagi dalam 2-3
pemberian,oral,selama 14 hari.

5). Pada kasus berat,dapat diberi ceftriakson dengan dosis 50 mg/kg/bb/kali dan
diberikan 2x sehari atau 80 mg/kg/bb,sehari,intravena,selama 5-7 hari.

6).pada kasus yang diduga mengalami MDR maka pilihan antibiotika adalah
meropenem,azittromisin,dan fluoroquinolon.

Bila tak terawatt,demam thypoid dapat berlangsung selama 3 minggu sampai


sebulan.kematian terjadi anatara 100% dan 30 % dari kasus yang tidak
terawatt.vaksin untuk demam thypoid tersedia dan dianjurkan untuk orang yang
asia,afrika,amerika latin).
Pengobatan penyulit tergantung macamnya. Untuk kasus berat dan dengan
manifestasi nerologik menonjol,diberi deksametason dosis tinggi dengan dosis awal 3
mg/kg bb , intravena perlahan (selama 30 menit). Kemudian disusul pemberiaan
dengan dosis 1 mg/kg bb dengan tenggang waktu 6-7 kali pemberian. Tatalaksana
bedah dilakukan pada kasus kasus dengan penyulit perforasi usus.

B.LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

1.Pengkajian
a.identitas klien
tanggal wawancara :20-06-2016

13
tanggal MRS :20-06-2016
no.RMK :130676
nama :An.L
umur :4,5 th
jenis kelamin :perempuan
suku/bangsa :jawa/indonesia
agama :islam
pendidikan :-
pekerjaan :-
status perkawinan :-
alamat :Bandar lampung
diagnose medik :thypoid

b identitas penanggung jawab


nama ayah :Tn.A.M
umur :31 TH
agama :islam
pendidikan :S1
pekerjaan :Pegawai
alamat rumah :Bandar lampung

c.keluhan utama : panas

d.riwayat kesehatan
1). Riwayat kesehatan sekarang
Pada hari jumat malam tanggal 19-06-2016 klien demam,batuk,dan beringus pada
malam itu ibu klien memberikan obat parasetamol,tetapi demam klien tidak turun,
keesokan harinya klien dibawa ke RS oleh keluarga melallui menganjurkan untuk
rawat inap dan mendapatakan perawatan khusus.

14
2).riwayat kesehatan lalu
A).prenatal care
Ibu klien tidak pernah dirawat di rs selama trimester pertama sampai ke tiga. Ibu klien
mulai merasa sakitsaat klien akan lahir.
Pola makan ibu :3-5x/hari
Kenaikan bb : 6-7kg
Imunisasi : 2x jenis TT(4bln dan 8 bln)
Golongan darah ibu A,gol darah ayah O

b). natal
klien dilahirkan di RSUD lahir dengan cara normal,tdk ada kesulitan dalam
persalinan dan di tolong oleh bidan,tdk ada komplikasi.

c). post natal


BB saat lahir : 3250
PB saat lahir :49cm
Apgar skor :10
Imunisasi : BCG(sejak lahir),DPT(2bln-
3bln,4bln,5bln),CAMPAK(2bln,3bln,4bln),HEPATITIS(sejak lhir,2 bln,3bln)

3). Riwayat tumbuh kembang


a). pertumbuhan fisik
-bb saat lahir 3250 g dan panjang badan 49cm
-bb sebelum di RS 17 kg
-bb sekarang 16 kg dan
-tb 100 cm
-tb saat lahir 49 cm
-waktu tumbuh gigi pada usia 6bln

15
b).perkembangan tiap tahap
-berguling :5 bulan
-duduk :9bulan
-merangkak :10 bulan
-berdiri :11 bulan
-berjalan :12 bulan
-senyum kepada orang pertama kali : 5 bulan
-bicara pertama kali : 12 bulan
-berpakaian tanpa bantuan : 5 tahun

4). Riwayat nutrisi


a) pemberian asi
pertama kali disusui saat lahir 2 jam setelah melahirkan,waktu da cara pemberian
tidak tentu, langsung jumlah pemberian tergantung dengan kebutuhan bayi ASI
diberikan sampai usia 1-3 tahun.

b). pemberian susu formula


-alasan pemberian : asi masih kurang
-jumlah pemberian : tidak menemtu
-cara memberikan : dengan memakai dot

c). pemberian makanan tambahan


-pertama kali diberikkan usia : 5 th
-jenis bubur tim

d). pola perubahan nutrisi tahapan usia sampai nutrisi saat ini

16
Usia Jenis Nutrisi

0-5 bulan ASI


5-12 bulan ASI + Bubur TIM
>1tahun Nasi

5).Riwayat Psikososial
Klien hidup dalam lingkungan pedesaan,tinggal bersama dengan orang tua dalam satu
rumah.jauh dari sekolah,hubungan kedua orang tua klien baik,pola
bermainberkelompok bersama sama dengan teman teman klien membantu orang tua
berkebun.

6).Riwayat Spritual
Klien senang beribadah kesekolah minggu atau kegereja tiap hari minggu diajak oleh
orang tua.

7).Reaksi hospitalisasi
a).pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
orang tua membawa anaknya ke RS karna anaknya butuh pertolongan
segera,dan dokter menceritakan keadaan klien saat ini sehingga membuat orang tua
khawatir dengan kondisi anak saat ini.
b).pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap saat pengkajian klien hanya
diam(acuh tak acuh).

e).Pola fungsional kesehatan

1).Nutrisi

17
Dirumah : frekuensi makan 3x sehari jenis: nasi,ikan,sayur,buah (kalo ada) porsi
dihabiskan.
Di RS : Frekuensi makan 3x sehari jenis : bubur,ikan,buah porsi makan tidak
dihabiskan,klien mengatakan tidak nafsu makan.

2).Eliminasi

Dirumah : BAK 2-4x perhari,warna kuning terang sedangkan BAB 1x


sehari,konsistensi lembek,warna kuning kecoklatan.
Di RS : BAK 1-3X sehari warna kuning terang sedangkan BAB 1x sehari konsistensi
lembek warna kuning kecoklatan

3).Cairan
Dirumah : frekuensi 5-6 gelas perhari jenis:air putih,susu
DiRS : frekuensi 3-4 gelas perhari jenis : air putih

4).Istirahat dan tidur


Dirumah : Siang 1-2 jam perhari dan malam 7-9 jam
Di RS : Siang 3-4 jam perharidan malam 8-10 jam

5).Aktivitas
Dirumah : Klien bermain bersama teman teman
Di RS : - Klien tampak lemah
- Klien dianjurkan oleh dokter untuk bedres total

18
6).Personal hygiene
Di rumah : mandi 1x sehari,gosok gigi 1x sehari,gunting rambut 1x sehari
Di RS : Klien hanya dibersihkan dengan elap sejak masuk RS sampai saat
pengkajian.

f.Pemeriksaan fisik
1).Keadaan umum : lemah
2).BB 14 kg
3).Kesadaran : komposmentis
4).Ttv : N :128X/M, R: 28X/M, T : 39⁰C

g.Pemeriksaan head to toe


1).kepala
Inspeksi : kebersihan kurang,distribusi rambut merata,warna hitam,tidak ada ketombe
Palpasi : tidak ada benjolan

2).Wajah
Inspeksi : simetris kiri dan kanan

3).Mata
Inspeksi :sklera putih,konjungtiva merah muda,reflek pupil mengecil saat terkena
sinar

4).Telinga
Inspeksi : tidak ada serumen,simetris kiri dan kanan
Palpasi : tidak ada benjolan

5).Hidung
Inspeksi : terdapat secret

19
Palpasi : tidak ada nyeri tekan,benjolan

6).Mulut
Inspeksi : bibir kering,lidah kotor,mukosa kering,gigi lengkap,tidak ada pembesaran
tongsil

7).Leher
Inspeksi : tidak ada distensi vena jugularis
Palpasi : tidak ada pembesaran firgio,kelejar limfe

8).Dada
Inspeksi : Expansi paru simetris kiri dan kanan
Palpasi : tektil fremitus teraba
Perkusi : redup pada daera jantung
Auskultasi : tidak ada bunyi tumbuhkan

9).Perut
Auskultasi : terdengar bising usus
Inspeksi : tidak ada asites
Palpasi : lemas
Perkusi : splenomegali (pembesaran limfe)

10).Ekstermitas
Atas : pergerakan baik kiri dan kanan
Bawah : Pergerakan baik kiri dan kanan

11).Kulit : sawo matang,akral teraba pedas

20
h.Data Penunjang
Pemeriksaan Diagnostik
HB : 12,6 9/%
Leukosit :4500 9/%
N Segment :67 9/%
Lymfosit :30 9/%
Monosit :3 9/%
Trombosit :105.000/mm3
Widal : - S.paratyoni 0 Group B +/dos (1:320)
: - S.Tyeni 0 Group D +/Dos (1:640)
: - S.Tyeni H Group D +/DOS (1:160)
7/9-09
HB :13,3 9/%
HT :38.000 9/%
Trombosit :105.000 9/%
Therapi medic
Sanmol 4x1/3tab
Thlampenikol 3x250g
Mu Coheane 3x1/4 tab
Calestamine 2x1/3
Starmino syr 2x1 ctn

i. Pengelompokan Data
1).Data Subjektif
-ibu megatakan klien panas
-klien mengatakan tidak nafsu makan
-klien mengatakan sulit menggerakan badannya

2).Data Objektif

21
-splenomegali
-porsi makan tidak dihabiskan
-terdapat secret dihidung
-lidah kotor,mukosa kering
-bibir pecah pecah
-widal+/positif
-T : 39⁰c

2.ANALISA DATA
N0 DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS: ibu mengatakan klien panas Proses penyakit hypertermi
DO : - T : 390c
: - Bibir pecah-pecah
2. DS : Klien mengatakan tidak nafsu Anoreksia Ketidak
makan seimbangan nutrisi
DO : - Porsi makan tidak kurang dari
dihabiskan kebutuhan tubuh
-lidah kotor mukosa kering
-splenomegali
-BB : 14kg
3. DS : -Klien mengatakan susah Infeksi penyakit Gangguan
menggerakan badan mobilitas fisik
DO : - Keadaan umum klien lemah
-splenomegali
-widal +/positif

3.Diagnosa keperawatan dan prioritas keperawatan

22
1.Hipertermi berhubungan dengan proses implamasi ditandai dengan:
DS : Ibu mengatakan klien panas
DO : T :39⁰C,Bibir pecah pecah

2.Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhungan dengan


anoreksia ditandai dengan:
DS : Klien mengatakan tidak nafsu makan
DO : - Porsi makan tidak dihabiskan
-lidah kotor mucosa kering
-splenomegali

3. gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan infeksi penyakit ditandai dengan :


DS: klien mengatakan susah menggerakan badan
DO: -keadaan umum klien lemah
-splenomegali
-widal +/positif

23
4.INTERVENSI KEPERAWATAN

NO. TGL DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

24
1. 1. Setelah 1. monitor ttv , 1. mencegah terjadinya
dilakukan turgor kulit hiperpireksia
tindakan dan membrane 2. terkaitan dengan kenaikan
keperawatan mukosa suhu tubuh
selama 3x24 2. monitor 3. memindahkan panas tubuh
jam , pasien intake dan ke kompres yang lebih hangat .
menunjukan autput cairan 4. keringat tidak lengket pada
suhu tubuh 3. beri kulit tetapi dapat diserap oleh
dalam batas kompres kain
normal dingin 5. menjaga keseimbangan
dengan disekitar aksila cairan tubuh
kriteria hasil atau bagian 6. menurunkan panas tubuh
1. suhu 36-37 kepala yang tinggi
derajat 4. beri pakaian
celcius yang tipis dan
2. nadi dan rr menyerap
dalam keringat
rentang 5. berikan
normal cairan
3. tidak ada parenteral
perubahan 6. kaloborasi
warna kulit pemberian
dan tidak ada obat atipiretik
pusing ,
merasa
nyaman
2. 2. Setelah 1. observasi 1. deteksi dini bila ada klainan
dilakuka gejala cardinal dapat dilakukan intervensi
tindakan setiap 3 jam segera

25
keperawatan 2. berikan 2. dengna diberi penjelasan
selama 1 penjelasan keluarga diharapkan mengerti ,
minggu pada keluarga dapat mendukung program
kebutuhan klien tentang prawatan yang diberikan
nutrisi penyebab 3. untuk mencegah agar perut
terpenuhi gangguan tidak kosong
dengan pemenuhan 4. untuk memberikan diet
kriteria : nutrisi , sesuai kebutuhan klien
1. berat badan pentingnya 5. deteksi perubahan atau
naik nutrisi bagi kenaikan berat badan sehingga
2. kebutuhan tubuh dan cara evaluasi pemberian diet.
akan mengatasinya 6.memberikan terapi sesuai
3. anjurkan indikasi
klien untuk
makan sedikit
tapi sering
4. kaloborasi
dengan ahli
gizi untuk diet
5.lakukan
penimbangan
berat badan
setiap 3 kali
sehari
6.kolaborasi
dengan dokter
untuk
pemberian

26
terapi
antiemetik

3. III Setelah 1.kaji tingkat 1.ROM aktif dapat membantu


dilakukan ROM aktif dalam
tindakan klien mempertahankan/meningkatkan
keperwatan 2.monitor kekuatan dan kelenturan
selama 3x24 splenomegaly otot,mempertahankan fungsi
jam gangguan dengan cardiorespirasi,dan mencegah
mobilitas mengukur kontraktur dan kekakuan sendi.
fisik teratasi lingkar perut 2.deteksi pebesaran perut akibat
dengan 3.anjurkan anaknya
kriteria: kepada ibu 3.agar ibu bisa memberubah
1.tidak ada klien untuk posisi anaknya
kesulitan sering berubah 4.untuk mencegah imobilisasi
mobilitas posisi 5.untuk memberikan terapi
2.mampu 4.bantu klien sesuai indikasi
mandiri total ubtuk merubah
posisi miring
kanan dan kiri
5.kolaborasi
dengan dokter
untuk
pemberian
terapi

5.IMPLEMENTASI
NO TGL DX IMPLEMENTASI RESPON TTD

27
1. I 1.Memonitor TTV,tugor - suhu tubuh menurun
kulit dan membrane menjadi 37,3c,turgor kulit
mucosa lembab,membrane mukosa
2.meonitor intake dan membaik.
output cairan - nadi : 80x/m
3.memberikan kompres - terbaring di TT
dingin disekitar axilla atau
bagian kepala
4.memberi pakaian yang
tipis dan menyerap keringat
5.memberikan cairan
parenteral
6.berkolaborasi pemberian
obat antipiretik
2. II 1. Melakukan observasi -BB naik menjadi 16 kg
gejala kardinal setiap 3 jam -klien menghabiskan
2. memberikan penjelasan makanan setengah dari
pada keluarga klien tentang porsi yang disediakan
penyebab gangguan -klien mengatakan minta
pemenuhan nutrisi , makan
pentingnya nutrisi bagi
tubuh dan cara
mengatasinya
3.menganjurkan klien untuk
makan sedikit tapi sering
4.memberikan diet sesuai
petunjuk ahli gizi yaitu
5.menimbangan berat
badan setiap 3 kali sehari

28
6.memberikan obat
antiemetic atas intruksi
dokter

3 III 1.Mengkaji tingkat ROM -ibu klien mengatakan


aktif klien anaknya mampu untuk
2.memonitor keadaan miring sendiri
splenomegaly dengan -perut masih terlihat buncit
mengukur lingkar perut akibat splenomegali
3.meanjurkan kepada ibu -klien belom mampu
klien untuk sering berubah mobilitas total secara
posisi sendiri
4.membantu klien ubtuk
merubah posisi miring
kanan dan kiri
5.berkolaborasi dengan
dokter untuk pemberian
terapi
6.EVALUASI

NO TGL DX.KEP PERKEMBANGAN


1. I S : Ibu klien mengatakan panas badannya mulai berkurang.
O : Suhu : 37,5c
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Lanjutkan intervensi
I : - Monitor ttv,turgor kulit dan membran mucosa
-berikan kompres dingin disekitar axilla atau bagian
kepala
-berikan pakaian yang tipis dan menyerap keringat

29
-kolaborasi pemberian obat antipiretik
2. II S : Klien mengatakan minta makan
O : BB naik menjadi 16 kg
A :Tujuan tercapai sebagian
P : Lanjutkan intervensi
I : - Memberikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
3 III S : Ibu klien mengatakan anaknya mampu untuk miring
sendiri
O : Klien belum mampu mobilitas total secara mandiri
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Lanjutkan intervensi
I : - Kaji tingkat ROM aktif klien
-Monitor splenomegaly dengan mengukur lingkar perut
-Bantu klien untuk latihan duduk dan jalan

BAB 3
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Typhoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna
dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna dan gangguan
kesadaran. Penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang
disebabkan oleh salmonella typhi, salmonella type A.B.C penularan terjadi secara
pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. 

30
Cara pencegahan penyakit typoid yang dilakukan adalah cuci tangan setelah dari
toilet dan khususnya sebelum makan atau mempersiapkan makanan, hindari minum
susu mentah (yang belum dipasteurisasi), hindari minum air mentah, rebus air sampai
mendidih dan hindari makanan pedas.

3.2 SARAN
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka dengan adanya
makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami tentang penyakit typoid dengan
baik.

DAFTAR PUSTAKA

Djauzi & Sundaru. 2003. Imunisasi Dewasa. Jakarta : FKUI


Mansjoer, A. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, Edisi 2. Jakarta : EGC
Soegeng, S. 2005. Ilmu Penyakit Anak “Diagnosa dan Penatalaksanaan”. Jakarta :
Salemba Medika
Suryadi. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta : CV Agung Setia
Syamsuhidayat, W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

31
32

Anda mungkin juga menyukai